• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum pernapasan merupakan peristiwa menghirup atau pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru – paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh (Syaifudin,1997). Saluran pernapasan merupakan jalur masuk udara ke dalam tubuh. Aliran udara dari bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah serta ke dalam paru – paru melalui sistem saluran yang berawal di rongga mulut dan rongga hidung. Jalur masuk udara ke salruran

Universitas Sumatera Utara

24

pernapasan terbagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah (Mukono, 2008).

Menurut Mukono (2008) yang dituliskan pada buku yang yang berjudul pencemaran udara dan pengaruhnya terhadap gangguan saluran pernapasan, secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat menyebabkan : 1. Iritasi pada saluran pernapasan

2. peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan pencemar sehingga dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan

3. rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan 4. pembengkakan saluran pernapasan

5. lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir

Universitas Sumatera Utara

30

6. kesulitan bernapas, sehingga benda asing tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernapasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan.

Saluran pernapasan atas

Dalam buku berjudul Buku Ajar Farmakoterapi Gangguan Saluran Pernapasan yang dituliskan oleh Syamsudin dan Sesila (2013) menuliskan bahwa saluran pernapasan atas adalah jalur utama pada saat dimulai menarik napas (inspirasi) yaitu hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan (faring), dan kotak suara (laring).

Selanjutnya dalam buku Yekti dan Romiyanti (2016) yang berjudul Penyakit yang Sering Hinggap Pada Anak, mengungkapkan bahwa infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut, hidung, tenggorokan, laring ( kotak suara), dan trakea (batang tenggorokan). Gejala dari infeksi tersebut adalah sakit tenggorokan, beringus (rinorea), batuk, pilek, sakit kepala, mata merah, dan suhu tubuh meningkat selama empat sampai 7 hari lamanya. Terdapat beberapa infeksi saluran pernapasan atas antara lain :

a. Rhinitis atau radang selaput lendir adalah peradangan yang terjadi pada membran mukosa di hidung. Hal ini disebabkan oleh reaksi alergi pada rongga hidung, maka dari itu rinitis juga disebut dengan rinitis alergen. Rinitis memiliki gejala seperti hidung tersumbat; bersin; mengeluarkan air mata; serta pruritus pada mata, telinga, hidung, tenggorokan, dan langit – langit mulut. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa penderita gejala – gejala rhinitis alergi ini berpeluang tiga kali lebih tinggi menderita asma.

Universitas Sumatera Utara

31

b. Tonsilitis merupakan suatu peradangan yang terjadi di tonsil atau amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes. Umumnya gejala yang dialami seperti, nyeri di tenggorokan ketika menelan, pembekakan dan kemerahan pada tonsil, suara serak, bau napas yang tidak sedap, demam, sakit kepala, dan muntah.

c. Sinusitis

Sinusistis ini biasanya diawali oleh rinitis dan jarang terjadi tanpa rinitis.

Sinusitis biasanya dikategorikan sebagai penyakit akut, karena gejalanya bertahan selama tiga sampai 4 minggu dan kadang – kadang hingga 12 minggu atau lebih. Gejala – gejala tersebut seperti, rongga sinus tersumbat, adanya aliran lendir namun tersembut, rasa sakit, dan peradangan.

d. Ototitis media

Ototitis media didefinisikan sebagai adanya cairan dibagian tengah telinga, karena gejala – gejala penyakit lokal akut atau penyakit sistemik. Gejala khas dari infeksi ini adalah adanya rasa sakit di telinga. Demam adalah jenis gejala tidak spesifik. Seperti penelitian dari Titisari pada tahun 2005 ysng mrngungkapkan bahwa dari 43 orang pasien terdapat 30,2 persen pasien tidak ada riwayat demam, dan 62,8 persen pasien mempunyai riwayat demam selama satu hingga 7 hari, serta 7 persen pasien miliki riwayat demam delapan hingga dua minggu.

e. Faringitis

Faringitis atau radang tenggorokan adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau hulu kerongkongan. Radang tenggorokan terbagi

Universitas Sumatera Utara

32

menjadi tiga, yaitu faringitis akut, subkronik, dan kronik. Secara umum faringitis memiliki gejala seperti, rasa sakit pada tenggorokan, bengkak atau kemerahan pada amandel, sulit untuk menelan, demam, sakit kepala, ruam pada kulit, dan pusing. Salah satu penyebab dari radang tenggorokan ini adalah sering terpaparnya oleh polusi udara (debu, asap rokok, atau sering berada di daerah industri. Maka dari itu perlu dicegah dengan menghindari sumber tersebut salah satunya dengan menggunakan masker yang sesuai dan tepat.

f. Influenza

Influenza adalah infeksi virus pada saluran pernapasan. Batuk biasa dan flu termasuk sindrom yang disebabkan ole infeksi saluran pernapasan. Batuk biasa memiliki gejala awal seperti, sakit kepala, bersin, kedinginan, nyeri tenggorokan.

Gejala ini berkembang cepat dan turun cepat pula setelah satu sampai 2 hari.

Kemudian diikuti gejala belakangan seperti cairan hidung, hidung tersumbat, batuk, dan rasa tidak enak badan. Perkembangan awal bersin dibandingkan dengan batuk pada kasus pilek biasa bisa dijelaskan karena infeksi saluran pernapasan atas berkembang terlebih dahulu disaluran napas atas dan kemudian menyebar kesaluran napas bawah.

Universitas Sumatera Utara

33

Kerangka Teori Penelitian

Lingkungan Kerja Terminal - Asap kendaraan bermotor - Debu / partikel

- Mikroorganisme (kuman, virus )

Inhalasi Matter 10 (PM10) pada tiga titik di Terminal Pinang Baris

- Sesak Napas

34

Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2. Kerangka Konsep Paparan Kadar Perticulate Matter 10 (PM10) pada tiga titik di Terminal Pinang Baris

Karakteristik Pekerja - Umur

- Jenis Kelamin - Masa kerja - Lama paparan - Kebiasaan Merokok - Penggunaan APD

Gangguan Pernapasan Atas - Sesak Napas

- Batuk - Pilek

- Nyeri tenggorokan

Universitas Sumatera Utara

33

Metode Penelitian Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis paparan kadar particulate matter 10 (PM10) dan gangguan pernapasan pada petugas kementerian perhubungan di terminal pinang baris 2020.

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Terminal Terpadu Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal yang merupakan pintu masuk Kota Medan dari sebelah barat yang dijadikan sebagai tempat keberangkatan dan pemberhentian bus dan angkutan umum sehingga dapat dipastikan terminal tersebut memiliki lingkungan kerja yang berbahaya karena berisiko terhadap kesehatan pekerja.

Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2020 sampai Oktober 2020

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh Petugas Kementerian Perhubungan yang Bekerja di Terminal Terpadu Pinang Baris yang berjumlah 33 orang. Dari populasi 33 petugas, sampel yang diambil dengan menggunakan total sampling yang berarti bahwa sampel merupakan seluruh populasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

43 Variabel dan Definisi Operasional

1. Particulate Matter 10 (PM10) adalah partikel debu yang berukuran <10 mikron.

2. Petugas Kementerian Perhubungan Pinang Baris adalah pekerja yang bertugas mengatur lalu lintas kendaraan bermotor Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Antar Kota dan Antar Provisni yang hendak masuk/ keluar Terminal Pinang Baris setelah melakukan pencatatan/ administrasi.

3. Kadar debu Particulate Matter 10 (PM10) di udara ambien adalah kadar PM10 dalam udara ambien yang di ukur dengan menggunakan TSI DustTrak DRX Particulate Monitor Model 8533 Desktop.

4. Umur adalah lama waktu hidup responden yang di hitung sejak tahun kelahiran sampai batas waktu ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan.

5. Jenis kelamin adalah identitas pekerja, dengan kriteria : (a) Laki – Laki, (b) Perempuan.

6. Masa kerja adalah lamanya responden sebagai petugas kementerian perhubungan.

7. Lama paparan lamanya responden terpapar dengan Particulate Matter 10 (PM10) di tempat kerja dalam satu hari, dengan kriteria : (a) >8 jam, (b) ≤8 jam.

8. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan responden dalam hal merokok dan rata-rata jumlah rokok yang di hisap setiap harinya.

9. Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah kebiasaan responden sewaktu bekerja berupa masker pada saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara

44

10. Gangguan pernapasan Atas adalah Gangguan berdasarkan keluhan pada saluran pernapasan mulai dari hidung hingga laring yang berupa sesak napas, batuk baik kering maupun berdahak, pilek, dan nyeri tenggorokan.

11. Memenuhi syarat adalah konsentrasi debu masih berada di bawah baku mutu udara ambien, berdasarkan PP RI nomor 41 Tahun 1999 yaitu ≤ 150 µg/Nm3. 12. Tidak memenui syarat adalah konsentrasi debu berada di atas baku mutu udara

ambien, berdasarkan PP RI nomor 41 Tahun 1999 yaitu > 150 µg/Nm3.

Metode Pengumpulan Data Data Primer

1. Data hasil pengukuran kadar PM10 di udara ambien yang diperoleh langsung dari pengukuran yang dilakukan bersama pihak Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan.

2. Melakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada Pekerja Kementerian Perhubungan di Terminal Terpadu Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah II Provinsi Sumatera Utara dan dibantu oleh pekerja Kementerian Perhubungan Pinang Baris yaitu data deskriptif wilayah Terminal Terpadu Pinang Baris, data jumlah petugas Kementerian Perhubungan Pinang Baris. Data juga diperoleh dari perpustakaan serta literatur – literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

45 Metode Pengukuran

Metode pengukuran adalah mengukur konsentrasi Perticulate Matter 10 dan mengenali keluhan gangguan pernapasan atas berdasarkan pada karakteristik petugas Kementerian Perhubungan di Terminal Pinang Baris. Untuk dapat mengetahuinya dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur TSI DustTrak DRX Particulate Monitor Model 8533 Desktop serta wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai keluhan gangguan pernapasan atas.

Karakteristik responden terdiri dari umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan. Jawaban responden akan diolah dan disajikan secara distribusi oleh peneliti.

Konsentrasi Paparan Perticulate Matter 10

Konsentrasi Particulate Matter 10 (PM10) dapat diukur menggunakan TSI DustTrak DRX Particulate Monitor Model 8533 Desktop. Pada masing – masing titik pengukuran yaitu sekitar lokasi pintu kelua, sekitar lokasi pintu masuk, dan persimpangan jalan raya Terminal Pinang Baris akan diukur selama satu jam.

Adapun prosedur pengukuran PM10 yang dapat dijadikan sebagai panduan kita untuk mencapai hasil yang maksimal. Prosedur – prosedur pelaksanaan pengukuran PM10 adalah :

1. Pengukuran PM10 dilakukan oleh Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kota Medan.

2. Pengukuran PM10 dilakukan pada 3 titik yaitu :

a Pos 1 sebagai titik 1 yang merupakan tempat yang berdekatan dengan lokasi pintu keluar terminal dan di tempat ini terdapat petugas

Universitas Sumatera Utara

46

Kementerian Perhubungan yang bekerja disekitar lokasi tersebut serta di tempat ini juga banyak orang yang menunggu angkutan mereka.

b Pos 2 sebagai titik 2 yang merupakan tempat yang berdekatan dengan lokasi pintu masuk terminal dan di tempat ini terdapat petugas Kementerian Perhubungan yang bekerja disekitar lokasi tersebut.

c Pos 3 sebagai titik 3 yang merupakan jalan raya tempat kendaraan berlalu lalang sekitaran terminal. Di tempat ini Petugas Kementerian Perhubungan melakukan tugasnya yaitu menertibkan dan mengatur bus – bus serta angkutan yang berada di persimpangan jalan.

3. Pengukuran PM10 dilakukan dengan metode Direct Reading menggunakan alat TSI DustTrak DRX Particulate Monitor Model 8533 Desktop yang merupakan alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi debu yang salah satu contohnya adalan particulate matter 10 yang dapat diaplikasikan pada industrial workplace, ruang kantor, hingga udara luar ruangan dan area konstruksi.

Prinsip kerja alat ini adalah pengambilan contoh uji selama satu jam dengan cara : (1) susun peralatan pengambilan contoh uji, (2) hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0.5 l/menit sampai 1 l/menit. Setelah stabil catat laju air awal F1, (3) lakukan pengambilan contoh uji selama satu jam dan catat temperatur dan tekanan udara, (4) setelah satu jam, catat laju alir akhir F2 dan kemudian matikan pompa penghisap udara, dan (5) diamkan selama sepuluh menit setelah pengambilan contoh uji untuk menghilangkan pengganggu.

Universitas Sumatera Utara

47

Gambar 3. Alat ukur DustTrak Model 8533

Gangguan Pernapasan Atas

Untuk mengetahui adanya gangguan pernapasan atas, dilihat berdasarkan jenis keluhan pernapasan atas (sesak napas, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan ) yang dirasakan responden dan dilakukan menggunakan kuesioner. Pada gangguan pernapasan atas dilihat apabila pada saat pengambilan data responden mengatakan keluhan pernapasan atas (batuk, sesak napas, pilek, dan nyeri tenggorokan).

. Penilaian ini berdasarkan beberapa penelitian seperti pada laporan yang dikumpulkan oleh WHO (2003) berjudul Health Aspects of Air Pollution with Particulate Matter, Ozone, and Nitrogen Dioxide diketahui Ackermann-Liebrich dan Zemp, dkk melakukan penelitian pada 8 komunitas dewasa Swiss dan menemukan bahwa batuk kronis, dahak kronis, dan sesak nafas merupakan efek paparan jangka panjang terhadap TPS, PM10, dan NO2.

Penelitian skripsi Yolanda Mutiara (2016) yang berjudul Hubungan Konsentrasi PM10 dan Karakteristik Pekerja Terhadap Keluhan Subjektif Gangguan Pernapasan Akut pada Petugas di area Basement Parkir Mal Blok M dan Points Square menemukan hasil bahwa terdapat (59,5%) petugas memiliki keluhan batuk baik berdahak ataupun kering, juga mendapatkan (66,7%) petugas memiliki

Universitas Sumatera Utara

48

keluhan pilek/ hidung tersumbat, (61,9%) petugas mengeluhkan sesak nafas, dan (21%) petugas mengeluhkan keluarnya cairan dari teling tanpa rasa sakit.

Pada Jurnal Kesehatan Masyarakat yang di teliti oleh Asri Wulandari, dkk (2016) berjudul Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Particulate Matter (PM10) pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas Transportasi mendapatkan bahwa keluhan batuk (43%), sesak nafas (34%), nyeri dada (17%) merupakan gejala potensial yang dapat dialami seseorang apabila terpapar PM10 terutama dalam waktu yang cukup lama.

Metode Analisi Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dinarasikan. Hasil pengukuran kadar Particulate Matter 10 (PM10) tersebut kemudian dibandingkan dengan baku mutu udara ambien menurut PP RI No. 41 Tahun 1999 dan melakukan wawancara terhadap para pekerja Kementerian Perhubungan tentang keluhan kesehatan pernapasan atas dengan menggunakan kuesioner kemudian dibandingkan dengan karakteristik responden.

Universitas Sumatera Utara

49

Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Terminal Terpadu Pinang Baris atau disingkat TTPB merupakan terminal terpadu perhubungan darat Tipe A di Kota Medan. Lokasi Terminal Pinang Baris Medan terletak di Jalan Tahi Bonar Simatupang, Lalang, Medan Sunggal, Kota Medan Sumatera Utara. TTPB itu sendiri berada di bawah naungan Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kementerian Perhubungan Wilayah II Provinsi Sumatera Utara yang menampung kendaraan bermotor Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), Antar Kota dan kendaraan bermotor Antar Provinsi dari/ ke Kota Medan.

Terminal Pinang Baris memiliki luas total 33.430 m2, dengan batasan sebagai berikut :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan Deli Serdang.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu.

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Mencirim.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak.

Terminal Pinang Baris memiliki 33 Petugas Kementerian Perhubungan yang terdiri dari 27 Pegawai Tetap dan 6 Pegawai Honorer. Pegawai Kementerian Perhubungan memiliki tugas masing – masing yang terbagi menjadi Pimpinan terminal, Pengatur Lalu Lintas, dan Pencatatan/Administrasi terkait transportasi.

Kadar Particulate Matter 10

Pelaksanaan pengukuran Particulate Matter 10 di udara ambien pada lingkungan kerja petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris yang berada di Jl. Tahi Bonar Simatupang, Lalang Kecamatan Medan Sunggal dilakukan

Universitas Sumatera Utara

50

di 3 titik yang mewakili lokasi petugas bekerja yaitu pintu keluar terminal, pintu masuk terminal, dan simpang jalan besar terminal. Hasil pengukuran kadar PM10 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 1

Hasil Pengukuran Kadar Particulate Matter 10 (PM10) di 3 Titik Lokasi Terminal Pinang Baris Medan Sunggal Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa menunjukkan bahwa kadar debu PM10 seluruhnya melebihi nilai baku mutu. Nilai baku mutu udara Ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 yaitu 150µg/m3. Kadar debu PM10 tertinggi adalah di simpang jalan terminal yaitu 740 µg/m3. Kadar debu PM10 yang terendah adalah di pintu keluar yaitu 726 µg/m3.

Berdasarkan hasil pengukuran Kadar PM10 yang dilakukan pada tiga titik pengukuran, kadar PM10 yang tertinggi di terminal tersebut adalah 740 µg/m3 dengan lokasi titik pengukuran di persimpangan jalan besar terminal. Tingginya kadar PM10 pada lokasi simpang jalan terminal dikarenakan terminal berhadapan dengan jalan raya yang ramai di lalui kendaraan. Kadar PM10 terminal pinang baris yang terendah yaitu pada lokasi pintu keluar sedangkan pada lokasi masuk,

Universitas Sumatera Utara

51

kendaraan umum atau bus yang masuk atau melewati lokasi pintu masuk jumlahnya lebih banyak sehingga kadarnya diatas kadar lokasi pintu keluar. Pengukuran kadar PM10 di Terminal Pinang Baris dilakukan pada pagi hari dari pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB dengan kondisi cuaca yang cerah dan cukup panas. Faktor cuaca juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Hal ini didukung oleh Ferdiaz (2012) yang mengungkapan bahwa jumlah polutan partikel bervariasi dengan musim dan iklim.

Pada saat penelitian tingginya kepadatan kendaraan bermotor yang lalu lalang disebabkan sebagian besar bus ataupun kendaraan umum seperti bus AKAP, bus AKDP, dan MPU memiliki rute perjalanan dan mengambil/ menurunkan sewaan.

Karakteristik Responden

Peneliti melakukan wawancara langsung dengan menggunakan lembar kuesioner kepada petugas kementerian perhubungan untuk mengetahui karakteristik responden. Responden yang diteliti berjumlah 33 petugas kementerian perhubungan yang bekerja di Terminal Pinang Baris Kota Medan. Data gambaran karakteristik responden meliputi : umur, jenis kelamin, masa kerja, lama paparan, jenis pekerjaan, riwayat penyakit, kebiasaan merokok, dan penggunaan APD, Hasil penelitian akan dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah petugas kementerian perhubungan terminal Pinang Baris lebih banyak yang berusia 41-60 tahun yang sebanyak 28 orang (84,8%) diikuti dengan yang berusia 25-49 tahun sebanyak 5 orang (15,2%). Untuk distribusi jenis kelamin pada umumnya responden berjenis kelamin laki – laki sebanyak 29 orang (87,9%) diikuti dengan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (12,1%). Pada umumnya petugas telah

Universitas Sumatera Utara

52

bekerja lebih dari 25 tahun yaitu sebanyak 20 orang (60%) diikuti dengan yang bekerja kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 13 orang (39,4%). Dari 33 petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris seluruhnya bekerja ≥ 8 jam (100%). Responden yang bertugas sebagai pengatur lalu lintas sebanyak 26 orang (78,8%) diikuti dengan yang bertugas sebagai pencatatan atau administrasi sebanyak 5 orang (15,2%) dan yang bertugas sebagai pimpinan terminal sebanyak 2 orang (6,1%). Petugas lebih banyak tidak memiliki riwayat penyakit yaitu sebesar 22 orang (66,7%) dan yang memiliki riwayat penyakit sebanyak 11 orang (33,3%).

Dari 33 petugas sebagian besar memiliki kebiasaan merokok sebanyak 17 orang (51,5%) diikuti dengan yang tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak 16 orang (48,5%). Petugas kementerian pinang baris lebih banyak tidak memakai masker saat bekerja sebanyak 17 orang (51,5%) sedangkan yang memakai masker sebanyak 16 orang (48,5%).

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Petugas Kementerian Perhubungan Terminal Pinang Baris

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) Umur (Tahun)

53 Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Petugas Kementerian Perhubungan Terminal Pinang Baris

Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) Lama Paparan

Reponden petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris berjumlah 33 orang dengan jumlah petugas paling banyak adalah yang berusia 41-60 tahun sebanyak 28 orang (84,8%) dengan batas usia tertinggi adalah 58 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris masih tergolong usia produktif dan akan memasuki usia pensiun. Menurut Depkes RI mengungkapkan bahwa usia kerja yang produktif adalah antara 15 – 54 tahun. Batas usia pensiun bagi petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris adalah 58 tahun, hal ini telah diterbitkan oleh Badan Kepegawaian Negara

Universitas Sumatera Utara

54

(BKN) dalam Surat Kepala BKN Nomor :K.26-30/V.119-2/99 Tentang Batas Usia Bagi PNS Yang Memegang Jabatan Funsional.

Dari seluruh petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris yang menjadi responden, sebagian besar petugas adalah berjenis kelamin laki – laki sebanyak 22 orang (84,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (15,4%). Hal ini dikarenakan pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu lebih banyak dilakukan oleh laki – laki. Petugas laki – laki cenderung bertugas di lapangan mengatur lalu lintas sekitar terminal, sedangkan petugas perempuan ditempatkan di dalam ruangan sebagai administrasi/ pencatatan. Sesuai dengan ungkapan Soeprapto dalam Muflichatum (2006) bahwa daya tahan tubuh wanita berbeda dengan pria karena kegiatan wanita biasanya memerlukan keterampilan dan kurang membutuhkan tenaga.

Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar petugas kementerian perhubungan terminal pinang baris telah bekerja ≥ 25 tahun yaitu sebanyak 20 orang (60,6%), sedangkan petugas yang telah bekerja < 25 tahun sebanyak 13 orang (39,4%). Menurut Soeprapto dalam Muflichatum (2006), masa kerja dapat mempengaruhi produktivitas kerja karena semakin lama bekerja tenaga kerja semakin berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Seluruh petugas bekerja

≥ 8 jam. Lama jam kerja petugas sudah ketetapan dari Balai Pengelolaan Transportasi Darat (BPTD), dimana rata – rata mulai bekerja jam 07.00 WIB dan berakhir pada jam 16.00 WIB dan kadangkala sebagian responden selesai bekerja pada jam 18.00 WIB. Semakin lama responden bekerja dalam sehari maka akan semakin tinggi resiko terpapar debu PM10.

Universitas Sumatera Utara

55

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dari ketiga jenis pekerjaan yang tertera sebagian besar petugas bekerja sebagai pengatur lalu lintas sebanyak 26 orang (78,8%). Menurut Nano Susanto (2015) petugas pengatur lalu lintas membutuhkan tenaga dan daya tubuh yang optimal karena banyaknya kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan tingkat polusi udara yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa petugas kementerian perhubungan pengatur lalu lintas terminal pinang baris dapat beresiko terpapar debu yang ditimbulkan dari kendaraan yang berlalu lalang. Untuk riwayat penyakit yang berhubungan dengan penelitian ini diketahui bahwa petugas tidak memiliki riwayat penyakit lebih banyak yaitu sebanyak 22 orang (66,7%) dan yang memiliki riwayat penyakit terdapat 11 orang (33,3%) seperti asma, radang paru –paru dan jantung.

Hail penelitian menunjukkan bahwa petugas lebih banyak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang (51,5%) dengan banyak rokok yang dihisap ≥ 1 bungkus per hari serta dilihat dari rata – rata lamanya merokok yaitu sejak petugas berusia remaja. Untuk penggunaan Alat Pelindung diri (APD) petugas kementerian pinang baris lebih banyak tidak memakai masker saat bekerja sebanyak 17 orang (51,5%). Walaupun masker telah difasilitasi oleh BPTD, masih banyak petugas yang tidak memakai dengan alasan pengadaan masker yang hanya

Hail penelitian menunjukkan bahwa petugas lebih banyak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 17 orang (51,5%) dengan banyak rokok yang dihisap ≥ 1 bungkus per hari serta dilihat dari rata – rata lamanya merokok yaitu sejak petugas berusia remaja. Untuk penggunaan Alat Pelindung diri (APD) petugas kementerian pinang baris lebih banyak tidak memakai masker saat bekerja sebanyak 17 orang (51,5%). Walaupun masker telah difasilitasi oleh BPTD, masih banyak petugas yang tidak memakai dengan alasan pengadaan masker yang hanya

Dokumen terkait