• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PERDAGANGAN

A. Sanksi Pidana

tindakan perdagangan orang berdasarkan beberapa putusan di Indonesia, Bagaimana langkah-langkah untuk mencegah perdagangan orang.

Metode yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian terhadap masalah dengan melihat dari sumber peraturan- peraturan yang berlaku berkaitan dengan judul Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri Di Indonesia).

Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindakan perdagangan orang berdasarkan beberapa putusan di Indonesia didasarkan pada faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan, pertama Dakwaan jaksa penuntut umum, kedua keterangan saksi, ketiga keterangan terdakwa, keempat Barang-barang bukti dan kelima berdasarkan Pasal-pasal dalam Perundang-Undangan. Adapun Langkah-langkah hukum untuk mencegah perdagangan orang : pertama, Langkah pencegahan yakni sebuah upaya untuk mencegah perdagangan orang melalui peningkatan kesadaran tentang hak-hak, bahaya eksploitasi seksual maupun trik yang digunakan pelaku perdagangan, kedua, Langkah perlindungan, yakni memberikan perlindungan kepada korban dengan cara peningkatan jaringan hukum, langkah tersebut berjalan efektif jika berbagai bentuk jaminan dan mekanisme hukum berlaku. Ketiga, Langkah rehabilitasi/pemulihan yakni menangani korban pasca penyelamatan dari kejahatan trafficking, terutama korban yang mengalami dampak psikologi yang buruk diantaranya trauma psikologi, rasa takut dan cemas berkepanjangan,rasa percaya diri yang rendah, rasa bersalah. Keempat, Langkah reintegratif yaitu upaya penerimaan korban di tengah-tengah keluarganya, masyarakatnya dan lingkungannya.

Kata Kunci : Traficking : Perdagangan Orang

ABSTRACT

Criminal sanctions against the perpetrators of acts of trafficking in persons has been regulated in the Law. 21 of 2007 on combating trafficking in persons.

Maximum and minimum limits provide flexibility to the judge to impose punishment for the perpetrators of human trafficking. Disparity basically starts from criminal sanctions contained in the Law. 21 of 2007 on combating trafficking in persons, which opens opportunities for the minimum and maximum limits of punishment, so judges are free to move to get a criminal who thinks proper. The problem in this thesis is How criminal sanctions against perpetrators of human trafficking, how the application of sanctions against the perpetrators of human trafficking by several decisions in Indonesia, How measures to prevent trafficking in persons.

The method used in this thesis is a normative legal research is a study of the problem by looking at the source of the applicable regulations pertaining to the title of Criminal Sanctions Against Perpetrators of Criminal Acts of Trafficking in Persons (Study of Multiple District Court Decision in Indonesia

Application of criminal sanctions against perpetrators of human trafficking in Indonesia based on a decision based on the factors revealed in the trial, the first indictment prosecutors, the two witnesses, testimony of the defendant third, fourth items of evidence and the fifth by the Articles in legislation. The legal measures to prevent trafficking in persons: first, that precaution is an effort to prevent trafficking through awareness raising about the rights, the dangers of sexual exploitation and tricks used by traffickers, second, protection measures, which provide protection to the victims of the how to increase the legal network, the move effective if the various forms of guarantees and mechanisms applicable law. Third, step rehabilitation / restoration of the handle post-rescue victims of trafficking crime, especially victims who suffered such a bad psychological impact of psychological trauma, prolonged fear and anxiety, low self esteem, guilt. Fourth, the efforts acceptance reintegratif Step victim in the middle of his family, society and the environment.

).

Keywords:

Trafficking: Trafficking in Persons

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur hanyalah milik Tuhan. Hanya dialah tempat kita memuji, meminta pertolongan dan meminta ampun. Atas rahmat-nya dan karuniah-nyalah sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul:

“SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (Studi Beberapa Putusan Pengadilan Negeri di Indonesia)”. Suatu hasil karya ilmiyah yang disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Hukum (MH) dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Segala kemampuan yang penulis miliki telah tercurah dengan segala usaha dalam penulisan Tesis ini, akan tetapi sebagai karya manusia biasa maka menjadi suatu kewajaran jika Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan dan akan menerima segala dukungan, kritikan dan saran yang bersifat konstruktif dengan tangan terbuka hingga Tesis ini dapat mencapai faidah yang maksimal bagi semua khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi pihak yang membutuhkan atau menggunakannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan petunjuk serta pengarahan juga motivator dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semuanya. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan dan kekurangan, penulis meminta maaf kepada semua pihak yang ikut membantu didalam penulisan

tesis ini. Pada kesempatan kali ini, izinkan penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya sebagai kata persembahan kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM)., Sp.A(K) dan Pembantu Rektor, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti dan menimba ilmu pengetahuan dalam Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua dan Sekretaris Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H, MH, dan Bapak Dr.

Mahmul Siregar, S.H, M.Hum, yang senantiasa memberikan dorongan dan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menggali ilmu pengetahuan pada Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen-dosen dan staf-staf civitas Akademis Program Magister Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak menyalurkan ilmunya dan juga meluangkan waktu untuk mahasiswanya. Semoga Tuhan melipat gandakan pahalanya, Amin ya Robbal alamin.

5. Ayahanda Drs. Edison Manalu M.pd dan ibunda tercinta Dahlia Siahaan, berkat do’a dan semangat perjuangan hidup yang ayahanda dan ibunda berikan, maka Tesis ini juga dapat terselesaikan.

Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, selaku Ketua Komisi Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam memperluas wawasan penulis dengan sangat arif dan bijaksana, sehingga menjadi pengalaman tersendiri yang tentunya sulit untuk dilupakan.

Demikian pula kepada Bapak Bapak Dr. Hamdan, SH, M.Hum dan Dr.

Hasim Purba, SH, M.Hum, selaku anggota Komisi Pembimbing yang disela-sela kesibukan, mereka masih bersedia untuk meluangkan waktunya kepada penulis untuk membimbing, mendorong dan memberikan masukan serta arahan yang sangat berharga hingga rampungnya penulisan Tesis ini.

Rasa terima kasih juga disampaikan secara tulus kepada ibunda Dr. Chairul Bariah, SH, M.Hum, dan Bapak Dr. Madiasa Ablisar, SH, MS, yang telah berkenan melakukan pengujian Tesis ini dengan memberikan masukan dan arahan yang konstruktif serta memperkaya isi materi Tesis ini.

Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh rekan-rekan/sahabat-sahabat tercinta di Magister Ilmu Hukum angkatan 2011/2012, khususnya buat Zaid Alfauza Marpaung, S.H, M. Arifin, S.H, Anjani Sipahutar, S.H, Noviyanti Sitepu, S.H, Roy, S.H, Muhammad Yusuf Siregar, S.Hi, S.H, MH.,

Syafrizal Wahyudi, S.H, Fajar khaifiah Rizki, S.H, MH, M.Iqbal Tarigan, S.H, M.

Ansari Siregar, S.H, Kemala Atika Hayati, S.H, Etha, S.H, Irene, S.H, Dewi Sartika, S.Hi, Dewi Erfina Sitorus, S.H, Febri, S.Hi, Icha, S.H, Hendri Nauli Rambe, S.Hi, Marudud Hutajulu, S.H, S.E, M.BA, Maria, S.H, Fenny Ginting, S.H, Lamtiur Nababan, S.H, Yeni Chairiah Rambe, S.H, Ari Nurwanto, S.H, Dian Yudistira, S.H,

Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah penulis sebutkan maupun yang tidak penulis sebutkan namanya dalam Tesis ini, namun telah berjasa memberikan kontribusinya atas terselesaikannya Tesis ini.

Medan, September 2013

PERDANA ELIAKHIM MANALU

RIWAYAT HIDUP

Nama : PERDANA ELIAKHIM MANALU

Tempat/Tgl Lahir : Medan, Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Menteng 7 gang Sepakat No. 2 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta Katolik Budi Luhur , Lulus Tahun 2000.

2. SMP Swasta Tri Sakti 2 Medan, Lulus Tahun 2003.

3. SMA Swasta Methodist 7 Medan, Lulus Tahun 2006.

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Medan Area 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 18

C. Tujuan Penelitian... 18

D. Manfaat Penelitian... 19

1. Manfaat Teoritis... 19

2. Manfaat Praktis... 19

E. Keaslian Penelitian... 20

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 21

1. Kerangka Teori... 21

2. Kerangka Konsepsi... 24

G. Metode Penelitian... 27

1. Jenis Penelitian... 27

2. Bahan-bahan Hukum yang Digunakan... 28

3. Teknik Pengumpulan bahan hukum... 29

4. Analisa Bahan Hukum... 30

BAB II SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PERDAGANGAN ORANG... 31

A. Sanksi Pidana... 31

1. Pengertian Sanksi Pidana... 31 2. Jenis-jenis Sanksi Pidana... 34 3. Tujuan Pemidanaan... 37 B. Ruang Lingkup dan Ketentuan Pidana Perdagangan

Orang... 39 1. Sekilas Tentang Perdagangan Orang... 39 2. Ketentuan Pidana Perdagangan Orang... 42 BAB III PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELAKU

TINDAKAN PERDAGANGAN ORANG BERDASARKAN BEBERAPA PUTUSAN DI INDONESIA... 54 A. Putusan Hakim Terhadap Pelaku Perdagangan Orang... 54 B. Penerapan Sanksi Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Perdagangan Orang Dalam Beberapa Putusan

Di Indonesia... 62 1. Pertimbangan Hakim Ditinjau Dari Dakwaan Jaksa

Penuntut Umum... 63 2. Pertimbangan Hakim Ditinjau dari Keterangan Saksi... 70 3. Pertimbangan Hakim Ditinjau dari Keterangan terdakwa. 72 4. Pertimbangan Hakim Ditinjau dari barang bukti... 74 5. Pertimbangan Hakim Ditinjau dari pasal - pasal

Dalam undang – undang perdagangan orang... 79 C. Analisis Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak

Pidana Perdagangan Orang Dalam Beberapa Putusan

Di Indonesia... 84 1. Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Perdagangan Orang Dalam Beberapa Putusan

Di Indonesia ditinjau berdasarkan Teori Keadilan... 88

2. Putusan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang Dalam Beberapa Putusan

Di Indonesia ditinjau berdasarkan Teori pemidanaan... 92

BAB IV LANGKAH - LANGKAH UNTUK MENCEGAH PERDAGANGAN ORANG... 98

A. Langkah Yuridis... 98

B. Langkah Non Yuridis... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 107

A. Kesimpulan... 107

B. Saran... 110 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1. Tabel 1 Putusan Pengadilan Negeri di sebahagian wilayah Indonesia

Tahun 2008 – 2012... 26 2. Tabel 2 barang bukti Putusan Pengadilan Negeri di sebahagian wilayah

Indonesia Tahun 2008 – 2012 ... 75 3. Tabel 3 Disparitas Putusan Pengadilan Negeri... 86

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perdagangan perempuan dan anak saat ini mempuanyai jaringan yang sangat luas di dunia international khususnya negara Indonesia. Praktek perdagangan orang dan anak yang paling dominan berada di sektor jasa prostitusi, kebanyakan korbannya adalah anak perempuan. Di Asia Tenggara, dalam beberapa tahun belakanganan ini sejumlah besar anak-anak dari Myanmar, Kamboja, Cina, Laos, telah diperdagangkan dan dipaksa bekerja di dunia prostitusi, baik anak laki-laki maupun anak perempuan dari daerah pedalaman yang miskin.1

Mengenai fenomena meningkatnya kejahatan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, Frank Tannembaum, sebagaimana dikutip oleh J.E Sahetapy menyatakan bahwa “crime is eternal-as eternal as society” yang artinya di mana ada manusia di sana pasti ada kejahatan.

2

1 Chairul Bariah, Aturan-Aturan Hukum Trafiking ( Perempuan dan Anak),( USU Press, 2005), hal 2.

Tindak Pidana Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan baik terorganisir maupun tidak terorganisir, tindak pidana ini juga tidak hanya dilakukan perorangan tetapi juga melibatkan korporasi dan penyelenggara negara yang menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya, dan memiliki jangkauan operasi tidak hanya antar

2 J.E.Sahetapy, Kausa Kejahatan, (Pusat Studi Kriminologi Fakultas Hukum Unair : 1979), hal.1.

wilayah dalam negeri, tetapi juga antar negara dan merupakan kejahatan transnational crime.3

Undang-undang dasar 1945 Amandemen ke-4 sebagai landasan konstitusional secara tegas telah mengatur tentang pentingnya perlindungan terhadap hak asasi manusia, termasuk didalamnya hak-hak perempuan dan anak-anak, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 28 B ayat (2), yang menyebutkan: “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.4

Dalam kerangka perlindungan hak asasi manusia, pada hakikatnya perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan salah satu perwujudan hak untuk hidup, hak untuk bebas dari perhambaan (servitude) atau perbudakan (slavery). Hak asasi ini bersifat langgeng dan universal, artinya berlaku untuk setiap orang tanpa membeda-bedakan asal - usul, jenis kelamin, agama, serta usia, sehingga setiap negara berkewajiban untuk menegakkannya tanpa terkecuali. Upaya perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak, salah satunya melalui pencegahan dan pemberantasan perdagangan manusia, perlu secara terus menerus dilakukan demi tetap terpeliharanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Perlindungan terhadap perempuan dan anak hendaknya memiliki derajat/tingkat yang sama dengan perlindungan terhadap orang-orang dewasa maupun pria, karena

3 Dikdik. M. Arief Mansur, Urgensi Perlidungan Korban Kejahatan Antara Norma dan Realita (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 31.

4 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

setiap orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law).5

Kejahatan perdagangan manusia selama ini sudah terorganisir dengan rapi bahkan sudah masuk dalam jaringan perdagangan internasional, dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang modern serta sumber dana yang relatif tidak terbatas.

Dalam hal ini Pemerintah Indonesia telah melakukan pengesahan peraturan tentang perdagangan orang pada tanggal 19 April 2007 yakni Lembaran Negara Nomor 58, Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ( UU PTPPO ) nomor 21 Tahun 2007. Undang-Undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ini merupakan produk hukum yang cukup komprehensif, karena tidak hanya mempidanakan perdagangan orang sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia, tetapi juga mengatur tentang pemberian bantuan kepada korban secara menyeluruh, dan peran serta masyarakat dalam upaya-upaya pencegahan serta penanganan kasus, undang-undang ini juga merupakan pencerminan standar internasional.6

Undang-Undang nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang ini juga memberikan sanksi pidana yang cukup berat terhadap pelaku tindak pidana perdagangan orang sebagai wujud perlindungan terhadap korban perdagangan manusia. Pasal-pasal tersebut antara lain Pasal 2 yang mengatur tentang dapat dipidananya perbuatan seorang pelaku perdagangan manusia baik

5 Dikdik. M. Arief Mansur, Ibid., hal. 45

6 Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika. 2010), hal. 67

secara melawan hukum maupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain yang bertujuan untuk mengeksploitasi. Pasal 2 tersebut berbunyi :

“Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.

600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).7

Pasal 2 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:

a. Adanya perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang.

b. Adanya ancaman kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat.

c. Walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain.

d. Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut.

e. Di Wilayah Negara Republik Indonesia.

7 Lebih lanjut lihat Pasal 2 Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

f. Adanya salah satu unsur saja di point a dan salah satu unsur di point b, kemudian memenuhi unsur di point d dan e, maka orang yang melakukan tindakan tersebut (pelaku) dapat dikenakan pidana berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang ini.

Dalam Pasal 2 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007 kata “untuk tujuan”

sebelum frasa “mengeskploitasi orang tersebut” menunjukkan bahwa tindak pidana perdagangan orang merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana perdagangan orang cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan, dan tidak harus menimbulkan akibat.8

Eksploitasi yang dimaksudkan dalam Undang-Undang ini adalah “tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban, tidak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materiil maupun immateriil.”9

Adapun Pasal 3 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, juga memberikan pengaturan pidana terhadap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara

8 Lebih lanjut lihat Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

9 Lebih lanjut lihat Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

.

Republik Indonesia untuk dieksploitasi baik di wilayah Negara Republik Indonesia maupun di Negara lain. Orang yang melakukan tindak pidana ini diancam dengan pidana penjara minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun serta denda minimal Rp.120.000.000,- (seratus dua puluh juta rupiah) dan maksimal Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah). Secara lengkap bunyi Pasal 3 adalah:

“Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di wilayah negara Republik Indonesia atau dieksploitasi di negara lain dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).”10

Pasal 3 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:

a. Memasukkan orang.

b. Ke wilayah negara Republik Indonesia.

c. Dengan maksud untuk dieksploitasi.

d. Di wilayah negara Republik Indonesia.

e. Atau dieksploitasi di negara lain.

Unsur di point a, b, c dan d, dapat digunakan apabila pelaku perdagangan manusia menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai tempat tujuan perdagangan manusia atau tujuan eksploitasi, sedangkan point e digunakan apabila pelaku menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai tempat transit atau persinggahan

10 Lebih lanjut lihat Pasal 3, Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

sebelum pelaku membawa korban perdagangan manusia ke Negara lain sebagai tempat tujuan. Sanksi pidana lain yang termaktub dalam UU ini antara lain adalah pasal 4.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang ini memberikan pidana kepada setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia.

Bunyi Pasal 4 secara lengkap adalah:

“Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).11

Pasal 4 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:

a. membawa warga negara Indonesia.

b. ke luar wilayah negara Republik Indonesia.

c. dengan maksud untuk dieksploitasi.

d. di luar wilayah negara Republik Indonesia.

Unsur di point a, b, c dan d, dapat digunakan apabila pelaku perdagangan manusia menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai sumber perdagangan manusia untuk dieksploitasi di luar wilayah Negara Republik Indonesia.

11 Lebih lanjut lihat Pasal 4, Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Dalam Pasal 5 memberikan larangan kepada setiap orang untuk melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi. Bunyi Pasal 5 secara lengkap adalah:

“Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk dieksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).12

Pasal 5 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:

a. melakukan pengangkatan anak.

b. dengan menjanjikan sesuatu.

c. atau memberikan sesuatu.

d. dengan maksud untuk dieksploitasi.

Pasal ini memberikan perlindungan terhadap anak sebagai korban perdagangan manusia dari usaha-usaha pengangkatan anak untuk mengeksploitasi anak tersebut.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2007 juga memberikan larangan untuk melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi. Bunyi Pasal 6 secara lengkap, yaitu:

12 Lebih lanjut lihat Pasal 5, Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).13

Pasal 6 Undang-Undang nomor 21 tahun 2007, memberi rumusan tindak pidana sebagai berikut:

a. melakukan pengiriman anak.

b. ke dalam atau ke luar negeri.

c. dengan cara apa pun.

d. mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi.

Pasal ini memberikan perlindungan terhadap anak sebagai korban perdagangan manusia dari usaha-usaha pengiriman anak baik di dalam negeri (antar

Pasal ini memberikan perlindungan terhadap anak sebagai korban perdagangan manusia dari usaha-usaha pengiriman anak baik di dalam negeri (antar

Dokumen terkait