• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MAJELIS TA LIM DAN PENGARUHNYA DI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR TAHUN Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN MAJELIS TA LIM DAN PENGARUHNYA DI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR TAHUN Skripsi"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab Dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

ANDINI RACHMAHLIA 1112022000082

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2017 M/1438 H

▸ Baca selengkapnya: contoh kop surat majelis ta'lim

(2)

▸ Baca selengkapnya: contoh proposal majlis ta'lim

(3)
(4)
(5)

I ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang perkembangan dan pengaruh majelis ta‟lim di Condet Kelurahan Batu Ampar dari tahun 1965 sampai 2010, dengan melihat sejarah awal berdirinya mejelis ta‟lim di Condet Kelurahan Batu Ampar, hingga berkembangnya majelis ta‟lim dan memberikan pengaruh bagi masyarakat Condet Kelurahan Batu Ampar. Majelis ta‟lim sebagai suatu lembaga pendidikan Islam nonformal, merupakan tempat pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami Islam di sela-sela kesibukan bekerja dan aktivitas lainnya atau kegiatan untuk mengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga. Majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar tidak terbatas pada masjid akan tetapi masyarakat mendirikan majelis ta‟lim di rumahnya sendiri. Berdasarkan asumsi tersebut maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Condet, serta membahas bagaimana pengaruh majelis ta‟lim bagi masyarakat Batu Ampar Condet. Dalam penelitiannya penulis menggunakan metode kepustakaan (Library Research), riset lapangan (Field

Research), melakukan observasi langsung ke lokasi dan wawancara (Interview)

langsung kepada sumber-sumbernya. Setelah dilakukan kajian dan penelitian dengan metode tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Condet telah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan baik dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja sampai anak-anak. Perkembangan tersebut membawa pengaruh bagi masyarakatnya dari aspek pendidikan, keagamaan, pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan ekonomi.

(6)

II

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan pada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya. Akhirnya Skripsi ini selesai dengan tema tentang Perkembangan Majelis Ta’lim dan Pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet Jakarta Timur Tahun 1965-2010. Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak semata-mata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih atas motivasinya. Rasa terima kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurhasan, M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Shalikatus Sa‟diyah M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Teruntuk Drs. M. Ma‟ruf Misbah, M.A selaku dosen pembimbing Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu dengan sabar serta selalu memotivasi dalam mengarahkan proses penelitian ini.

4. Dosen-dosen di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan ilmu dan pengalamannya.

5. Terimakasih kepada Bapak Lurah dan Sekertaris Lurah Kelurahan Batu Ampar yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan dan data seputar masyarakat Kelurahan Batu Ampar.

(7)

III

6. Terimakasih kepada Mpok Wirda dan Kak Lala yang telah menemani penulis mendatangi majelis-majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar.

7. Terimakasih kepada Ibu Arini, Umi Zahra, Ustadz Ahmad Fuadi yang mau berbagi dan bercerita tentang pengajian-pengajian yang ada di Kelurahan Batu Ampar.

8. Teruntuk mamah dan papah yang tidak pernah putus berdo‟a untuk kesuksesan anak-anaknya dan yang setiap hari bertanya kapan lulus. Dari situ, penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Penulis pun mengucapkan terimakasih kepada Muhammad Ilham Pratama yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dukungan serta meluangkan waktu untuk menemani penulis ketika penelitian.

10. Sahabat-sahabat yang selalu mengingatkan agar cepat menyelesaikan skripsi ini Merindu Fitriani S.Hum, Nursilam S.Hum, Titi Maria Ulfah, Dede Delfia, Duratul Muazah, Zainudin, Abdul Kholil, Rosita, Maria Angelina, Mardiyah, Agidia Oktavia, Diah Nur Afifah S.Hum, Rizki Nurdia Astuti.

11. Terimakasih juga untuk M. Nur Arief Budiman yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi dan mengirimkan buku untuk penulis.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung serta membimbing penulis hingga selesai. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

(8)

IV DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK……….,………... I KATA PENGANTAR………... II DAFTAR ISI……….………... IV DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………... VI

DAFTAR ISTILAH……….…….... VII DAFTAR SINGKATAN………. IX

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah... C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... E. Tinjauan Pustaka………... F. Kerangka Teori... G. Metode Penelitian ... H. Sistematika Penulisan... 1 8 8 9 9 11 13 15

(9)

V

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN BATU AMPAR

CONDET JAKARTA TIMUR

A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar... B. Kondisi Sosial Keagamaan... C. Kondisi Pendidikan... D. Kondisi Ekonomi ... 16 20 23 25

BAB III PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI

KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Condet ... B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu

Ampar Condet ... C. Bentuk-bentuk Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar

Condet ... 30

34

39

BAB IV PENGARUH MAJELIS TA’LIM BAGI MASYARAKAT KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

A. Aspek Pendidikan Keagamaan…………..………... B. Aspek Pembinaan Akhlak……….…………... C. Aspek Sosial dan Budaya………... D. Aspek Ekonomi ... 46 49 53 56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... B. Saran... . 60 63 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 64 68

(10)

VI

DAFTAR TABEL

Batas-batas Wilayah Kelurahan Batu Ampar ... 17

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 18

Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan ... 25

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 26

Jenis-jenis Usaha yang ada di Kelurahan Batu Ampar Condet... 27

Data Majelis Ta‟lim Kelurahan Batu Ampar Condet dari tahun 1955-2015 ... 36

DAFTAR GRAFIK Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Tahun 1955-2015 ... 38

(11)

VII

DAFTAR ISTILAH

Pribumi : Orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara dan

menetap disana dengan status orisinal atau asli Vreemde Orsterlingan : Orang Timur asing

Batavia : Ibu kota Hindia Belanda yang dibangun sejak menjadi lokasi markas besar perdagangan

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) serta

menjadi kota yang telah berkembang pesat oleh J.P Coen tahun 1619.

Etnis : Suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.

Asimilasi : Pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.

Cagar Budaya : Warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Halaqoh : Sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam.

Kitab Kuning : Kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran- pelajaran agama Islam.

(12)

VIII

Dependency Ratio : Perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia 15-64 tahun.

Sayyid : Gelar kehormatan yang diberikan kepada orang- orang yang merupakan keturunan Nabi

Muhammad SAW melalui para cucunya.

Habaib : Gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan kerabat Nabi Muhammad (Bani Hasyim) dan secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi Muhammad melalui Fatimah az-Zahra (yang berputera Husain dan Hasan) dan Ali bin Abi Thalib.

Trend : Suatu hal yang sedang berkembang di dikenal oleh banyak masyarakat.

Ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan Islam.

Kurikulum : Perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

Wirid : Suatu Kebiasaan yang di lakukan saat telah melakukan ibadah (Shalat) oleh orang Islam. Religius : Suatu sikap yang taat akan agama yang

(13)

IX

DAFTAR SINGKATAN

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

UPKMK : Usaha Pemberdayaan Kecamatan Masyarakat Kelurahan

Ha : Hektar

SK : Surat Keputusan DKI : Daerah Khusus Ibukota WNA : Warga Negara Asing WNI : Warga Negara Indonesia UKM : Usaha Kecil Menengah

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyebaran Islam di Nusantara telah terjadi berabad-abad silam. Tersebarnya Islam di Nusantara tidak semata-mata dibawa oleh orang Arab yang kemudian diterima oleh masyarakat pribumi. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang menyebabkan Islam dapat diterima dengan baik di Nusantara. Ada faktor perdagangan, pernikahan, ajaran tasawuf, pesantren, kesenian, dan politik. Pendapat Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara: Jaringan Global dan

Lokal menyatakan bahwa “Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab

pada abad ke-7 yang diperkenalkan langsung oleh para guru atau juru dakwah dan orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa.”1

Pendapat lain mengatakan bahwa masuknya Islam ke Nusantara yaitu pada sekitar abad ke-9 dimulai dengan datangnya orang Arab Hadramaut yang hijrah ke seluruh belahan dunia hingga sampai ke Nusantara.2 Kebanyakan orang Arab yang bermukim di Nusantara berasal dari Hadramaut, dan sebagian lagi ada yang berasal dari Muskat, Tepian Teluk Persia, Yaman, Hijaz, Mesir, atau dari pantai Timur Afrika.3

Masuknya Islam yang dibawa oleh padagang-pedagang Arab, yang pada awalnya datang untuk membeli rempah-rempah yang diperlukan untuk dijual kembali di negara mereka, menjadikan orang Arab di Nusantara banyak yang berprofesi sebagai pedagang perantara, pedagang kecil, pemilik toko, dan penyedia barang dan jasa yang tidak dilakukan pendatang dari Eropa.

Di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim tersebut juga memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Artinya, sambil

1

Azyumardi Azra, Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal, (Bandung : Mizan, 2002), h. 31

2

Abdul Qadir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, cet. VII, (Malang: Pustaka Bayan, 2010), h. 5

3 L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, (Jakarta: INIS, 1989),

(15)

berdagang mereka mengajarkan syariat Islam, hingga ada di antara mereka yang melakukan perkawinan dengan perempuan pribumi yang sudah lebih dahulu memeluk Islam. Interaksi unsur agama Islam melalui perkawinan oleh penduduk lokal maupun bangsawan dan elite kerajaan ini pada gilirannya membentuk inti masyarakat Muslim yang hingga saat ini menjadi titik tolak perkembangan Islam yang semakin lama semakin meluas di kalangan masyarakat setempat.4 Dengan banyaknya masyarakat pribumi yang mengubah keyakinannya kepada Islam, maka para penguasa pribumi Nusantara dapat berpartisipasi secara lebih luas dan menguntungkan dalam perdagangan internasional, dan para pedagang Muslim mendapat kemudahan untuk mendapatkan ekspor dan impor komoditas yang diperlukan pasaran dunia.5

Komunitas Arab sudah menetap di Jakarta sejak berabad-abad lamanya. Selain orang Arab ada juga komunitas Cina, di zaman kolonial kedua ras ini disebut sebagai Timur Asing atau Vreemde Osterlingan.6 Akan tetapi, jumlah penduduk keturunan Arab lebih sedikit dibanding dengan keturunan Cina. Kelompok Arab di Batavia, telah menjadi kelompok yang besar di Nusantara meskipun baru berumur setengah abad, sehingga pemerintah Belanda mengharuskan adanya kepala kelompok, karena sebelumnya orang Arab masih dalam kelompok-kelompok kecil yang menetap di wilayah pribumi, terutama di wilayah yang ditinggali orang Benggali yang dalam bahasa Melayu disebut Pekojan, artinya “tempat orang koja”.7 Lama kelamaan orang Benggali digantikan oleh orang Arab. Di Pekojan hanya terdapat beberapa orang Cina dan sebagian besar pribumi. Pendatang Arab di Batavia lebih dari seratus setiap tahunnya, dan sebagian pendatang ini kemudian menetap. Jadi, kelompok Arab di Batavia telah berkembang dan jumlah anggotanya melampaui kelompok-kelompok yang lain.8

4

Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, (Yogyakarta: BUKUBIRU, 2010), h. 132 5Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, ... h. 130

6Firman Lubis, Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, (Jakarta: Masup Jakarta,

2008), h. 59

7Dalam bahasa Melayu, kojah dari bahasa Persia Khawajah berarti „Benggali‟, atau lebih

tepat „penduduk asli Hindustan‟.

(16)

Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia. Pertama, saat Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase itu seluruh kehidupan sosial, ekonomi, politik di Jayakarta didasari pada ajaran Islam dan mendapat pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.9 Kedua, sejak banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang didirikan pada abad ke-18.10 Selain menggambarkan perkembangan Islam di Batavia, masjid-masjid itu juga menggambarkan adanya percampuran berbagai kelompok etnis yang menjadi landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang kemudian mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.11

Langkah mendirikan bangunan masjid memang memiliki peran. Di antaranya adalah peran sebagai tempat kaum Muslimin untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, beri‟tikaf, membersihkan diri, tempat bermusyawarah kaum Muslimin untuk memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat, tempat berkonsultasi, tempat membina keutuhan ikatan jama‟ah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama, tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat, dan tempat pengaturan dan kegiatan sosial.

Ketiga, semakin berkembangnya penggunaan bahasa Melayu Betawi pada abad ke-19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis. Bahasa Melayu Betawi itu 93% merupakan kosa kata bahasa Indonesia dan 7% berasal dari bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Cina. Jadi, secara linguistis bahasa Betawi adalah bahasa Melayu.12 Perbedaan dialek antara Melayu Betawi dari bahasa Indonesia yaitu banyaknya vokal „e‟ pada kosakata bahasa Betawi, seperti

ape, ade, aye, dan sebagainya. Sepertinya penggunaan bahasa Melayu Betawi ini

9Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta

: Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002), h. iii 10

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: LP3S, 2002), h. 45

11Masjid pertama yang didirikan adalah masjid Al-Mansur di Kampung Sawah, Jembatan Lima pada tahun 1777, lalu masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun 1755, pada tahun 1761 berdiri masjid Kampung Angke di perkampungan orang-orang Bali, kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789.

12 Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Puslitbang

(17)

berkaitan erat dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat Betawi, akan tetapi mereka juga telah menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Adapun penyebaran Islam yang dibawa oleh para ulama Betawi yang belajar di Makkah, sangat menentukan corak pendidikan yang mereka sebarluaskan di kalangan orang Betawi. Ciri utama dalam corak ini ialah kecenderungan yang kuat dalam mempertahankan tradisi pemahaman Islam melalui khazanah intelektual sebagaimana terkandung dalam kitab-kitab klasik berbahasa Arab (Kitab Kuning).13 Seperti pengalaman belajar mereka di tanah suci yang umumnya berbentuk halaqah di masjid, model belajar dan materi yang mereka terapkan kepada murid-murid mereka di tanah air juga tidak jauh berbeda. Jadi dapat dikatakan bahwa corak pendidikan seperti majelis ta‟lim sudah dikembangankan oleh para ulama betawi abad ke-19, yang menerapkan model

halaqah dalam penyebaran ilmu agama Islam kepada masyarakat Betawi.

Tradisi keagaman yang dibawa oleh orang-orang Timur Tengah memang tidak sedikit di Indonesia. Di antaranya, adalah tradisi pesantren yang mempunyai akar dari Timur Tengah seperti pelajaran yang menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab (Kitab Kuning) dan pengajaran model halaqoh. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Martin Van Bruinessen bahwa dalam waktu hampir dua abad lamanya, para “ulama Jawi” telah menyerap tradisi dari kawasan Timur Tengah itu, untuk dijadikan standar baku bagi kawasan Nusantara.14

Adapun jasa ulama Arab telah memainkan peranan penting dalam proses dan perkembangan Islam di kalangan masyarakat Betawi, ditandai tersebarnya majelis-majelis ta‟lim yang telah diikuti oleh masyarakat pribumi (Betawi). Jasa lain yang sesuai pengamatan terakhir, bahwa keturunan Arab di Nusantara cenderung berasimilasi dengan masyarakat pribumi,15 sehingga melahirkan

13

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi..., h. 62 14

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 13

(18)

kebudayaan Betawi yang bernapaskan Islam seperti yang terlihat pada masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet.

Identifikasi orang Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek kehidupannya termasuk tradisi keagamaan di Kelurahan Batu Ampar Condet, agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz bahwa agama eksis dan termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian agama tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan yang bersifat alami atau manusiawi”.16

Di tengah arus globalisasi seperti saat ini, majelis ta‟lim tampak seperti sebuah fenomena. Majelis ta‟lim yang terdiri atas dua kata yaitu “majelis” yang berarti pertemuan (kumpulan) orang banyak dan “ta‟lim” berarti pengajaran agama atau pengajian.17 Maka majelis ta‟lim dapat diartikan sebagai gambaran sebuah suasana di mana para Muslim berkumpul untuk melakukan kegiatan yang tidak terikat seperti “pengajian”. Sebagai forum pengajian, maka majelis ta‟lim menjadi lembaga yang menampung jama‟ah dari berbagai latar belakang dan lapisan.18

Pengajian Nabi Muhammad SAW yang diadakan secara sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di Makkah saat itu, tidak disebut majelis ta‟lim. Akan tetapi, dalam pengertian sekarang pengajian tersebut dapat dianggap sebagai majelis ta‟lim. Setelah Allah SWT menurunkan perintah untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu berkembang di tempat-tempat lain yang menyelenggarakan pengajiannya secara terbuka. Selanjutnya di zaman Kerajaan Samudra Pasai yang dipimpin oleh Raja Malik Az-Zahir, sebagai raja yang terkenal sangat alim dalam ilmu agama, raja

16Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Pusat Studi

Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003), h. 3 17

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung : Mizan, 1997), h. 5

18 Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas

(19)

mengadakan pengajian sampai waktu ashar.19 Materi yang diajarkan yaitu pelajaran agama dalam bidang syari‟at yaitu fikih mazhab Syafi‟i, dan sistem pengajarannya berupa majelis ta‟lim dan halaqoh.

Perkembangan majelis ta‟lim telah meluas pada kegiatan–kegiatan modern seperti seminar, tour dakwah, peningkatan dan pendalaman wawasan, kunjungan ke pusat–pusat kegiataan penting masyarakat, serta pertemuan dengan para pejabat tinggi negara dan tokoh masyarakat. Pada umumnya majelis ta‟lim adalah lembaga swadaya masyarakat.20 Majelis ta‟lim didirikan, dikelola dan dikembangkan atas dukungan anggotanya. Oleh karena itu majelis ta‟lim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Daerah Condet sendiri merupakan salah satu kota yang ada di Jakarta, kawasan Condet meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah (Kampung Gedong) dan Bale Kambang, termasuk wilayah Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Nama Condet berasal dari sebuah anak sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet.21 Wilayah ini tadinya merupakan tebing, karena terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet. Di sana pohon-pohon salak hampir menutupi rumah-rumah yang sebagian di antaranya masih dihiasi ukiran dan pola bergaya Betawi kuno. Pada sisi lain, Condet merupakan kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran kota. Sejak dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk Condet mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang pembangunan yang ada di sekeliling mereka.22

Di Condet pada umumnya dan kelurahan Batu Ampar pada khusunya majelis ta‟lim telah menjadi kegiatan rutin ibu-ibu yang ingin memanfaatkan waktunya untuk menambah wawasan tentang ilmu agama. Banyaknya masyarakat

19 Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h.

6 20

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 75

21Rachmat Ruchiat, Asal-usul Nama Tempat di Jakarta, (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), h.

49

(20)

asli Betawi yang beragama Islam telah mendominasi wilayah ini, menjadikan majelis ta‟lim dapat berkembang di masyarakatnya.23

Masyarakat Condet mengalami asimilasi dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, di mana Condet menjadi tempat yang banyak didatangi oleh masyarakat keturunan Arab. Oleh karena itu, di Condet banyak tersebar majelis-majelis ta‟lim yang didirikan oleh masyarakat keturunan Arab maupun pribumi. Di Kelurahan Batu Ampar Condet, majelis ta‟lim lebih banyak didirikan oleh masyarakat pribumi dan ada pula beberapa majelis ta‟lim yang didirikan oleh masyarakat keturunan Arab.

Pemilihan objek Perkembangan dan Pengaruh Majlis Ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar didasari oleh beberapa faktor. Pertama, majelis ta‟lim merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang banyak didirikan di Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim yang ada tidak hanya untuk kaum ibu-ibu. Ada juga pengajian bapak-bapak, remaja dan anak-anak. Kedua, pendirian majelis ta‟lim semakin lama terus berkembang dan banyak, sehingga setiap RT (Rukun Tetangga) dari kelurahan Condet Batu Ampar memiliki sedikitnya satu majelis ta‟lim di lingkungannya. Ketiga, majelis ta‟lim memberikan pengaruh bagi para jama‟ah dari aspek pendidikan, keagamaan, pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan ekonomi.

Berdasarkan beberapa sumber, penulis berkesimpulan bahwa masyarakat Muslim telah menjadi mayoritas di kelurahan Condet Batu Ampar. Dengan banyaknya majelis ta‟lim yang ada, telah menjadikan masyarakat Condet Batu Ampar masyarakat yang religius, hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat terhadap pengajian agama yang diadakan mulai dari anak-anak sampai orang tua. Perbedaan pengajaran antara majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi dan majelis ta‟lim yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kemudian, dengan adanya respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim dapat dinilai, masyarakat lebih antusias untuk datang ke majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi atau majelis

23

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hj. Maryam sebagai tokoh masyarakat pribumi Condet, beliau mengatakan bahwa masyakarat Condet khususnya Kelurahan Batu Ampar kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak yang mendirikan pengajian-pengajian.

(21)

yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kesenjangan antara majelis ta‟lim yang banyak dan jama‟ahnya yang sedikit pun menjadi satu hal yang menarik dikaji dalam skripsi ini.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas penulis menduga bahwa kedatangan orang Arab di Indonesia, hingga masuk dan berbaur dengan masyarakat Betawi khususnya masyarakat Condet, turut mempengaruhi tradisi keagamaan di daerah tersebut. Pengaruh-pengaruh tentang ajaran Islam yang dibawa oleh masyarakat keturunan Arab dapat dibuktikan, seperti banyaknya majelis ta‟lim yang telah didirikan oleh masyrakat Condet sendiri, khususnya masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar. Banyak majelis ta‟lim yang didirikan dan dikembangkan secara turun-temurun. Terdapat beberapa fenomena yang berhasil diidentifikasi penulis, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh tradisi keagamaan terhadap masyarakat Condet. 2. Ketidak seimbangan Majelis ta‟lim dengan jumlah jama‟ah. 3. Majelis ta‟lim sebagai warisan yang turun-temurun.

4. Perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar setiap tahun.

5. Majelis ta‟lim mempunyai pengaruh bagi kehidupan masyarakat Condet Batu Ampar.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari lima permasalahan yang penulis berhasil identifikasi, akhirnya penulis membatasi permasalahan dalam skripsi ini pada permasalahan seputar perkembangan majlis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh majlis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar. Batas tahun yang digunakan ialah pada tahun 1965-2010. Ada tiga rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran umum kelurahan Condet Batu Ampar? 2. Bagaimanakah perkembangan majelis Ta‟lim di kelurahan Condet

(22)

3. Apakah pengaruh Majelis Ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan gambaran umum tentang kelurahan Condet Batu Ampar, dari segi kondisi sosial, keagamaan, pendidikan dan ekonomi.

2. Menjelaskan perkembangan jumlah majelis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar.

3. Menjelaskan pengaruh majelis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar, dalam aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek pembinaan akhlak, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi.

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan minat penelitian dan pengkajian terkait perkembangan majelis ta‟lim yang berada di tengah-tengah kota Jakarta khususnya majelis ta‟lim di kalangan masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet, yang sebelumnya pembahasan ini tidak banyak menjadi sorotan, terutama oleh mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Menjawab permasalahan sejarah secara mendetail dengan menggunakan metode sejarah yang ilmiah. Agar penelitian ini dapat memeberikan sumbangan yang berarti terhadap pengkajian tradisi keagamaan yang terdapat di Asia Tenggara, khususnya bagi mereka yang menaruh perhatian terhadap perkembangan majelis-majelis Ta‟lim yang terdapat di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh majelis ta‟lim terhadap masyarakat Condet Batu Ampar.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis temukan, literatur tentang perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di Batu Ampar, yang terkait dengan tradisi keagamaan yang dibawa oleh orang Arab dan para ulama Betawi yang telah menyelesaikan

(23)

belajarnya dari Timur Tengah, yaitu memberikan pelajaran dalam bentuk

halaqah-halaqah pengajian yang umumnya disebut majelis ta‟lim, belum ada

yang ditulis secara sfesifik yang terkait dengan pembahasan majelis ta‟lim yang berkembang di kelurahan Batu Ampar serta pengaruhnya bagi masyarakat. Berikut literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:

Buku yang berjudul Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara merupakan karya L. W. C. van den Berg. Dalam buku ini dijelaskan sejarah kedatangan bangsa Arab ke Nusantara yang akhirnya menetap di Indonesia dan membentuk komunitas-komunitas Arab. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan asal mula terbentuknya majelis ta‟lim yang berada di Condet, yang dibawa oleh orang Arab Hadramaut. Kemudian, penjelasan tentang tradisi keagamaan dijelaskan secara umum. Perbedaan buku ini dengan skripsi penulis adalah bahwa, penulis mengambil spesifikasi wilayah yaitu majelis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar, serta menjelaskan perkembangan majelis ta‟lim serta pengaruhnya di Condet Batu Ampar.

Buku yang berjudul Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim ditulis oleh Tutty Alawiyah. Buku ini sangat membantu penulis dalam menjelaskan tentang majelis ta‟lim, mulai dari strategi-strategi dakwah di majelis ta‟lim, mengembangkan kelembagaan yang ada di majelis ta‟lim dan cara mengembangkan majelis ta‟lim. Perbedaan skripsi penulis dengan buku ini adalah bahwa majelis ta‟lim yang dikaji berbeda tempat walaupun masih dalam satu lingkup Ibukota. Kemudian, buku ini tidak membahas tentang perkembangan dan pengaruh majelis ta‟lim akan tetapi lebih kepada cara-cara berdakwah di lingkungan majelis ta‟lim.

Skripsi yang berjudul Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab

di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur ditulis oleh Titin Widarti yang

merupakan mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dalam skripsinya, Titin lebih menjelaskan tentang terjadinya asimilasi antara komunitas Arab dan masyarakat Condet antara perkawinan dan budaya. Skripsi ini juga

(24)

membatu penulis dalam memilih budaya apa saja yang telah bercampur antara komunitas Arab dan masyarakat Condet, seperti majelis ta‟lim yang dibawa oleh orang Arab yang datang ke Nusantara. Kemudian, persamaan tempat kajian dapat membantu penulis dalam menjelaskan hal yang terkait tentang Condet.

Selain itu buku Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, memang menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda antara etnis Betawi dengan etnis lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan tentang majelis ta‟lim. Pulangnya ulama-ulama Betawi dari Timur Tengah, membawa corak pendidikan agama yang berbentuk halaqah yang dalam perjalanannya berganti menjadi majelis ta‟lim.

Dari referensi yang penulis temukan di atas, penulis belum menemukan buku-buku, jurnal maupun hasil penelitian yang menjelaskan tentang perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di Kelurahan Condet Batu Ampar. Penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan menjadi karya sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet, penulis menggunakan teori fungsionalisme struktural yang dikembangkan oleh Robert K. Merton yang dianggap relevan dalam kaitannya dengan analisa fungsi majelis ta‟lim melalui pendekatan sosiologi. Menurut Robert K. Merton analisis struktural memusatkan perhatian pada kelompok sosial, organisasi, masyarakat dan kebudayaan. Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai suatau sistem yang teratur dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, yang di mana bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian lain. Jika terjadi perubahan di satu bagian maka akan menyebabkan ketidakseimbangan bahkan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya.

Adapun teori fungsionalisme strukural Robert K. Merton adalah menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan perubahan-perubahan dalam

(25)

masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes dan keseimbangan.24 Teori tersebut menjelaskan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Masyarakat yang terdiri dari kumpulan individu-individu membentuk kelompok sosial, organisasi, dan lembaga, yaitu untuk mencapai keseimbangan sosial.

Menurut Robert K. Merton, fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang dapat menuju adaptasi atau penyesuain diri dalam suatu sistem.25 Majelis ta‟lim merupakan bagian dari kultur sosial yang dapat diamati oleh anggota majelis ta‟lim. Tugas sebagai anggota majelis ta‟lim adalah menerapkan ilmu yang telah didapat dari setiap pengajian. Majelis ta‟lim sebagai wadah menuntut ilmu di lingkungan masyarakat, menjadikan anggotanya harus menjalankan fungsinya sebagai penyebar ilmu di keluarga dan lingkungan sekitarnya. Adapun konsep disfungsi yang merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi kelemahan dalam teori fungsionalisme struktural. Definisi dari disfungsi sendiri yaitu sebagai sebab negatif yang muncul dalam penyesuain sebuah sistem.

Robert K. Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifes yaitu fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten yaitu fungsi yang tidak diharapakan. Sebagai contoh, peran majelis ta‟lim terhadap peningkatan keilmuan anggotanya baik keilmuan yang bersifat religi ataupun yang bersifat umum, tetapi juga terkandung fungsi yang tersembunyi, dengan keadaan majelis ta‟lim yang sederhana dan anggota yang mengikutinya. Setiap tindakan akan mempunyai akibat, entah itu akibat yang diharapkan ataupun akibat yang tidak diharapkan.

Masyarakat memiliki banyak keanekaragaman, fungsi keanekaragaman ini dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat. Struktur sosial merupakan serangkaian hubungan sosial yang teratur yang dapat mempengaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan berbagai macam cara.26

24 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 21 25

Robert K. Merton, Manifes and Latent Function dalam R.K Merton Sosial Theory and

Sosial Structure, (New York: Free Press), h. 105

26 George Ritzer, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

(26)

Dalam perkembangannya, majelis ta‟lim akan memproduk anggotanya menjadi seseorang yang faham tentang norma, Islam, intelektual, dan menjadikan anggotanya taat kepada Allah SWT. Keinginan majelis ta‟lim di atas, tersusun dari sistem yang teratur dan sesuai dengan keinginan dan pengharapan hubungan antara majelis ta‟lim dan anggotanya. Majelis ta‟lim dalam hal ini akan berfungsi sebagaimana tujuan dan harapannya, sedangkan majelis ta‟lim dalam praktek sosialnya yang bersifat fungsional bagi anggota majelis ta‟lim secara keseluruhan pasti menunjukkan tingginya level integrasi anggota dalam majelis ta‟lim.

Jadi secara fungsional majelis ta‟lim dapat mengokohkan landasan hidup manusia dalam bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan, lahiriah dan batiniahnya,

duniawiah dan ukhrawiah secara bersamaan, sebagaimana ajaran agama Islam

yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan lingkungan masyarakat.27

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan sosial-keagamaan. Dengan menggunakan metode tersebut, penulisan sejarah bertujuan untuk merekontrusksi peristiwa masa lampau yang bersifat komprehensif, untuk mengetahui kronologi persitiwa, proses serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Condet Batu Ampar dalam perkembangan majelis ta‟lim serta pengaruhnya.28

Adapun dalam penelitian ini penulis mengunakan metode pengumpulan data yang meliputi 4 tahapan yaitu:29

Pertama, adalah tahapan heuristik, yaitu kegiatan mengumpulkan sumber sejarah. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu : sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang diterbitkan seperti buku-buku, dokumen, naskah-naskah dan sumber yang tidak

27

H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). Cet. I, h. 120

28Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h .4-5, 144-156

(27)

diterbitkan seperti sumber tertulis di arsip, dokumen negara, kemudian wawancara dan pengamatan langsung. Adapun sumber data sekunder seperti, buku-buku, tesis, disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website milik instansi resmi daerah maupun pemerintah.

Adapun pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan metode penelusuran kepustakaan (Library Research) dengan merujuk kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan tema skripsi ini. Dalam hal ini, penulis mengunjungi beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arsip terkait tema penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk memperoleh data berupa arsip-arsip, Perpusatakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencari buku-buku maupun skrispi dengan tema serupa dan Perpustakaan Negara Republik Indonesia (PNRI), Perpustakaan Daerah Jakarta Timur, Perpustakaan Walikota Jakarta Timur serta mencari buku-buku terkait di beberapa toko buku yang ada di wilayah Jakarta untuk memperkaya sumber-sumber bagi penulis.

Tahapan kedua, adalah kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan, menganalisis dan mengkritisi beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik sumber primer, sekunder maupun sumber elektronik guna mendapat sumber yang valid dan relevan dengan tema kajian.

Tahapan ketiga adalah interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber, sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.

Keempat adalah tahapan historiografi yang merupakan cara penulisan, pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.30 Penulis menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi,

30 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu,

(28)

sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari segi isi tetapi juga baik dalam metode penulisannya.

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut:

Bab I berisi pendahulaun yang terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai gambaran umum kelurahan Condet Batu Ampar yang meliputi penjelasan tentang letak geografis, kondisi sosial keagamaan, kondisi pendidikan dan kondisi ekonomi masyarakat Condet Batu Ampar.

Bab III membahas mengenai perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar, yang meliputi asal-usul berdirinya majelis ta‟lim, penjelasan tentang kuantitas perkembangan majelis ta‟lim, dan bentuk-bentuk majelis ta‟lim dan respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar.

Bab IV membahas mengenai pengaruh majlis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar bagi masyarakat. Bab ini menjelaskan tentang aspek-aspek seperti, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek pembinaan akhlak, aspek sosial dan budaya, dan aspek ekonomi.

Bab V berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan jawaban dari permasalahan penelitian ini, dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

(29)

16 BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar

Condet merupakan salah satu kelurahan yang berada di Jakarta Timur, wilayah Jakarta Timur dibentuk berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Id 3/1/1/66 tanggal 12 Agustus 1966. SK tersebut mulai berlaku tanggal 1 September 1966.31 Jakarta Timur adalah salah satu wilayah di Jakarta yang dipimpin oleh seorang Walikota. Berdasarkan data statistik, Jakarta Timur pada tahun 2004 memiliki luas wilayah 187.75 Km² dan menjadi wilayah kota terluas dengan penduduk yang padat.32

Condet merupakan kelurahan yang saat ini berpecah menjadi 3 Kelurahan. Kota yang awalnya adalah perkebunan salak, kini menjadi kawasan yang meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah (Kampung Gedong) dan Bale Kambang. Kelurahan Batu Ampar yang berada di Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur, mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:33

Wilayah Batas-batas Wilayah

Utara Jalan Kumbang ( Kelurahan Cililitan ) Timur Kali Baru ( Kelurahan Kramat Jati ) Selatan Jalan Inerbang, Jalan Inpres

Kelurahan Tengah dan Jalan Damai Kelurahan Gedong

31 Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman, culture & Heritage, cet. Ke-II, (Ensiklopedia Jakarta : Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman, 2005), h. 17 32

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman..., h. 18

33 Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah,

(30)

Barat Jalan Condet Raya Kelurahan Balekambang

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Kelurahan Batu Ampar merupakan salah satu Kelurahan yang ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor D.1-7903a/30/1975 tanggal 18 Desember 1975 tentang penegasan "Penetapan Kelurahan Condet Batu Ampar, Kelurahan Condet Balekambang dan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai daerah cagar buah-buahan”.34

Berdasarkan data sensus kependudukan yang dikeluarkan oleh Kelurahan Batu Ampar, sampai bulan Februari 2015 ada sebanyak 14.778 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari KK laki-laki, 9.128 KK dan KK perempuan, 5.650 KK, dengan keseluruhan penduduk berjumlah 51.740 jiwa yang terdiri dari laki-laki, 26.248 jiwa dan perempuan, 25.492 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan jumlah penduduk di Kelurahan Batu Ampar Condet.35 Kemudian, pada jumlah masyarakat menurut agama yang dianut yaitu, Muslim sebanyak 47.083 jiwa sedangkan agama selain Islam ada sebanyak 4.657 jiwa. Maka dapat dikatakan bahwa penduduk Condet Batu Ampar mayoritas Muslim.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Umur WNI WNA Jumlah

LK PR LK PR WNA+WNI

0-4 1.174 1.101 0 0 3.449 5-9 1.262 1.150 0 0 3.412 10-14 1.390 1.405 0 0 2.795

34 Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta:

Februari, 2015), h. 2 35

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang jumlah penduduk berdasar umur

(31)

15-19 1.652 1.708 0 0 3.360 20 – 24 2.024 1.992 0 0 4.016 25 – 29 2.747 2.194 1 0 4.942 30 – 34 2.995 2.941 1 0 5.937 35 – 39 2.731 2.840 1 0 5.572 40 – 44 2.470 2.469 1 0 3.940 45 - 49 2.238 1.865 1 0 3.104 50 – 54 1.310 1.460 0 0 2.770 55 – 59 1.031 1.226 0 0 2.257 60 – 64 992 1.164 0 0 2.156 65 – 69 943 751 0 0 1.694 70 – 74 764 660 0 0 1.424 >75 525 566 0 0 1.591 Jumlah 26.248 25.492 5 0 51.745 Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Untuk mengetahui produktivitas penduduk di suatu wilayah, dapat digunakan menggunakan Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio. Angka Beban Tanggungan sendiri adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang berumur tidak produktif (umur belum produktif itu umur dibawah 15 tahun dan umur tidak produktif lagi yaitu usia 65 tahun ke atas) dengan yang berumur produktif (umur 15-64 tahun).36

36 Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2016), h.

(32)

Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator kasar yang menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Dilihat dari data penduduk Kelurahan Condet Batu Ampar, orang yang berumur tidak produktif yaitu 9.656 orang berada di umur belum produktif dan 4.709 orang berada di umur tidak produktif lagi. Jadi, jumlah orang yang berumur tidak produktif ada 14.365 orang. Sedangkan orang yang berumur produktif berjumlah 38.054 orang. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Condet Batu Ampar masih dapat menanggung dan membiayai hidup orang yang berumur belum produktif dan tidak produktif lagi.

Adapun luas wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah 255.025 Hektar, terbagi menjadi 6 RW dan 86 RT. Dengan rincian luas wilayah per-RW sebagai berikut: RW 01 mempunyai luas wilayah 5.743 Ha, RW 02 mempunyai luas wilayah 32.661 Ha, RW 03 mempunyai luas wilayah 91.152 Ha, RW 04 mempunyai luas wilayah 41.719 Ha, RW 05 mempunyai luas wilayah 32.774 Ha, dan RW 06 mempunyai luas wilayah 20.977 Ha.37 Dari sini dapat dilihat RW yang paling luas yaitu RW 03. Penemuan penulis, RW 03 ini berada di paling depan ketika akan masuk menuju Kelurahan Batu Ampar dari jalan raya Condet, dan Kantor Kelurahan Batu Ampar sendiri itu terdapat di RW 03. Adapun status tanah Kelurahan Condet Batu Ampar terdiri dari:

a. Tanah Negara: 50.190 Ha b. Tanah Milik Adat: 202.592 Ha c. Tanah Wakaf: 2.243 Ha

Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Batu Ampar, memiliki tanah yang di peruntukkan sebagai:

a. Perumahan: 115.875 Ha b. Perkebunan: 35.110 Ha

37

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Luas Wilayah, (Jakarta: Februari, 2015), h. 2

(33)

c. Fasilitas Umum: 57.500 Ha d. Pemakaman: 4.700 Ha e. Sarana Ibadah: 2.243 Ha f. Irigasi dan lain-lain: 39.597 Ha

Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut yang di prosentasekan 2.243 Hektar, umumnya dipergunakan untuk bangunan masjid dan musholla serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya digunakan untuk jalan dan kepentinngan lainnya seperti sekolah.

Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Batu Ampar Condet merupakan tebing dengan kemiringan antara 15 sampai 30 derajat. Hal ini terjadi akibat terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet, dan lokasi ini umumnya ditumbuhi pohon-pohon salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya, pohon-pohon tersebut hampir menutupi sebagian rumah-rumah masyarakat, sehingga pada tahun 1975 Kelurahan Batu Ampar ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-buahan khas Jakarta (Betawi) di Kelurahan Batu Ampar yang pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.38 Pada sisi lain, Condet merupakan kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran kota. Sejak dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk Condet mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang pembangunan yang ada di sekeliling mereka.39

B. Kondisi Sosial Keagamaan

Sebagaimana telah diketahui, keberadaan orang-orang Arab di Jakarta tidak semata-mata bertujuan untuk mencari kekayaan. Ada beberapa komponen masyarakat Arab terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh, Sayyid atau

38

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta: Februari, 2015), h. 2

(34)

Habaib datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat Jakarta.40

Pada tahun 1919 M ada penghapusan sistem pemukiman sebagian besar orang Arab di Pekojan yang sebelumnya juga ada yang tinggal di Krukut, Petamburan, dan Tanah Abang. Mereka menyebar ke daerah-daerah sekitarnya seperti, Sawah Besar, Jatinegara, Tanah Tinggi dan Condet.

Seperti yang terlihat pada masyarakat Condet Batu Ampar, sebagian masyarakatnya merupakan orang Arab yang tinggal dan menetap di Condet Batu Ampar baik yang datang hanya untuk berdagang maupun yang datang untuk tujuan lainnya. Adapun kalangan habaib kemudian berdakwah dan mendirikan yayasan serta majelis-majelis ta‟lim untuk menyebarkan agama Islam di masyarakat sekitar.

Adapun kelompok elit yang dikenal oleh masyarakat Betawi yaitu hanya yang berkaitan dengan agama, seperti guru mengaji, para haji dan orang Arab keturunan Nabi Muhammad SAW yang disebut Sayyid dan Habib.41 Penghormatan kepada setiap guru mengaji juga tidak sama, baik guru yang hanya mengajar mengaji Al-Qur‟an dengan guru yang mengajar Al-Qur‟an serta mengajar kitab kuning. Akan tetapi, penghormatan kepada setiap guru ngaji tetap besar, baik dari kalangan masyarakat biasa ataupun dari sesama ulama. Begitu juga yang terjadi dengan para haji, perlakuan masyarakat Betawi terhadap haji itu cukup istimewa. Biasanya masyarakat memberikan penghormatan kepada haji yang berkaitan dengan upacara keagamaan ataupun sosial. Kemudian, sebutan haji juga akan selalu ada pada nama orang yang telah melaksanakan haji. Para Sayid dan Habib juga sangat dihormati, hal ini karena mereka dipandang sebagai

40 Syaikh yang berarti orang tua. Istilah Syaikh sendiri sebenarnya hanya sebuah gelar kehormatan bagi semua orang yang mengabdikan dirinya dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang keagamaan. Ada suku yang berhak menggunakan gelar Syaikh yaitu Suku Baraik dan Suku Amudi. Adapun keluarga yang menggunakan gelar Syaikh di Indonesia adalah Bafadhel (keturunan ahli hukum dan teologi terkenal), Bahmid, Baraja, Baharmi, Bawajir, Basyu‟aib, Bahmuzahmi, Ba‟abbad, Bin Khathib, dan al-Zabda. Diambil dari tulisan G.F Pijper, Studien over

de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950, Terjemahan, Tudjimah dan Yessy Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, h. 21

41

(35)

keturunan Nabi yang sudah sepantasnya mereka mendapatkan penghormatan. Selain itu, mengingat jasa mereka yang telah menyebarkan agama Islam, mendirikan madrasah dan dari mereka pula banyak penerus para ulama yang berkembang.

Ajaran yang mereka sampaikan pun beragam. Ada yang menggunakan metode ceramah, pendekatan budaya, dan ada pula yang menggunakan metode pengajaran salafiyah atau halaqah. Kebanyakan masyarakat Condet Batu Ampar terbiasa menggunakan metode terakhir yaitu metode salafiyah atau halaqah, karena dengan metode tersebut masyarakat dapat mendalami ilmu keagmaaan dan terbuka bagi setiap kalangan. Dan sesuai dengan metode yang digunakan, pengajaran yang mereka lakukan itu ada yang bersifat massal dan ada pula yang bersifat khusus, bahkan ada yang mengajar secara privat.42

Agama yang dianut masyarakat kelurahan Batu Ampar di antaranya adalah agama Islam dan Kristen. Kerukunan antar umat beragama selalu diupayakan di lingkungan masyarakat Condet Batu Ampar agar terbina dan terlaksana kesinambungan pembangunan yang kokoh serta persatuan dan kesatuan bangsa. Hal tersebut merupakan usaha yang dapat membentengi diri dari dampak negatif atas modernisasi dan globalisasi.43

Fungsi agama bagi kehidupan sosial adalah fungsi penentu, yang dimana nilai-nilai agama dapat menciptakan suatu ikatan kebersamaan antara anggota-anggota masyarakat maupun dalam hal kewajiban-kewajiban sosial yang dapat mempersatukan masyarakat. Karena mayoritas masyarakat memeluk agama Islam, maka dibentuklah kegiatan-kegiatan keagamaan untuk memenuhi hasrat untuk mencari ilmu agama, di antaranya adalah kegiatan TPA, pengajian malam Jum‟at serta kegiatan majelis ta‟lim.

Menurut informan Ibu Hj. Maryam, “Masyarakat Batu Ampar kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak pengajian”.

42 Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi ..., h. 144

43 Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia , (

(36)

44

Dari pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Batu Ampar orang asli Betawi dan orang Betawi indentik dengan Islam. Oleh karena itu perkembangan majelis ta‟lim begitu cepat di wilayah ini. Islam telah dianut dari lahir oleh masyarakat kebanyakan.

Dapat dilihat juga bahwa masyarakat Condet merupakan masyarakat yang agamis. Hal ini dikarenakan masyarakat Condet Batu Ampar dapat mengikuti tradisi-tradisi yang dibawa oleh orang Arab yang datang ke lingkungannya. Selain itu pengaruh dari habaib yang mendakwahkan Islam kepada masyarakat Condet dapat menjadi faktor masyarakat Condet lebih agamis dibandingkan masyarakat yg ada di luar Condet, seperti yang dikatakan oleh Ustadz Ahmad Fuadi, “Masyarakat Condet itu agamis, karena masyarakat mau mengikuti tradisi-tradisi orang Arab yang datang ke Condet ini”. 45

C. Kondisi Pendidikan

Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat saat ini. Dengan pendidikan, masyarakat akan lebih berkualitas. Begitu pula dengan masyarakat kelurahan Batu Ampar, yang mendapatkan fasilitas program pendidikan yang diadakan oleh pemerintah, orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan maka mereka akan membawa anak-anak mereka ke sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah.

Masyarakat batu ampar rata-rata memiliki latar belakang pendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) meskipun ada beberapa yang memiliki latar belakang yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun itu hanya sebagian kecil. Hal ini disebabkan karena perekonomian mereka yang tidak mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.

Mereka yang berpendidikan SLTA, mencoba membantu orang tua mereka dengan bekerja. Kelurahan Batu Ampar sudah melakukan pendataan terhadap

44

Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 12 Agustus 2016.

45 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah yang

(37)

jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan. Kondisi pendidikan di Kelurahan Batu Ampar yaitu, adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Murid laki-laki dan perempuan

NO Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Tidak Sekolah 2.178 2.212 4.390 2 Belum Sekolah 3.640 3.832 7.472 3 Tamat SD 4.121 4.918 9.039 4 Tamat SLTP 5.231 5.694 10.925 5 Tamat SLTA 6.773 5.712 12.485 6 Tamat Akademi/PT 4.679 3.461 8.140 Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan cukup tinggi. Jumlah angka yang tidak sekolah lebih sedikit dari pada jumlah angka yang bersekolah. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Condet Batu Ampar akan pentingnya pendidikan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya murid-murid yang mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Di wilayah Condet Batu Ampar ini, remaja yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA masih mendominasi karena kebanyakan dari mereka setelah lulus SLTA tidak melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi, akan tetapi lebih banyak yang langsung melanjutkan hidupnya dengan bekerja atau membantu orang tua mereka untuk berdagang, dan untuk yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi itu kebanyakan berasal dari kalangan anak-anak tokoh masyarakat yang nantinya akan menjadi penerus orang tua dalam bidang pendidikan ataupun bidang dakwah. Jika ada di antara mereka orang yang berasal dari kalangan biasa, maka itu hanya untuk mendaptakan pekerjaan yang lebih baik

(38)

D. Kondisi Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pengertian ilmu ekonomi sendiri yaitu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya yang langka agar dapat memproduksi berbagai komoditi, dan kemudian

disalurkan kepada individu atau kelompok yang ada di masyarakat.46 Di Kelurahan Condet Batu Ampar ini ada tiga macam jenis ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat Condet Batu Ampar, yaitu sebagai berikut:

1. Usaha Ekonomi Lemah

Penduduk wilayah Kelurahan Batu Ampar tidak hanya terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia. Kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya percampuran penduduk negara asing. Mereka berasimilasi dengan masyarakat setempat baik dalam bidang sosial ataupun budaya. Di wilayah Kelurahan Batu Ampar ini masyarakat keturunan Arab sebagian besar beraktivitas sebagai pedagang.

Masyarakat Kelurahan Batu Ampar memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam, namun pada umumnya, perekonomian masyarakat Batu Ampar merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2015 jumlah penduduk Condet Batu Ampar berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:47

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

PEKERJAAN Jumlah

Penduduk Jiwa Karyawan Swasta / Pemerintah /

ABRI 8.491

46

Ari Sudarman, Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro 1,

ESPA4211/MODUL 1, h. 1.2

47

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Jumlah Berdasarkan Mata

(39)

Pedagang 12.109 Buruh Tani 5.031 Pensiunan 6.131 Pertukangan 1.869 Fakir Miskin 7.820 Lain-lain 9.007

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Mayoritas penduduk Condet Batu Ampar berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Sekitar 8.491 orang dari penduduknya tercatat sebagai karyawan swasta/TNI/POLRI, , 12.109 orang sebagai pedagang, 5.031 orang buruh tani, 6.131 orang sebagai pensiunan, 1.960 orang sebagai pertukangan, 7.820 orang fakir miskin dan sisanya 9.007 orang, masuk kepada pekerjaan yang lain.

Adapun pengusaha yang ada di Wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah para pengusaha ekonomi lemah yaitu pengusaha yang belum mendapat suntikan dana dari pemerintah. Akan tetapi, pengusaha kecil mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan pengusaha kecil di masyarakat dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.48

Dalam upaya untuk pengembangan usaha kecil, setiap bulan diadakan pertemuan rutin untuk PPMK se-Kecamatan Kramat Jati secara bergantian yang dihadiri oleh Ka. Subsi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Batu Ampar dan Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Batu Ampar dan Usaha Pemberdayaan Kecamatan Masyarakat Kelurahan (UPKMK). Berkembangnya usaha-usaha kecil di masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

48 Mohammad Jafar Hafsah, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

(40)

masyarakat. Adapun jenis-jenis usaha yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar, yaitu:

No Jenis Usaha Lokasi RT/RW

1 Pengrajin Emping Melinjo 05/04, 12/02, 10/04 2 Pembuat Kue 05/01, 11/03, 07/05,14/05 3 Pengrajin Tas 13/02, 09/05

4 Bubutan 013/02, 04/02

5 Pengrajin Sepatu 17/02, 06/04, 04/02

6 Pengrajin tempe, tahu 05/02, 06/02, 06/02, 06/06, 05/06 7 Pengrajin boneka 11/05, 18/05

8 Pengerajin Smop/Bordir 07/05, 012/02

9 Perternakan ikan hias 09/01, 10/05, 17/05, 10/05, 04/01, 03/03, 09/05

10 Peternakan ikan lele 10/05, 17/05, 04/05, 01/05, 11 Ternak ayam kampong 008/05

12 Ternak kambing domba 007/05

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Pada tabel di atas kita dapat melihat bahwa masyarakat Condet Batu Ampar lebih banyak yang tertarik pada usaha peternakan ikan hias yang berada di RT dan RW yang berbeda. Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka dekat dengan pasar Kramat Jati. Jadi, ikan hias yang mereka ternak nantinya akan mereka jual ke pasar yang akan menjadikan perputaran ekonomi mereka berjalan.

2. Industri Besar Menengah

Industri adalah suatu usaha untuk memproduksi barang jadi yang berasal dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar, sehingga barang dapat diperoleh dengan harga satuan yang rendah dengan

(41)

mutu yang tinggi.49 Adapun skala industri dapat dibedakan menjadi 4 lapisan, yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, yaitu:50

1) Industri besar yaitu jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih. 2) Industri sedang yaitu jumlah tenaga kerja antara 20 orang sampai 99

orang.

3) Industri kecil yaitu jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai 19 orang.

4) Industri rumah tangga yaitu jumlah tenaga kerja antara 1 orang sampai 4 orang.

Sedangkan industri besar menengah yang terdapat di kelurahan Condet Batu Ampar termasuk ke dalam jenis industri nonekstratif.51 Pada data sensus 2015 hanya ada dua yang masuk ke dalam industri besar menengah dengan jenis nonekstratif, yaitu :

 Industri Besar Tas Sekolah yang berlokasi di RT 012/RW 03.  Pabrik Tenun/Tekstil yang berlokasi di RT 01/RW 05.

3. Koperasi

Dalam rangka meningkatkan peran koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah ( UKM ), Pemerintah Kelurahan Batu Ampar telah berupaya melakukan pembinaan terhadap koperasi-koperasi dan UKM yang terdapat di wilayah Kelurahan Batu Ampar. Pada dasarnya koperasi yang diterapkan di Indonesia mengacu pada konsep koperasi negara berkembang. Konsep koperasi negara berkembang sendiri masih ada campur tangan dari pemerintah dalam pembinaan dan

49 I Made Sandy, Republik Indonesia Geografi Regional, (Jakarta: Puri Margasari, 1985),

h. 154

50 Riky Eka Putra, Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012), h. 49

51 Industri nonekstratif adalah jenis industri yang bahan bakunya didapat dari tempat lain, selain alam sekitar atau bahannya disediakan oleh industri lain.

(42)

pengembangannya.52 Campur tangan ini terjadi karena apabila di suatu masyarakat dengan modal yang terbatas mendirikan suatu koperasi maka koperasi tersebut tidak akan tumbuh dan berkembang, maka dari itu ada campur tangan pemerintah agar koperasi yang didirikan dapat berkembang. Tujuan koperasi negara berkembang adalah untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi setiap anggotanya.

Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu, 1) koperasi primer yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan orang perseorangan dan 2) koperasi sekunder yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan badan hukum koperasi.53 Dapat disimpulkan bahwa koperasi yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar merupakan koperasi dengan jenis primer yaitu koperasi simpan pinjam. Pada data sensus Kelurahan Batu Ampar tahun 2015 tercatat ada 9 koperasi dengan jenis simpan pinjam dan untuk anggotanya tercatat ada 450 anggota yang berkerja untuk koperasi tersebut.

52 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, (Jakarta : Erlangga,

2001), h. 3

53 Orinton Purba, Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT, CV, Firma,

(43)

30 BAB III

PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet Sebutan majelis ta‟lim pada awalnya belum banyak diketahui masyarakat Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim diperkenalkan oleh K.H. Abdullah Syafi‟ie yang ketika itu beliau mengembangkan sebuah pengajian yang disebutnya majelis ta‟lim, yang diperuntukan untuk kaum bapak maupun kaum ibu. Pada saat ini istilah majelis ta‟lim menjadi trend dari pengajian K.H. Abdullah Syafi‟ie. Padahal sebelumnya masyarakat jika ingin menghadiri pengajian tidak pernah menyebut majelis ta‟lim, akan tetapi lebih suka menyebutnya dengan pengajian.54

Penamaan majelis ta‟lim pada akhirnya melahirkan identitas tersendiri untuk membedakan dengan pengajian umum yang biasa, yaitu dengan sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Dengan begitu, sebuah kegiatan majelis ta‟lim dapat menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik di kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil. Adanya majelis ta‟lim telah memberikan wadah yang tidak terikat kepada masyarakat kecuali ikatan tanggung jawab untuk berdakwah dan tanggung jawab persaudaraan.

Majelis ta‟lim mulai dari lahir sampai berkembang tidak menggantungkan dirinya pada bantuan pihak lain. Sejak berdirinya majelis ta‟lim merupakan organisasi swadaya masyarakat yang independen dalam perkembangannya, kemudian membentuk badan yang lebih luas jangkauannya yang dikenal dengan Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT). BKMT lahir dari kebutuhan majelis ta‟lim untuk mengembangkan dirinya agar dapat menjalankan

(44)

fungsinya secara efektif sebagai lembaga pendidikan non formal.55 BKMT merupakan badan kontak atau forum utnuk bekomunikasi antara pengurus dan para guru di setiap majelis ta‟lim. BKMT diharapkan dapat menciptakan forum bersama, yang didalamnya mereka dapat bertukar pendapat dan bertukar pengalaman.56 BKMT sendiri diresmikan pada 1 Januari 1981 dengan alasan bahwa kegiatan majelis ta‟lim telah menjadi kebutuhan masyarakat baik di kota-kota besar maupun di desa terpencil. Dengan kenyataan yang seperti ini, tumbuh gagasan-gagasan untuk mengkoordinasikan mereka dalam satu wadah yang tidak terikat. Akhirnya, dalam pertemuan yang diikuti 700 pimpinan majelis ta‟lim se-Jabodetabek berdirilah organisasi kontak yang disebut Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT).57

Dalam perjalanannya BKMT berpotensi untuk menjaring kekuatan massa Islam di pemerintahan Orde Baru dalam perolehan suara bagi partai politik tertentu. Dapat dilihat bahwa BKMT tidak lepas dari dukungan dan peran pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama Tarmizi Taher. Hal ini terlihat pada tahun 1996 yang mengindikasikan adanya hubungan antara pemerintah dan umat Islam yang direpresentasikan oleh BKMT.58 Kelompok BKMT merupakan penyumbang suara yang potensial pada saat pemilu, maka pemerintah tidak mengabaikan ormas wanita besar seperti BKMT untuk mendapatkan suara.

Pada tahun 1970 banyak warga yang mendirikan pengajian khususnya untuk kaum ibu-ibu. Kebanyakan dari pengajian-pengajian tersebut dimulai dengan pengajian yang diadakan di rumah salah seorang warga dan tidak ada nama khusus untuk pengajiannya.59 Sama seperti yang dikatakan oleh Ahmad Fuadi, awalnya majelis ta‟lim dimulai dari pengajian perorangan dan belum ada

55 Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan

Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah Pondok Gede), Tesis Program Kajian

Wanita, Universitas Indonesia, 2001), h. 70 56

Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan...., h. 71

57

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 92 58

Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 212

59 Wawancara Pribadi dengan Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 3. Jumlah Murid laki-laki dan perempuan
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Grafik Perkembangan Majelis Ta'lim di Kelurahan Batu  Ampar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah metode yang digunakan oleh guru Bakhiet dalam menyampaikan isi kitab Al Hikam pada pengajian tasawuf di Majelis Ta‟lim Nurul Muhibbin

Fenomena pengajian yang diadakan jama‟ah majlis ta‟lim As-syifa Walmahmudiyah, diikuti oleh masyarakat yang tergabung dalam majlis Ta‟lim Assyifa Walmahmudiyah,

dukungan terhadap kekuatan dan kesempatan serta dapat mengatasi kelemahan dan ancaman tersebut sehingga fasilitas majelis ta’lim semakin lengkap, kualitas pengurus

Dilihat berdasarkan masing-masing subround, penurunan luas panen terbesar secara absolut terjadi pada bulan September-Desember 2015, yaitu turun sebesar 395 hektar atau

a) Penilaian lomba Teamwork akan menggunakan metode nilai tertinggi per sub- kategori. b) Lomba Teamwork akan berlangsung selama 6 jam dan setiap tim harus

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pakan sumber protein (bungkil kedelai dan daun lamtoro) yang disusun dalam pakan suplemen terhadap

Kebutuhan yang dianggap perlu untuk diakomodasi pada perancangan aplikasi travelling bagi kelompok usia paruh baya adalah aplikasi travelling yang mudah di- gunakan, kompatibel

Merumuskan program kerja dan anggaran Bidang Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Keluarga Sejahtera, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;e. Membagi