• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.9 Persediaan Air dan Sanitas

2.9.4 Sanitasi Air

Sanitasi adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk penyehatan lingkungan fisik antara lain penyediaan air bersih, mencegah terjadinya pencemaran udara, air dan tanah serta memutuskan rantai penularan penyakit infeksi dan lain-lain yang dapat membahayakan serta menimbulkan kesakitan pada manusia atau masyarakat.

Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebabkan melalui air sehingga menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra, 2009). Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kerena persediaan air bersih yang terbatas akan memudahkan timbulnya berbagai penyakit di masyarakat. Kebutuhan volume air rata-rata yang diperlukan setiap orang setiap hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air bervariasi dan tergantung dengan keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat. Sumur sanitasi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air kotor. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun sumur antara lain:

Lokasi. Langkah pertama adalah menentukan tempat untuk mendirikan sumur. Jarak dari sumber pencemaran, seperti kakus, kandang ternak, sampah dan lain-lainnya, minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran.

Dinding sumur. Harus dilapisi dengan batu yang disemen dan paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.

Dinding parapet. Merupakan dinding yang berbatasan dengan dinding sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah serta merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur.

Lantai kaki lima. Harus terbuat dari semen dan lebih kurang 1 meter ke seluruh jurusan melingkari badan sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah tempat pembuangan air (drainage).

Drainage. Adalah saluran tempat pembuangan air harus dibuat berhubungan dengan parit supaya tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.

Tutup sumur. Sumur sebaiknya ditutup dengan penutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum agar dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.

Pompa tangan/listrik. Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik karena bila memakai ember/timba kemungkinan terjadinya kontaminasi cukup besar.

Tanggung jawab pemakai. Pada sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.

Kualitas air. Kualitas sumur perlu terus dijaga dengan pemeriksaan fisik, kimia dan bakteriologis secara teratur terutama pada saat terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya. Kesadahan pada air (Hardness of Water)

Kesadahan pada air dapat disebabkan oleh adanya garam-garam anorganik atau persenyawaan antara lain kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida, dan garam-garam besi, seng dan silika. Kesadaha pada air dapat bersifat sementara (temporary), dan menetap (permanent). Kesadahan pada air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan kalsium dan mangnesium dengan bikarbonat dan kesadahan air bersifat permanen bila terdapat persenyawaa kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida.Cara mengurangi kesadahan antara lain:

- Memasak. Air dimasak untuk mengeluarkan CO2 dan mengendapkan

CaCO3 yang teidak terlarut. Cara ini sangat mahal bila dipergunakan untuk skala yang besar.

- Penambahan kapur (Metode Clark). Penambahan kapur pada air

dengan kesedahan sementara akan mengabsorbsi CO2 dan

seberat 1 ons dimasukkan pada setiap 700 galon air untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).

- Penambahan Natrium Bikarbonat. Efektif digunakan untuk

menghilangkan kesadahan air sementara atau permanen.

- Proses Base Exchange. Dalam melakukan pelunakan terhadap suplai air yang besar digunakan proses permutit. Natrium permutit adalah ersenyawaan komplek dari sodium aluminium dan silica (Na2,Al, SiO, xH2O). Pada proses permutit akan terjadi pertukaran kation Na dengan ion Ca dan Mg didalam air. Seluruh ion Ca dan Mg akan dilepas dengan base exchange dan natrium permutit sehingga menjadi kalsium dan magnesium permutit, dengan demikian air dapat dilunakkan sampai kesadahan nol (zero hardness). Air dengan kesadahan nol (zero hardness) bersifat korosif, untuk itu hanya perlu dilakukan pelunakan air sampai dengan batasan agak keras yaitu 1-3 mEq/l.

Purifikasi Air

Merupakan salah satu cara penjernihan atau purifikasi sumber air baku untuk mendapat air bersih dan dapat dilakukan dalam skala besar maupun kecil sesuai dengan kebutuhan. Purifikasi air dapat dibagi menjadi purifikasi air dalam skala besar dan skala kecil.

- Purifikasi Air dalam Skala Besar. Dilakukan di daerah perkotaan seperti instalasi penjernihan air bersih (PAM) melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Penyimpanan (storage). Air baku diisap atau dialirkan dari sumber seperti sungai, kali dan lainnya ke dalam bak penampung alamiah atau buatan yang terlindung dari pencemaran. Air yang telah disimpan dalam wadah penampungan ini akan mengalami proses purifikasi secara ilmiah yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Fisik. Kualitas air sudah dapat diperbaiki sekitar 90% dari

jam, air akan bertambah jernih dan proses filtrasi selanjutnya makin mudah dilakukan.

2. Kimiawi. Pada saat penampungan, terjadi proses kimiawi, yaitu bakter-bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air dengan bantuan oksigen bebas yang menyebabkan berkurangnya amoniak bebas dan bertambahnya nitrat.

3. Biologis. Organisme pathogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat dilihat bila air disimpan 5-7 hari, maka jumlah bakterinya akan berkurang sampai 90%.

Batas waktu optimum untuk penampungan berkisar antara 10- 14 hari, bila lebih lama akan tumbuh tanaman air seperti alga, yang dapat menimbulkan rasa dan bau tidak enak serta perubahan warna pada air.

b. Penyaringan (filtration). Merupakan tahap kedua proses purifikasi air dan merupaakan proses yang sangat penting. Dalam proses filtrasi ini, sekitar 98-99% bakteri didalam air akan berkurang atau disaring. Proses filtrasi dapat dilakukan dengan cara slow sand filter (biological filter). Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil. Pada tahun 1804, Skotlandia dan London di Inggris, pertama kali mempergunakan slow sand filter untuk proses purifikasi air. Pada abad ke-19, slow sand filter ini telah dipergunakan luas di seluruh penjuru dunia dan sampai saat ini masih dipergunakan sebagai metode standar untuk proses purifikasi air.

Pembersihan filter dalam keadaan normal, slow sand filter dapat dipakai terus berminggu-minggu sampai berbulan-bulan tanpa perlu dibersihkan. Pada keadaan terjadinya peningkatan resistensi kotak filter secara terus-meneurus walaupun katup regulasi dibuka penuh tetapi resistensi tetap meningkat dan kecepatan filtrasi menurun, maka bagian atas lapisan sand filter

perlu dibersihkan dan dikeruk sampai 1-2 cm dengan cara membuang airnya terlebih dahulu. Setelah dioperasikan sampai beberapa tahun atau lebih, perlu dilakukan pengerukan yang akan menyebabkan berkurangnya ketebalan sand bed sekitar 0,5-0,8 m, maka lapisan pasir yang ada perlu diganti dengan lapisan pasir yang baru.

Keuntungan slow sand filter adalah mudah dibuat dan dioperasikan, biaya pembuatannya lebih murah dibangdingkan denga rapid sand filter, dan proses filtrasi baik fisik, kimiawi maupun bakteriologis yang terjadi cukup tinggi, sehingga reduksi bakteri setelah proses filtrasi mencapai 99,9-99.999% dan reduksi E-Coli mencapai 99-99.9%.

2.10 Pengelolaan Limbah Padat

Dokumen terkait