• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sanksi Pelanggaran Informed Consent a) Pidana

1. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Pasal 351

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

9 Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media, Bandung, 2012, hal., 67.

36

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

2. UU Praktik Kedokteran Pasal 79

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), setiap dokter atau dokter gigi yang:

a. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1);

b. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1); atau

c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e.

Pelanggaran atas tidak dilaksanakannya informed consent adalah pada huruf c, yaitu pasal 51 huruf a yakni kewajiban untuk memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Dalam memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional prosedur (SOP) adalah termasuk adanya informed consent di dalamnya.

3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (yang selanjutnya akan disebut PP Tenaga Kesehatan) Pasal 34

37 Barangsiapa dengan sengaja:

a. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

b. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukan adaptasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)

c. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)

d. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1). Dipidana denda paling banyak Rp 10.000.000., (sepuluh juta rupiah). Pasal 22 ayat (1) yang menyatakan :

(1) Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :

a) menghormati hak pasien;

b) menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien;

c) memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan;

d) meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan;

e) membuat dan memelihara rekam medis.

38 b) Perdata

Sanksi hukum di ranah perdata berhubungan secara privat antara pasien dengan dokter akibat adanya kerugian yang diderita oleh pasien baik kerugian finansial, kerugian fisik, maupun kerugian psikis.

1. KUH Perdata Pasal 1239

Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.

Jika kewajiban dokter tidak dilakukan sesuai dengan prestasi yang diperjanjikan, kemudian timbul kerugian yang di derita pasien akibat kelalaian dokter yang tidak menjalankan prestasinya maka pasien dapat menggugat dokter tersebut. Gugatan tersebut bisa dilaporkan atau dicatatkan ke pengadilan atau bisa diselesaikan dengan negosiasi/mediasi untuk menggantikan kerugian yang diderita.

c) Administratif

Kelalaian atau kesalahan dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang dipertanggung jawabkan secara administratif yakni kelalaian atau kesalahan atas pelanggaran disiplin profesi atau pun pelanggaran etik. Bila ada pengaduan dari pasien mengenai adanya pelanggaran disiplin profesi maka Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI yang akan bertanggung jawab Sedangkan, jika ada pelanggaran etik maka Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) yang akan bertanggung jawab.

39

Adapun sanksi akibat tidak melakukan informed consent dengan benar sehingga menimbulkan kerugian pada pasien adalah mulai dari teguran lisan/tertulis, pendidikan, skorsing sampai pencabutan Surat Izin Praktek. Hal ini diatur dalam :

1. UU Praktik Kedokteran a) Pasal 67

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter gigi.

b) Pasal 68

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi.

c) Pasal 69 ayat (3)

Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

2. Peraturan Pemerintah Tenaga Kesehatan Pasal 33

40

(1) Dalam rangka pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan.

(2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:

a. teguran;

b. pencabutan ijin untuk melakukan upaya kesehatan.

(3) Pengambilan tindakan disiplin terhadap tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. PERMENKES Persetujuan Tindakan Kedokteran Pasal 19 ayat (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis, sampai dengan pencabutan Surat Izin Praktek.

Proses mengenai alur pengeluaran sanksi adalah:

1. Disiplin profesi

a. Pemberian peringatan tertulis dan penyertaan kembali untuk pendidikan langsung diputuskan oleh MKDKI sesuai tingkat pelanggaran yang dilakukan.

41

b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktek, bila dianggap tingkat kesalahan lebih tinggi, maka MKDKI memberikan rekomendasi kepada KKI (Konsil Kedokteran Indonesia – atasan dari MKDKI) untuk melakukan salah satu kewenanganny, yaitu menerbitkan dan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dokter/dokter gigi. Dengan dicabutnya STR, otomatis Surat Izin Praktek (SIP) dokter akan berakhir sehingga dokter tidak akan dapat praktek lagi untuk waktu tertentu atau selamanya.

2. Etik

a. Teguran lisan dan tertulis : biasanya pengaduan berada dalam ranah etik, di mana pasien membuat pengaduan ke organisasi profesi (IDI/PDGI), kemudian organisasi profesi melalui MKEK akan menilai tingkat pelanggaran yang bersangkutan. Kemudian hasil pemeriksaan MKEK akan ditindak lanjuti oleh Ketua organisasi profesi.

b. Pencabutan SIP : pencabutan SIP bisa berasal dari pencabutan STR oleh KKI atau dari organisasi profesi sendiri secara langsung, atau tidak memberikan rekomendasi sehingga dokter yang bersangkutan tidak bisa menerbitkan SIP-nya di Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.

Dokumen terkait