• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pak Samsul Panen 50% Angin Kencang Januari 203 2 Pak Didin Panen 25% Angin Kencang Januari

ANALISIS RISIKO USAHATANI PADI DAN PENGEMBANGAN ASURANSI PERTANIAN

1 Pak Samsul Panen 50% Angin Kencang Januari 203 2 Pak Didin Panen 25% Angin Kencang Januari

3 Mbah Uyep Panen 25% Angin Kencang Desember 2012 4 Pak Lukman Panen 12.5% Angin Kencang 2013 5 Pak Ujai Panen <60% Angin kencang Januari 2013 6 Bah Udin Panen 30% Angin Kencang Januari 2013 7 Pak Ece Udin Panen 25 % Kekeringan 2011 8 Pak Saepuloh Panen 40% Kekeringan 2011

Analisa Probabilitas dan Dampak Risiko

Probabilitas nilai risiko hasil produksi padi dapat diukur melalui data cross section yang berupa data produktivitas rendah petani padi yang diakibatkan oleh kejadian gagal panen. Data yang diambil merupakan persentase dari panen rendah yang diakibatkan oleh kejadian gagal panen dibandingkan dengan panen normal dari petani padi yang diambil dari 30 responden di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong yang disajikan dalam lampiran 3. Ringkasan hasil analisis probabilitas risiko pada petani padi Desa Sukaratu dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 5 Hasil perhitungan probabilitas risiko

Rata-rata 28,14%

St. Deviasi 17.90%

X 50%

Z 1.78

Nilai pada tabel Z 0.038

Probabilitas Risiko 3.8%

Analisis risiko yang dilakukan ialah dengan menemukan probabilitas atau peluang risiko dari kejadian-kejadian gagal panen yang merugikan petani padi di Desa Sukaratu. Data yang digunakan menggunakan persentase panen antara panen rendah akibat terkena risiko dengan panen normal tiap responden. Hasil perhitungan pada data yang ada menunjukkan persentase kemungkinan terjadinya risiko dari hasil panen yang diharapkan oleh para petani padi. Tabel 6 menunjukkan rata-rata panen rendah yang dialami oleh petani di Desa Sukaratu ialah sebesar 28.14% dari panen normal. Hasil produktivitas padi pada saat panen rendah menunjukkan tingkat probabilitas risiko dari hasil produksi padi sebesar 3.8%.

Tingkat peluang atau probabilitas risiko dari hasil produksi padi tersebut ditentukan oleh nilai produksi normal petani, atau nilai dimana saat panen tersebut, petani tidak mengalami kerugian meskipun hasil panen tidak mencapai hasil normal, yakni sebesar 60% dari total panen normal tiap musim tanam. Nilai ini ditentukan sendiri oleh petani padi di Desa Sukaratu, berdasarkan hasil wawancara tiap petani. Menurut petani padi setempat, hasil panen sebesar 60% dari panen normal tiap musim tidak akan merugikan petani padi, meskipun petani tersebut dipastikan hampir tidak memiliki keuntungan dari budidaya padi yang disebabkan karena adanya biaya-biaya selama aktivitas budidaya, seperti biaya pemeliharaan, obat-obatan, dan pupuk. Dengan nilai tersebut, maka kemungkinan atau peluang terjadinya risiko dari hasil produksi padi ialah sebesar 3.8%. Nilai Z sebesar 1.78 dengan tanda positif menunjukkan bahwa penurunan hasil produksi padi berada disebelah kanan rata-rata distribusi normalnya. Sehingga melalui tabel z, diperoleh angka 0.038 yang merupakan nilai peluang terjadinya risiko pada hasil produksi padi.

Langkah berikutnya setelah menganalisis peluang terjadinya risiko pada hasil produksi padi di Desa Sukaratu ialah dengan mencari dan menganalisis dampak dari risiko tersebut. Dampak risiko yang merugikan petani terjadi akibat adanya sumber-sumber risiko yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga terjadi kejadian yang mengancam hasil risiko padi, seperti kejadian gagal panen. Nilai target dari produktivitas yang menjadi acuan sama dengan sebelumnya, yakni sebesar 60% dari total panen normal tiap musimnya. Kerugian yang dialami oleh petani akan diukur berdasarkan harga jual tiap petani kepada tengkulak yang berkisar antara Rp300 000,- hingga Rp350 000,- per kuintal gabah basah. Besarnya dampak merugikan oleh target produksi yang tidak tercapai dapat diketahui melalui metode Value at Risk (VaR) pada lampiran 4. Ringkasan dari lampiran mengenai besarnya dampak risiko dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6 Hasil perhitungan dampak risiko

Rata - rata kerugian Rp 6 526 769

Standar Deviasi Rp 4 034 292

Z 1.65

VaR Rp 7 682 020

Petani padi di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong pada umumnya melakukan panen sebanyak tiga kali dalam setahun. Hasil produktivitas rendah pada saat terjadi gagal panen rata – rata tidak mencapai target pada setiap periode tanam. Melalui data yang didapat dari responden, yakni petani – petani padi di Desa Sukaratu, rata-rata kerugian yang dialami akibat produksi rendah mencapai Rp6 526 769,- tiap musim panen. Nilai distribusi tabel z yang diambil pada tingkat 5 persen menunjukkan Value at Risk yang terjadi pada setiap petani yang sebesar Rp7 682 020,- per hektar tiap musim tanamnya. Hasil ini menunjukkan tingkat kerugian akibat kejadian gagal panen pada tiap petani maksimal akan mencapai nilai Rp7 682 020,- per hektar tiap musim tanam. Besarnya dampak kerugian yang diderita petani tersebut disebabkan oleh kekurangan produktivitas tiap panennya yang ditargetkan oleh petani dan harga pada saat panen.

Perhitungan probabilitas dan dampak risiko ini merupakan perhitungan dengan asumsi multiple peril yaitu kemungkinan dan dampak akibat risiko gagal panen dihitung berdasarkan jumlah kerugian total dengan semua kemungkinan penyebab risiko, seperti serangan OPT dan faktor cuaca. Apabila dijabarkan berdasarkan sumber cakupan risiko, probabilitas risiko gagal panen di Desa Sukaratu dapat dijabarkan pada tabel 7. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa untuk setiap musim tanam, probabilitas terjadinya risiko gagal panen untuk tiap musim tanam untuk yang terbesar adalah sebesar 20.30% yang disebabkan oleh faktor cuaca, seperti kekeringan atau angin kencang. Sedangkan untuk probabilitas terkecil untuk setiap musim tanamnya ialah sebesar 12.90% yang disebabkan oleh hama tikus.

Tabel 7 Probabilitas risiko gagal panen berdasarkan Faktor Penyebab gagal panen No

Persentase panen Aktual Tikus Hama dan

Penyakit lainnya Faktor cuaca 1 5.00 50.00 50.00 2 5.00 12.50 25.00 3 50.00 50.00 25.00 4 22.22 50.00 12.50 5 0.00 17.50 60.00 6 25.00 17.50 30.00 7 50.00 33.33 25.00 8 0.00 16.67 40.00 9 25.00 50.00 10 25.00 0.00

11 50.00 12 10.00 13 25.00 14 21.42 15 50.00 Rata-rata 24.24 29.75 33.44 St. Deviasi 31.56 33.45 31.83 X 60.00 60.00 60.00 Z 1.13 0.90 0.83

Nilai pada tabel Z 0.129 0.184 0.203 Probabilitas Risiko 12.90 18.40 20.30

Dampak risiko akibat gagal panen juga dapat dihitung berdasarkan sumber cakupan risiko. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sumber cakupan risiko yang memberikan dampak gagal panen terbesar. Tabel 8 menunjukkan besarnya total kerugian akibat gagal panen yang didapatkan melalui responden di Desa Sukaratu berdasarkan sumber cakupan risikonya. Berdasarkan perhitungan Nilai VaR atau kerugian terbesar, nilai dampak kerugian yang terbesar di Desa Sukaratu disebabkan oleh faktor cuaca dengan dampak kerugian sebesar Rp9 472 262.- per hektarnya.

Tabel 8 Dampak kerugian akibat gagal panen di Desa Sukaratu berdasarkan sumber cakupan risiko

No

Total Kerugian (Rp)

Tikus Hama dan

Penyakit lainnya Faktor cuaca

1 9 625 000 2 100 000 2 100 000 2 9 625 000 7 837 500 6 125 000 3 1 750 000 2 100 000 6 125 000 4 5 950 350 2 100 000 14 777 778 5 12 600 000 10 518 750 0 6 9 187 500 10 518 750 7 140 000 7 1 540 000 7 467 600 7 710 500 8 9 000 000 7 799 400 3 500 000 9 8 575 000 1 037 838 10 7 710 500 13 440 000 11 1 980 000 12 10 500 000 13 6 300 000 14 8 641 920 15 2 380 000 Rata-rata 7 024 351 6 491 984 5 934 785

Standar Deviasi 3 559 289 4 381 685 5 267 486

Z 1.645 1.645 1.645

Value at Risk 8 536 114 8 771 313 9 472 262

Pemetaan Risiko Hasil Produksi

Analisis mengenai besarnya probabilitas dan dampak risiko yang terjadi akibat adanya risiko pada hasil produksi sebelumnya, menunjukkan besarnya nilai risiko dari kejadian gagal panen tiap musim tanamnya. Nilai risiko tersebut dapat dimasukkan ke dalam matriks manajemen risiko untuk menentukan metode yang tepat dalam mengelola atau menangani kerugian. Sebelum dimasukkan kedalam matriks manajemen risiko, nilai risiko hasil produksi usahatani padi tersebut dimasukkan ke dalam pemetaan risiko untuk digolongkan atas klasifikasi besarnya dampak dan probabilitas risiko.

Penempatan risiko hasil produksi didasarkan pada hasil perhitungan dampak dan probabilitas risiko sebelumnya. Tingkat peluang risiko dari hasil produksi yang terjadi ialah sebesar 3.8%. Sementara hasil dari analisis terhadap tingkat dampak yang diperoleh pada hasil produksi pada adalah sebesar Rp7 682 020,- per hektar. Faktor tersebut akan menjadi penentu posisi dari risiko hasil produksi dalam pemetaan risiko.

Gambar 7 Hasil Pemetaan Hasil Risiko Padi di Desa Sukaratu

Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa risiko hasil produksi padi pada Desa Sukaratu terdapat pada kuadran 3. Kelompok risiko yang tergabung pada posisi ini dideskripsikan dengan kejadian yang merugikan dengan dampak yang besar dan probabilitas kecil. Probabilitas risiko terhadap hasil produksi padi terlihat pada perhitungan sebelumnya yakni sebesar 3.8% (dibawah 20 persen). Hal ini menyebabkan probabilitas risiko yang merugikan pada proses produksi

padi kecil, dengan dampak yang besar senilai Rp7 682 020,- per hektar tiap musim tanamnya. Melalui pemetaan tersebut, dapat diketahui pula posisi risiko hasil produksi padi pada matriks manajemen risiko. Posisi risiko hasil produksi, dimana merupakan tipe kerugian ketiga, dengan probabilitas rendah dan dampak yang tinggi. Menurut matriks tersebut, teknik yang sesuai untuk menangani risiko jenis ini ialah dengan metode asuransi. Oleh karena itu, risiko yang telah tergolong menjadi risiko yang cocok untuk diasuransikan ini akan ditindak lanjuti dengan analisis premi yang sesuai untuk dikenakan kepada petani padi jika sistem asuransi pertanian ini diterapkan.

Tabel 9 Penempatan risiko hasil produksi dalam Risk Management Matrix Type of loss Loss Frequency Loss Severity Appropriate risk management technique

1 Low Low Retention

2 High Low Loss control and Retention

3 Low High Insurance

4 High High Avoidance

Strategi Penanganan Risiko

Kerugian yang dialami oleh petani akibat adanya risiko gagal panen tersebut, dapat ditanggulangi dengan beberapa cara. Menurut Nurmanaf (2007), dalam

makalah penelitiannya yang berjudul “Analisis elayakan dan erspektif engembangan Asuransi ertanian pada Usahatani adi dan Sapi otong”, dalam

menghadapi risiko, strategi yang diterapkan petani yang satu dengan petani yang lain tidak selalu sama. Secara garis besar petani menerapkan satu atau kombinasi dari beberapa strategi berikut:

1. Strategi produksi, mencakup diversifikasi atau memilih usaha tani yang pembiayaan dan atau pengelolaan produksinya fleksibel. Petani Indonesia umumnya menerapkan strategi diversifikasi usaha tani.

2. Strategi pemasaran, misalnya menjual hasil panen secara berangsur, memanfaatkan sistem kontrak untuk penjualan produk yang akan dihasilkan, dan melakukan perjanjian harga antara petani dan pembeli untuk hasil panen yang akan datang. Upaya yang banyak dilakukan petani Indonesia adalah dengan cara menjual hasil panen secara berangsur.

3. Strategi finansial, mencakup melakukan pencadangan dana yang cukup, melakukan investasi pada kegiatan berdaya hasil tinggi, dan membuat proyeksi arus tunai berdasarkan perkiraan biaya produksi, harga jual produk, dan produksi. Di Indonesia strategi ini belum populer.

4. Pemanfaatan kredit informal, seperti meminjam uang atau barang kebutuhan pokok dari pedagang atau pemilik modal perorangan. Strategi ini banyak diterapkan petani kecil di Indonesia.

Petani padi Desa Sukaratu, selayaknya pelaku bisnis usahatani padi, strategi penganganan risiko juga dilakukan guna mengurangi dampak akibat terjadinya risiko gagal panen. Melalui data yang didapat melalui wawancara narasumber petani di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, tidak semua strategi diatas

dilakukan untuk menangani risiko hasil produksi padi. Strategi-strategi yang dilakukan oleh petani setempat dapat berupa satu atau kombinasi dari strategi berikut:

Strategi produksi

Strategi produksi merupakan strategi yang paling banyak digunakan oleh petani padi di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong. Secara umum, strategi produksi disini lebih fokus terhadap pengelolaan kegiatan budidaya padi dalam usahatani padi. Aktivitas penanaman tumpang sari merupakan salah satu strategi yang dilakukan dalam rangka penanganan risiko terjadinya gagal panen. Strategi penanaman tumpang sari yang dilakukan oleh petani padi di Desa Sukaratu, ialah dengan melakukan penanaman padi dengan tanaman lain, seperti tanaman kacang- kacangan dan jagung. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi dampak serangan OPT terhadap tanaman padi. Petani padi Desa Sukaratu mayoritas menggunakan strategi tumpang sari, sebab selain dapat mengurangi dampak serangan OPT, juga memberikan hasil panen tanaman selain padi sebagai penghasilan tambahan bagi petani.

Strategi produksi yang dilakukan petani Desa Sukaratu selain menggunakan sistem tumpang sari ialah dengan pembersihan gulma secara manual setiap harinya, serta penggunaan obat-obatan untuk mengatasi serangan hama. Selain aktivitas diatas, berbagai macam strategi produksi yang dilakukan petani padi di Desa Sukaratu ialah aktivitas penanaman padi secara serempak, pembangunan sistem parit untuk membentuk drainase yang baik, irigasi yang tepat sesuai dengan fase budidaya, dan aktivitas pengapuran tanah.

Pemanfaatan Kredit Informal

Strategi pemanfaatan kredit informal banyak dilakukan oleh petani padi di Desa Sukaratu, sebab mayoritas petani padi setempat tergolong petani kecil atau petani Gurem. Hal ini mengakibatkan sulitnya mendapat akses permodalan bagi para petani padi setempat. Pilihan akses permodalan para petani padi yang tergolong petani kecil pun lebih cenderung ke arah pemilik modal perorangan, yakni para tengkulak. Selain untuk mendapatkan modal, biasanya para petani padi di Desa Sukaratu, juga menggunakan jasa tengkulak untuk mendapatkan kebutuhan pokok untuk budidaya padi, seperti perolehan pupuk dan obat-obatan untuk mengatasi hama dan penyakit.

Penanganan risiko yang dilakukan oleh para petani padi di Desa Sukaratu, dilakukan dengan menggunakan satu atau kombinasi dari dua strategi tersebut. Para petani padi setempat tidak melakukan strategi pemasaran, seperti melakukan kontrak pemasaran bagi para pembeli, sebab petani lebih memilih menjual padinya secara basah (gabah basah) kepada tengkulak, untuk mendapatkan uang tunai langsung. Sedangkan untuk strategi finansial, petani padi setempat tidak mempertimbangkan strategi finansial, seperti melakukan pencadangan dana untuk investasi dan pembuatan proyeksi arus kas, sebab menurut petani setempat, hal tersebut hanya akan menambah beban petani padi setempat.

Penetapan Premi dan Pertanggungan untuk Asuransi Pertanian

Analisis perhitungan premi dilakukan setelah data-data mengenai dampak akibat risiko hasil produksi telah diketahui. Perhitungan premi untuk komoditas padi di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, dilakukan dengan menggunakan metode yang sama dengan perhitungan premi terhadap asuransi properti. Metode penentuan premi dan pertanggungan ini menggunakan metode Yield Losses

menurut Itturioz (2009) yakni berdasarkan jumlah kerugian yang tidak dibatasi dengan jenis bencana penyebab kerugian (Multiple Peril Crop Insurance). Dalam pengukuran premi, langkah pertama ialah menganalisis jumlah pure premium

yang dibutuhkan dengan membagi jumlah dampak kerugian akibat risiko gagal panen dengan jumlah unit eksposur asuransi, dalam hal ini ialah jumlah luas dari lahan petani padi Desa Sukaratu, yakni seluas 204 hektar. Jumlah dampak kerugian yang digunakan ialah total kerugian yang terjadi di Desa Sukaratu dalam satu musim tanam berdasarkan kemungkinan terjadinya kejadian gagal panen. Berdasarkan perhitungan probabilitas risiko sebelumnnya, didapatkan bahwa probabilitas terjadinya kejadian gagal panen dalam satu musim tanam ialah sebesar 3.8%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu musim tanam, 3.8% dari total luas lahan sawah di Desa Sukaratu yakni seluas 204 hektar akan terancam gagal panen atau kemungkinan sebesar 7.75 hektar tiap musim tanamnya. Dengan nilai dampak terbesarnya sebesar Rp7 682 020,- per hektar tiap musim tanamnya (melalui perhitungan VaR), maka didapatkan besarnya total kemungkinan kerugian akibat gagal panen di Desa Sukaratu tiap musim tanamnya sebesar Rp59 551 020.-. Melalui perhitungan pure premium berikut, didapatkan nilai pure premium atau premi bersih sebesar Rp291 917.- per hektar.

= umlah ampak erugian akibat isiko agal anen umlah unit eksposur yang digunakan

= p5 55 . ha = p . per hektar

Nilai premi bersih merupakan porsi dari premi yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada petani sebagai peserta asuransi. Sedangkan untuk nilai premi total yang akan dikenakan petani terdiri dari nilai premi bersih ditambah dengan expense loading atau biaya pembebanan, yakni bagian dari nilai premi total yang digunakan untuk pengeluaran lainnya, termasuk untuk profit penanggung dan pengeluaran atas kejadian dimasa depan yang memiliki unsur ketidakpastian. Nilai expense loading yang direpresentasikan secara persentase disebut juga rasio pembebanan atau expense ratio. Dalam perhitungan premi total untuk asuransi pertanian ini, peneliti mengambil asumsi bahwa penanggung membutuhkan expense rasio sebesar 25%. Asumsi ini menunjukkan bahwa 25% dari nilai total premi yang dikenakan kepada pihak tertanggung atau petani merupakan komponen premi yang dimaksudkan untuk membiayai operasi perusahaan asuransi (cost of operation) dan bagian keuntungan bagi perusahaan asuransi. Sehingga melalui perhitungan nilai total premi yang akan dikenakan

pada para petani di Desa Sukaratu, Kecamatan Gekbrong, didapatkan nilai premi total sebesar Rp389 222,- per hektar tiap musim tanamnya.

= xpense atio ure remium

= p per hektar 5% = p per hektar

Kegiatan usahatani padi di Desa Sukaratu dilakukan oleh para petani salah satunya untuk mendapatkan pendapatan tunai. Petani padi di Desa Sukaratu rata- rata mendapatkan penerimaan dari budidaya usahatani padi sebesar Rp20 555 352.-. Selayaknya kegiatan usahatani, petani padi di Desa Sukaratu juga mengeluarkan biaya tunai yang rata-rata mencapai Rp7 768 770.- untuk tiap musim tanamnya. Nilai ini didapat melalui data primer dari tabel usahatani yang dilakukan oleh Agatha (2013). Melalui nilai tersebut, diketahui pendapatan terhadap nilai tunai tiap petani padi di Desa Sukaratu mencapai Rp12 786 582.- per hektar tiap musim tanamnya. Berdasarkan perhitungan tersebut, nilai premi yang dapat dibayarkan oleh petani untuk tiap musim tanamnya mencapai 3% dari nilai total keuntungan petani. Pembayaran premi dapat dilakukan berdasarkan lahan yang dimiliki oleh tiap petani.

Nilai premi yang telah didapatkan melalui hasil perhitungan telah memenuhi prinsip premi asuransi ideal yang telah disebutkan dalam kerangka pemikiran. Prinsip tersebut ialah (1) Premi yang didapat memenuhi kriteria Adequate, yakni jumlah premi tersebut akan menghasilkan cukup uang untuk membayar kerugian yang diderita oleh petani; (2) Not Excessive, yakni premi yang dikenakan tidak berlebihan dengan memperhatikan tingkat pendapatan petani tiap musim tanamnya, yakni sebesar 3% dari total pendapatan petani padi; (3) Equity, yakni premi yang dikenakan bersifat adil dengan kualitas eksposur yang sama sehingga premi yang dikenakan kepada setiap petani juga sama (adil); dan (4) Flexible, yakni premi yang ditentukan akan selalu disesuaikan dengan keadaan usahatani, sehingga apabila terjadi perubahan baik dari komponen input maupun output usahatani padi, maka preminya juga dapat berubah. Pemenuhan kriteria prinsip premi asuransi ideal untuk jumlah premi asuransi untuk komoditas padi di Desa Sukaratu dapat dijabarkan pada perhitungan tabel 10.

Tabel 10 Proyeksi keuntungan perusahaan Asuransi Pertanian di Desa Sukaratu

Penerimaan Asuransi

a Premi/ha = Rp389 222

b Covered Area (ha) = 204

Total Penerimaan (a x b) = Rp79 401 360

Pengeluaran asuransi

c Dampak risiko/ha = Rp7 682 020

d Kemungkinan risiko (ha) 204 ha x 3.8% = 7.752

Total Pengeluaran (c x d) = Rp59 551 020

Profit Perusahaan Asuransi Rp19 850 340

Mekanisme asuransi pertanian memberikan kompensasi berupa nilai pertanggungan yang akan diberikan kepada petani padi apabila terkena gagal panen. Perhitungan nilai pertanggungan didapatkan berdasarkan metode yield- losses menurut penjelasan Itturioz (2009). Perhitungan pertanggungan dilakukan dengan mencari nilai Expected Yield (EY), yakni nilai rata-rata panen padi tiap musimnya. Nilai ini merupakan nilai harapan dari petani terhadap panen padi tiap tahunnya, yakni sebesar 6 109 kg per hektar. Setelah itu, nilai Guaranteed Yield

yang merupakan proporsi dari panen yang akan diasuransikan akan didapatkan melalui rata-rata proporsi lahan yang terkena gagal panen, yakni sebesar 71.86% dari nilai Expected Yield. Setelah didapat nilai keduanya, maka besarnya pertanggungan asuransi dapat dilihat dengan membandingkan kedua nilai tersebut. Apabila hasil panen yang didapat melebihi besarnya nilai Guaranteed Yield, maka tidak ada pertanggungan asuransi pertanian yang akan diberikan kepada petani padi. Akan tetapi, apabila hasil panen yang didapat kurang dari nilai Guaranteed Yield, maka besarnya pertanggungan akan ditentukan berdasarkan harga jual padi dan total lahan yang dimiliki petani. Perhitungan besarnya pertanggungan dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Jika Actual Yield > Guaranteed Yield; maka tidak ada pertanggungan

 Jika Actual Yield < Guaranteed Yield; maka

o Pertanggungan = (GY-AY)*Price*Insured Unit

Berdasarkan perhitungan pertanggungan asuransi pertanian diatas, maka sedapat diambil contoh kasus untuk dapat lebih memahami perhitungan diatas. Sebagai contoh, apabila terdapat petani padi di Desa Sukaratu dengan lahan 0.5 ha memiliki rata-rata produksi tiap tahunnya sebesar 6000 kg, dengan harga jual Rp3 500.- per kilogram gabah basah. Apabila terjadi serangan hama yang mengakibatkan gagal panen, maka besarnya nilai pertanggungan yang didapat petani tersebut dari asuransi pertanian dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel berikut menunjukkan skenario-skenario kejadian gagal panen yang mungkin terjadi disertai dengan besarnya nilai pertanggungan. Sebagai contoh pada skenario satu, persentase panen aktual sebesar 80% dari nilai panen “normal” yang lebih besar dari besarnya persentase lahan yang diasuransikan (71.86%) sehingga tidak ada nilai pertanggungan yang diberikan. Sedangkan pada skenario ketiga, besarnya panen aktual ialah sebesar 50% dari nilai panen “normal” yang tidak mencapai persentase lahan yang diasuransikan (71.86%) sehingga nilai

pertanggungan yang diberikan berdasarkan perhitungan yang dijabarkan sebelumnya ialah sebesar Rp2 432 729.-.

Tabel 11 Nilai pertanggungan berdasarkan Yield Losses

Skenario Persentase Panen

Aktual Panen (kg/ha) Pertanggungan (Rp) 1 100 6 000 - 2 80 4 800 - 3 60 3 600 1 382 729 4 40 2 400 3 482 729 5 20 1 200 5 582 729 6 0 0 7 682 729

Jumlah pertanggungan yang akan diberikan kepada petani akan setara dengan jumlah total produksi padi yang tidak dapat dipanen akibat kejadian panen. Mekanisme asuransi merupakan mekanisme pengelolaan risiko yang pada umumnya dilakukan oleh seseorang atau badan usaha yang memiliki sikap risk taker yakni sikap yang ditunjukkan oleh pribadi yang kepuasan dalam mengambil keputusan tidak berdasarkan rasa aman dari risiko, melainkan hasrat untuk mengejar pendapatan lebih. Sedangkan, sikap petani di Desa Sukaratu berdasarkan hasil pengamatan masih menunjukkan sikap risk averter,layaknya petani-petani di Indonesia secara umum. Hal tersebut dilihat dari sikap pengelolaan risiko yang yang masih secara tradisional dan penolakan untuk mengadopsi teknologi dalam kegiatan usahatani padi yang disebabkan petani masih belum yakin akan hasil yang akan diberikan dengan mengadopsi teknologi pertanian tersebut, begitu pula dengan mekanisme asuransi pertanian. Oleh karena itu, grafik berikut akan memberikan gambaran kepada petani tentang manfaat yang akan didapat dengan menjadi peserta asuransi. Grafik dibawah menunjukkan skenario-skenario yang mungkin dapat terjadi selama panen padi beserta besarnya

Dokumen terkait