• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

3. Sanksi Pelanggaran Lalu Lintas (Tilang)

Seperti yang telah diuraikan di latar belakang bahwa pelanggaran lalu lintas masih marak terjadi di berbagai tempat. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang didalamnya memuat sanksi bagi pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu upaya untuk mencegah tingginya angka pelanggaran lalu lintas.

Sanksi untuk pelanggaran lalu lintas ini berada dalam ruang lingkup hukum pidana. Dalam hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh undang-undang. Dalam hal ini adalah pelanggaran

21

lalu lintas contohnya seperti tidak memakai helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.

Sanksi yang diberikan kepada pelanggar lalu lintas adalah berupa sanksi yang pada umumnya disebut istilah “tilang”. Prosedur

pelaksanaan tilang ini adalah apabila secara jelas penyidik/penyidik pembantu yang sah secara undang-undang melihat, mengetahui, terjadinya pelanggaran lalu lintas jalan tertentu sebagaimana tercantum dalam tabel pelanggaran lalu lintas. Pihak peniyidik berhak menindak pelaku pelanggaran lalu lintas dengan ketentuan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.

d. Surat Tilang

Hal yang pertama kali dilakukan oleh penyidik ketika melihat pelanggaran lalu lintas adalah menindak kemudian menetapkan surat tilang bagi si pelanggar.

Dijelaskan dalam (http://www.medanbisnisdaily.com) bahwa ketika terkena tilang, ada beberapa alternatif warna surat tilang yang bisa digunakan. Namun semua tetap harus sesuai dengan pelanggaran dan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Ada dua alternatif yang bisa dilakukan ketika ditilang. Yaitu menerima atau menolak tuduhan pelanggaran lalu lintas. Ketika menerima tuduhan, maka yang diminta adalah surat

tilang warna biru, artinya pelanggar tidak perlu mengikuti sidang untuk mendapatkan pembelaan dari hakim. Jika meminta surat tilang biru ini bisa langsung membayar uang denda melalui transfer pada bank yang dituju. Biasanya bank yang ditunjuk adalah BRI. Untuk biayanya diketahui lebih mahal jika disesuaikan undang-undang lalu lintas yang berlaku.

Sedangkan apabila pelanggar menerima tuduhan, maka yang diminta adalah surat tilang warna merah. Kemudian pelanggar diberikan kesempatan untuk membela diri atau minta keringanan kepada hakim. Pada umumnya tanggal sidang maksimum 14 hari dari tanggal kejadian, tergantung hari sidang tilang di Pengadilan Negeri (PN) bersangkutan.

Surat tilang atau bukti pelanggaran tersebut merupakan catatan penyidik mengenai pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan tertentu yang dilakukan seseorang sebagai bukti terjadinya pelanggaran. Bukti pelanggaran ini berupa blanko atau surat yang berisikan rincian seperti tempat dan waktu terjadinya pelanggaran, pasal yang dilanggar, nomor seri surat tilang, dan lain sebagainya yang kemudian dikenakan kepada pelanggar lalu lintas.

Berdasarkan lampiran kesepakatan bersama ketua mahkamah agung, menteri kehakiman, jaksa agung dan kepala kepolisian Republik Indonesia tentang petunjuk pelaksanaan tata cara penyelesaian pelanggaran lalu lintas jalan tertentu bahwa surat tilang merupakan

23

alat utama yang digunakan dalam penindakan terhadap pelanggaran lalu lintas jalan tertentu sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berdasarkan kajian, apabila tidak dilakukan tindakan Kepolisian secara terencana dan konsisten akan dapat menimbulkan akibat-akibat diantaranya adalah:

1) Mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. 2) Mengakibatkan kemacetan lalu lintas.

3) Mengakibatkan kerusakan prasarana jalan dan sarana angkutan. 4) Menimbulkan ketidak-tertiban dan ketidak-teraturan.

5) Menimbulkan polusi.

6) Berkaitan dengan kejahatan.

Dalam pelaksanaan penindakan pelanggaran lalu lintas jalan tertentu, terlibat aparat penegak hukum yaitu Polisi, Hakim, dan Jaksa selaku eksekutor.

Surat tilang ini sebagai bukti bahwa seseorang telah melakukan pelanggaran lalu lintas, sedangkan esensi dari surat tilang ini adalah sanksi atau denda yang dikenakan dan diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi si pelanggar lalu lintas.

Rincian surat tilang berdasarkan Lampiran Kesepakatan Bersama Ketua Mahkamah Agung, Menteri Kehakiman, Jaksa Agung Dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia sebagai berikut:

a) Spesifikasi Teknis Surat Tilang 1) Format ukuran

Lembar Surat Tilang berukuran 1/2 folio. 2) Warna dan peruntukan

Lembar surat Tilang terdiri atas 5 (lima) lembar yang masing-masing:

a) Merah : Untuk pelanggar/tersangka. b) Biru : Untuk pelanggar/tersangka. c) Kuning : Untuk Polri.

d) Hijau : Untuk Pengadilan. e) Putih : Untuk Kejaksaan. 3) Isi Buku Tilang

Setiap Buku Tilang terdiri dari: a) 5 (lima) Set surat Tilang.

b) 1 (satu) lembar tabel Pelanggaran dan uang titipan, serta angka pinalti dan biaya perkara.

4) Isi lembar surat tilang

Pada halaman depan lembar surat Tilang berisi kolom atau tulisan sebagai berikut:

a) Nama kesatuan Kepolisian Penindak. b) Nomor Registrasi.

c) Tulisan Pro Justitia. d) Nomor seri surat Tilang.

25

e) Nama dan identitas petugas penindak sekaligus sebagai Penyidik/Penyidik pembantu.

f) Nama dan identitas pelanggar, identitas kendaraan bermotor dan Surat Izin Mengemudi.

g) Pasal yang dilanggar.

h) Besarnya uang titipan yang harus disetor. i) Besarnya angka pinalti.

j) Tempat dan waktu terjadinya pelanggaran.

k) Kantor BRI yang ditunjuk untuk menerima uang titipan, tanda tangan petugas penerima uang titipan, cap BRI, serta tanggal penerimaan.

l) Pernyataan penyidik mengenai pensitaan dan atau penerimaan titipan surat-surat atau kendaraan (Bermotor) sebagai jaminan sesuai ketentuan dalam KUHAP.

m) Pernyataan/keterangan tersangka/pelanggar bahwa telah melakukan pelanggaran lalu lintas jalan tertentu, dan kolom tanda tangan.

n) Waktu sidang dan alamat Pengadilan Negeri.

o) Tanda tangan, Nama dan Pangkat penindak/Penyidik/Penyidik pembantu serta Cap Kepolisian.

p) Keterangan fungsi surat Tilang sebagai: 1) Tanda bukti penyitaan/titipan.

2) Surat penunjukkan dari pelanggar pada wakilnya untuk hadir di Sidang Pengadilan, apabila pelanggar tidak hadir disidang pengadilan.

3) Kesanggupan pelanggar membayar uang titipan selambat lambatnya 5 (lima) hari setelah pelanggar menanda tangani surat Tilang.

4) Surat pengantar untuk menyetor uang titipan ke BRI. 5) Bukti setor uang titipan untuk mengambil barang titipan. 6) Surat kuasa bagi BRI untuk menyalurkan uang titipan

menjadi denda dan biaya perkara atau mengembalikan sisa uang titipan kepada pelanggar.

q) Struk sebagai alat pengawasan bagi Pimpinan, berisi Nomor Seri, nama/pangkat/Nrp petugas/penyidik/penyidik pembantu, tanda tangan petugas, dan tanggal penggunaan

Pada lembar belakang lembar merah berisi:

a) Bukti penyerahan surat-surat/kendaraan yang disita/titipan dari pelanggar.

b) Nama, Pangkat/Nrp, Kesatuan dari petugas yang menyerahkan benda sitaan/titipan dan tanda tangan.

c) Nama, alamat dan pekerjaan yang menerima pengembalian benda sitaan/titipan dan tanda tangan.

d) Tanda Bukti eksekusi.

27

1) Bagi yang menyelesaikan perkara diluar pengadilan tilang diancam pasal 209, 418, 419 KUHP, jo UU No. 11/1980 tentang tindak pidana suap jo UU no. 3/1971 tentang tindak pidana korupsi.

2) Surat Tilang ini merupakan Surat Pengadilan untuk menghadap ke Pengadilan Negeri pada tempat, hari, tanggal dan waktu yang telah ditetapkan sehubungan dengan pelanggaran yang telah dilakukan.

3) Batas waktu penyetoran uang titipan dan besarnya angka pinalti maksimal serta sanksi terhadap pelanggarannya. 4) Ancaman bagi yang tidak memenuhi surat panggilan

dengan tuntutan melanggar pasal 216 ayat (1) KUHP, yang diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 4 bulan 2 minggu atau, denda setinggi-tingginya 15 kali Rp. 600,-.

f) Tanda bukti eksekusi.

Pada lembar belakang lembar kuning, hijau dan putih berisi: a) Putusan Sidang Pengadilan.

b) Pernyataan si pelanggar atau wakilnya. c) Tanda bukti eksekusi.

d) Catatan petugas.

Dan pada lembar biru. entuk dan materinya sama dengan lembar merah.

e. Prosedur Teknisi Penindakan Tilang

Prosedur teknisi penindakan tilang petunjuk pelaksanaan tata cara penyelesaian pelanggaran lalu lintas jalan tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Penggunaan Surat Tilang

a. Surat Tilang digunakan, apabila secara jelas penyidik/penyidik pembantu melihat, mengetahui, terjadinya pelanggaran lalu lintas jalan tertentu sebagaimana tercantum dalam Tabel Pelanggaran. Setelah surat Tilang diisi dan ditanda tangani oleh pelanggar serta petugas sendiri, lembar biru diberikan kepada Pelanggar untuk menyetor uang titipan di BRI.

b. Cara Pengisian:

1) Pengisian blanko dengan huruf balok dan dengan menggunakan ballpoint pen.

2) Pengisian yang bersifat tetap dan sama dapat menggunakan cap.

3) Cap Satuan menggunakan ukuran kecil.

4) Menulis dan menanda tangani dengan menekan yang cukup kuat.

5) Pengisian pasal yang dilanggar dan besarnya uang titipan serta angkapinalti dan biaya perkara berdasarkan pada tabel yang telah tersedia.

29

6) Memberikan tanda silang bila diperlukan pada kotak yang disediakan.

2. Penyitaan

Sesuai ketentuan dalam Pasal 38 (2) KUHAP yaitu dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi ketentuan ayat (1) Penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri Setempat guna memperoleh persetujuan.

3. Pengembalian Benda Sitaan.

Pengembalian benda sitaan tersebut di atas dapat dilaksanakan apabila:

a) Setelah pelanggar melaksanakan vonis Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b) Sesuai yang diatur dalam pasal 46 KUHAP.

4. Pengembalian Barang Titipan.

Pengembalian barang titipan dapat dilaksanakan bilamana: a) Pelanggar telah menyerahkan uang titipan dan

menunjukkan surat Tilang warna biru (tanda bukti setor).

b) Telah melengkapi kekurangan surat-surat/kelengkapan kendaraannya.

5. Penyerahan Uang Titipan

a) Setelah menerima lembar surat Tilang warna biru, pelanggar menyerahkan uang titipan ke Kantor BRI yang ditunjuk sebesar yang tertera dalam surat Tilang.

b) Pelanggar menerima tanda bukti setor dari Kantor BRI, dan lembar surat Tilang warna biru yang telah ditanda tangani petugas dan Cap BRI.

c) Batas waktu penyerahan uang titipan selambat-lambatnya 5 (lima) hari terhitung mulai tanggal ditanda tangani Surat Tilang.

6. Pengembalian Lembar Merah

BRI akan menerima dari Eksekutor daftar pelanggar yang telah diputus Pengadilan yang dilampiri surat Tilang warna merah dan biru selambat-lambatnya tiga hari dari tanggal pelaksanaan Sidang Tilang. Pengembalian lembar Merah dari BRI kepada Polri dilaksanakan segera/secepatnya setelah uang titipan dirubah menjadi denda dan biaya perkara.

7. Acara Pemerasaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan a) Penyidik memberi tahukan kepada Pelanggar tentang hari,

tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap ke Sidang Pengadilan.

31

b) Pelanggar dapat menunjuk seorang wakil yang disediakan oleh Kepolisian dengan surat Tilang untuk mewakilinya di Sidang Pengadilan.

c) Pelanggar atau wakilnya menerima putusan Hakim.

d) Selanjutnya berlaku ketentuan sebagai mana tersebut pada Pasal 214 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

e) Petugas Kejaksaan Negeri sebagai Eksekutor memberitahukan dan menyerahkan lembar blanko Tilang warna merah dan biru kepada BRI bahwa uang titipan atas nama Pelanggar yang telah disetorkan, telah berubah menjadi uang denda dan biaya perkara serta agar disetorkan ke Kas Negara.

8. Daftar Pencarian Pelanggar

a) Dalam hal pelanggar dalam batas waktu yang ditentukan tidak menyerahkan uang titipan maka identitas pelanggar dimasukkan dalam Daftar Pencarian Pelanggar (DPP). b) Apabila pelanggar tidak dapat menunjukkan alasan yang

sah tentang tidak memenuhi kewajibannya menyetorkan uang titipan maka herdasarkan Instruksi Kapolri, SIM yang bersangutan dapat dibatalkan dan STNK dapat tidak diterbitkan untuk tahun berikutnya.

c) Apabila pelanggar yang tidak menunjuk wakil dan tidak hadir pada waktu sidang Pengadilan Tilang tanpa alasan

yang sah, identitas pelanggar dimasukkan dalam Daftar Pencarian Pelanggar (DPP) dan atas kewenangan Hakim diputus verstek dapat dijatuhi hukuman lebih berat.

f. Bentuk sanksi bagi pelanggar lalu lintas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

Untuk sanksi bagi pelanggaran lalu lintas sendiri, diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 pada Bab XX mengenai Ketentuan Pidana. Berikut akan dijelaskan di dalam tabel mengenai sanksi atau ketentuan pidana bagi pelanggaran lalu lintas, yakni sebagai berikut:

Tabel 2.1 Daftar Ketentuan Pidana Denda Tilang

No Jenis Pelanggaran Ancaman Hukuman Dasar Hukum (UU No. 22 Tahun 2009 1. 2. 3.

Tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban cadangan, segitiga

pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan

Mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

Mengemudikan Kendaraan

Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling paling banyak

Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau

denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

Pidana kurungan

Pasal 278

Pasal 280

33

4.

5.

6.

Bermotor di Jalan dengan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi

Mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat

pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban

Mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan yang tidak memenuhi

persyaratan teknis yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan kendaraan, lampu

gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper, penggandengan,

penempelan, atau penghapus kaca

Mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling

banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu

rupiah)

Pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu Pasal 285 Ayat (1) Pasal 285 Ayat (2) Pasal 288 Ayat (1)

7. 8. 9. 10. 11. Mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah

Mengemudikan Kendaraan Bermotor atau Penumpang yang duduk di samping Pengemudi yang tidak mengenakan sabuk keselamatan

Mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia

Mengemudikan Sepeda Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm

Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu rupiah) Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 Pasal 288 Ayat (2) Pasal 289 Pasal 291 Ayat (1) Pasal 291 Ayat (2) Pasal 293 Ayat (1)

35 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Setiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari

Mengemudikan Kendaraan Bermotor yang akan membelok atau berbalik arah, tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan

Mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan

kerusakan Kendaraan dan/atau Barang

Mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan

Mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat

Mengemudikan Kendaraan

(dua ratus lima puluh ribu rupiah)

Pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) Pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) Pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) Pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak

Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) Pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) Pidana penjara Pasal 293 Ayat (2) Pasal 294 Pasal 310 Ayat (1) Pasal 310 Ayat (2) Pasal 310 Ayat (3) Pasal 310

Bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban meninggal dunia paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)

Ayat (4)

2. Tinjauan Tentang Kedisiplinan a. Pengertian Kedisiplinan

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sudah akrab dengan kata

“kedisiplinan”. Kata disiplin kini menyebar luas, tidak terbatas pada

instansi pemerintah saja namun juga di instansi swasata. Disiplin pada dasarnya adalah faktor penunjang produkitivitas seseorang. Setiap tindakan akan mempunyai konsekuensi jika tidak disiplin dalam menjalankannya. Disiplin diartikan sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat bersikap tertib. Disiplin bisa diartikan sebagai sikap paham akan tanggung jawab dan tetap bersikap profesional dan tidak terpengaruh oleh emosi pribadi. Disiplin juga mengajarkan kepada kita bagaimana memanajemen diri. Oleh karena itu kedisiplinan sangat diperlukan dalam banyak aspek kehidupan.

Menurut Prijodarminto (2003: 11), bahwa “Kedisiplinan adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali

37

tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya”.

Kemudian Asy Mas’udy dalam Al-Iman Aulia (https://www.facebook.com/permalink.php.id) menyatakan bahwa

“Disiplin adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan

pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tampa

paksaan dari siapa pun”.

Syaiful Bahri Djamarah (2010: 17) menambahkan bahwa “Kedisiplinan

merupakan perilaku yang terbentuk dari hasil latihan untuk mematuhi aturantata tertib yang ditentukan”.

Dan selanjutnya menurut John Maxwell (dalam hadziq, 2012: 22)

bahwa “Disiplin adalah sebagai suatu pilihan dalam hidup untuk

memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang kita

inginkan”.

Disiplin adalah sikap yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang ditentukan pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau kelompok orang terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.

Dari pengertian-pengertian kedisiplinan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah segala bentuk sikap seseorang yang mencerminkan bahwa dirinya patuh terhadap suatu peraturan, baik peraturan itu dibuat oleh dirinya sendiri maupun orang lain dengan kepahaman terhadap hak dan kewajiban serta kepahaman terhadap konsekuensi apabila ia melanggar.

b. Unsur-unsur kedisiplinan

Dalam mengembangkan dan meningkatkan kedisiplinan perlu ada unsur-unsur yang diharapkan dapat mendukung tercapainya kedisiplinan. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah:

a) Sikap Mental

Artinya adalah adanya sikap mental yang tercermin dari perbuatan seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan peraturan yang telah ditetapkan.

39

b) Alat ukur

Artinya adalah adanya alat ukur seperti waktu, tugas, pekerjaan, dan larangan-larangan yang dituangkan dalam perarturan.

c) Sanksi atau hukuman

Artinya adanya sanksi atau hukuman yang diberikan kepada pelanggar peraturan atau ketentuan yang telah ditetapkan.

d) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan, perilaku, norma, kriteria dan standar sehingga menumbuhkan pengertian yang mendalam.

e) Sikap kelakuan yang wajar yang menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara hormat dan tertib.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya. Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya.

Sehubungan manusia memiliki dua potensi dasar tersebut, maka agar manusia memiliki sikap positif dan berperilaku disiplin sesuai dengan aturan maka perlu upaya optimalisasi daya-daya jiwa manusia melalui berbagai bentuk penanaman disiplin dan kepatuhan.

Upaya-upaya tersebut baik melalui pembiasaan-pembiasaan, perubahan pola dan sistem aturan yang mengatur tingkah lakunya, kebijaksanaan, sistem sanksi, dan penghargaan bagi pelaku dan pengawasan.

Menurut Subari (1994:166), “Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri”.

Didukung oleh pendapat lain (Hasibuan 2010:194) beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan diantaranya adalah:

a) Tujuan dan kemampuan b) Kepemimpinan

c). Keadilan

d). Pengawasan melekat e). Sanksi hukuman

f). Hubungan kemanusiaan g). Ketegasan

d. Fungsi Kedisiplinan

Kedisiplinan selalu dikedepankan di banyak hal. Karena kedisiplinan mempunyai banyak fungsi yang tentunya diharapkan bersama. Diantara fungsi kedisiplinan tersebut yaitu:

a) Menata kehidupan bersama. b) Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan

41

kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

Dokumen terkait