Menatapmu adalah potret Aku seakan tersedot keduniamu Seakan aku orang yang paling tahu Semua tentang mu
Aku hanya tersenyum malu Malu pada kebodohanku
Apakah ini sebuah ambisi atau obsesi
Aku ingin seperti mu
Namun aku tau aku pasti tak mampu
Sang Idolaku
Untukmu kupersembahkan kemampuanku Atas semua kegigihanmu selama ini
Jangan pernah lelah menginjakkan kakimu di rumput hijau ini
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa
tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema puisi diatas adalah tentang tokoh idola
SANG IDOLA
2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan
penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Perasaan penyair dalam menulis puisi diatas adalah rasa kagum terhadap sang idola, sehingga si aku ingin melakukan yang terbaik untuk mempersembahkannya kepada sang idolanya.
Sang Idolaku
Untukmu kupersembahkan kemampuanku Atas semua kegigihanmu selama ini
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada dalam puisi diatas adalah bersikap lugas menungkapkan rasa kagumnya terhadap sang idola.Dan si aku menginkan pribadi yang sama seperti sang idola namun si aku merasa tak mampu. Tapi si aku berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Aku ingin seperti mu
Namun aku tau aku pasti tak mampu Sang Idolaku
Untukmu kupersembahkan kemampuanku Atas semua kegigihanmu selama ini
Jangan pernah lelah menginjakkan kakimu di rumput hijau ini Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Suasana puisi diatas adalah rasa kagum atas tokoh yang diidolakan si aku.
Sang Idolaku
Untukmu kupersembahkan kemampuanku 4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Pesan yang ingin disampaikan adalah keinginan si aku agar tokoh idolanya jangan menyesal melakukan apapun dalam hidup ini karena sang tokoh idola merupakan orang yang paling hebat sehingga si aku merasa bukan siapa-siapa, dan si aku merasa malu pada kebodohannya.
jangan pernah lelah menginjakkan kakimu dirumput hijau ini. Aku hanya tersenyum malu
Malu pada kebodohanku
Kemampuanku melampaui imajinasi seperti dirimu 5. Nilai-nilai moral dalam puisi diatas adalah:
1). Jujur
Aku hanya tersenyum malu Malu pada kebodohanku 2). Berusaha melakukan yang terbaik
Untukmu kupersembahkan kemampuanku Atas semua kegigihanku selama ini
3). Menghargai kelebihan yang dimiliki orang lain Apakah ini sebuah ambisi atau obsesi
Kemampuanku melampaui imajinasi seperti dirimu 4). Berpikir positif
Sang idolaku
Untukmu kupersembahkan kemampuanku 6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Pemilihan kata-kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah menggunakan bahsa sehari-hari, namun pemilihan katanya bermakna. Ada juga kalimat yang bermajas perumpamaan terdapat pada bait pertama larik ke-2.
Aku seakan tersedot kedalam duniamu
Jangan pernah lelah menginjakkan kakimu di rumput hijau ini 7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika
dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Denagn cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Dalam puisi diatas tidak ada permainan rima. 9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional. Judul ____________ _____________ _____________ _____________ __________________ ___________________ ___________________ ___________________ ____________________ ____________________ ________________ ________________ ________________ ________________
Nama Lengkap : Nadiar Tanzil Kelas - : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/Kode : C28
Bandungku
Bandungku…….
Kou panas bagaikan neraka Aku lelah dengan panasmu Aku basah dengan sengatanmu
Oh Bandungku……
Ku ingin kou seperti dulu Kota yang penuh keindahan Dengan penuh mekarnya bunga
Mana Bandungku yang dahulu Yang dimekari jutaan bunga Warna-warni indahmu Bagaikan pelangi bumi
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni: 1. Tema
Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter
yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa
tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Dalam puisi Bandungku si penulis mengidolakan kota Bandung. 2. Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh
Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Dari pilihan kata penulis merasa marah dan kesal atas keadaan Bandung sekarang. Terdapat pada bait pertama:
Bandungku…….
Kou panas bagaikan neraka Aku lelah dengan panasmu Aku basah dengan sengatanmu 3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang
dikemukakakn oleh Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Nada dalam puisi itu bersikap menggurui karena si aku liris meninginkan keadaan Bandung seperti dulu lagi. Kota yang penuh keindahan dengan penuh mekarnya bunga.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut. Oh Bandungku……
Ku ingin kou seperti dulu Kota yang penuh keindahan Dengan penuh mekarnya bunga
Suasana puisi itu adalah mengharukan karena keadaan Bandung yang sudah tidak indah lagi, sehingga si aku liris mempertanyakan dimana Bandung yang dahulu yang dimekari jutaan bunga dan warna-warni indahmu bagaikan pelangi dan itu terdapat pada bait ke-3.
Mana Bandungku yang dahulu Yang dimekari jutaan bunga Warna-warni indahmu Bagaikan pelangi bumi
4. Pesan (Amanat)
Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Dalam puisi Bandungku penulis berpesan agar Bandung senantisa menjadi kota yang penuh keindahan dengan penuh mekaran bunga.
Oh Bandungku…… Ku ingin kou seperti dulu Kota yang penuh keindahan Dengan penuh mekarnya bunga
5. Nilai-nilai moral dalam puisi Kenanglah Aku Dalam Selembar Puisi adalah
1). Bertangung jawab Oh Bandungku…… Ku ingin kou seperti dulu Kota yang penuh keindahan Dengan penuh mekarnya bunga 2). Berpikiran positif dan cinta alam
Mana Bandungku yang dahulu Yang dimekari jutaan bunga Warna-warna indahmu Bagaikan pelangi bumi 6. Diksi
Pemilihan kata, kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Puisi diatas dilihat dari unsur-unsur yang dibangunnya terasa menggambarklan kota Bandung yang gersang dan haus akan penghijauan. Pemiliham katanya sesuai dengan keadaan Bandung sekarang.
Bandungku…….
Kou panas bagaikan neraka Aku lelah dengan panasmu Aku basah dengan sengatanmu
7. Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran atau citra rasa. Pengimajian disebut juga pencitraan.
Imaji citra rasa Bandungku…….
Kou panas bagaikan neraka Aku lelah dengan panasmu Aku basah dengan sengatanmu Imaji penglihatan
Oh Bandungku…… Ku ingin kou seperti dulu Kota yang penuh keindahan Dengan penuh mekarnya bunga 8. Rima
Rima adalah pengulangan numyi dalam puisi untu membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi itu, paenyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. Tidak ada permainan rima dalam puisi tersebut.
9. Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama.
Puisi tersebut berbentuk konvensional.
Judul ___________ ______________ _____________ ______________ _______________
_______________ _______________ _______________ _____________ _____________ _____________ _____________
Nama Lengkap : Nuraeni Kelas : 10.1
Sekolah : SMA Negeri 18 Bandung No Absen/ Kode : C30