• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pengertian ilmu ekonomi sendiri yaitu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya yang langka agar dapat memproduksi berbagai komoditi, dan kemudian

disalurkan kepada individu atau kelompok yang ada di masyarakat.46 Di Kelurahan Condet Batu Ampar ini ada tiga macam jenis ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat Condet Batu Ampar, yaitu sebagai berikut:

1. Usaha Ekonomi Lemah

Penduduk wilayah Kelurahan Batu Ampar tidak hanya terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia. Kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya percampuran penduduk negara asing. Mereka berasimilasi dengan masyarakat setempat baik dalam bidang sosial ataupun budaya. Di wilayah Kelurahan Batu Ampar ini masyarakat keturunan Arab sebagian besar beraktivitas sebagai pedagang.

Masyarakat Kelurahan Batu Ampar memiliki mata pencaharian yang bermacam-macam, namun pada umumnya, perekonomian masyarakat Batu Ampar merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2015 jumlah penduduk Condet Batu Ampar berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:47

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

PEKERJAAN Jumlah

Penduduk Jiwa Karyawan Swasta / Pemerintah /

ABRI 8.491

46

Ari Sudarman, Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro 1,

ESPA4211/MODUL 1, h. 1.2

47

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Jumlah Berdasarkan Mata

Pedagang 12.109 Buruh Tani 5.031 Pensiunan 6.131 Pertukangan 1.869 Fakir Miskin 7.820 Lain-lain 9.007

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Mayoritas penduduk Condet Batu Ampar berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Sekitar 8.491 orang dari penduduknya tercatat sebagai karyawan swasta/TNI/POLRI, , 12.109 orang sebagai pedagang, 5.031 orang buruh tani, 6.131 orang sebagai pensiunan, 1.960 orang sebagai pertukangan, 7.820 orang fakir miskin dan sisanya 9.007 orang, masuk kepada pekerjaan yang lain.

Adapun pengusaha yang ada di Wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah para pengusaha ekonomi lemah yaitu pengusaha yang belum mendapat suntikan dana dari pemerintah. Akan tetapi, pengusaha kecil mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan pengusaha kecil di masyarakat dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.48

Dalam upaya untuk pengembangan usaha kecil, setiap bulan diadakan pertemuan rutin untuk PPMK se-Kecamatan Kramat Jati secara bergantian yang dihadiri oleh Ka. Subsi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Batu Ampar dan Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Batu Ampar dan Usaha Pemberdayaan Kecamatan Masyarakat Kelurahan (UPKMK). Berkembangnya usaha-usaha kecil di masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

48 Mohammad Jafar Hafsah, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

masyarakat. Adapun jenis-jenis usaha yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar, yaitu:

No Jenis Usaha Lokasi RT/RW

1 Pengrajin Emping Melinjo 05/04, 12/02, 10/04 2 Pembuat Kue 05/01, 11/03, 07/05,14/05 3 Pengrajin Tas 13/02, 09/05

4 Bubutan 013/02, 04/02

5 Pengrajin Sepatu 17/02, 06/04, 04/02

6 Pengrajin tempe, tahu 05/02, 06/02, 06/02, 06/06, 05/06 7 Pengrajin boneka 11/05, 18/05

8 Pengerajin Smop/Bordir 07/05, 012/02

9 Perternakan ikan hias 09/01, 10/05, 17/05, 10/05, 04/01, 03/03, 09/05

10 Peternakan ikan lele 10/05, 17/05, 04/05, 01/05, 11 Ternak ayam kampong 008/05

12 Ternak kambing domba 007/05

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Pada tabel di atas kita dapat melihat bahwa masyarakat Condet Batu Ampar lebih banyak yang tertarik pada usaha peternakan ikan hias yang berada di RT dan RW yang berbeda. Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka dekat dengan pasar Kramat Jati. Jadi, ikan hias yang mereka ternak nantinya akan mereka jual ke pasar yang akan menjadikan perputaran ekonomi mereka berjalan.

2. Industri Besar Menengah

Industri adalah suatu usaha untuk memproduksi barang jadi yang berasal dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar, sehingga barang dapat diperoleh dengan harga satuan yang rendah dengan

mutu yang tinggi.49 Adapun skala industri dapat dibedakan menjadi 4 lapisan, yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, yaitu:50

1) Industri besar yaitu jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih. 2) Industri sedang yaitu jumlah tenaga kerja antara 20 orang sampai 99

orang.

3) Industri kecil yaitu jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai 19 orang.

4) Industri rumah tangga yaitu jumlah tenaga kerja antara 1 orang sampai 4 orang.

Sedangkan industri besar menengah yang terdapat di kelurahan Condet Batu Ampar termasuk ke dalam jenis industri nonekstratif.51 Pada data sensus 2015 hanya ada dua yang masuk ke dalam industri besar menengah dengan jenis nonekstratif, yaitu :

 Industri Besar Tas Sekolah yang berlokasi di RT 012/RW 03.  Pabrik Tenun/Tekstil yang berlokasi di RT 01/RW 05.

3. Koperasi

Dalam rangka meningkatkan peran koperasi sebagai sokoguru perekonomian dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah ( UKM ), Pemerintah Kelurahan Batu Ampar telah berupaya melakukan pembinaan terhadap koperasi-koperasi dan UKM yang terdapat di wilayah Kelurahan Batu Ampar. Pada dasarnya koperasi yang diterapkan di Indonesia mengacu pada konsep koperasi negara berkembang. Konsep koperasi negara berkembang sendiri masih ada campur tangan dari pemerintah dalam pembinaan dan

49 I Made Sandy, Republik Indonesia Geografi Regional, (Jakarta: Puri Margasari, 1985),

h. 154

50 Riky Eka Putra, Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012), h. 49

51 Industri nonekstratif adalah jenis industri yang bahan bakunya didapat dari tempat lain, selain alam sekitar atau bahannya disediakan oleh industri lain.

pengembangannya.52 Campur tangan ini terjadi karena apabila di suatu masyarakat dengan modal yang terbatas mendirikan suatu koperasi maka koperasi tersebut tidak akan tumbuh dan berkembang, maka dari itu ada campur tangan pemerintah agar koperasi yang didirikan dapat berkembang. Tujuan koperasi negara berkembang adalah untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi setiap anggotanya.

Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu, 1) koperasi primer yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan orang perseorangan dan 2) koperasi sekunder yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan badan hukum koperasi.53 Dapat disimpulkan bahwa koperasi yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar merupakan koperasi dengan jenis primer yaitu koperasi simpan pinjam. Pada data sensus Kelurahan Batu Ampar tahun 2015 tercatat ada 9 koperasi dengan jenis simpan pinjam dan untuk anggotanya tercatat ada 450 anggota yang berkerja untuk koperasi tersebut.

52 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, (Jakarta : Erlangga,

2001), h. 3

53 Orinton Purba, Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT, CV, Firma,

30 BAB III

PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet Sebutan majelis ta‟lim pada awalnya belum banyak diketahui masyarakat Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim diperkenalkan oleh K.H. Abdullah Syafi‟ie yang ketika itu beliau mengembangkan sebuah pengajian yang disebutnya majelis ta‟lim, yang diperuntukan untuk kaum bapak maupun kaum ibu. Pada saat ini istilah majelis ta‟lim menjadi trend dari pengajian K.H. Abdullah Syafi‟ie. Padahal sebelumnya masyarakat jika ingin menghadiri pengajian tidak pernah menyebut majelis ta‟lim, akan tetapi lebih suka menyebutnya dengan pengajian.54

Penamaan majelis ta‟lim pada akhirnya melahirkan identitas tersendiri untuk membedakan dengan pengajian umum yang biasa, yaitu dengan sifatnya yang tetap dan berkesinambungan. Dengan begitu, sebuah kegiatan majelis ta‟lim dapat menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik di kota-kota besar maupun di desa-desa terpencil. Adanya majelis ta‟lim telah memberikan wadah yang tidak terikat kepada masyarakat kecuali ikatan tanggung jawab untuk berdakwah dan tanggung jawab persaudaraan.

Majelis ta‟lim mulai dari lahir sampai berkembang tidak menggantungkan dirinya pada bantuan pihak lain. Sejak berdirinya majelis ta‟lim merupakan organisasi swadaya masyarakat yang independen dalam perkembangannya, kemudian membentuk badan yang lebih luas jangkauannya yang dikenal dengan Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT). BKMT lahir dari kebutuhan majelis ta‟lim untuk mengembangkan dirinya agar dapat menjalankan

fungsinya secara efektif sebagai lembaga pendidikan non formal.55 BKMT merupakan badan kontak atau forum utnuk bekomunikasi antara pengurus dan para guru di setiap majelis ta‟lim. BKMT diharapkan dapat menciptakan forum bersama, yang didalamnya mereka dapat bertukar pendapat dan bertukar pengalaman.56 BKMT sendiri diresmikan pada 1 Januari 1981 dengan alasan bahwa kegiatan majelis ta‟lim telah menjadi kebutuhan masyarakat baik di kota-kota besar maupun di desa terpencil. Dengan kenyataan yang seperti ini, tumbuh gagasan-gagasan untuk mengkoordinasikan mereka dalam satu wadah yang tidak terikat. Akhirnya, dalam pertemuan yang diikuti 700 pimpinan majelis ta‟lim se-Jabodetabek berdirilah organisasi kontak yang disebut Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT).57

Dalam perjalanannya BKMT berpotensi untuk menjaring kekuatan massa Islam di pemerintahan Orde Baru dalam perolehan suara bagi partai politik tertentu. Dapat dilihat bahwa BKMT tidak lepas dari dukungan dan peran pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama Tarmizi Taher. Hal ini terlihat pada tahun 1996 yang mengindikasikan adanya hubungan antara pemerintah dan umat Islam yang direpresentasikan oleh BKMT.58 Kelompok BKMT merupakan penyumbang suara yang potensial pada saat pemilu, maka pemerintah tidak mengabaikan ormas wanita besar seperti BKMT untuk mendapatkan suara.

Pada tahun 1970 banyak warga yang mendirikan pengajian khususnya untuk kaum ibu-ibu. Kebanyakan dari pengajian-pengajian tersebut dimulai dengan pengajian yang diadakan di rumah salah seorang warga dan tidak ada nama khusus untuk pengajiannya.59 Sama seperti yang dikatakan oleh Ahmad Fuadi, awalnya majelis ta‟lim dimulai dari pengajian perorangan dan belum ada

55 Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan

Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah Pondok Gede), Tesis Program Kajian

Wanita, Universitas Indonesia, 2001), h. 70 56

Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan...., h. 71

57

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 92 58

Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 212

59 Wawancara Pribadi dengan Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu

nama dari pengajian tersebut, kemudian mulai berkembang lalu pendiri pengajian mulai memberi identitas untuk pengajiannya berupa nama.60

Pada saat itu masyarakat belum menyebut pengajian dengan sebutan majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim yang terkenal pada waktu itu hanya ada di Kelurahan Cililitan yaitu majelis ta‟lim Al-Hawi dan As-Sa‟adah. Biasanya para pengajar yang mendirikan pengajian, akan mengikuti pengajian yang ada di kedua majelis ta‟lim tersebut dengan berjalan kaki sampai ke majelis ta‟lim tersebut.

Kemudian pada tahun 1980 Kelurahan Batu Ampar memberi bantuan dana untuk pembangunan fasilitas pada setiap pengajian yang membutuhkan bangunan untuk tempat mengaji. Akhirnya pada tahun 1990 kelurahan meminta kepada setiap pendiri pengajian agar pengajiannya diberi nama atau identitas. Hal ini dilakukan agar pengajian-pengajian yang ada di setiap RT dan RW Kelurahan Batu Ampar dapat terdata di kelurahan.61

Adapun awal mula terbentuknya majelis ta‟lim di setiap RW itu berbeda-beda. Contohnya adalah di RW 01 dan RW 02. Majelis ta‟lim yang ada di kedua RW ini masih ada yang belum menetap atau belum memiliki tempat khusus untuk majelis ta‟limnya. Warga secara bergantian menggilir tempat pengajian dari rumah satu ke rumah yang lainnya. Berbeda dengan majelis ta‟lim di RW 03 yang telah memiliki tempat di setiap majelis ta‟lim yang digunakan khusus untuk acara pengajian, tidak hanya telah memiliki tempat yang khusus, walaupun hanya teras-teras rumah yang diperluas untuk mereka jadikan tempat mengaji, tetapi majelis ta‟lim di RW 03 ini juga telah memberikan identitas atau nama untuk majelis ta‟limnya.

Majelis ta‟lim di RW 04 yang pada awalnya dimulai dengan pengajian-anak-anak, kemudian berlanjut pada pengajian Al-Qur‟an yang diadakan untuk

60

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Oktober 2016.

61 Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Sarpiah, Ketua Majelis Ta‟lim Az-Zuhriyah RW

orang dewasa dengan materi pengajian tajwid dan tahsin.62 Akhirnya, seiring berjalannya waktu, dengan jama‟ah yang ada, dibentuklah menjadi majelis ta‟lim, dalam setiap pertemuannya akan membahas materi yang berkaitan dengan Al-Qur‟an dan pelajaran lainnya di bidang ilmu agama.

Majelis ta‟lim yang ada di RW 05, berawal dari pengajian yang diadakan oleh H. Ishak Nasir yang mengajarkan ta‟lim kepada masyarakat RW 05. Pengajian tersebut diadakan di Musholla Al-Mujahidin. Di antara para jama‟ah yang mengikuti pengajiannya, ada salah satu jama‟ah yang menonjol untuk mengikuti jejaknya yaitu Hj. Salbiyah. Akhirnya Hj. Salbiyah mendirikan majelis ta‟lim sendiri di rumahnya khusus untuk jama‟ah ibu-ibu, karena pengajian yang ada di musholla saat itu masih bercampur dengan bapak-bapak.

Pengajian yang berada di masjid Al-Mujahidin masih berjalan, namun dikhususkan untuk jama‟ah bapak-bapak. Sedangkan untuk jama‟ah ibu-ibu pengajian bertempat di Majelis Ta‟lim Nurul Jannah pimpinan Hj. Salbiyah. Tidak hanya mengajarkan kaum ibu untuk belajar agama, Majelis Ta‟lim Nurul Jannah juga mengadakan pengkaderan bagi masyarakat yang ingin mendirikan majelis ta‟lim di tempatnya. Pengajaran untuk pengkaderan lebih ditekankan pada cara menyampaikan materi ketika berdakwah dan lebih banyak memberikan materi keagamaan yang dapat diamalkan dan disebarkan kembali lewat para calon pendiri majelis ta‟lim. Dapat dilihat saat ini bahwa di RW 05 telah banyak majelis ta‟lim yang berdiri, dan pendiri majelis ta‟lim kebanyakan adalah murid dari Hj. Salbiyah.63

Majelis ta‟lim di RW 06 awal mulanya dimulai dengan adanya majelis-majelis dzikir. Majelis dzikir ini biasanya hanya diperuntukan untuk kaum

62

Tahsin sering dikaitkan dengan aktivitas membaca Al-Qur‟an. Istilah tahsin muncul sebagai sinomin dari kata tajwid, yang sering dipahami sebagai ilmu yang membahas tata cara membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, serta segala tuntutan kesempurnaannya. Tahsin memiliki arti membaguskan, para ulama memberi batasan bagi istilah ini yaitu, mengeluarkan huruf-huruf Al-Qur‟an dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf) dengan memberikan hak dan mustahaknya. Lebih lengkap baca Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Qur’an, (Yogyakarta: Deepublish, 2016).

63 Wawancara Pribadi dengan Ibu Miroroh, Ibu Ketua RT 011/RW 05 Kelurahan Batu

laki. Adapun pengajian yang ada untuk kaum ibu adalah pengajian Al-Qur‟an saja.64 Dalam perkembangannya banyak majelis ta‟lim besar di RW 06, yang terkenal di masyarakat Kelurahan Batu Ampar.

Dapat disimpulkan bahwa asal usul majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar ini pada mulanya adalah pengajian yang didirikan oleh masyarakat, baik pengajian untuk anak-anak, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Namun, pengajian yang ada belum diberi identitas atau nama oleh masing-masing pendirinya. Cara membedakan antara pengajian yang satu dengan pengajian yang lain yaitu dengan menyebut nama yang mendirikan atau mengajarkan pengajian tersebut, seperti contoh pengajian Hj. Enong yang dipimpin oleh Hj. Enong itu sendiri.

Dalam perkembangannya, Kelurahan Batu Ampar mulai meminta agar setiap pengajian memberikan identitas untuk pengajiannya, dan pada saat itu masing-masing ketua atau pengurus mulai memberi nama untuk pengajiannya dan membuat plang-plang yang menunjukan tempat majelis ta‟lim tersebut berada. Akhirnya, masyarakat mulai menyebut setiap pengajian menjadi majelis ta‟lim, terlebih lagi bagi majelis ta‟lim yang besar.

Perkembangan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar, berkembang seiring berjalannya waktu. Dengan keterbatasan tempat dan jama‟ah majelis ta‟lim yang hadir di tengah-tengah masyarakat perkotaan, majelis ta‟lim tetap memberikan manfaatnya bagi masyarakat sekitar yang ingin menuntut ilmu agama dan memberikan ruang bagi masyarakat yang ingin mempererat rasa

ukhuwah islamiyah dengan sesama. Pesatnya perkembangan majelis ta‟lim juga

tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh para mubaligh.

B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar

Dokumen terkait