• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENAK LARE

XVIII. UTUSAN MEDAYIN SUD AH SAMPAI DI MEKAH

XIX. SANG AMIR BELUM MAU MENGHADAP KE MEDA- MEDA-YIN

1. "Sudah sekian lama, saya berniat mengabdi pada sang pra-bu yang sangat dihormati, akan tetapi belum menemu-kan jalan keluarnya, apalah artinya aku ini, seorang yang tidak mempunyai kepandaian apa-apa.

2. Mengabdi kepada Raja di Medayin, sudah diberi surat, dan diharapkan sebagai pengisi singgasana di istana yang serba enak, serta selalu dapat bermanja.

3. Akan tetapi, sebelumnya saya mohon maaf, karena saya belum ingin menghadap kepada Sri Baginda, walaupun tuan membawa amanat, dan perlengkapan prajurit seka-lipun.

4. Memanggil bukan begitu caranya, hamba tidak akan meng-hadap, terserah apa yang akan dikatakan, kalau tidak me-makai pertanda dari sang Pendeta

5. Betaljemur, walaupun hanya satu baris isi suratnya. Se-waktu-waktu surat itu datang, saya segera pergi mengha-dap ke Medayin bersama wadya bala."

6. Raja Turki berkata perlahan, sambil tersenyum manis, "Pekerjaanku tidak berhasil, saya yang memanggilmu, akan tetapi kalau sampai tidak datang, seperti apa nantinya." 7. Kemudian yang membawa jamuan datang, penuh

hidang-annya beraneka warna, maka segera mereka makan mi-num bersama. Sang Prabu disambut dengan segala kehor-matan.

8. Beliau diberi ganti pakaian yang sangat indah, dituruti apa yang menjadi kemauannya, hingga sampai lupa, bah-wa ia diutus oleh Sang Prabu, di situ sudah mencapai em-pat hari lamanya.

9. Pada saat itu para wadya yang menghadap sudah lengkap di paseban, duduk bersama para raja. Sahdan keadaan Ki Umarmaya.

10. Ingin hatinya untuk memberikan hidangan kepada raja Urmuskaran, dengan tatakan emas yang berwarna kuning, berjongkoklah ia sambil merendahkan badannya menu-ju ke hadapan sang Urumuskaran.

11. Matanya berkedip-kedip, mulutnya berkomat-kamit, pe-rutnya menggembung. Raja Turki sangat senang hatinya, katanya, "Tertawanya orang ini, mengingatkan aku, ke-pada hantu yang menghadangku.

12. Di hutan belantara, wajahnya persis orang itu, hanya be-danya ini adalah manusia, sedangkan hantu itu adalah se-tan." Wong Menak berkata dengan perlahan.

13. "Itu apa?" Umarmaya berkata perlahan, "Saya ingin berikan hidangan kepada Raja Urumuskaran," Sambil mem-bungkuk berjalan kedepan, lalu diterima hidangannya. 14. Urumuskaran semakin gembira hatinya, sambil

memba-yangkan apa gerangan isinya. Setelah dibuka, ternyata hanyalah jali dan kecik.

15. Di dalam hatinya ia menyesal, bergemuruh tiba-tiba sua-ra pasua-ra sua-ratu. Umarmaya segesua-ra pergi, kemudian Raja Tur-ki bermohon diri, dan berangkatlah dari tanah lapang ne-geri Mekah.

16. Keberangkatan para prajurit menimbulkan suara berge-muruh, perjalanan dipercepat, dan sepanjang jalan orang Medayin semakin rusuh, sehingga desa yang dilewatinya menjadi gempar.

17. Sudah sangat jauh perjalanannya. Sesampainya di hutan belantara, Umarmaya dan Raja Kohkarib pada saat itu menghadang jalan, dan menghentikan yang sedang ber-jalan.

18. Sang Prabu Kohkarib bertolak pinggang, Umarmaya me-masang tabung api dilemparkan ke tempat orang banyak, hingga menjadi kacau.

19. Badannya terkelupas sangat menyedihkan. Raja Turki ber-tanya, "Ada apa, mengapa keadaannya sangat rame se-kali?" yang ditanya menjawab, "Ini semua, olahnya si Umarmaya.

20. Menghadang di jalan, dengan menyerupai hantu, dan juga Raja Umarmadi." Raja Turki jadi semakin resah. Umar-maya berseru sambil memaki.

21. "Hai orang-orang Medayin, siapa yang tidak ingin mati, senjata, pakaian dan bawaanmu tinggalkanlah di situ, se-rahkan semua itu kepadaku."

22. Raja Turki agak tergetar hatinya mendengarkan semua itu, kemudian ia turun dari gajahnya. Diberikannya ku-da perempuan serta pakaiannya pun dibuka semua.

23. Umarmadi, tingkahnya kelihatan sombong. Urumuska-ran terlihat badannya menggigil semua, demikian juga wa-dya balanya semua sudah dirampas pakaiannya.

24. Umarmaya berkata, "Inilah permulaan peijalananmu yang bermaksud menangkap Wong Menak, maka rasakanlah nanti akibatnya."

25. Sang Prabu Kohkarib berkata dengan kerasnya, "Engkau mengandalkan banyaknya wadya bala dan prajurit, de-ngan maksud akan menakut-nakuti Wong Menak.

26. Apakah begitu tata cara leluhurmu, tidak mempunyai tata-nan, memanggil orang supaya menghadap, mengapa ha-rus membawa barisan. Kalau memang berani ayo bertan ding denganku.

27. Aku rampas, mengapa kamu tidak mau melawan?" Raja Turki menghiba, sedangkan Umarmaya terus saja

meram-pas pakaian prajurit sang Urumuskaran.

28. Raja Turki memohon ampun, "Benar yang menjadi mak-sudmu, sayalah yang salah, maafkan saya, saya masih ingin hidup."

29. "Semua disuruh pulang kalau sudah bersih semuanya. Ki Umarmaya, mengumpulkan senjata pedang, gada, cacap dan lain-lainnya."

30. Baju-baju dan bekal sudah bersih semuanya, pulang tan-pa membawa atan-pa-atan-pa, orang sebanyak delatan-pan puluh ri-bu, semuanya digunduli oleh Umarmaya, dan Prabu Umar-madi.

31. Mereka mengumpulkan pakaian sambil menunggu teman, karena dengan orang sejumlah dua ratus masih kurang, akhirnya banyak juga pakaian yang ditinggal di hutan, namun paginya diambil lagi.

32. Sampai di Mekah, Umarmaya terus menuju ke hadapan sang dipati, yang kebetulan sedang memberikan nasehat, kepada Sang Amir, "Seperti apakah anakku, kau dipang-gil menghadap.

33. Menghadaplah, itu adalah panggilan seorang raja yang sa-ngat agung, yang selalu disembah-sembah oleh para raja. Pasti Raja Turki akan mengadu, dan akibatnya pun ha-nya permusuhan yang akan kita temui.

34. Janganlah memusuhi Medayin, karena Medayin itu ada-lah negara yang besar, dan banyak jajahannya, raja yang besar sangatlah dihormati serta diagungkan, sebagai sese-puh para raja.

35. Tempat menyembah seluruh para raja, kamu harus me-ngasihani terhadap orang tuamu ini, dan kalau kamu meng-hadap tidak akan dimurkai oleh Sang Raja."

XX UTUSAN MEDAYIN PULANG KEMUDIAN