• Tidak ada hasil yang ditemukan

19 Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak bagan keterkaitan

antar aktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi. Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan, pelaksanaan pekerjaan serupa, pemindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada peta keterkaitan antar aktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antar aktivitas.

Tahapan proses dalam merencanakan peta keterkaitan antar aktivitas adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan

2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan pelayanan. 3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, dan lainnya.

4. Menentukan faktor atau sub faktor mana yang menunjukkan keterkaitan (produksi, pekerja, dan aliran informasi)

5. Mempersiapkan peta aliran aktivitas.

6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelelah kiri peta keterkaitan aktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga diurutkan melalui logika ketergantungan kegiatan. 7. Memasukkan derajat hubungan antar aktivitas di dalam kotak yang tersedia.

Pada keterkaitan antar aktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih lanjut menjadi diagram keterkaitan antar aktivitas. Berikut ini tahapan proses pembuatan diagram keterkaitan antar aktivitas.

1. Mendaftar semua kegiatan pada templet kegiatan diagram keterkaitan aktivitas

2. Memasukkan nomor kegiatan dari peta keterkaitan aktivitas pada sisi pojok dan tengah setiap templet kegiatan diagram keterkaitan aktivitas untuk menunjukkan derajat kedekatan antar aktivitas.

3. Melanjutkan prosedur untuk setiap templet yang tersedia sampai keseluruhan kegiatan tercatat. 4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkan yang A terlebih

dahulu, kemudian E, dan seterusnya. 5. Menggambarkan pola aliran sederhana

Setelah diagram keterkaitan terbentuk, dilakukan pengalokasian aktifitas dengan menggunakan metode Total Closeness Rating (TCR), yang dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : V(rij) = Derajat hubungan aktifitas yang diberikan pada aktifitas id an j m = Jumlah aktifitas

Perancangan tata letak pabrik didasarkan pada diagram alir proses produksi dan diagram keterkaitan aktivitas yang ditentukan sebelumnya. Selanjutnya tata letak pabrik disussun dengan denah yang efektif dan efisien dari minimalnya jarak perpindahan bahan, keteraturan tempat kerja, dan runutnya aliran proses.

Kebutuhan luas ruang produksi tergantung jumlah mesin dan peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.

20

8. Analisis Manajemen dan Organisasi

Kajian terhadap manajemen operasional meliputi pemilihan bentuk perusahaan, struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisis manajemen operasional disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram alir proses manajemen operasional

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen adalah manajemen selama masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan dan anggota direksi serta tenaga-tenaga terinci.

4. Analisis Lingkungan dan Legalitas

Pada aspek lingkungan akan dilakukan pengkajian terhadap limbah yang dihasilkan oleh industri kulit samoa, dampak negatif pendirian industri kulit samoa terhadap lingkungan seperti kemungkinan pencemaran limbah atau sampah dan polusi udara, tanah, dan air, dan penangan limbah yang dihasilkan oleh industri kulit samoa. Analisis terhadap aspek legalitas meliputi tata cara perizinan pendirian pabrik yang diantaranya adalah prosedur perizinan dan pendirian badan/bentuk usaha perusahaan, izin pendirian bangunan, izin melakukan dagang, dan peraturan pajak.

5. Analisis Finansial

Aspek yang akan dikaji dalam analisis finansial adalah perkiraan jumlah modal investasi dan modal kerja, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, dan penentuan kelayakan industri secara finansial dengan menggunakan kriteria-kriteria penentu kelayakan industri yang

Mulai

selesai

Menentukan bentuk usaha yang dipilih

Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja, dan kebutuhan tenaga kerja

Menentukan tujuan perusahaan, dengan mempertimbangkan:

 Data prakiraan investasi yang diperlukan dari penggunaan mesin dan bahan baku

 Data kapasitas produksi

21

meliputi Break Even Point, Net present Value, Internal rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period,dan analisis sensitivitas.

Gambar 7. Diagram alir analisi finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net present value merupakan perbedaan nilai investasi sekarang dari keuntungan dan biaya dimasa yang akan datang. Formulasi yang digunakan untuk menghitung NPV adalah (Gray et al., 1993):

dengan:

Bt = Keuntungan pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (%)

t = Periode investasi (t = 0,1,2,3,....,n) n = Umur ekonomis proyek

Penilaian kelayakan investasi secara finansial menggunakan tiga kriteria metode NPV, yaitu: 1. Jika nilai NPV ≥ 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut menguntungkan atau layak

dilaksanakan

2. Jika nilai NPV = 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut tidak untung tetapi juga tidak rugi, jadi tergantung pada penilaian subyektif pengambilan keputusan.

3. Jika nilai NPV ≤ 0, menunjukkan bahwa proyek atau industri tersebut merugikan karena penerimaan lebih kecil daripada biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan.

Mulai

selesai Pencarian data

Tabulasi biaya bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, dan menghitung biaya investasi

Perhitungan proyeksi laba rugi, PBP, IRR, NPV, B/C ratio, BEP, dan analisis sensitivitas

Menentukan Sumber dana dan struktur pembiayaan

Perhitungan dengan

22

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam % (Gray et al., 1993). IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui %tase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai suku bunga yang berlaku. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

dengan:

NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negative

i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

B/C ratio sering disebut sebagai profit ability index dan excess present value index, yang merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan (D Garmo et al., 1984). Metode yang digunakan dalam analisa B/C Ratio adalah Net Benefit-Cost Ratio yang merupakan perbandingan antara NPV terhadap presentcost. Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999). Kriteria keputusan yang diambil adalah layak jika B/C > 1. rumus B/C Ratio adalah sebagai berikut (Gray et al., 1993):

∑ ∑ dengan:

Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t

n = Umur proyek t = tahun proyek i = Discount rate

4. Break Even Point (BEP)

Menurut Sutojo (2000), suatu proyek telah dikatakan mencapai titik impas (Break Even Point) apabila jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode waktu tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Menurut Soeharto (2000), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus dan grafik (Gambar 8) berikut:

23

dengan:

Qi = Jumlah unit (volum) yang dihasilkan dan terjual pada titik impas FC = Biaya tetap

P = Harga penjualan per unit VC = Biaya tidak tetap per unit

Biaya (Rupiah)

d(pendapatan) c (biaya total)

b (biaya tidak tetap)

Titik I (impas)

a (biaya tetap)

Volum produksi (jumlah output) Gambar 8. Grafik analisis BEP

Break Even Point merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Pada Gambar 8, titik tersebut ditunjukkan oleh huruf I. Sumbu vertikal menunjukkan jumlah biaya (produksi atau pendapatan) yang dinyatakan dalam rupiah, sedangkan sumbu horizontal menunjukkan volume produksi (jumlah output) yang dinyatakan dalam satuan unit. Garis a, b, c, berturut-turut adalah biaya tetap, biaya tidak tetap, dan biaya total. Biaya total adalah jumlah dari a dan b, sedangkan d adalah jumlah pendapatan dari penjualan produksi. Di atas titik I, diantara garis c dan d merupakan daerah laba. Selain dapat mengungkapkan hubungan antara volum produksi, harga satuan, dan laba, analisis titik impas bagi manajemen akan memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan grafik dan rumus dan Gambar 8. Perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi harus memproduksi dan menjual lebih banyak produk untuk sampai pada titik impas dibanding perusahaan dengan biaya tetap lebih rendah agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian.

5. Pay back Period (PBP)

Pay Back Period (PBP) diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut.

24

Dimana:

n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun) m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp)

Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp) Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp). 6. Analisis sensitivitas

Analisis ini dimaksudkan untuk mengkaji sejauh mana perubahan parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat terhadap investasi, maka dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhada unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi, maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga pinjaman (Soeharto, 2000). Selain itu dianalisis juga resiko nilai tukar mata uang asing.

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Aspek pasar merupakan salah satu aspek yang perlu dikaji untuk mengetahui kelayakan dari pendirian industri kulit samoa. Suatu industri yang dinyatakan layak dari aspek teknis dan aspek finansial namun pasarnya tidak ada, maka industri tersebut dianggap tidak layak untuk dijalankan. Untuk itu, sebelum industri kulit samoa didirikan dilakukan pengkajian terhadap pasar potensial kulit samoa.

Pasar berdasarkan tujuan pembeliannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konsumen akhir dan pasar organisasional (pasar bisnis). Pasar konsumen terdiri atas setiap individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi langsung. Sementara itu, pasar organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang, pemerintah, dan lembaga non profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk diproses lebih lanjut hingga menjadi produk akhir, dijual kembali, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain, baik untuk kepentingan meraih laba ataupun untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Berdasarkan tujuan pembeliannya, kulit samoa ini termasuk dalam pasar konsumen akhir.

4.1.1 Potensi Pasar

Kulit samoa merupakan salah satu produk yang popular dalam perdagangan. Kulit samoa memiliki sifat-sifat yang istimewa, yaitu daya serap air tinggi, lembut, nyaman, dan berat jenisnnya rendah. Bila digunakan untuk lap mobil kulit samoa tidak menimbulkan goresan-goresan tipis, tidak menyebabkan swirl marks, kotoran mudah dicuci dari kulit tersebut, serta pengeluaran airnya mudah. Kulit samoa biasanya digunakan untuk alat pencuci, lap kaca mata dan perhiasan, penyaringan minyak bumi, sarung tangan, orthopaedic leather, selimut, golf grip, industri garmen, dan lain-lain.

Potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen yang didasarkan atas dua faktor: jumlah konsumen potensial dan daya beli. Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan untuk membeli. Daya beli adalah kemampuan konsumen dalam rangka untuk membeli barang.

Permintaan akan kulit samoa di pasaran global terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, pengguna kaca mata, dan jumlah perumahan yang dilengkapi jendela berkaca. Kulit jenis tersebut biasanya dihasilkan baik dari kulit kambing atau domba setelah penghilangan kapur dan lapisan rajah (Suparno 2009). Secara nasional terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebesar 8%. Tahun 2008 jumlah kendaraan bermotor yang ada di Indonesia sebesar 65.273.451 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 70.714.569. Untuk lebih jelasnya jumlah kendaraan bermotor tahun 2000-2009 di Indonesia disajikan dalam Tabel 6.

26

Tabel 6. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis tahun 2000-2009 di Indonesia*

Tahun Mobil Penumpang Bus Truk Sepeda Motor Jumlah

2000 3.038.913 666.280 1.707.134 13.563.017 18.975.344 2001 3.261.807 687.770 1.759.547 15.492.148 21.201.272 2002 3.403.433 714.222 1.865.398 17.002.140 22.985.193 2003 3.885.228 798.079 2.047.022 19.976.376 26.706.705 2004 4.464.281 933.199 2.315.779 23.055.834 30.769.093 2005 5.494.034 1.184.918 2.920.828 28.556.498 38.156.278 2006 6.615.104 1.511.129 3.541.800 33.413.222 45.081.255 2007 8.864.961 2.103.423 4.845.937 41.955.128 57.769.449 2008 9.859.926 2.583.170 5.146.674 47.683.681 65.273.451 2009 1. 36. 125 2.729.572 5.187.740 52.433.132 70.714.569 *BPS (2010)

Secara umum teknik pengukuran permintaan dapat dilakukan dengan (1) penggunaan data impor, (2) penggunaan data impor, ekspor, produksi dalam negeri dan perubahan sediaan selama massa yang bersangkutan, dan (3) metode rasio rantai. Penggunaan data impor digunakan jika selama ini produk yang dikonsumsi oleh penduduk semuanya berasal dari impor, maka untuk mengukur permintaan produk pada periode tertentu secara otomatis adalah jumlah produk yang diimpor dalam periode yang bersangkutan (Suratman, 2002). Permintaan kulit samoa dalam negeri tinggi dan permintaan semakin meningkat tiap tahunnya, namun untuk saat ini di Indonesia belum ada pabrik yang memproduksi kulit samoa, pemenuhan kebutuhan kulit samoa dalam negeri dipenuhi oleh impor. Pada tahun 2010 impor kulit samoa di Indonesia sebesar 374,132 kg dengan nilai mencapai US$ 1,354,861 karena di Indonesia belum ada industri kulit samoa maka impor kulit samoa sama dengan permintaan kulit samoa di Indonesia. Tabel 7 memperlihatkan jumlah impor kulit samoa dari tahun 2007-2010. Data tersebut memperlihatkan permintaan kulit samoa di Indonesia semakin meningkat.

Tabel 7. Impor chamois Indonesia tahun 2007-2010a

Tahun Berat (kg) 2007 55.220 2008 295.846 2009 419.890 2010 374.132 2011* 556.467 a Kementrian Perindustrian (2010) * Proyeksi impor

Hasil prakiraan menunjukkan bahwa permintaan kulit samoa tahun 2011 akan meningkat, jumlah permintaan kulit samoa sebesar 556.467 kg. Jumlah tersebut adalah pasar potensial dari industri kulit samoa karena tidak ada penyediaan kulit samoa dalam negeri.

Untuk menentukan pangsa pasar yang dapat diraih oleh industri kulit samoa yang akan didirikan, perlu dikaji derajat persaingan struktur pasar kulit samoa. Berdasarkan data dari Kemenperin (2011), tidak ada industri penyamakan kulit di Indonesia yang memproduksi kulit samoa.

27

Hal ini bukan berarti terjadi pasar monopoli karena banyak distributor yang mengimpor kulit samoa kemudian dijual di dalam negeri. Struktur pasar kulit samoa cenderung pasar monopolistik, namun kulit samoa yang akan diproduksi ini memiliki keunggulan dibandingkan produk yang ada dipasaran, baik dari sisi geografis maupun dari mutu produk yang dihasilkan. Kulit samoa yang akan diproduksi terbuat dari kulit asli sedangkan yang ada dipasaran saat ini samoa terbuat dari bahan sintetis dan hanya sebagian kecil yang terbuat dari kulit asli.

Samoa sintetik yang ada dipasarkan cukup banyak jenis dan merknya, berdasarkan hasil survey merk samoa sintetikyang ada dipasaran adalah aion plas chamois, kainsynthetic cloth, flash synthetic, ruv chamois cloth, 3M, kenma synthetic chamois, tugachi, Aisana PVA chamois, keano, oshiwa, dan chammy chamois, dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan survey yang dilakukan di carrefour Cawang MT. Haryono menunjukkan bahwa samoa yang biasa dibeli oleh konsumen adalah aion, walaupun produk ini harganya lebih mahal dari produk sejenisnya, namun konsumen lebih menyukai membeli produk ini. Hal ini karena aion mutunya sangat bagus, tahan lama, dan daya serap airnya tinggi. Industri kulit samoa memiliki peluang pasar sendiri karena pesaing terdekat belum ada. Hal ini dapat dibuktikan dari produk sejenis yang ada di pasaran, produk tersebut memiliki kegunaan yang sama, namun bahan baku yang digunakan berbeda sehingga kulit samoa yang diproduksi memiliki karakteristik yang berbeda.

4.1.2 Analisis Pemasaran

Sebelum bisnis dilaksanakan perlu dilakukan analisis pasar yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan/industri. Analisis pasar yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu segmentasi pasar, penentuan target pasar, dan penentuan posisi produk di mata konsumen.

Segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen. Menurut Kotler (2002), dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda-beda, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan tiga faktor: ukuran dan pertumbuhan segmen, daya tarik struktural segmen, serta tujuan dan sumber daya perusahaan. Segmentasi memiliki peranan yang penting bagi perusahaan karena perusahaan akan lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya, menentukan komponen-komponen strategi, dan mengalahkan pesaing.Pembagian segmentasi meliputi:

a. Segmentasi geografis adalah pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, wilayah, Negara bagian, kabupaten, kota atau pemukiman.

b. Segmentasi demogratif adalah upaya membagi pasar menjadi sejumlah kelompok berdasarkan variabel-variabel seperti usia, jender, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.

c. Segmentasi psikografis adalah upaya membagi pembeli menjadi kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian.

d. Segmentasi perilaku adalah upaya membagi suatu pasar ke sejumlah kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan konsumen terhadap suatu produk.

Berdasarkan publikasi BPS pada bulan Desember 2010, jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus adalah 237.641.326 jiwa, dengan proporsi 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan sedang, dan 20% penduduk berpendapatan tinggi. Adapun pendapatan rata- rata penduduk setiap provinsi disajikan pada Tabel 8.

28

Tabel 8. Pendapatan rata-rata penduduk sebulan menurut provinsi tahun 2010*

No. Provinsi Pendapatan (Rp)

1. Aceh 1.256.780 2. Sumatera Utara 1.344.045 3. Sumatera Barat 1.488.135 4. Riau 1.422.766 5. Kep. Riau 1.897.900 6. Jambi 1.300.541 7. Sumatera Selatan 1.222.406

8. Kep. Bangka Belitung 1.247.103

9. Bengkulu 1.441.785 10. Lampung 1.077.290 11. DKI Jakarta 1.925.662 12. Jawa Barat 1.361.182 13. Banten 1.564.443 14. Jawa Tengah 981.047 15. DI Yogyakarta 1.216.090 16. Jawa Timur 1.046.363 17. Bali 1.460.283

18. Nusa Tenggara Barat 1.346.708

19. Nusa Tenggara Timur 1.466.074

20. Kalimantan Barat 1.227.337 21. Kalimantan Tengah 1.371.985 22. Kalimantan Selatan 1.348.762 23. Kalimantan Timur 2.155.991 24. Sulawesi Utara 1.348.762 25. Gorontalo 1.260.240 26. Sulawesi Tengah 1.283.669 27. Sulawesi Selatan 1.271.087 28. Sulawesi Barat 1.217.854 29. Sulawesi Tenggara 1.358.730 30. Maluku 1.575.696 31. Maluku Utara 1.584.550 32. Papua 2.164.784 33. Papua Barat 1.950.837 Indonesia 1.337.753 *

Badan Pusat Statistik (2011)

Segmentasi pasar yang dilakukan dalam mengkaji pemasaran kulit samoa dilakukan berdasarkan aspek geografis dan demogratif. Pada segmentasi geografis pemasaran kulit samoa akan dititik beratkan pada wilayah negara karena kulit samoa ini akan dipasarkan di dalam negeri. Wilayah yang dipilih adalah wilayah yang memerlukan kulit samoa dalam jumlah yang besar seperti wilayah perkotaan dan kawasan industri. Pertimbangan tersebut diambil karena kulit samoa ini masih dalam fase pengenalan. Namun, seiring berjalannya waktu pemasaran kulit samoa akan terus meningkat dan menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan analisis segmentasi demogratif pemasaran kulit samoa (chamois leather) dispesifikasikan pada masyarakat dengan tingkatan ekonomi menengah ke

29

atas. Hal ini dilakukan karena kulit samoa memiliki harga yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan samoa sintetis. Samoa sintetis diperdagangkan dengan harga Rp 6-80 ribu. Bagi konsumen menengah ke atas harga kulit samoaini cukup terjangkau.

Setelah dilakukan segmentasi pasar, dapat diketahui beberapa segmen yang potensial untuk dimasuki, targetting merupakan suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Pemilihan wilayah perkotaan sebagai target dikarenakan jumlah kendaraan dan barang- barang berharga (berlian, emas, batu mulia, laptop, dan kamera) di kota lebih banyak mengingat kegunaan kulit samoa yang diproduksi digunakan untuk lap pembersih barang mewah dan barang dengan permukaan sensitif. Pendapatan rata-rata di perkotaan besar sehingga tingkat konsumsi masyarakat perkotaan lebih besar daripada masyarakat pedesaan. Selain itu, masyarakat dengan pendapatan di atas rata-rata cenderung memilih barang yang bermutu dibanding dengan barang yang harganya murah. Wilayah perkotaan yang akan menjadi target juga dibatasi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar sehingga industri kulit samoa ini belum mampu untuk memenuhi semua permintaan di seluruh wilayah Indonesia. Wilayah pemasaran yang dipilih adalah wilayah perkotaan di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta. Keempat wilayah ini memiliki rata-rata pendapatan yang cukup besar dan berpotensi sebagai wilayah pemasaran kulit samoa.

Positioning adalah bagaimana posisi sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing. Tujuan dilakukannya positioning kulit samoa adalah menciptakan perbedaan, keuntungan, dan manfaat yang membuat konsumen puas dan selalu ingat dengan produk, sehinnga konsumen lebih memilih kulit samoa produksi dalam negeri dari pada produk impor. Dengan

positioning, perusahaan akan membentuk citra produk yang diproduksi lebih unggul dan memiliki mutu yang lebih baik dibanding dengan produk impor yang ada dipasaran. Positioning dari kulit samoa ini adalah produk samoa yang terbuat dari kulit asli dengan tingkat kelembutan tinggi, tahan lama, dan daya serap air yang besar membuat produk ini cocok digunakan sebagai lap pembersih barang mewah dan barang dengan permukaan sensitif. Dengan kelembutan yang tinggi, kulit samoa tidak akan menyebabkan goresan-goresan tipis yang biasanya terjadi pada samoa sintetis. Kulit samoa yang akan diproduksi adalah lap serbaguna yang dapat digunakan untuk membersihkan mobil, emas, berlian, batu mulia, layar laptop, lensa, kamera, layar tv dan sebagainya.

4.1.3 Strategi Bauran Pemasaran

Dokumen terkait