• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana Air Bersih di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersumber dari PDAM dan air tanah. Namun penggunaan air tanah lebih dominan karena aliran air dari PDAM yang kecil tidak cukup memenuhi kebutuhan kegiatan di rumah sakit jiwa. Dari pengamatan yang dilakukan dapat dilihat juga bahwa dari 5 penilaian yang dilakukan, Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

memenuhi 4 penilaian (80%). Sedangkan 1 penilaian lainnya (20%) belum memenuhi penilaian. Dari 4 penilaian yang memenuhi ini yaitu, tersedianya air bersih dan tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan, air tidak berasa, berwarna, dan tidak berbau, sumber air tanah/PDAM, dan penampungan air/bak dibersihkan seminggu sekali. Sedangkan 1 penilaian yang belum memenuhi adalah penampungan air/bak tertutup dan tidak bocor. Keadaan penampungan air/bak di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih belum memiliki tutup yang dapat mengakibatkan tempat berkembangbiaknya bibit vektor yang dapat menyebabkan penyakit.

Keadaan air bersih di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudh dalam keadaan baik secara fisik yaitu tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau. Hal ini dukung oleh Depkes RI (1990) yang mengatakan secara epidemiologis ada keterkaitan yang erat antara masalah air bersih dengan penyakit kulit, maka oleh sebab itu dengan adanya tingkat cakupan air bersih yang tinggi dapat menurunkan angka penyakit kulit. Dalam kaitan dengan hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan. Menurut WHO (2001), air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfaatannya (minum, masak, mandi, dll). Promosi yang meningkat dari penyakit -penyakit infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut berbagai aspek

lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia. 5.3.2 Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)

Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban) di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terdapat di setiap ruang. Masing-masing ruangan memiliki sebuah toilet, namun khusus ruangan bangsal diberi 3 jamban dalam satu toilet sedangkan toilet ruangan yang tidak bangsal hanya diberi satu buah jamban. Pemisahan toilet bagi para medis dan pasien sudah baik, karena sudah terpisah. Begitupun pemisahan untuk toilet pria dan wanita di lingkungan umum rumah sakit jiwa sudah baik. Jamban yang digunakan di setiap ruangan juga sudah sesuai standar yang berlaku yaitu menggunakan jamban leher angsa, namun masih belum menggunakan tutup yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit. Rasio tempat tidur pasien dengan jumlah toilet sudah memenuhi standar bagi ruangan yang bukan bangsal yaitu kurang dari 1 : 10, karena di dalam ruangan yang bukan bangsal terdapat 4 tempat tidur dan memiliki sebuah toilet. Namun pada ruangan bangsal belum sesuai dengan standar karena rasio tempat tidur pasien dengan jumlah toilet di ruangan bangsal adalah 1 : 24. Jamban leher angsa mempunyai konstruksi yang baik dan bersih karena setiap harinya pasien bergantian untuk membersihkan toilet. Menurut Depkes (1997) jamban yang memenuhi syarat adalah tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, dilengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan cukup, tersedia air dan alat pembersih, dan aman digunakan serta mudah

dibersihkan.

5.3.3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dikatakan kurang baik karena hanya memenuhi 2 penilaian dari 5 penilaian yang dilakukan yaitu terdapat pembuangan saluran air limbah yang terpisah antara saluran limbah dengan saluran air hujan. Namun saluran tersebut masih dalam keadaan terbuka yang dapat mencemari lingkungan dan lingkungan yang tercemar dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Saluran air limbah sudah dialirkan ke saluran kota namun belum cukup lancar karena saluran air limbah masih sering terlihat tidak di aliri air.

Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) namun keadaannya sudah rusak dan belum diperbaiki sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga air limbah rumah sakit langsung dialirkan ke saluran kota tanpa diolah terlebih dahulu, yang dimana keadaan seperti ini dapat menularkan penyakit termasuk keluhan gangguan kulit karena air limbah dapat mencemari sumber air bersih.

Menurut Kusnoputranto (2000) air buangan dapat menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis, disentri dan sebagainya.

5.3.4. Sarana Pembuangan Sampah

Sarana Pembuangan Sampah di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara masih dikatakan kurang baik karena hanya memenuhi 2 penilaiann dari 5 penilaian yang dilakukan. Setiap ruangan sudah memiliki tempat sampah namun kondisi tempat sampah tidak bertutup, ini dapat menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika. Tempat sampah diletakkan di depan setiap ruangan dengan diberi besi penyangga sehingga tempat sampah tidak langsung menyentuh permukaan tanah. Tempat sampah juga tidak kedap air karena masih banyaknya tempat sampah yang rusak dan belum diperbaiki. Namun keadaan rumah sakit cukup bersih karena tidak ditemukannya sampah berserakan di lingkungan rumah sakit. Dan keadaan tempat sampah juga tidak nampak penuh dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dikarenakan sampah diangkut secara rutin >2 kali/hari ke TPS dan 1 kali/hari ke TPA. Pengelolaan sampah di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah baik namun hanya saja keadaan fasilitas yang kurang memadai dengan ditemukan banyaknya tempat sampah yang rusak dan belum diperbaiki.

Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan berkembang biaknya serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran tanah, pencemaran air dalam tanah, dan pencemaran udara, serta dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit yang membahayakan kesehatan.

sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulka bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

5.4 Keluhan Gangguan Kulit

Keluhan gangguan kulit yang paling banyak dialami oleh responden adalah gatal-gatal sehingga perawat pasien penyakit jiwa mengatakan para responden sering meminta bubuk belerang untuk mengobati keluhan gangguan kulit tersebut. Bagian kulit yang gatal digaruk oleh responden sehingga dapat menyebar ke kulit bagian lain.

Dari hasil observasi menunjukkan bahwa besarnya keluhan gangguan kulit berkaitan dengan personal hygiene dari responden yang buruk serta sanitasi lingkungan yang tidak sehat yang akan mempengaruhi kesehatan khususnya keluhan gangguan kulit.

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Soebono (2001) yaitu garukan dari kulit yang sudah terinfeksi parasit akan menular dan berpindah-pindah ke bagian kulit yang lain. Sangat dianjurkan pada penderita untuk mencuci tangan memakai sabun apabila telah menggaruk kulit yang terinfeksi dan tidak bertukaran pakaian dan handuk dengan orang lain.

Dokumen terkait