• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran-saran

Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, maka dengan melihat keadaan zaman sekarang, kemudian dengan beragam karakteristik mad’u, maka penulis menyarankan:

1. Kepada praktisi dakwah (da’i), sekiranya harus pandai-pandai dalam memilih metode dakwah untuk mendapatkan perhatian mad’unya. Seorang da’I tidak bisa mengeneralisir semua mad’u, metode dakwah yang dipakai harus disesuaikan dengan karakteristik mad’unya. Karena di masa

sekarang mad’u yang memilih da’i, kalau cocok dipakai dan kalau tidak diganti.

2. Selain itu kepada da’i dalam memberikan materi dakwah yang jangan sampai dianggap basi, meskipun intinya tetap pada aqidah, syari’at dan akhlak, tetapi dikemas dengan ilmu pengetahuan yang kontemporer.

3. Kepada para mad’u harus aktif merespon dalam menerima materi dakwah, sehingga apabila ada yang tidak dimengerti harus berani bertanya kepada da’inya. Tidak hanya menerima masukan saja meskipun tida di mengerti, harus sampai mengerti dengan apa yang disampaikan da’i, sehingga dapat memahami agama secara benar.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.

Anshary, Isa. Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam. Bandung: CV. Diponegoro, 1999.

Anten, Elyas. Asli Injilizi Arabig. Mesir: Elyas Modern Press, 1951.

Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1989. Arifin. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta:

Bulan Bintang, 1976.

Ar-Rafi’I, Mustofa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002. Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.

Birowo, M. Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Daulay, Hamdan. Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik. Yogyakarta: LESFI, 2001.

Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`ân dan Terjemahnya. Bandung: CV Gema Risalah Press. tt.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Cet. 9.

Faizah & Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta: Prenada Media 2006.

Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.

Hasanuddin. Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.

Hasjmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Quran. Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994.

Kriyanto, Rahmat. Tehnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2006.

M. Dagun, Save. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997. Cet. I.

Machfoeld, Ki Moesa A. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004.

Masyhur, Musthafa. Teladan di Medan Dakwah. Solo: Era Intermedia,2001. Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000. Natsir, Mohammad. Fiqhud Dakwah. Jakarta: Media Dakwah, 2009.

Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1983.

Prodjokusumo, H.S. Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalamTuntunan Tablig 1. Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997.

Shaleh, Abdul Rasyad. Managenent Dakwah Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.

Soeito, Samuel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI, 1982.

Sogoyo dan Sogoyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999. Cet. 12, Jilid. I.

Suparta, Munzier dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2003. Cet. ke- 2.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Wasito, Woyo. Kamus Inggris –Indonesia. Jakarta: Cy Press, 1974.

Ya`kub, Hamzah. Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership. Bandung: CV Diponogoro, 1992, Cet. ke-4.

Yafie, Ali. Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Makalah Seminar, 1992.

Yakan, Muna Haddad. Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Cet. Ke-8.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April, 15 Juni dan 2 Juli 2010.

Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti dan Ibu Yanda Ishak, jemaah majlis ta’lim al-Falaah, Jakarta. 2010.

Tempat/waktu : Jakarta, Juni 2010. Tanya : Kapan tertarik dengan dakwah?

Jawab : emm.. 2003, mulai berdakwah, di temen-temen aja, tapi kalau di orang yang tidak tahu sama sekali ya…, tidak kenal itu mulai dari 2005, eh 2006.

Tanya : Mengapa beralih dari musik ke dakwah…?

Jawab : Itu satu proses karena saya mau berfikir ya, jadi musik itu setelah saya berfikir, lama-lama timbul bahwa mudhorat dan manfaatnya bagi saya lebih banyak mudhorotnya. Dan dengan proses dakwah itu menggeser mainset saya menjadi dakwah no. satu ,tapi itu ga langsung, step by step. Tanya : Hambatan apa yang dialami dalam aktivitas dakwah….?

Jawab : Alhamdulillah sampai sekarang dengan izin Allah tidak ada hambatan, sama sekali.

Tanya : Tapi artinya gini misalkan menghadapi jamaah…?

Jawab : Ya tapi masih dalam frame saya, ada orang yang melihat dari sisi jelek saya, seperti ada kemarin ya di reuni mimpin do’a, setelah mimipin do’a temen-temen saya yang 30 tahun ga ketemu perempuan terutama, aku tidak sudi sebenernya si yuke mimpin doa, he he. Tapi ada juga orang yang tidak tahu jeleknya saya, tahu bagusnya saja. Saya bilang yang penting selalu dakwah saya bilang manusia itu tidak dilihat awalnya kata Allah. Surat aljumuah.

Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, bahwa mereka orang-orang yang dulunya kedhaliman itu di angkat menjadi orang baik oleh Allah, tapi allah melihat akhir dari kehidupan ini, tidak dilihat awalnya, kan ada ﷲا ا ﻪ ا م ﻜ اﺮـﺧأ نﺎآ ﻦﻣ

ﺔﻨﺠ ا ﺧد , siapa yang akhir katanya mengucap laa ilaaha illa Allah dia masuk surga. Kan kita ingin maca lailaaha illallah, harus latih terus, ga bisa lailaaha illallah di orang fasik itu ga bisa.

sendiri yang ngatur jadwal, saya yang handel, saya prinsipnya yang duluan, jadwal yang duluan tidak bisa digeser. Karena dakwahnya saya udah konsep lillahi taala’. Karena saya bisnis kan, pembisnis yang dakwah,

Tanya : Jadi dakwahnya dibisnisin dong..?

jawab : Bukan, saya bisnis untuk hidup, dakwahnya lillahi taala’. Tanya : Apa faktor pendukung dalam setiap aktivitas dakwah?

Jawab : Saya liat jamaahnya, jadi modal saya untuk menjalankan psikologi dakwah itu lebih kuat, karena saya tau ini audiens makanannya apa, ini spageti, ini ketoprak, dan alhamdulillah 99 belum ada hambatan sama sekali. Kaya misalnya saya kepake dalam kelompok orang yang paling muda usia 74, coba kebayang ga..?, yang hubungin saya usia 74 laki-laki, tapi mereka mantan pejabat semua yang bicaranya yang masih cium pipi kanan kiri, yang masih seneng karoke dansa, saya dipanggil itu rumahnya ada kolam renangnya gede, ustadz Yuke ini ustadz no. 5 yang empat ga kepake.

Interviwer Interviwee

Tanya : Konsep dakwah menurut ustadz pribadi itu seperti apa.?

Jawab : Konsep dakwah rosul itu udah bagus, bil hal-bil hikmah. Bilhal itu kita jalanin dulu baru kita nomong sama orang dengan hikmah, dengan tidak menyinggung. Nah cara ngomongnya ini dibagi-bagi lagi, kita lihat ngomong kepada siapa….!, ngomong kepada yang ada ilmu kita pake maudzatul, kalo yang keras kepala pake debat tapi yang hikmah debatnya. Kalau orang yang tidak berilmu kita beri dengan kasih sayang. Tanya : Selama ini metode yang dipake ustadz apa saja…?

Jawab : Metode dakwah saya tergantung mad’unya, karena mad’u saya dari tingkat mentri sampai ke gelandangan, ke kolong jembatan saya masuk, sampai ke pondok indah pun saya masuk, ke menrut….nya saya masuk juga itu. Jadi kita all wider lah…, jadi kita lihat, kita ngomong sama siapa kita pake bahasa bilhikmah buat dia gitu…!.

Tanya : Kalau misalkan diklasifikasikan bilhikmah, bilmauidzah dan bil mujadalah kepada siapa saja?

Jawab : Yang bil hikmah itu kebanyakan saya ee..apa, hikmah itukan tidak menyudutkan dia ya….!, orang-orang yang ekonominya di bawah, kemudian usianya lanjut, yang hikmah itu dan ilmunya sedikit gitu…!, kalau mauidzatul itu kita lihat buat orang-orang yang memang dia atensinya mau belajar gitu, kan menghadapi pelajaran agama itu ada yang sisa waktu, ya sambil nunggu anak sekolah, kalau libur ikut libur kan lain tuh, ada orang yang bener-bener mau belajar ya, nah orang-orang yang bener-bener mau belajar kemudian kehidupan ekonominya itu midle up, jadi dia cukup, nah itu pake mauidzatul, dia ada waktu untuk belajar, kalau bicara di tempat pemulung saya harus bawa duit, kasih duit dulu baru saya ngomong. Mungkin kalau yang mujadallah itu menghadapi orang-orang yang kebanyakan orang islam sendiri yang merasa dirinya lebih baik, kan adakan kalau tidak begini salah harus begini, saya bilang itu teori iblis, ana khairum minhu itu teori iblis aku

Bintaro dan Depok. Jadi orang memperdebatkan seperti ini orang yang tua yang sudah ratusan tahun dia ada Yasinan malem jum’at, ada tahlil, dateng kelompok anak muda yang mau belajar tapi dia tidak hikmah dia bilang itu bid’ah, itu tidak boleh tidak ada dasarnya itu haram…!, dia tidak terima. Nah dengan ini saya menengahi, alhamdulillah dengan izin Allah manfaatnya jadi saya suruh ngajarin mereka, jadi melihat sisi positifnya semua, jadi saya bedakan antara orang berbuat baik sama ibadah, itu yang tua ngerti yang anak-anak ngerti, jadi gini kalau ibadah kan harus jelas ada contohnya dari rasul terus ikhlas jadi naik dia, tapi kalau tidak ada contohnya…, janganlah pake bahasa bid’ah, apa..? pakelah bahasa yang lebih santun, dia berbuat baik tapi tidak ada contonya, lainkan berbuat baik dan ibadahkan…!, dia berbuat baik yaudah jangan dikategorikan keibadah, saya bilang gitu. Nah saya tanya orang Yasinan jadi kafir ga, orang tahlilan jadi kafir ga..?, ga kan…! Kalau antum itu merasa dirinya baik semua, itu kalau penempatan memberikannya tidak dengan hikmah ibarat makanan enak, ditaroh di piring plastik ngasihnya dilempar, kira-kira mau dimakan ga coba..?. Tanya : Kalau bentuk dakwah bil lisan itu ceramah ya...?

Jawah : Iya, cuma mungkin yang bikin saya beda ya dengan ustadz lain, saya itu pake silabus, adi saya bikin 36, iman taqwa itu ada elementer, entermadiat dan advan. Ini ada tiga kali 12 pertemuan, kemudian pengajian ini orang salah sering definisinya kalau menurut saya, pengajian itukan mengambil hukum Allah dan rasulnya untuk merubah diri, nah ini merubah dirinya engga cuma untuk informasinya aja kebanyakan, terus apa yang harus dikerjain dulu, jadi kalau kita mau ke Z itukan harus ke A dulu, nah A nya ini pada ga tau mana dulu yang dikerjain, kan tholabul ilmi faridhatun a’la kulli muslimin wal muslimat, menunutut ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, ilmunya ini ilmu apa..!, ini yang masalahkan, ternyata di asbabul wurud hadis disebutkan, nomer 1 kenali dulu Allah denga benar, syari’atnya

gini, saya ngomong ghibah tau ayatnya, hadisnya tau, asbabul wurud dan nuzulnya tau, tapi saya jamin ibu ga berubah karena adanya itu diakhlak, ghibah itu adanya di akhlak dan akhlak tidak akan jadi baik kalau tidak menjalankan syari’at, syari’at ini tidak akan dijalanin kalau tidak tahu kekuatan yang bikinnya. Kayak sekaran ibu-ibu naik minyak goreng berani ke gedung istana coba jaman pak Harto berani ga, karena tahu dia ditangkap kalau begini. Nah kalu tahu Allah benar-bener ga berani kita, nah kalau kenalnya remeng-remeng nah ini, lagi susah aja begini, tapi begitu everything oke, nanem aja....he he.

Tanya : Jadi materi dakwah itu apa dulu...?

Jawab : Tauhid, tauhid itukan adanya dalam Qur’an, di luar Qur’an ga ada kita mau kenal Allah dari mana kalau tidak dari Qur’an. Ketika Qur’an makenya tidak tepat, itu tidak signifikan merubah orangnya karena saya merasakan. Saya kasih contoh gini kita baca Qur’an itu ada dua, secara kultur dan syariat, secara kultur bacanya surat Yasin hari kamis- hari jum’at nah itu kebudayaankan, salah ga itu, ga salah, cuma seperti make motor ke Bogor gigi satu, kira-kira jebol ga…?, karena saya bilang Qur’an itu untuk dibaca, dipahami, diamalhan didakwahkan, jadi ga over lap.

Tanya : Kenapa ustadz lebih tertarik kedawah?

Jawab : Islam itukan secara sistem kayak MLM, jadi saya ngajak berbuat baik, situ berbuat baik saya dapet pahala, kan saya banyak dosa nih, saya harus banyak nanam di orang, he…dakwahnya saya ga pilih-pilih kemana saja, untuk latihan dulu mata duitan segalanya pake duit sekarang disuruh ikhlas, emang gampang bu…!he he…!

Tanya : Jadi yang ngatur materi dakwah itu ustadz sendiri.?

Jawab : O Bikin sendiri, cuma saya belajar psikologi dakwah, kita kalau orang level begitu itu ngomong apa.., kita tahu, ternyata untung saya belajar psikologi dakwah ya…jadi ga mengeneral semua mad’u. Jadi kita ngomong berdasarkan mad’u, seperti di Lebak Bulus dan Tanah Sereal,

karena yang bawa duit Ustadz Yuke katanya..he he. Bawa duit diamplopin baru denger, jangan di ajarain sabar udah kelamaan sabarnya…!

Tanya : Tapi yang paling penting dalam materi dakwah itu apa.?

Jawab : Jadi kalau buat saya, dari sekema saya ya…, yang pasti mengenal Allah, tapikan harus lewat Qur’an tadi saya bilang, makanya saya kasih pandangan jamaah itu kira-kira kalau baca Qur’annya seminggu sekali yang dibaca surat Yasin terus kenal ga sama Allah…?, ga bakal kan…!, sekarang kita ganti berdasarkan syari’at, 1. Qur’an itu buat orang bertaqwa kalu kita megkondisikan diri kita bertaqwa ada konsekuensi menjadikan Qur’an itu mauidzatul pelajaran, pelajaran itu setiap hari jadi punya tiga aspek 1. Qur’an terjemah harus punya sendiri, jadi suami istri harus punya, yang kedua pelajaran itu harus ada time timeli, tidak ada pelajaran itu suka-suka waktunya, jadi kita harus punya prame time, misalkan 9 malem harus ketemu Qur’an apapun yang terjadi, jadi bukan sisa waktu, yang ketiga pelajaran itu harus ada terjemahannya, supaya uthlu-uthlu itu membaca tapi sampai kehati, kalau iqra cuma membaca mata, jadi membaca sampi ke hati hingga bergetar karena paham, saya tawarkan bisa ga tiga hari, kenapa tiga hari…, barang siapa berbuat kebaikan tiga hari kali sepuluh, tiga hari kali sepuluh berapa 30, sama dengan satu bulan, tapi tidak boleh putus, ternya ada yang bisa berhasil. Al-Qur’an dulu diluruskan, punya sendiri, terjadwal, punya artinya dan dari depan, selembar sehari saya suruh.

Interviwer Interviwee

Dokumen terkait