• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta'lim al-Falaah Bintaro Jaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta'lim al-Falaah Bintaro Jaya"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Atty Sulastri Yusuf

NIM: 206051003903

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Atty Sulastri Yusuf

NIM: 206051003903

Pembimbing

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum. NIP. 196104221990032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi ini berjudul AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE

SUMERU DI MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH BINTARO JAYA telah

diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 22 Juli 2010

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahmud Jajal, MA. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 195204221981031002 NIP. 1971041222000032001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Rubiyanah, MA. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. NIP. 197308221998032001 NIP. 1971041222000032001

Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukakn untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juli 2010

(5)

Atty Sulastri Yusuf 206051003903

Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah

Aktivitas dakwah meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan yang dilakukan seseorang da’i secara sadar untuk mengajak manusia mengarah pada jalan Allah. Salah seorang yang melakukan aktivitas dakwah yaitu ustadz Yuke Sumeru. Dia adalah seorang pemain band yang mempunyai kehidupan malam, lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Dengan kesadarannya ia meninggalkan semua itu dan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan berkomitmen untuk berdakwah.

Aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru merupakan kegiatan dakwah ustadz Yuke Sumeru dengan mengisi ceramah-ceramah di berbagai pengajian majlis ta’lim dan mengisi pengajian keluarga, selain itu memberikan santunan di tempat-tempat pemulung. Aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di majlis ta’lim al-Falaah yaitu dengan mengisi ceramah pengajian. Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaah majlis ta’lim al-Falaah, sehingga jamaah cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan. Sehingga ini cukup menarik untuk diteliti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang aktivitas dakwah yang dilakukan ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah. Untuk mengetahui itu semua maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam mencari data-data yang dibutuhkan, maka penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada ustadz Yuke Sumeru sebagai informan. Kemudian wawancara juga dilakukan kepada beberapa orang jemaah majlis ta’lim al-Falaah untuk mengetahui pandangan jamaah tentang aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru. Selain itu dilakukan observasi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya tentang aktivitas dakwah yang dilakukan subjek penelitian.

(6)

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan inayah-Nya, serta telah memberi jalan dalam penyelesaian skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda tercinta Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan semoga kepada umatnya yang selalu istiqomah dalam menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini.

Telah penulis sadari sepenuhnya bahwa dalam pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari tantangan, rintangan dan halangan. Namun dengan izin Allah semua itu telah dapat penulis lalui, berkat dukungan, bantuan dan dorongan semua kalangan yang telah mengulurkan tangan. Selama proses penulisan skripsi ini, tidak sedikit bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka izinkanlah dalam kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin Saputra, MA., Drs. Mahmud Jalal, MA., dan Drs. Study Rizal LK, MA., sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum., sebagai Koodinator Teknis Pogram Non Reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus pembimbing, terimakasih atas bimbingan dan arahannya. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., sebagai Sekretaris Program Non Reguler.

(7)

5. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 7. Ustadz Yuke Sumeru yang telah bersedia untuk diwawancarai dan telah

memberikan informasi yang dibutuhkan. 8. Majlis Ta’lim Al-Falaah beserta jamaahnya.

9. Orang Tua tercinta Ibunda almarhumah Ariyana dan Ayahanda almarhum Muhammad Yusuf, yang telah menginspirasi saya untuk menuntut ilmu kembali setelah usia tidak lagi muda. Bagi kedua orang tua menuntut ilmu itu tidak akan ada habisnya. Selain itu pesan dari ibu beberapa bulan sebelum wafat beliau meminta saya untuk menuntaskan kuliah hingga menjadi sarjana, itu yang tidak pernah kesampaian karena kesibukan merawat adik-adik dan keluarga muda saya. Alhamdulillah keinginan itu dapat saya kabulkan.

10.Keluarga tercinta, Suami Izhar M. Fihir yang telah dengan rela makan malam sendirian selama tiga setengah tahun dan mendorong saya untuk tetap maju dan selalu mendukung selama masa kuliah, dan anak tunggal Ihsan F. Fihir yang selalu memberi dukungan penuh, terimakasih atas kesabaran kalian. 11.Kakak dan adik-adik saya, beserta suami/istrinya dan keponakan, terimakasih

atas suport yang telah kalian berikan.

12.Teman-teman angkatan 2006 KPI non reguler; Husni Mubarok, Ade Wahyudi Kusniti dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan di sini terima kasih telah sama-sama melalui hari-hari indah dan susah bersama dalam menuntut ilmu dibangku kuliah.

(8)

iii

sekiranya ada saran dan kritik, dengan keterbukaan hati, akan saya terima demi meraih kesempurnaan.

Akhir kata hanya kepada Allah kita berserah diri, karena kesempurnaan hanya milik-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, Aamiin.

Jakarta, Juli 2010

(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KERANGKA KOSEPTUAL A. Pengertian Aktivitas ... 13

B. Pengertian Dakwah ... 14

C. Unsur-Unsur Dakwah ... 17

1. Da’i... 17

2. Mad’u... 20

3. Materi Dakwah... 22

4. Metode Dakwah ... 23

5. Media Dakwah ... 24

6. Tujuan Dakwah ... 26

D. Bentuk-bentuk Dakwah... 29

BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS TA’LIM AL-FALAAH A. Profil Ustadz Yuke Sumeru ... 32

1. Latar Belakang Keluarga... 32

2. Latar Belakang Pendidikan ... 33

3. Tempat Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru... 37

(10)

v

BAB IV AKTIVITAS DAKWAH USTADZ YUKE SMERU

A. Aktivitas Dakwah... 41 B. Metode Dakwah Ustadz Yuke Sumeru ... 44 C. Materi Dakwah Ustadz Yuke Sumeru... 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 51 B. Saran-saran... 52

DAFTAR PUSTAKA... 54

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah tidak dapat dipisahkan dari Islam yang merupakan agama Rakhmatan lil Alamin yang menanamkan kasih sayang terhadap sesama mahluk hidup, tidak saling menyakiti tapi saling menjaga dan memelihara. Islam adalah agama dinamis yang menganjurkan umat untuk terus bergerak, menjalankan silaturahmi, dan saling tolong menolong. Kemudian menjadi tugas setiap umat islam untuk menyampaikan setiap kebaikan dan mencegah keburukan seperti firman Allah yang tertuang dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 110;

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

(12)

melalui tulisan, ceramah, maupun cara pengajaran lainnya, sehingga individu atau masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya.1

Dakwah merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap umat Islam yang beriman, yang semula dilakukan oleh para Nabi dan Rasul, merupakan manusia yang dipilih dan ditentukan oleh Allah SWT. Mereka menjadi penyeru bagi umat manusia untuk patuh kepada Allah SWT dengan mempelajari hukum dan syari’at yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits, agar manusia mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an bahwa para Nabi dan Rasul adalah juru dakwah untuk menuju jalan kepada Allah SWT, seperti yang tertuang dalam surah An-Nisa ayat 165:

1

“(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”2

Para Rasul telah tercatat dalam sejarah dakwah dengan nama besarnya, mereka adalah tokoh teladan dan panutan bagi para pengikutnya dalam gerakan dakwah dan cerminan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah keagamaan kepada para pengikut dan umat manusia secara umum bukan hal yang mudah. Dalam perjuangannya

1

Mustofa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002), hal. 51 2

(13)

penuh dengan makian, cacian, perlawanan yang bukan hanya dari masyarakat tetapi juga dari dalam keluarganya sendiri.

Aktivitas dakwah ini terus berjalan secara berkesinambungan dari seorang Nabi dan Rasul kepada Nabi dan Rasul berikutnya, setiap Nabi dan Rasul mempunyai kader penerus dari pengikut-pengikutnya yang beriman. Sampai kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup dari para Nabi dan Rasul yang menyempurnakan kitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya sebagai pedoman hidup untuk keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian Islam sebagai agama Rakhmatan Lil Alamin dan Allah SWT telah meridhai Islam sebagai satu-satunya agama di dunia ini, seperti firman Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an surah Ali Imran di awal ayat 19:

.

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah agama Islam.”

Setelah Rasullah SAW wafat, para sahabat dan pengikutnya meneruskan aktivitas dakwah beliau. Sejak itu antara Islam dan dakwah merupakan bagian yang tak terpisahkan lagi, seperti sabda Rasulullah SAW dalam haditsnya, dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasul SAW bersabda “Sampaikan oleh kalian dariku walau hanya satu ayat” (HR Bukhari). Hadits ini yang mendukung Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 159, Allah SWT berfirman:

(14)

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati.”

Ketika seseorang telah mengetahui apa-apa yang sudah tertulis dalam Al-Qur’an dan apa-apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, kemudian menutupinya, tidak menyebarkan atau tidak menyampaikannya kepada orang lain, maka orang tersebut akan mendapat teguran dari Allah SWT berupa laknat dari semua mahluk yang dapat melaknatnya.

Pentingnya menyampaikan, menyebarkan atau dakwah bagi umat Islam merupakan bentuk bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dari mahluk lain. Manusia diciptakan Allah SWT dengan kelebihan akal, supaya dengan akal itu manusia dapat membedakan baik dan buruk. Manusia dapat hidup saling menjaga hak masing-masing, dapat bersosialisasi dengan etika dan aturan yang disepakati bersama serta dapat mencerna dengan baik aturan-aturan syari’at agama yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadits.

(15)

pernah terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya, termasuk di dalamnya yang berkaitan dengan perkara amar makruf dan nahi munkar.3

Dakwah harus selalu dilakukan, sebagaimana yang dianjurkan dalam Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Maryam (19) ayat 97:

“Maka Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”

Kalau menilik dari ayat tersebut di atas bahwa Allah SWT telah memudahkan manusia untuk menyampaikan dakwah yang dilakukan oleh setiap individu kepada individu lainnya sehingga syi’ar Islam dapat berjalan dengan lancar.

Dakwah yang dalam arti menjalankan amar makruf nahi munkar menjadi dasar dari tujuan keselamatan dan kesempurnaan dalam hidup masyarakat, telah menjadi kewajiban bagi fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan menjadi kewajiban yang telah tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits.4

Berdasarkan hal itu, dengan kewajiban manusia untuk melaksanakan amar makruf nahi munkar dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, telah membuat seorang pemain band yang bernama Yuke Sumeru meninggalkan kehidupan malam yang lekat dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Kesadaran akan pentingnya menjadi seorang Islam yang memahami ajaran dan syari’at, serta

3

Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, (Bandung: CV. Diponogoro, 1981), cet. ke- 2, hal. 37.

4

(16)

pentingnya dakwah bagi setiap individu muslim, Yuke Sumeru yang pada saat itu menginjak usia 40 tahun, berkomitmen meninggalkan dunia malamnya dan band yang telah menjadi bagian dari hidupnya dan memberinya limpahan materi.

Kemudian ia memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) untuk dapat berbagi ilmu kepada sesama. Amar makruf dan nahi munkar telah menarik hati Yuke Sumeru untuk menjalaninya dengan lebih sempurna dan sejak itu ia siap untuk berdakwah saat Yuke Sumeru menyelesaikan kesarjanaannya di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an tersebut. Selain meninggalkan band, dunia malam dan minuman keras, Yuke Sumeru juga mengganti gaya berpakaiannya. Maka Yuke Sumeru telah menjadi da’i di berbagai Majelis Ta’lim dan selain itu ia aktif di Majelis Jamaah Tablig.

Metode yang digunakan Ustadz Yuke Sumeru memudahkan jamaahnya sehingga cepat dapat menangkap ceramah yang disampaikan, di mana sebagian besar jamaah adalah ibu-ibu. Kesungguhan Ustadz Yuke Sumeru terus diperlihatkan dengan meneruskan pendidikannya hingga ke jenjang S2, dengan mengambil Jurusan Tafsir Al-Qur’an, untuk menambah wawasan keagamaannya. Dengan latar belakang tersebut di atas, maka sekiranya menarik untuk di lakukan penelitian terhadap aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru dengan judul skripsi:

“Aktivitas Dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah

Bintaro Jaya”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada aktivitas dakwah ustadz Yuke Sumeru di Majelis Ta’lim Al-Falaah daerah Bintaro Jaya sektor I.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

“Bagaimana Aktivitas Dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falah”?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dakwah yang dilakukan Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim Al-Falaah.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya dalam dakwah Islam dan sebagai bahan pustaka untuk menambah wawasan bagi yang memerlukan, sebagai bahan perbandingan dalam penelitian mengenai aktivitas dakwah.

b. Secara Praktis

(18)

dilakukan oleh siapa saja tanpa melihat latar belakang orang tersebut. Siapapun bisa melakukan dakwah dengan tujuan untuk menegakan agama Allah. Dengan menggunakan metode dakwah dan materi dakwah yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan mad’u.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Bentuk penelitian adalah studi lapangan (field research) dengan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang di butuhkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.5 Dimana penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif memiliki relasi dengan analisis data visual dan data verbal yang merefleksikan pengalaman sehari-hari.6 Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif analisis yaitu memberikan gambaran terhadap subjek atau objek penelitian.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan tempat memperoleh keterangan.7 Dalam tulisan ini yang menjadi subjek adalah Ustadz Yuke Sumeru itu sendiri. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah aktivitas dakwahnya ustadz Yuke Sumeru.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

5

Rahmat Kriyanto, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2006), h. 58.

6

M. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan aplikasi, (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.1.

7

(19)

Tempat penelitian dilakukan di Majlis Ta’lim al-Falaah Bintaro Jaya Sektor I, dan waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan April-Juni 2010.

4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data a. Sumber Data

Ada dua macam sumber data, yaitu primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung diambil dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data didapat dari wawancara langsung (in depth interview) dengan ustadz Yuke Sumeru. Sedangkan data sekunder adalah data-data atau informasi lain yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai bahan pendukung penelitian yang didapat baik dari jama’ahnya, media, buku-buku dan lain-lain.

b. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara (in depth interview)

Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung terhadap subjek penelitian secara intensif, akrab, terbuka, dan mendalam. Untuk mendapat kutipan langsung tentang pengalaman, pendapat, perasaan pengetahuan dan data yang valid. Pada saat pengumpulan data key informan juga diperlukan untuk dijadikan sumber informasi tentang objek yang diteliti. Hasil pengamatan dan wawancara mendalam direkam dan dicatat secara sistematis. Wawancara dilakukan terhadap jamaah dan pengurus Majelis Ta’lim al-Falaah. 2. Observasi

(20)

subjek seperti tentang kegiatan, perilaku, tindakan dan interaksi pada objek yang diteliti. Pengamatan ini dilakukan berulang untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Dokumentasi

Penelaahan terhadap dokumen-dokumen yang tertulis berupa catatan-catatan formal, cuplikan, kutipan dengan mengumpulkan dan menelaah beberapa literatur berupa buku-buku, catatan-catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

4. Pengolahan Data

Dilakukan dengan cara mengklasifikasi atau mengategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai dengan fokus penelitian. Pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul dapat dilakukan bersamaan dengan analisis data setelah data terkumpul. 5. Pedoman Penulisan

Pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulis menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah (Skripsi, Tesis dan Desertasi),

yang diterbitkan oleh CeQDA, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

E. Kajian Pustaka

(21)

dengan penelitian skripsi-skripsi yang sudah ada. Adapun judul-judul yang sudah ada di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terdapat tentang Aktivitas Dakwah. Berikut beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan aktivitas dakwah antara lain:

1. ”Aktivitas Dakwah Hasan bin Ja’far Assegaf di Majlis Ta’lim Nurul Mustafa”. Skripsi ini dibuat oleh Muthmainnah, yang membahas tentang aktivitas dakwah Habib Hasan Assegaf yang merupakan dakwah yang relevan dengan untuk mangajakan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan metode dakwah yang digunakan adalah metode individual untuk menyebarkan pesan dakwah yang sesuai dengan keadaan sekarang.

2. Skripsi yang dibuat oleh Uli Nuha dengan judul ”Aktivitas dakwah Habib Munzir al-Musawa di Majlis Rasulullah SAW”. Skripsi ini membahs tentang aktivitas dakwah Habib Munzir al-Musawa dengan merumuskan aktivitas dakwah di Majlis Rasulullah menjadi masyarakat yang nabawi, dan menjadi da’i yang memahami karakteristik mad’unya sehingga da’i dapat mengetahui dakwah yang baik.

(22)

Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang ”aktivitas dakwah” yang ada di Perpustakan baik Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua judul tersebut membahas tentang aktivitas dakwah para da’i, yang membedakan dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dan tidak ditemukan judul skripsi yang membahas tentang aktivitas dakwah Ustadz Yuke Sumeru di Majlis Ta’lim al-Falaah.

F. Sistematika Penulisan

Supaya lebih terarah maka skripsi ini dibuat sistematika penulisan yang tersusun dalam lima bab dengan masing-masing subnya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL

Bab ini landasan teori yang membahas tentang pengertian dakwah, dan Unsur-unsur dakwah yang meliputi da’i, mad’u, media dakwah, metode dakwah dan tujuan dakwah.

BAB III PROFIL USTADZ YUKE SUMERU DAN PROFIL MAJLIS

TA’LIM AL-FALAAH

(23)

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA

Bab ini membahas hasil temuan tentang aktivitas dakwah Yuke Sumeru yang meliputi metode dakwah yang dilakukan dan materi dakwah yang disampaikan ustadz Yuke Sumeru.

BAB V PENUTUP

(24)

A. Pengertian Aktivitas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah keaktifan,

kegiatan, kesibukan atau juga berarti kerja yang dilaksanakan dalam setiap

bagian.1 Kemudian dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan aktivitas berasal dari

bahasa Inggris; activity, dan bahasa Latin; activus yang berarti aktif, tindakan.

Yakni berupa tindakan pada diri setiap mahluk yang menghasilkan sesuatu,

dengan aktivitas dapat memadai hubungan khusus antara manusia dengan dunia.2

Aktivitas berarti melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas

menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu.

Ada dua aktivitas dalam kehidupan manusia, yaitu aktivitas ekternal dan

aktivitas internal. Aktivitas ekternal yaitu jika operasi yang dilakukan manusia

terhadap objek-objek dilakukan dengan mengunakan lengan tangan, jari-jari, dan

kaki. Sedangkan aktivitas internal dilakukan menggunakan tindakan mental dalam

bentuk gambaran-gambaran dinamis, aktivitas interal merencanakan internal.3

Kemudian dalam Ilmu Sosiologi, aktivitas diartikan dengan segala bentuk

kegiatan yang ada di masyarakat, seperti kegiatan gotong royong atau kerja bakti,

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), Cet. 9. h. 20.

2

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 25.

3

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. I. h. 26.

(25)

yang mana biasa disebut sebagai aktivitas sosial, ini dilakukan baik berdasarkan

hubungan tetangga, keluarga atau kekerabatan. 4

Menurut Samuel Soeito, aktivitas yang dilakukan manusia bukan hanya

sekadar kegiatan, menurutnya aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai

tujuan atau memenuhu kebutuhan.5

Salah satu aktivitas adalah aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaian ajaran agama (islam) dengan

tujuan mengubah atau memperbaiki aqidah serta perbuatan manusia, sesuai

dengan tujuan dakwah. Aktivitas dakwah perlu dilakukan karena, Guru besar

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut, M. Hatta mengatakan, bahwa

aktivitas dakwah menjadi salah satu bagian terpenting dalam menentukan nasib

masa depan bangsa yang berlandaskan nilai-nilai moral dan agama.6

B. Pengertian Dakwah

Secara etimologi dalam kamus Arab-Indonesia, kata dakwah berasal dari

bahasa Arab dan mempunyai dua akar kata yaitu: pertama, berasal dari kata

د

,

ْﺪﻳ

ْﻮـ

,

د

ْﻋ

ﻮـ

ًة

yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak. Kedua berasal

dari kata

د

,

ْﻮـ

ْﺪﻳ

,

د

yang artinya memanggil, mendo’a, dan memohon.7

Secara umum, dakwah merupakan suatu proses untuk mendorong orang

lain agar memahami dan mengamalkan suatu keyakinan tertentu. Arti kata

dakwah seperti ini dapat dijumpai dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 67:

4

Sogoyo dan Pujiwati Sogoyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1999), Cet. 12, Jilid. I. ha. 28.

5

Samuel Soeito, Psikologi Pendidikan II, (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52. 6

Warta Medan, Aktivitas Dakwah Dapat Menentukan Masa Depan Bangsa, diakses pada 12 Juli 2010, dari www. waspada online.com.

7

(26)

“Dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus”.

Kemudian dakwah juga merupakan ajakan untuk berbuat baik dan

mencegah kepada perbuatan munkar, sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-

Imran ayat 104:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Sedangkan secara terminologi, dakwah mengandung beberapa arti dengan

rumusan-rumusan yang berbeda namun tetap bermuara pada ajakan kepada jalan

Allah, antara lain:

a. Menurut Quraish Shihab, mendefinisikan ”...dakwah adalah seruan atau

ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat...”.8

b. Menurut Arifin HM, menyebutkan bahwa dakwah adalah :

”Kegiatan, ajakan baik tulisan, lisan dan tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi manusia baik individual maupun kelompok, supaya dalam dirinya ada suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan, serta pengalaman agama sebagaimana pesan yang disampiakan padanya tanpa ada unsur paksaan.9

8

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet ke-19 h. 194.

9

(27)

c. Menurut Toha Yahya Omar, mengatakan bahwa: ”...dakwah adalah suatu ilmu

pengetahuan yang berisi tentang cara-cara dan tuntutan, bagaimana menarik

perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi,

pendapat dan pekerjaan tertentu...”.10

d. Menurut KH. Isa Anshary, “…dakwah adalah mengajak dan memanggil umat

manusia agar menerima serta mempercayai keyakinan dan pandangan hidup

Islam, berdakwah artinya memprogram suatu keyakinan menyerukan suatu

pandangan iman dan agama…”.11

e. Pendapat Syekh Ali Mahfudz, seperti yang dikutif Munzier dan Harjani

mengatakan; ”...dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan

kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan

melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di

dunia dan akhirat. Pendapat ini juga selaras dengan pendapat al-Ghozali

bahwa amr ma’ruf nahi munkar adalah inti dakwah dan penggerakan dalam

dinamika masyarakat Islam...”. 12

f. Menurut Didin Hafidhuddin bahwa;

“Dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami”.13

g. Definisi dakwah menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan dan

Dakwah/Khotbah Agama Islam (Pusat) Departemen RI, yang dikutip Asmuni

Syukir adalah; Dakwah yaitu setiap usaha yang mengajak untuk memperbaiki

10

Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1983), hal 1. 11

Isa Anshary, Mujahid Dakwah, Pembimbing Muballigh Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1999), h. 17

12

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2003), Cet. ke-1, h. 7.

13

(28)

usaha kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan

tuntunan kebenaran.14

Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan

menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang

benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian

yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan

spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme, kesimpangan

sosial, kerusuhan, kecurangan dan tindakan-tindakan lain yang menyalahi aturan

agama. Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha

mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.

C. Unsur-unsur Dakwah

1. Da’i (Subjek Dakwah)

Da’i atau komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan, mengajak

atau orang yang melakukan dakwah. Da’i adalah orang yang mengajak orang lain

secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata atau perbuatan atau tingkah

laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut Al-Qur’an dan sunnah.

Dapat disebut juga sebagai orang yang melakukan amar makruf nahi munkar.15

Pengertian da’i atau juru dakwah secara garis besar mengandung dua

makna yang umum dan yang khusus. Secara umum setiap pribadi muslim di

wajibkan berdakwah, sebagaimana hadist Rasulullah ”sampaikan olehmu walau

hanya satu ayat”, demi terbentuknya amar makruf nahi munkar dan ukhuwwah

Islamiyah. Secara khusus da’i adalah para juru dakwah yang menempuh

14

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 20.

15

(29)

pendidikan untuk memperdalam ilmu agama atau bidang dakwah Islam, dengan

qudwah hasanah.16 Atau mereka yang mengambil keahlian khusus dalam bidang

agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.17

Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama yang

luas, dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan yang

universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi modern ini

berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan menguasai teknologi

dapat digunakan cara untuk menopang materi dakwah yang disampaikan supaya

tidak kering dan kaku. Selain itu da’i harus benar-benar mendalami ilmu

mengenai usul (pokok) dan furuk (cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah

benar-benar memahami hakekat risalah yang sempurna bahwa Islam adalah

hubungan dengan Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek

kehidupannya.

Di dalam diri pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang

jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas dan

semangat untuk siap menegakan amar makruf nahi munkar dan orang lain dapat

mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus bertauhid dengan

sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang Pencipta dengan kekuasaan

yang mutlak. Seorang juru dakwah harus berakhlakul karimah, karena merupakan

cerminan bagi orang yang di dakwahi.

Di dalam berdakwah terhadap sesama muslim, bagi juru dakwah wajib

untuk menanamkan perasaan pada diri sang pendakwah bahwa mad’u adalah

16

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000), h. 27.

17

(30)

bagian dari dirinya dan juru dakwah juga adalah bagian dari masyarakat mad’u.

Tidak boleh menempatkan diri sebagai salah satu bentuk masyarakat Islam khusus

yang berbeda dengan masyarakat muslim yang lain, hal ini akan memberi jarak

antara da’i dan mad’unya dan akan mengakibatkan kemacetan dan menemukan

jalan buntu, karena mereka akan meninggalkan sang da’i yang dianggapnya

angkuh, padahal mereka merupakan ladang dakwah bagi para da’i.18 Seorang juru

dakwah harus sehat fisiknya, berwawasan luas, adil, jujur dan berani dalam

menyampaikan kebenaran.

Setiap juru dakwah harus mengetahui bahwa dalam berdakwah kepada

kebaikan tidak selalu berhasil dan dapat diterima oleh setiap orang. Oleh karena

itu ketika menyampaikan dakwah, reaksi mad’u terhadap pesan yang disampaikan

akan berbeda-beda, ada yang menerima dengan senang hati dan mengamalkannya,

ada yang menerima tapi tidak mengamalkannya dan ada juga yang menolak

dakwahnya.19

Seorang juru dakwah bukan seorang aktor, tetapi ketika ia berbicara juga

harus dilakukan. Dakwah juga dapat dilakukan melalui tulisan (dakwah bil

qolam), lisan (dakwah bil lisan) dan perbuatan (dakwah bil hal), maka setiap

individu di dalam aktivitasnya dapat berdakwah, tidak hanya seorang yang sering

menulis tentang keislaman, penceramah, mubaligh, guru mengaji atau pengelola

panti.20 Tetapi setiap individu dapat berdakwah, dalam artian pendakwah adalah

setiap individu muslim, yang dalam setiap gerak langkah, pakaian dan

perkataannya yang baik merupakan dakwah karena akan di ikuti oleh orang lain.

18

Musthafa Masyhur, Teladan di Medan Dakwah, (Solo: Era Intermedia,2001), Cet ke-3 h. 49.

19

Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 197. 20

(31)

2. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad'u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu

orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang. Maksudnya ialah orang-orang yang diajak

ke dalam islam atau sesuai dengan ajaran islam sebagai penerima dakwah.21

Objek dakwah merupakan masyarakat penerima dakwah, secara individu

maupun kelompok sebagai objek dakwah yang memiliki strata dan tingkatan–

tingkatan yang berbeda. Obyek dakwah Islam adalah segenap manusia di muka

bumi ini, baik yang telah masuk Islam maupun yang belum.

Dalam aktivitas dakwanya, seorang da’i harus memahami karakter dan

latar belakang mad’u.22 Dengan beragamnya latar belakang dari pendidikan,

budaya, ekonomi dan pemahaman terhadap konsep Islam serta wawasan

pengetahuan umum yang di miliki mad’u, disamping menguasai materi dakwah

seorang juru dakwah juga membutuhkan pemahaman tentang karakteristik mad’u

yang beragam tersebut.

Menurut Asmuni Syukir, menjelaskan bahwa, yang dimaksud dengan

objek dakwah ”...adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur

terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya

dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain...”.23

Kemudian dilihat berdasarkan penolakan dan penerimaan mad’u terhadap

ajakan da’i, maka mad’u di sini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori

yaitu: mad’u dari kalangan orang mukmin, dari kalangan orang kafir dan dari

kalangan orang munafik.

21

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-1, hal. 34.

22

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Azah, 2009), ed.1, Cet. 1, h. 23

(32)

1. Mukmin

Merupakan orang yang percaya akan eksistensi Allah, karena mukmin

berasal dari kata iman yang artinya percaya.24 Dakwah kepada orang mukmin

bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan orang mukmin,

mempertinggi kualitas kepribadian Islamnya serta memperkuat ketundukan

mukmin terhadap aturan dan ajaran Islam.

2. Kafir

Menurut Muhammad Galib M, seperti yang dikutip Faizah dan Lalu M.

Effendi menyatakan bahwa:

”seseorang diberi predikat kafir apabila mendustakan kerasulan Muhammad dan ajaran-ajaran yang dibawanya. Dengan perkataan lain, predikat tersebut diberi kepada mereka yang tidak menerima Islam yang dibawa Nabi Muhammad sebagai pedoman hidupnya”. 25

Dalam hal ini, dakwah kepada seseorang kafir bertujuan untuk mengubah

aqidahnya menjadi aqidah Islam, mengajak mereka untuk beriman hanya

kepada Allah dan mengakui kenabian Muhammad SAW. Seorang da’i dalam

menghadapi golongan ini harus memiliki sikap sabar dan tidak putus asa

untuk menyeru merekan.

3. Munafik

Berasal dari kata nifaq ialah memperlihatkan kebaikan padahal dalam

hatinya tidak seperti itu. Munafik adalah orang yang berpura-pura, antara

perkatanaan dan perbuatan berbeda dengan di hati (lain di mulut lain di hati).26

Dakwah kepada orang munafik bertujuan untuk menyadarkan mereka. Cara

menghadapinya yaitu tidak menjadikan orang munafik sebagai pelindung,

24

Faizah & Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 199. 25

Faizah & Lalu Muchsin Effendi, h. 206. 26

(33)

penolong dan pemimpin, bersifat tegas dan memerangi mereka, serta bersikap

waspada terhadap mereka.

3. Materi Dakwah

Materi Dakwah (Madah ad-da’wah) yang merupakan isi pesan-pesan

dakwah Islam harus bersumber dari Al-Quran dan hadist sebagai sumber utama

yang meliputi tauhid, aqidah, syari’at, muamalah dan akhlak dengan berbagai

cabang ilmu yang di peroleh dari kedua sumber tersebut. Serta pengembangannya

akan tetap mencakup seluruh kultur Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan

sunnah Rasulullah SAW. Materi dakwah harus sesuai dengan bidang keahlian

juru dakwah melalui metode, media dan serta objek dakwah atau mad’unya.27

Karena tujuan dakwah adalah untuk membuat manusia memiliki kualitas

aqidah, ibadah dan akhlak yang tinggi serta akan terjadi perubahan dalam diri

manusia tersebut termasuk di dalamnya perubahan dalam pola pikir dan tingkah

laku,28 maka materi dakwah disesuaikan dengan kondisi mad’u. Di mana seorang

da’i harus melihat budaya, latar belakang dan pendidikan masyarakat/ mad’unya.

Seorang juru dakwah harus mengembangkan ide-ide baru yang tetap bersumber

dari ajaran Islam, supaya mad’u mendapat penyegaran.

Materi dakwah secara umum dapat diklasifikasikan pada pokok-pokok

seperti masalah aqidah, masalah akhlaq, masalah syari’ah, dan masalah

muamalah. Kemudian Ali Yafie dalam bukunya “Dakwah dalam Al-Qur’an dan

As-Sunnah” menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu masalah kehidupan,

27

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos,1997), Cet. 1, h. 34.

28

(34)

masalah manusia, masalah harta benda, masalah ilmu pengetahuuan, dan masalah

aqidah. Yang terakhir inilah yang menjadi pangkal yaitu aqidah islamiyah

(aqidah yang mengikat hati manusia dan menguasai batinnya berdasarkan nilai

islam). Oleh karena itu yang pertama kali dijadikan sebagai materi dakwah

rasulullah adalah masalah aqidah dan keimanan.29

4. Metode Dakwah

Metode menurut K. Prente, menerjemahkan methodus sebagai cara

mengajar.30 Dalam bahasa Inggris disebut method, dan dalam bahasa Arab di

sebut dengan istilah uslub, tarikah, minhaj, dan nizam.31 Jadi metode adalah cara

yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.32

Metode dakwah (kaifiyah ad-da’wah) merupakan cara-cara penyampaian

dakwah, baik terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan

dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan situasi

dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, di mana penerapan metode

dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari para da’i.

Menurut Ki Moesa A. Machfoeld tentang metode dakwah perlu dikutip:

”adalah cara tertentu yang digunakan dalam kegiatan dakwah berdasarkan pemikiran yang cermat untuk mencapai tujuan dakwah. Yang dimaksud dengan pemikiran yang cermat adalah menentukan sebuah atau beberapa cara yang didasarkan atas pertimbangan rasional dan dilakukan secara terperinci. Terperinci tahapannya mulai dari awal hingga akhir, namun tidak sampai mengesampingkan fleksibilitas dan etika. Artinya,

29

Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Makalah Seminar, 1992), h. 10.

30

Woyo Wasito, Kamus Inggris –Indonesia, (Jakarta: Cy Press, 1974), h. 208. 31

Elyas Anten, Asli Injilizi Arabig, (Mesir : Elyas Modern Press, 1951), h. 438. 32

(35)

penerapannya harus luwes dan tanpa melangar norma yang ada dalam masyarakat, sehingga objek dakwah menjadi puas.” 33

Metode dakwah perlu dimodifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan

tuntutan modernitas. Demikian pula dengan penggunaan metode dakwah yang

tercantum dalam Al-Qur’an; bil hikmah, bil mauidzah hasanah dan mujadalah

billati hiya ahsan, aplikasi metode dakwah tersebut harus disesuaikan dengan

mad’unya, maka dakwahnya juga dilakukan dengan cara berbeda-beda pula.

Untuk penerapan metode dakwah di atas tersebut, sebagaimana yang ditulis

Mohammad Natsir, perlu dikutip antara lain:

”a. Golongan cendik-cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Maka mereka ini harus dipanggil dengan ”hikmah”, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil yang dapat diterima oleh akal mereka.

b. Golongan awam, orang kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka dipanggil dengan ”mauidzatun hasanah”, dengan anjuran dan didikan yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah difahami.

c. Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tadi, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam; mereka suka membahas sesuatu tapi tidak hanya dalam batasan yang tertentu, tidak sanggup mendalam benar. Mereka ini dipanggil dengan ”mujadalah billati hiya ahsan”, yakni dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya berfikir secara sehat, dan dengan cara yang lebih baik”.34

5. Media Dakwah

Media Dakwah (washilah ad-da’wah) merupakan alat-alat fisik yang

dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah atau pesan-pesan dakwah dan

sebagai alat untuk menjelaskan isi pesan atau pengajaran. Sedangkan pengertian

media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif yang menjadi saluran untuk

33

Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 97.

34

(36)

menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang

vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.35

Kalau dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan ke

dalam dua golongan, antara lain:

a. Media tradisional, yaitu media dakwah dengan berbagai macam seni dan

pertunjukan budaya lokal yang secara tradisional dipentaskan di depan

umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikasi seperti:

drama, pewayanan, ketoprak humor dan lain-lain. Dengan memakai media

tersebut, maka dakwah dapat dijalankan dengan cara memasukan

pesan-pesan dakwah di dalamnya.

b. Media modern, yaitu media dakwah dengan menggunakan teknologi

canggih yang banyak di konsumsi oleh masyarakat, seperti televisi, radio,

surat kabar, majalah dan sebagainya.36 Dengan kelebihan media modern

ini, maka cukup baik dimanfaatkan untuk berdakwah.

Pada zaman sekarang ini telah banyak yang menggunakan media dakwah

teknologi canggih seperti televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat

kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan keberadaannya, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita

dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan berita dan hiburan yang

disuguhkan media massa/modern.37

35

Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46.

36

Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet.ke-1, h. 154 37

(37)

Penggunan media yang tepat akan menghasilkan dakwah yang efektif,

artinya penggunaan media modern sangat diperlukan untuk menunjang proses

kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat

yang Islami dapat terwujud. Dengan demikian tujuan dakwah dapat terealisasi,

maka ajaran-ajaran Islam dalam aspek kehidupan bisa mendatangkan sisi yang

positif, berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga akhirat nanti sesuai

dengan yang diharapkan.

Menurut M. Bahri Ghazali, kepentingan dakwah terhadap adanya media

atau alat yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat

dikatakan dengan media dakwah pesan yang disampaikan akan mudah diterima

oleh komunikan (mad’u).38

6. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah mempunyai

peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti subjek dan objek dakwah,

metode dan lain sebagainya. Tujuan jangka pendek adalah untuk memberikan

pemahaman Islam kepada masyarakat sasaran dakwah agar supaya terhindar dari

sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan aqidah Islam. Tujuan jangka

panjang adalah untuk mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah. 39

Tujuan dakwah bila dilihat dari pengertian yang di rumuskan oleh

beberapa ahli seperti yang tertulis di atas sudah sangat jelas bahwa dakwah

Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah

38

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu

Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 12. 39

(38)

dan syari’at Islam yang telah lebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh

pendakwah sendiri.40

Adapun tujuan dakwah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 24 adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

Yaitu mengubah pandangan hidup; ayat di atas menyebutkan bahwa yang

menjadi maksud tujuan dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup

yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja, manusia dituntut

untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya

Dengan kata lain tujuan dakwah bukan untuk memperbanyak pengikut

tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan mengamalkan

amar makruf nahi munkar. Tujuan dakwah mempunyai kepedulian terhadap

lingkungan dengan membantu mengubah pola pikir masyarakat/mad’u. Untuk

mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan untuk hidup di dunia dan akhir nanti

dengan mendapat ridha Allah SWT. Nabi Muhammad SAW mencontohkan cara

berdakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan (perkataan) dan

hal (perbuatan), mulai dari lingkungan paling dekat keluarga yang merupakan unit

40

(39)

terkecil di dalam masyarakat, merupakan pondasi kuatnya masyarakat dan negara,

mutu suatu masyarakat sangat ditentukan oleh kelompok utama yang kecil ini.

Keluarga yang merupakan unit-unit kecil akan menjadi tempat tumbuhnya

pemuda-pemudi yang sehat bertanggung jawab dan menjadi harapan sebagai

generasi penerus. Apabila suatu keluarga sudah tertata dengan baik dan disiplin

maka ilmu keagamaan dapat di tularkan kepada teman-teman terdekat hingga

kepada masyarakat luas yaitu untuk menghidupkan kesempurnaan manusia

sehingga benar-benar hidup.41 Menegakkan keadilan dengan jaminan-jaminan

hukum dalam setiap gerak-gerik harus merupakan ibadah dan selalu merasa

bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak langkah sehingga menumbuhkan

disiplin yang datang dari hati nurani tiap-tiap umat.

Sesungguhnya tidak dapat dipisahkan antara halal-haram yang dianggap

menjadi urusan agama dan moral menjadi hak individu masing-masing. Pada

paham masyarakat tertentu agama hanya ada dalam mesjid-mesjid, di tempat

orang ketika sedang melakukan akad nikah dan dalam penguburan. Sedangkan di

luar itu agama tidak ada dalam mall, bioskop atau tempat hiburan lain. Hal ini

memberi peluang lebar untuk terjadinya kebobrokan moral dan menipisnya ilmu

keagamaan, agama lebih di kenal hanya secara seremonial dan hanya dalam

rangka mencari pahala.

Tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia untuk berlomba-lomba

dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan menghormati hak sesama

sehingga terbentuk keadilan dan kesetabilan di dalam masyarakat. Di mana

41

(40)

kesadaran dan kedudukan sebagai hamba Allah serta tanggung jawab sebagai

anggota masyarakat dapat di bangkitkan.

Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam diri

umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam, kesadaran sikap,

penghayatan, serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul

Rosyad Shaleh berpendapat “…tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil yang

ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah SWT…”.42

D. Bentuk-bentuk Dakwah

Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan disampaikan

di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-qalam dan

dakwah bi al-hal.

1. Dakwah bil Lisan

Metode dakwah ini merupakan cara penyampaian pesan dakwah melalui

lisan, seperti ceramah atau komunikasi langsung antara da’i dan mad’u. Dakwah

seperti ini akan menjadi efektif apabila dipakai dalam acara-acara pengajian,

dalam khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya. Dan kajian yang disampaikan

menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, dengan metode dialog

berserta hadirin atau ceramah satu arah.

Atau menurut Ki Moesa A. Machfoeld, disebutkan dakwah ini bentuknya

dapat berupa ceramah keagamaan, pengajian dengan berbagai bentuknya. Dalam

42

(41)

ceramahnya tersebut, dapat juga diselingi dengan humor, baik melalui kata-kata

atau gerakan badan dan mimik wajah.43

2. Dakwah bil Qalam

Dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan, seperti menulis buku,

tulisan di majalah, surat kabar, buletin, dan lain-lain. Da`i di sini memerlukan

keterampilan jurnalistik (menulis dalam media massa), atau keterampilan menulis

buku. Metode ini merupakan suatu metode yang efektif, efisien, dan mengena.

Metode yang tetap meninggalkan gading ketika penulis telah tiada, dan dapat

dinikmati semua orang di berbagai penjuru dunia.

Bentuk dakwah ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui

penyampaian surat ke berbagai pihak. Dalam sejarah dakwah, Nabi telah

menyampaikan surat sebanyak 105 surat untuk berdakwah yang dibagi ke dalam

tiga kategori, yaitu surat yang berisi seruan untuk masuk islam kepada

nonmuslim, berisi ajaran islam (seperti tentang zakat dan sadaqah), dan surat yang

berisi hal yang wajib dilakukan nonmuslim terhadap pemerintah Islam.44

Mengenai metode dakwah bil qalam Rasulullah SAW pernah bersabda:

”sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.45

3. Dakwah bil Hal

Dakwah bil hal merupakan sebuah bentuk metode dakwah melalui

perbuatan nyata dan perilaku konkrit yang dilakukan da’i. Dalam menyampaikan

dakwahnya, Rasul SAW tidak hanya bertabligh, mengajar, atau mendidik dan

43

Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 108.

44

Ki Moesa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, h. 109. 45

(42)

membimbing, tetapi juga sebagai uswatun hasanah (mencontohkan). Beliau

memberikan contoh dalam pelaksanaanya, sangat memperhatikan dan

memberikan arahan terhadap kehidupan sosial, ekonomi seperti pertanian,

peternakan, perdagangan dan sebagainya.46

Sedangkan menurut Hasan Assegaf dakwah bil hal merupakan seluruh

kegiatan dakwah dalam bentuk perbuatan nyata untuk meningkatkan

kesejahteraan umat dalam rangka memecahkan persoalan yang ada dalam suatu

lingkungan masyarakat tertentu.47

46

H.S. Prodjokusumo, Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang dalam Tuntunan Tablig 1,

(Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997). h.222. 47

(43)

TA’LIM AL-FALAAH

A. Profil Ustadz Yuke Sumeru

1. Latar Belakang Keluarga

Orang tua Yuke Sugiarto Suwargo atau yang akrab disapa Ustadz Yuke Sumeru ini asli keturunan Malang, Jawa Timur. Kemudian kedua orangtuanya hijrah ke Jakarta setelah mereka menikah. Ayahnya bernama Ir. Sumeru Suwargo adalah seorang pengusaha dan Direktur di PT. Sarinah, selain itu beliau juga merupakan dosen tidak tetap di ITTB (Institut Teknologi Tekstil Bandung). Dan ibunya bernama Amie Kasdjono, seorang model.

Ketika usia kandungan Yuke belum genap tujuh bulan, ibunya pergi menghadiri pesta pernikahan salah seorang kerabat di kota Bandung dan mengalami kecelakaan mobil. Sehingga ia membutuhkan perawatan di rumah sakit dan kandungannya harus diselamatkan. Maka saat itu lahirlah bayi kecil dengan berat 1,6 kg secara prematur dan harus dimasukan ke dalam incubator selama lima bulan. Bayi itu adalah Yuke Sumeru, yang lahir pada tanggal 18 Oktober 1958 di Bandung secara normal.1

Ketika kakeknya melihat betapa kecilnya bayi Yuke, maka ia spontan memberi nama bayi itu ”Yuke”. Hal ini terinspirasi dari alat musik gitar kecil yang disebut Ukulele. Yuke Sumeru merupakan anak kedua dari enam bersaudara.

1

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010.

(44)

Dari keenam bersaudara tersebut, Yuke dan saudaranya tidak ada satupun dari mereka yang menjadi seniman. Kakak tertuanya seorang perempuan merupakan seorang apoteker yang bersuami seorang dokter ahli syaraf. Dan keempat adiknya dua orang di antaranya menjadi dokter.

Dalam keluarga Yuke tidak terdapat nuansa keislaman meskipun secara KTP (Kartu Tanda Penduduk) mereka Islam, ayahnya hanya menekankan untuk menjaga tata krama dan berbudi luhur terhadap anak-anaknya. Tetapi keluarga ini juga bukan termasuk penganut Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Kejawen. Dan bagi sang ayah semua agama adalah sama, yang penting menjadi orang baik dan tidak menggangu orang lain, mereka bebas memilih faham keagamaan yang mana saja.2

2. Latar Belakang Pendidikan

Semua anak-anak dari keluarga Yuke sejak Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas bersekolah di sekolah Katolik Ora et Labora. Ketika Sekolah Menengah Pertama, Yuke pindah ke sekolah Katolik Budaya di jalan Matraman. Sejak itu Yuke mulai nakal dan susah diatur, tetapi prestasinya lumayan cukup baik, meskipun untuk pelajaran kesenian Yuke hanya mendapat nilai tiga.

Untuk Sekolah Menengah Atas Yuke mengalami lima kali pindah sekolah, pertama kali Yuke masuk di sekolah Katolik Kanisius. Kemudian kelas dua Yuke pindah ke Bandung dan masuk di sekolah BPI, lalu pindah lagi ke Sekolah Menengah Atas Katolik Dago, pindah lagi ke Sekolah Menengah Atas Negeri

2

(45)

Cicalengka, dan terakhir Yuke menyelesaikan Sekolah Menengah Tingkat Atasnya di SMA Negeri IV kota Surabaya.3

Akibat dari kenakalan Yuke dan kedua orang tuanya sudah tidak ada jalan lagi untuk menasehati Yuke, neneknya menganjurkan Yuke untuk menjadi seorang katolik, ketika Yuke sedang duduk di bangku kelas dua. Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas di Surabaya Yuke kembali lagi ke kota Bandung, di mana Yuke mulai tertarik dengan musik dan mendirikan sempat group Band sebelum pindah ke Surabaya.

Kecintaan Yuke terhadap musik berawal akibat pergaulannya dengan kelompok pemusik, seperti mendiang Harry Rusli. Yuke bergabung dengan group band The G’brill yang cukup populer pada masanya dan Yuke juga menulis lagu antara lain di nyanyikan oleh Niki Astria dan Nike Ardila.4

Di tingkat Perguruan Tinggi, Yuke sempat kuliah di ITTB sampai enam semester, yang tidak dijalaninya dengan serius karena musik lebih menarik di bandingkan duduk belajar di Perguruaan Tinggi. Pada tahun 1982 Yuke pergi ke Rotterdam untuk mengambil Short Course untuk komposer dan Bass. Sekembalinya dari Rotterdam Yuke menjadi pemusik profesional dan di kontrak oleh pemusik Jack Lesmana.

Terakhir keterlibatan Yuke di dunia musik bergabung dengan group band Goong 2000 bersama Ahmad Albar. Dan akhirnya Yuke menikah dengan Wieke di usia yang masih relatif muda yaitu ketika usianya baru 24 tahun. Wieke lahir dari keluarga yang taat beragama dan di besarkan dalam keluarga tersebut. Dari hasil pernikahannya tersebut Yuke dan Wieke dikaruniai tiga orang anak, dan

3

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15April 2010. 4

(46)

ketiga anaknya telah menikah, sehingga Yuke mempunyai tiga orang cucu dari tiga anaknya yang sudah menikah tersebut.5

Sifat Yuke senang berpetualang dan senang mencoba hal baru, ketika tahun 1997 Yuke berkenalan dengan Robert atau Mustafa seorang muallaf berkebangsaan Australia. Dari Mustafa ini Yuke banyak belajar tentang kesabaran, Mustafa adalah orang yang sangat tenang dan tidak banyak bicara. Mustafa sering datang ke studio tempat Yuke berlatih musik. Apabila terdengar bunyi adzan dikumandang Mustafa bergegas berwudhu dan shalat. Tidak pernah sekalipun Mustafa mengajak Yuke atau pemain musik lainnya yang beragama Islam untuk shalat.

Diam-diam Yuke mulai mengagumi Mustafa yang melakukan dakwah bil hal, Yuke mulai tertarik dan sering berdiskusi tentang Islam. Sejak itu maka Yuke mulai belajar shalat dan mencoba melakukannya tepat diawal waktu dan selektif dalam memilih teman.6

Pada tahun 1998 Yuke tertarik untuk belajar tulisan Arab yang dimulainya dengan mengenal tulisan Alif, Ba, Ta, terlebih dahulu. Yuke tinggal di pesantren selama satu minggu untuk meyakinkan dirinya bahwa ia sungguh-sungguh tertarik dengan Islam dan ikut melakukan ibadah shalat bersama-sama anak-anak pesantren lainnya. Bagi Yuke belajar agama Islam bukan dilakukan dalam sisa waktu atau ketika mendapat problem. Tetapi ketika hatinya mulai mantap ia pun meninggalkan dunia musik dan kehidupan malam yang telah menjadi bagian dirinya hampir dari separuh umurnya itu.

5

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 15 April 2010. 6

(47)

Dengan seluruh keyakinannya tahun 2000 Yuke pergi menunaikan ibadah haji, dan sekembalinya dari Tanah Suci keinginan Yuke Sumeru untuk memperbaiki diri dan memperdalam agama semakin kuat. Di tahun 2003 ia memutuskan dan memilih untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an. Sambil kuliah Yuke Sumeru sudah berani berbagi ilmu agama meskipun baru hanya kepada keluarga terdekat, dan teman-teman dekatnya. Keberanian tersebut berangkan dari hadits Rasulullah SAW yang berbunyi ”sampaikanlah walau hanya satu ayat”, maka Yuke mulai berdakwah.

Keinginannya memperdalam Islam semakin besar untuk menjalankan dakwahnya. Baru sejak tahun 2006 ustadz Yuke sudah mulai berani berdakwah secara luas di depan publik. Tidak hanya berbagi ilmu agama yang didapatnya, tetapi ustadz Yuke juga mulai menjalani hidupnya dan merubah penampilannya sesuai dengan sunnah Rasulullah. Rasulullah SAW telah menjadi panutannya mulai dari bagaimana berpakaian dan berdakwah, ustadz Yuke mencoba untuk berpedoman pada apa yang telah di contohkan Rasulullah SAW.7

Pada tahun 2007 ustadz Yuke dapat menyelesaikan pendidikannya dengan nilai sangat memuaskan yang paling disyukurinya. Ustadz Yuke juga telah menjadi penghapal Al-Qur’an, sesuatu yang tidak pernah di bayangkannya bahwa dia akan mampu menjadi penghafal Al-Qur’an. Mengingat latar belakangnya yang tidak pernah tersentuh oleh agama. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana Al-Qur’an Yuke juga melanjutkan Magister Ilmu Tafsir di Perguruan Tinggi yang sama. Ustadz Yuke mengambil Tesis dengan judul ”Sepuluh Sifat Manusia dalam

7

(48)

Al-Qur’an”, dan sidang ujian Tesisnya telah dilaksanakan pada Juli 2010, dengan nilai Cumlaode.

Semenjak masuk di pendidikan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an hingga sekarang ustadz Yuke Sumeru banyak mengisi ceramah di Majelis Ta’lim ibu-ibu, pasangan suami isteri dan remaja denga memberikan nasehat-nasehat, seperti nasihat perkawinan. Ustadz Yuke juga tidak segan-segan untuk berdakwah di daerah pemulung dan tidak menolak setiap diundang untuk memberi ceramah, prinsipnya setiap muslim adalah saudara.8

3. Kegiatan Dakwah Ustadz Yuke Sumeru

Kegiatan dakwah Ustadz Yuke Sumeru tidak pernah berhenti, hampir setiap hari ada jadwal untuk berdakwah, bahkan dalam sehari bisa mencapai empat kali mengisi pengajian. Kegiatan dakwahnya ini kebanyakan dilakukan untuk mengisi ceramah di pengajian-pengajian majlis ta’lim, terutama majlis ta’lim ibu-ibu dan remaja. Berikut beberapa majlis ta’lim dimana ustadz Yuke Sumeru mengisi ceramah, antara lain:

1. Bintaro

a. Majlis Ta’lim Al-Falaah

b. Majlis Ta’lim as-Sakinah, Bintaro Jaya sektor IX c. Majlis Ta’lim Al-Mukmin

d. Majlis Ta’lim Sal Sabilla e. Majlis Ta’lim Al-Muthmainnah

f. Majlis Ta’lim Nurul Ikhlas, Cempaka Bintaro

8

(49)

g. Majlis Ta’lim Cut Mutia h. Majlis Ta’lim Silaturahmi i. Majlis Ta’lim Nurul Iman j. Majlis Ta’lim Al-Istiqomah 2. Bumi Serpong Damai (BSD)

a. Majlis Ta’lim Sakinah b. Majlis Ta’lim Puspita Loka c. Majlis Ta’lim Khairunnisa d. Majlis Ta’lim Az-Zahra e. Majlis Ta’lim Pavilion f. Majlis Ta’lim At-Taqwa g. Majlis Ta’lim De Rio 3. Luar Bintaro dan BSD

a. Majlis Ta’lim Putra Utama, Pondok Indah b. Majlis Ta’lim KOPAJA, pengajian Adri Subono c. Majlis Ta’lim Axis, Kuningan

d. Majlis Ta’lim Seulawah, Jatiwaringin e. Majlis Ta’lim Al-Kautsa, Polda Metro Jaya f. Majlis Ta’lim Gramedia Kompas

g. Majlis Ta’lim Halim PK 4. Majlis Ta’lim di Luar Jakarta

(50)

d. Majlis Ta’lim Seminyak Bali

e. Majlis Ta’lim Taruna Bakti, Bandung 9

Selain kegiatan dakwah berupa ceramah di majlis ta’lim, kegiatan ustadz Yuke Sumeru lainnya yaitu memberikan berupa santunan dan pengajaran terhadap 50 anak yatim dam Dhuafa di Tanah Sereal Bogor. Kemudian memberikan santunan di Lebak Bulus yang diberikan saat ceramah berupa amplop dengan uang Rp. 20.000-, tahap awal untuk menarik minat mereka. Pengajian dari 200 kepala keluarga ini dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu; kelompok ibu dan gadis, bapak-bapak dan pemuda, dan anak-anak yang belum balig. Kemudian Ustadz Yuke juga aktif di Jamaah Tablig.10

Kemudian sekarang ustadz Yuke Sumeru sudah mulai berdakwah bil qalam, dengan menulis sebuah buku ”From Bass to Basyirah”. Dan sudah mencapai 80%, hampir selesai.

B. Profil Majelis Ta’lim Al-Falaah

Majelis Ta’lim Al-Falaah terletak di daerah Bintaro Jaya sektor I, berdiri pada tanggal 10 Maret tahun 2000, atas prakasa ibu Atty dan tiga orang tetangga yaitu ibu Yahya, ibu Sambodo dan ibu Tjietje. Dengan konsep learning, listening and sharing, itu merupakan tujuan utama untuk mendirikan majelis ta’lim al-Falaah tersebut. Selain itu juga majelis ta’lim al-al-Falaah dimaksudkan sebagai wadah syi’ar islam dan sebagai ukhuwah Islamiyah, dan hubungan persaudaraan antar sesama umat Islam yang dapat saling mencerdaskan.11

9

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. 10

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 20 Mei 2010. 11

(51)

Pengajian di majelis ta’lim al-Falaah ini dilakukan empat kali dalam satu bulan, dua kali bersama ustadz yang regular dan dua minggu dengan ustadz atau ustadzah yang bergantian. Awalnya tidak ada uang iuran, uang yang dikumpulkan adalah uang infaq atau siapa saja yang ingin mengeluarkan sadaqah. Hanya uang itu yang diberikan untuk transportasi ustadz atau ustadzah yang sudah ditentukan berapa besar jumlah yang akan dikeluarkan, biasanya lebih banyak kurang dari pada mencukupi.12

Dengan jumlah tiga puluh lima orang jamaah, majelis ta’lim al-Falaah tidak mempunyai struktur layaknya sebuah organisasi majlis ta’lim lainnya. Organisasi majlis ta’lim ini hanya terdiri atas ketua, bendahara, dan humas. Meskipun demikian aktivitas majlis ini dapat berjalan dengan baik. Bahkan pada ulang tahun yang pertama, majlis ta’lim al-Falaah melakukan sunatan massal bagi tujuh belas anak yatim dan dhuafa. Selain itu melakukan kerja sosial pada tiap hari Jum’at, memberi makanan kepada para pemulung dan kuli jalanan, juga memberi sumbangan bagi korban bencana atau banjir.

Sampai saat ini usia Majelis Ta’lim al-Falaah telah mencapai sebelas tahun dan hanya tinggal dua kali pengajian dalam satu bulan. Kemudian Ustadz Yuke Sumeru sejak Januari 2010, merupakan ustadz tetap yang rutin mengisi pengajian sekali dalam satu bulan.13

12

Wawancara Pribadi dengan Ibu Neti, Jakarta, 15 April 2010. 13

(52)

A. Aktivitas Dakwah

Aktivitas dakwah dalam pandangan ustadz Yuke Sumeru merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan keagamaan dalam rangka menjelaskan tentang ilmu tauhid atau menjelaskan tentang Allah dengan segala ajaran-Nya. Atau juga dapat di artikan sebagai segala sesuatu yang berbentuk kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja yang mengarah pada merubah seseorang atau kelompok bagi yang belum paham menjadi paham dan yang sudah paham akan menjadi lebih paham lagi.1

Menurut ustadz Yuke, berdakwah bukan hal yang mudah, karena da’i mengajak manusia kepada jalan kebenaran dan mereka harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah lekat dengan masyarakat yang di dakwahinya. Seorang da’i tidak boleh kesal dan merasa letih atau putus asa, karena tugas seorang da’i hanya menyampaikan dan Allah SWT yang akan memberi petunjuk dan Hidayah bagi mad’u. Karena sesungguhnya hidayah itu tidak akan mampu bagi orang yang Allah tidak izinkan/ kehendaki, sebagaimana dalam surat Al-Insaan; 76 ayat 29-30:

” Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya Dia mengambil

1

Wawancara Pribadi dengan ustadz Yuke Sumeru, Jakarta, 2 Juli 2010.

(53)

jalan kepada Tuhannya. (30). Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Seorang da’i harus mempunyai kesabaran tinggi dan lapang dada tidak lantas meninggalkan mad’u ketika terbentur dengan pesoalan-persoalan. Ini merupakan tugas seorang da’i untuk menerangkan dan menjelaskan tentang apa-apa yang menyangkut dengan aqidah, syari’at dan akhlak.

Menurut ustadz Yuke Sumeru juga dalam berdakwah seorang da’i tidak menyandarkan dakwahnya hanya berdasarkan teori dan metode saja, dakwah diperlukan juga wawasan yang luas. Selain dari pem

Referensi

Dokumen terkait

Dakwah dengan kekerabatan tidak hanya ditemukan pada massa wali songo yang sangat sukses mengislamkan tanah Jawa, hal itu juga ditemukan di media dakwah Majlis Ta’lim

a). Pelaksanaan dakwah melalui peringatan hari-hari besar Islam. Pada peringatan hari-hari besar Islam, biasanya Habib Munzir Al- Musawa mengisi acara ini dengan ceramah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode dakwah yang disampaikan Buya Yahya di majelis ta‟lim Al -Bahjah mudah dipahami serta

Banyak pengaruh yang diberikan majelis ta‟lim kepada jama‟ahnya di antaranya; pengaruh dari aspek pendidikan keagamaan, yaitu majelis ta‟lim dapat menjadi tempat

Disinilah penulis sangat tertarik sekali dengan Metode Dakwah Bil Lisan Ustadz Khairul Anam dalam memahamkan Al-Qur’an terhadap anak- anak (kajian atau studi program

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah Majelis Ta’lim Tuli Indonesia, dan yang menjadi objek penelitian adalah strategi dakwah dengan pendekatan tilawah,

Rumusan masalah yaitu, bagaimana aktivitas dakwah Remaja Masjid Baiturrahim dan apa saja faktor penunjang dan penghambat aktivitas dakwah Remaja Masjid Baiturrahim Desa Pandansari

Kemudian untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi dakwah berbasis social network yang dilakukan oleh Majelis Dakwah Al-Bahjah Cirebon, atau dalam arti lain social