• Tidak ada hasil yang ditemukan

E : Oke, selamat siang? FO : Siang.

E : Oke, hari ini ak mau interview Anda tentang pengalaman saat PPL, khususnya untuk pendekatan yang dipakai saat PPL ya?

FO : Ya, ya, ya.

E : Oke, kalau boleh tahu, sejak kapan ya mengajar di PPL?

FO : Saya mulai mengajar PPL itu mulai bulan Februari sampai Mei ini belum penilaian dan penarikan.

E : Berarti masih mengajar ya?

FO : Masih. Masih ada satu kali mengajar itu untuk penilaian. E : Betah ya mengajar di PPL?

FO : Sebenernya enggak, tapi karena kebetulan sekolah yang jadi tempat kami praktek itu agak ribet, banyak liburnya, kemudian siswanya sedikit, dan juga kurangnya kelas.nah jadi kita ada tiga mahasiswa praktikan, nah itu kita kesusahan untuk membagi waktu untuk mengajar begitu.

E : Oo, jadi kelasnya Cuma sedikit gitu ya?

FO : Iya, kelasnya cuma sedikit, dan kita cuma dikasih kelas sepuluh dan sebelas.

E : Oo, gitu. Oke. Kalau waktu PPL kurikulum apa ya yang dipakai? FO : Kurikulum 2013.

E : Oke, Kurikulum 2013, berarti ikut Kurikulum yang baru? FO : Iya.

E : Menurut Anda, apa sih bedanya Kurikulum 2013 sama kurikulum yang sebelumnya, KTSP?

FO : Oo, kalau menurut saya pribadi, kurikulum 2013 sebenernya lebih ribet ya, contohnya dalam pembuatan RPP juga beda kan itu. Nah, itu lebih ribet dan ee metodenya juga berbeda daripada KUTILAS.

E : Daripada KTSP maksudnya? FO : Oo iya KTSP.

E : Oke, metodenya berbeda, apa sih perbedaanya?

FO : Kalau Kurikulm 2013 ini menggunakan metode Scientific Approach dan Kurikulum 2013 atau sering disebut Kutilas oleh kaum-kaum yang sedang PPL itu, itu bukan burung ya? Itu menggunakan Scientific Approach gitu. E : Berarti kalau yang Kurikulum sebelumnya itu pake nggak sih?

FO : Oo, kurang tahu saya, karena saya di mata kuliah yang membahas tentang RPP itu, udah langsung diberitahu tentang Kurikulum 2013. Jadi KTSP kami tidak menyinggung tentang kurikulum tersebut gitu.

E : Kalau waktu Micro juga ya?

FO : Waktu Micro juga kebetulan kami langsung menggunakan Kurikulum 2013.

E : Oke, berarti sebelum PPL sudah tahu ya, apa itu Kurikulum 2013 dan pendekatan yang dipakai yaitu Scientific Approach sudah tahu ya?

FO : Iya, karena sudah lulus ya, sudah lulus LPD, Micro Teaching juga jadi sudah tahu lah garis besarnya.

E : Oke, bagaimana sih perasaan anda saat menerapkan pendekatan ini? FO : Perasaan saya pertama tu agak ini ya, kalau buat saya agak sedikit rumit

dan susah. Apalagi diterapkan di sekolah yang seperti tempat saya praktek, PPL, karena di Kurikulum 2013 ini, metode Scientific Approach tadi itu tu menuntut siswa yang aktif daripada gurunya. Nah, tapi, eee di kenyataannya di sekolah tempat saya tu sangat sulit dan susah untuk mengajak siswanya untuk aktif, untuk aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Nah, kami sebagai prasktikan kesulitan menerapkan Scientific Approach itu di sekolah tersebut.

E : Oke. Jadi waktu Anda mengalami kesulitan itu, apa sih yang kamu lakukan?

FO : Ya itu kita biasanya tergantung situasi mbak, jadi dari persiapan kami sudah mempunyai prepare-prepare untuk mengsih pendekatan tersebut, di kenyataanya tu di dalam kelas tidak bisa berjalan, bener-bener tidak bisa berjalan dan tidak bisa dilakukan, diterapkan jai kita mau tidak mau ngikutin polanya dan ulah dari siswa-siswa tersebut. Jadi kita Cuma ngasih materi, kalau ada yang bingung ditanyakan, kalau nggak ada yang bingung kita kasih soal, kemudian dalam soal itu, menurut saya pribadi, sudah bisa menilai bahwa siswa tersebut sudah mampu atau tidak dalam materi ini.Jadi secara garis besar, di sekolah yang menjadi tempat kami praktek, itu Scientific Approach hampir 40% gagal.

E : Ehmmm gitu, biasanya factor lain apa sih yang membuat menerapan yang di pendekatan ini gagal selain dari siswa yang tidak mau diajak aktif untuk ikut serta di kegiatan di kelas?

FO : Oo ya mungkin strategi mengajarnya. Di Scientific Approach tu kan ada beberapa yang harus diterapkan, ada urut-urutannya dan kadang guru itu susah untuk memberikan materi sesuai dengan metode tersebut, kadang tidak cocok dengan materinya, atau kadang tidak cocok dengan situasi yang dihadapi di dalam kelas gitu, selain dari siswa ya itu. Seperti kelas yang tidak mumpuni dan fasilitas yang kurang.Seperti kalau kita mau menampilkan video, nah tapi di dalam kelas tidak mempunyai fasilitas proyektor, nah kita tidak mungkin memperlihatkan videonya satu-satu menggunakan HP, ya seperti itu lah kesulitanya.

E : Oo jadi di sekolahnya fasilitasnya kurang ya? FO : Iya agak kurang.

E : Oo, gitu. FO : Kebetulan.

E : Brarti dari yang tadi siswa kurang aktif dan fasilitas kurang memadahi juga ya?

FO : Iya fasilitas juga tidak mendukung untuk menerapkan metode Scirntific Approach.

E : Brarti selama ini, informasi-informasi atau materi-materi yang diberikan itu langsung diberikan kepada mereka?

FO : Ya awalnya kita tetap membuat RPP, kita tetap konsultasi dengan guru pamong dan dosen pembimbing. Kita tetap menggunakan metode tersebut, metode Scientific Approach tersebut, tetapi, ketika kita udah masuk kelas tuh mbak, bless, selamat pagi blablabla, itu semua gagal total.

E : Itu karena apa sih menurut anda?

FO : Ya itu tadi, siswanya tu kurang berantusias dalam mengikuti proses pembelajaran mengajar. Kemudian, fasilitas dikelas itu tidak mumpuni dan tidak mendukung, nah jadi mau tidak mau kita harus mengganti metode-metode yang sesuai dengan Kutilas tersebut dengan model mengajar lawas itu lho mbak.Ya sudah, guru nerangin, guru ngasih ee materi, siswa nggak tahu, kita kasi tahu, siswa sudah tahu siswa kita kasih soal, siswa bingung kita ngasih tahu.Begitu.

E : Berarti siswanya kurang antusias tu gimana? Mereka diam atau seperti apa?

FO : Kebanyakan dari mereka itu asik sendiri, menggunakan handphone lah, tidak bisa memperhatikan meteri yang di depan. Jadi memang banyak distraction yang mereka dapat, karena kebetulan sekolahnya itu sempit, nah jadi lalu lalang orang dan kebetulan sekolahnya tepat di pinggir jalan raya, jadi bising, dan siswa kebanyakan tidak bisa fokus dan tidak bisa mengikuti proses pembelajaran dengan tenang. Jadi kalau disuruh merhatiin, ya ada sebagian kayak satu dua orang doing yang benar-benar fokus, yang lain ngobrol lah, chatingan lah, dan lain sebagainya. Dan yang saya heran, di sekolah kami tu mungkin juga karena kurang tegasnya dari guru-guru.

E : Terus kamu punya strategi ini nggak, soalnya kan mereka pakai HP tu, terus kamu nyuruh nggak untuk mereka mencari informasi yang dipelajari di kelas itu lewat internet, lewat HP mereka, lewat gadget?

FO : Iya, salah satunya itu, ketika mahasiswa sudah bosan, terus materi yang disampaikan terlalu sulit, terus interaksi antara saya dan siswa juga tidak berjalan dengan lancar, kadang saya meminta mereka untuk browsing, seperti browsing contoh soal lah, browsing materi lah itu menggunakan HP. Tetapi pada kenyataannya, ketika saya berkeliling mengecek, itu tidak semua siswa memcari materi atau mencari bantuan untuk memahami materi, mereka malah justru seperti yang saya bilang, chatingan lah, main game lah dan lain sebagainya. Jadi susahnya itu.

E : Oo, gitu. Ini kan uda membuat rencana untuk melakukan berbagai kegiatan menggunakan Scienitific Approach dan kenyataanya ee tidak dapat diterapkan dengan baik. Lantas, kamu konsultai nggak sih dengan guru atau dosen?Terus tanggepannya gimana?

FO : Iya, saya selalu konsultasi dengan guru. Malah sering guru juga ikut di dalam kelas dan ikut menyaksikan proses pembelajarannya dan gurupun juga sudah memberi kami ee mengasih tahu kalau memang siswa disini susah untuk diajak bekerjasama. Jadi mau nggak mau, kita harus ngikutin mereka dengan cara mereka tapi, ee dengan tida meninggalkan materi

yang harus disampein. Jadi materi tetap disampaikan, ee tujuannya guru harus bisa mempermudengkan.Nah, tahu mempermudengkan enggak? Jadi mempermudengkan siswa tapi ya itu karena kendala-kendala yang dihadapi praktikan hadapi di sana da guru pun maklum. Sebenernya gurunya pun mengalami persoalan yang sama. Karena apa? Saya pernah berkonsultasi dengan guru pamong saya tentang masalah tersebut, tidak bisanya siswa untuk diajak bekerjasama dan guru memberi solusi seperti ini: ka nada dua jam pelajaran, nah nanti satu jam untuk materi dan satu jam buat nonton film. Nah itu saya agak bingung, itu saya tanyakan kenapa Miss kok harus dengan kaya gini? Karena itu salah satu cara untuk memberi kesempatan siswa untuk belajar Bahasa Inggris tetapi lewat video. Tapi menurut saya itu agak kurang membantu, pada kenyataanya, ee sama, hanya beberapa siswa yang menonton video tersebut. Yang lain tetap chattingan lah, ngobrol lah.

E : Ee, padahal itu filmnya apa sih kalau boleh tah?

FO : Filmnya, Bahasa Inggris, jadi kita tontonin film-film Bahasa Inggris tanpa subtitle, seperti itu.

E : Jadi mereka kurang tertarik ya? Karena ngga mudenga ya? FO : Iya kurang tertarik.

E : Oke, berarti kan anda tetap pernah menerapkan pendekatan ini di dalam kelas itu kan?

FO : Iya, setiap kali saya masuk kelas dan mengajar, saya berusaha harus menerapkan metode tesebut meskipun pada kenyataanya, memang susah dan kadang atau seringkali tidak bisa diterapkan.

E : Oke, perasaan anda gimana sih saat menerapkan pendekatan ini?

FO : Kalau saya biasa saja ya perasaannya, soalnya pada hari membuat RPP sudah mungkin iya Kurikulum 2013 itu belum sempurna jadi banyak ee RPP-RPP yang beda dan tidak sesuai dengan..tidak ada patokannya harus seperti ini ini ini. Nah itu nggak masalah, kemudian cara persiapan saya untuk nanti masuk kelas dan memberikan materi juga tidak bermasalah karena saya sudah menyiapkan berbagai taktik agar metode tersebut bisa diterapkan dan masalahnya hanya itu tadi, situasi yang membuat metode itu tidak bisa dijalankan.

E : Berarti, menurut anda, masalah yang muncul tu malah lebih banyak yang berasal dari luar ya?

FO : Iya dari luar.

E : Dari murid dan dari fasilitas? FO : Iya murid dan fasilitas.

E : Kalau yang dari dalam diri sendiri?

FO : Masalah metode Scientific, dan pemuatan RPP dan sebagainya itu, tidak masalah bagi saya, atau mungkin saya belum menemui masalah di dalam metode tersebut karena saya belum 100% mempraktekkan metode tersebut karena kendala itu tadi.

E : Eee, gitu ya? Berarti saat pembuatan RPP, menetukan kegiatan-kegiatan itu nggak ada masalah ya?

E : Oke, kalau biasanya planning untuk melakukan kegiatan mengamati tu apa, dari pengalaman Anda?

FO :Oo, sebenarnya saya belum pernah mendapatkan pengalaman masalah seperti itu ya di sekolahan, karena itu tadi kan masalahnya. Tapi saya punya rencanca atau planning saat mengamati itu siswa dikasih handout, dikasi materi-materi gitu, dan itu dibaca sendiri, jadi saya tidak langsung menjelaskan itu maksudnya itu apa, tapi siswa saya suruh baca sendiri, kalau ada yang nggak tahu dan nggak mudeng itu langsung ditanyakan. Nah itu rencana saya, dalam proses mengamati seperti itu. Atau kalau tidak menonton video, saya kasih video tanpa saya kasih tahu judulnya apa, nanti harapannya siswa bakal tahu maksudnya video itu apa dan tujuannya yang dikaitkan pada hari tersebut.

E : Itu baru rencana ya?

FO : Iya, rencana. Pada penerapannya dan pada kenyataanya tidak dapat dijalankan di sekolah saya.

E : Terus waktu proses menanya apa rencana yang kamu punya?

FO : Oke, pada saat proses menanya, setelah mengamati siswa membaca dan siswa mencoba memahami materi dengan diri sendiri, ee saya menanyakan ee garis besar inti materinya itu apa. Kemudian, saya juga menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihapadi, kalau Bahasa Inggris kan mungkin yang pertama itu, tidak tahu artinya ya, tidak tahu arti kata atau vocabularynya, nah saya nanyain hal-hal sperti itu. Nah nanti setelah menanya, saya nanyain dia tahu, dia nggak tahu terus dia nanya, terus saya ngasih penjelasan terus baru berjalan lagi materinya.

E : Mereka sering nanya-nanya nggak sih?

FO : Ee enggak, cuma beberapa siswa mungkin Cuma satu dua tiga orang yang memang bener-bener fokus dan memiliki antusias untuk belajar ya sering tanya, semisal ketika saya menerangkan lewat power point terus ada kata atau kalimat yang tidak tahu maksudnya, itu ditanyain. Terus tentang ee mungkin, ee jawaban-jawaban semisal saya ngasih soal terus jawabannya salah dan mereka tetap mengejar jawaban yang benar itu seperti apa terus mengapa jawabannya seperti itu. Nah itu baru saya kasih penjelasan.

E : Itu banyak yang seperti itu? Atau?

FO : Nah itu hanya satu dua tiga orang saja. Yang lain ya tetap saja fokus dengan HPnya mereka masing-masing.

E : Anda gimana sih untuk membuat mereka untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan itu? Apa cara-cara yang Anda lakukan?

FO : Oke, yang pertama saya mencoba mendekatan diri dengan para siswa, saya mencoba memahami karakter dari masing-masing siswa, semisal siswa A ini kalau dikasih tahu degan cara tegas mungkin nggak bisa, ya kita berarti harus dengan cara lain, seperti itu. Jadi saya masuk kelas nggak Cuma ngasih materi pembelajaran tetapi saya juga mengamati bagaimana saya bisa eee beradaptasi dengan kelas tersebut agar nanti kerjasamanya enak. Tetapi tetap susah karena memang butuh waktu yang lebih untuk beradaptasi dengan sekolah tersebut dan siswa tersebut.

E : Oke, kalau yang proses selanjutnya, proses mencoba atau mengeksplorasi biasanya apa rencana yang kamu lakukan?

FO : Oke, biasanya saya mengasih, ee memberi soal-soal yang bersangkutan dengan materi, vocabulary tetep karena menurut saya itu penting gitu. Kemudian, kalau materi seperti materi ekspression gitu saya menyuruh mereka membuat role playa atau dialog kecil.Mereka juga aktif ngomong itu lho, nggak cuma baca, nggak cuma ndengerin, tapi mereka juga berperan aktif untuk ngomong.Satu dua kelas sudah bisa sebagian, tetapi, beberapa kelas masih sulit untuk diajak ee belajar menggunakan metode role play.Seperti itu.

E : Oke, kalau tentang, eee ka nada materi tu, materinya tu langsung Anda berikan kepada siswa berupa handout, atau bagaimana sistemnya kalau mau membahas suatu materi?

FO : Kalau saya modelnya saya membikin handout tentang materi awal, yang seperti saya tadi persiapkan menggunakan Scientific Approach rencana saya, saya mau ngasih waktu sekitar lima menit untuk siswa untuk mencoba memahami materi tersebut dengan sendirinya tetapi kan nggak bisa, mau nggak mau saya terus menggunakan power point untuk menjelaskan materi tersebut.

E : Tapi kan berarti materi yang dibahas di dalam kelas itu dari Anda semua? FO : Iya, dari saya semua.

E : Anda memberikan kesempatan untuk mereka nggak sih untuk mencari informasi dari sumber lain?

FO : Iya, itu sering ketika ee ditengah materi atau di akhir pelajaran untuk pekerjaan rumah saya cuma pengen cuma memberikan instruksi canti contoh semisal cari contoh memo, atau besokcari contoh memo yang resmi dan tidak resmi seperti apa, meskipun di proses di kelasnya juga saya sudah ngasih penjelasan tentang memo, tapi saya tetap memberikan instruksi untuk mencari sendiri. Saya memastikan bahwa siswa tersebut, bener-bener sudah tahu, sudah mengerti atau tidal.Tetapi, kenyataannya saya menemukan hanya beberapa siswa yang bener-bener ee menjalankan instruksi yang saya berikan, sebagian kalau saya tanyain alasannya banyak, alasannya sibuk dengan pelajaran yang lain lah, alasannya macem-macem lah pokoknya.

E : Berarti untuk mencari apa ya, untuk mencari sumber atau informasi dari sumber lain tu biasanya dialokasikan ke PR ya?

FO : Iya, saya alokasikan ke PR. E : Kalau di sekolah nggak pernah?

FO : Kalau di sekolah nggak pernah, karena apa, percumah saya ngasih instruksi untuk mencari sumber di internet, di perpus, mereka tidak bisa diajak bekerjasama seperti itu. Beberapa kali saya mencoba tapi hasilnya sama aja, mereka tidak mencari malah mereka melakukan hal-hal yang lain gitu lho. Yang tidak berhubungan dgan proses belajar mengajar. E : Oke, sekarang masuk ke tahap mengkomunikasikan dan

mengasosiasikan, kalau yang menurut rencana pembelajaran Anda, yang proses mengasosiasi apa sih kegiatannya?

FO : ee, mengkomunikasikan itu apa ya? E : Iya mengasosiasi dulu.

FO : Mengasosiasi itu apa? E : Ya apa menurut Anda?

FO : Menurut saya tu asosiasi itu setelah kita..ehh apa tadi sebelumnya? E : Mengeksplorasi.

FO : Setelah kita mengeksplorasi, saya mengkomunikasikan seperti ee kalau ada materi-materi yang kurang atau ee siswa yang bingung, nah, itu ada interaksi antara saya dan siswa tu lho. Jadi pembahasannya lebih intens gitu, nggak cuma ee dari layar terus ke semua siswa, tapi saya biasanya muter satu-satu. Jadi dicek satu persatu karena kemampuan daya serap dari masing-masing siswa kan berbeda, jadi saya tidak bisa menyamakan ee omongan saya ke semua siswa, karena belum tentu ee omongan saya bisa diserap dan diterima semua siswa jadi saya muter satu-satu, saya tanya satu-satu, saya tanyain gimana, saya komunikasiin jadi mereka juga mengkomunikasiin dengan saya. seperti itu.

E : Emm, biasanya ngasih tugas nggak sih sama mereka? Tugasnya dalam bentuk apa? Membuat project atau membuat apa gitu, bisa diceritakan? FO : Ya, kebanyakkan tugasnya seperti ee cotohnya membikin dialog,

membikin memo, membikin undangan, seperti itu. Kalau project-project seperti membikin laporan atau makalah gitu nggak.

E : Enggak, maksudnya mbuat madding atau membuat poster gitu.

FO : Oo itu enggak, itu karena nggak mungkin diterapkan disana, susah nah itu.

E : Oke, kalau misalnya udah buat dialog gitu, atau membuat memo gitu biasanya hasil pelaporannya kaya apa? Anda yang langsung dicek atau bagaimana?

FO : Biasanya mereka tak suruh maju ke depan, pertama membacakan dulu, untuk melihat anak ini berbicara dalam bahasa Inggris, itu satu. Kemudian, ee tugas yang dibuat udah sesuai enggak dengan materi yang sudah disampein?Seperti itu, jadi maju kedepan, siswa mengkomunikasikan tugasnya ke saya sebagai guru dan ke siswa yang lain gitu. Dan setelah itu nggak Cuma mbaca terus udah duduk kembali enggak, tapi setelah baca terus siswa yang lain saya tanyain, ada yang mau ditanya ngaak. Dari kalian ke temen kalian ini yang ada di depan gitu. Jadi bukan Cuma interaksi saya dan siswa tapi siswa dan siswa juga bisa diterapkan disitu. E : Oke, menurut ANda apakah anda sudah menerapkan pendekatan ini

dengan baik?

FO : Ini pertanyaan yang susah ya, karena apa, sata belum bisa menerapkan metode ini benar-benar 100% di sekolah yang saya … sekolah tempat saya ini. Karena ya itu tadi masalahnya, jadi saya belum bisa ee menilai diri saya apa saya sudah cukup baik apa belum dalam menjalankan Scientific Approach tersebut.

E : Kalau menurut pengalaman Anda yang sudah menerapkan sebagian prose situ, menurut anda gimana?

FO : eee menurut saya, saya masih kurang baik ya, karena eee kadang itu juga dari factor dari luar, eksternal juga mengganggu, dari internal juga kadang susah mematchingkan materui terus mencari ee aktifitas apa untuk dikasihkan ke siswa-siswa degan metode tersebut.

E : Berarti saat mengalami kesulitan saat mencocokan materi dan kegiatan apa yang dilakukan, biasanya apa sih yang kamu lakukan? Solusinya apa sata anda mengalami masalah tersebut.

FO : Oo, biasanya saya biasa ya, konsultasi dulu dengan guru pamong atau ke dosen, saya memilik opsi beberapa kegiatan gitu, saya tanyain, saya tanyakan ke guru pamong atau dosen, aktifitas atau kegiatan apa yang cocok untuk digunain menggunakan metode tersebut dan materi yang nantinya akan saya kasih ke siswa, begitu.

E : Terus, yang terakhir ni, FO : Yang terakhir ya ini, wauw

E : Iya, saran apa sih yang… atau saran apa untuk mahasiswa lain yanga kan

PPL da pihak kampus atau pihak sekolah.

FO : Saya tu yang pertama harus lulus Micro Teaching dulu, itu penting ya, harus lulus Micro Teaching dan Micro Taching harus masuk terus, dan tentunya absen. Karena setiap ee harinya atau jadwalnya, atau agendanya itu sangat berhubungan sekali dengan nanti yang akan temen-temen mahasiswa hadapi di kelas. Yang kedua, harus bener-bener menguasai pembuatan RPP, silabus dan yang berkaitan dengan persiapan mengajar seperti itu. Kemudian kalau…

E : Kalau yang mengenai penerapan ini, Scientific Appraoch?

Dokumen terkait