• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Untuk pengembangan laporan tugas akhir ini disarankan agar membandingkan dengan beberapa jenis tampang lainnya baik profil yang sering dipakai pada perencanaan baja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Dalam bab ini, kita akan meninjau batang yang mengalami tegangan tekan aksial. Dengan berbagai macam sebutan seperti, tiang, tongkak dan batang desak, batang ini pada hakekatnya jarang sekali mengalami tekan aksial saja. Namun, bila pembebanan ditata sedemikian rupa hingga pengekangan (restraint) rotasi ujung dapat diabaiakn atau beban dari batang-batang yang bertemu di ujung kolom bersifat simetris dan pengaruh lentur sangat kecil dibandingkan direncanakan dengan aman sebagai kolom yang dibebani secara konsentris.

Dari mekanika bahan, kita tahu bahwa hanya kolom yang sangat pendek yang dapat dibebani hingga tegangan lelehnya; keadaan yang umum adalah tekuk (buckling) atau lenturan mendadak aibat ketidakstabilan, terjadi sebelum kekuatan batang tekan perlu bagi mereka yang merencanakan struktur baja.

2.2 Material Baja

Baja dihasilkan dengan menghaluskan biji besi dan logam besi tua bersama-sama dengan bahan pencampur tambahan yang sesuai, kokas (untuk karbon), dan oksigen dalam tungku bertemperatur tinggi untuk menghasilkan massa-massa besi yang besar yang dinamakan blok tuangan mentah (pigs) atau besi kasar (pigiron). Besi kasar tersebut selanjutnya dihaluskan untuk mengilangkan kelebihan karbon dan kotoran-kotoran lain dan/atau dicampur logam lain, seperti tembaga, nikel, krom, mangan, molibden, fosfor, silikon, belerang, titan, kolumbium, dan vanadium, untuk menghasilkan kekuatan,

keliatan, pengelasan dan karakteristik ketahanan terhadap korosi (karat) yang diinginkan (Joseph E.Bowles, 1985).

Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang umum digunakan. Sifat-sifatnya yang penting sebagai bahan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, keseragaman bahan-bahan penyusunnya, kestabilan dimensional, daktilitas yang tinggi, kemudahan pembuatan dan cepatnya pelaksanaan, merupakan hal-hal yang menguntungkan dari kostruksi baja.

Namun, di samping itu baja juga memiliki kekurangan seperti biaya perawatan yang besar, biaya pengadaan anti api yang besar (fire proofing cost), ketahanan terhadap perlawanan tekuk kecil, dan kekuatannya akan berkurang jika dibebani secara berulang/periodik (kondisi leleh atau fatigue).

Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat dikategorikan sebagai berikut (Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997) :

1. Baja dengan persentase zat arang rendah (low carbon steel), dimana kandungan arangnya lebih kecil dari 0,15%.

2. Baja persentase zat arang ringan (mild carbon steel), 0,15% - 0,29%. 3. Baja persentase zat arang sedang (medium carbon steel), 0,30% - 0,59%. 4. Baja dengan persentase zat arang tinggi (high carbon steel), 0,60% - 1,7%.

Baja untuk bahan struktur termasuk ke dalam baja yang persentase zat arangnya ringan (mild carbon steel). Semakin tinggi kadar zat arang yang terkandung di dalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya.

Sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan yaitu :

 Modulus elastisitas (E) = 200.000 MPa

 Nisbah poisson ( ) = 0,3

 Koefisien pemuaian (α) = 12 x 10-6 per oC Serta persyaratan minimum pada tabel berikut :

Jenis Baja Tegangan putus minimum fu (MPa) Tegangan leleh minimum fy (MPa) Peregangan minimum (%) BJ 34 340 210 22 BJ 37 370 240 20 BJ 41 410 250 18 BJ 50 500 290 16 BJ 55 550 410 13

Tabel 2.1. Sifat mekanis baja struktural ( SNI 03-1729-2002)

Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja, dapat dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja akan menghasilkan bentuk hubungan antara tegangan dan regangan seperti tergambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Hubungan tegangan - regangan secara umum

Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh. Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab besarnya perubahan dari elastis menjadi plastis seringkali tidak tetap. Sebagai standar menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis

sejajar dengan sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar 0,2%.

2.3 Tekuk Elastis Euler

Teori tekuk kolom pertama kali dikemukakan oleh Leonhardt Euler pada tahun 1759. Batang tekan dengan beban konsentris yang semula lurus dan semua seratnya tetap elastic hingga tekuk terjadi akan mengalami lengkungan yang kecil seperti gambar 2.1. Walaupun Euler hanya menyelidiki batang yang dijepit di salah satu ujung dan bertumpu sederhana (simply supported ) di ujung yang lainya, logika yang sama dapat diterapkan pada kolom berujung sendi yang tidak memiliki pengekangan rotasi dan merupakan batang dengan kekuatan tekuk terkecil.

Gambar 2.2 Batang yang tertekuk akibat gaya aksial (Sumber : Salmon, 1992)

Pendekatan euler umumnya tidak digunakan untuk perencanaan karena tidak sesuai dengan hasil percobaan; dalam praktek, kolom dengan panjang yang umum tidak sekuat seperti yang dinyatakan oleh persamaan di bawah ini :

Pcr = π²EI

Lk ² ……….. (2.1)

Consider dan Engesser pada tahun 1889 secara terpisah menemukan bahwa sebagian dari kolom dengan panjang yang umum menjadi inelastic (tak elastis) sebelum tekuk terjadi dan harga E yang dipakai harus memperhitungkna adanya sejumlah serat yang tertekan dengan regangan di atas batas proporsional.

Jadi, mereka menyadari bahwa sesungguhnya kolom dengan panjang yang umum akan hancur akibat tekuk inelastic dan bukan akibat tekuk elastic.

Akan tetapi pengertiannya yang menyeluruh tentang kolom dengan beban konsentris baru dicapai pada tahun 1946 ketika Shanley menjabarkan teorinya yang sekarang ternyata benar. Ia mengemukakan bahwa pada hakekatnya kolom masih mampu memikul beban aksial yang lebih besar walaupun telah melentur, tetapi kolom mulai melentur pada saat mencapai beban yang disebut beban tekuk, yang menyertakan pengaruh inelastic pada sejumlah atau semua serat penampang lintang.

Oleh karena kolom dengan panjang yang umum tertekuk pada saat jumlah seratnya menjadi inelastic, maka modulus elastisitasnya ketika tertekuk lebih kecil dari harga awalnya.

2.4 Kolom Euler

Rumus kolom Euler diturunkan dengan membuat berbagai anggapan sebagai berikut :

 Batang elastis linier dan batas proporsional tidak terlampaui.  Batang lurus sempurna, prismatis dan beban terpusat sempurna.

 Penampang batang tidak terpuntir dan elemennya tidak dipengaruhi tekuk setempat dan distorsi lainnya selama melentur.

 Bahan terbatas dari tegangan residu.

 Torsi lendutan yang kecil akibat berat batang dan juga geser dapat diabaikan.

 Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-rol ekivalen dapat ditentukan (dalam pembebanan selanjutnya kondisi ini tidak mutlak).

2.4 Batang-Batang Tekan dan Kolom

Yang dimaksud dengan batang-batang tekan ialah semua batang yang diberi beban tekan menurut arah memanjang, seperti misalnya batang-batang dalam pekerja rangka.yang dimaksud dengan kolom-kolom biasanya adalah batang-batang tekan tegak yang gunanya sebagai tempar pemasangan gelagar-gelagar, tempat pemasangan gading-gading bubungan , tempat pemasangan jalan-jalan keran dan sebagainya. Kolom-kolom ini umumnya memindahkan beban-beban lantai dan beban-beban-beban-beban atap pada pondasi.

Dibedakan dengan :

a) Batang-batang tekan serta kolom-kolom yang dibebani pada pusatnya ialah, apabila beban itu berpegang pada titik berat penampang batang dan garis kerja gaya berimpit dengan sumbu memanjang batang itu.

b) Batang-batang tekan serta kolom-kolom yang dibebani di luar pusatnya ialah kalau beban itutidak berpegang pada titik berat penampang batang atau kalau garis kerja itu tidak sejajar dengan sumbu batang.

Keruntuhan batang tekan dapat dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu:

a) Keruntuhan yang diakibatkan tegangan lelehnya dilampaui. Hal semacam ini terjadi pada batang tekan yang pendek (stocky coloumn). b) Keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya tekuk. Hal semacam ini

keruntuhan akibat tekuk ini, asalkan tegangan pada seluruh penampang masih dalam keadaan elastis (belum mencapai σ1), gaya tekuknya dapat dihitungberdasarkan rumus Euler.

Apabila sebagian penampang tegangannya menjadi σ1, gaya tekuk batang inelastic ini ditentukan oleh interpolasi linear dari pola keruntuhan yang diakibatkan oelh dilampauinya tegangan leleh dan pola keruntuhan yang diakibatkan oleh terjadinya tekuk. Keberadaan tegangan residu inidalam profil sangat mempengaruhi kekuatan tekuknya. Pengaruh ini diperhitungkan dengan mengambil tegangan residu maksimum rata-rata sebesar 0.3 dari tegangan lelehnya.

Tegangan residu (residual stresses) adalah tegangan yang tertinggal dalam profil setelah selesai profil dibentuk, meskipun belum ada beban luaryang bekerja padanya. Menurut hasil penelitian/penyelidikan, tegangan residu ini timbul oleh karena adanya deformasi plastis yang diakibatkan oleh :

a. pendinginan setelah proses hot rolling

b. cold bending atau cambering selama pabrikasi c. pengelasan

Kelangsingan batang tekan tergantung dari jari-jari kelembaban (i) dan panjang tekuk (Lk).

 i : karena batang mempunyai 2 jari-jari kelembaban, umumnya akan terdapat 2 harga . Yang menentukan adalah harga λ yang terbesar (atau dengan i yang terkecil).

 Lk : panjang tekuk ini juga tergantung pada keadaan ujung-ujungnya apakah sendi, jepit, bebas dan sebagainya.

Angka kelangsingan adalah batas angka kelangsingan dimana Euler tidak lagi berlaku (berarti memasuki daerah plastis). Euler hanya berlaku di daerah elastis.

2.5.1 Analisa Kolom

Sebuah batang lurus dengan panjang L yang dibebani oleh gaya aksial P seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3. Uraian gaya yang akan bekerja pada potongan sejauh x dari tumpuan diperlihatkan pada gambar 2.4, dimana N dan Q adalah komponen gaya longitudinal dan transversal pada potongan itu, dan M adalah gaya lentur.

Gambar 2.3 Batang lurus yang dibebani oleh gaya aksial

Untuk deformasi yang kecil, maka dapat diasumsikan bahwa sudut putar β adalah kecil. Dengan demikian sinβ dan cosβ secara berurutan dapat dianggap

dan 1. Persamaan kesetimbangan gaya dapat diperoleh dengan menguraikan masing-masing gaya yang bekerja sesuai dengan sumbu x dan y. Dari uraian gaya pada sumbu x diperoleh :

-N+(N+dN) - Q β + (Q + dQ)( β+d β) = 0 ... (2.2a) N1 + Q β1 + βQ1 = 0 ... (2.2b) Dimana : N1 = dN/dx Q1 =dQ/dx β1 = d β/dx

dari uraian gaya pada sumbu y diperoleh :

-Q+(Q+dQ) - N β + (N + dN)( β+d β) = 0 ... (2.2c) N1 + Q β1 + βQ1 = 0 ... (2.2d) Uraian momen : M – (M +dM) + Qdx = 0 ...(2.2e) Q = M1 ...(2.2f) Dimana: M = dM/dx

Untuk batang yang ramping dianggap bahwa tegangan dan gaya geser yang melintang sangat kecil. Dari asumsi diatas, maka nilai kesetimbangan dapat disederhanakan menjadi sebagai berikut :

N1 = 0 ...(2.2g)

Q1 - N β1 = 0 ...(2.2h)

Q = 0 ...(2.2i)

Bentuk βN1 tidak terdapat pada persamaan 2.2h karena telah hilang akibat persamaan 2.2e. dengan mengeleminasi Q dari persamaan 2.2i sehingga menghasilkan,

N1 = 0 M11– Nβ1

= 0 ...(2.2j) Dengan menggunakan analisis kesetimbangan menuju ke dua persamaan dengan tiga variable, yaitu N,M dan β. Seperti yang diketahui bahwa, β = dy/dx.

Selanjutnya dari teori defleksi pada balok diketahui bahwa :

M = Eiy11 ...(2.2k) Dimana I adalah momen inersia dari penampang dan E adalah modulus elastisitas bahan. Persamaan 2.2k dapat kita subsitusikan kedalam persamaan 2.2j, maka:

N1 = 0 ...(2.2l) (Eiy11) – Ny11 = 0 ...(2.2m) Untuk harga EI yang konstan, persamaan menjadi:

N1 = 0 ...(2.3a) EiyIV– NyII = 0 ...(2.3b)

Persamaan 2.3b merupakan bentuk kuadrat dalam variabel-variabel N dan Y, oleh karena itu merupakan persamaan diferensial non linear. Dari persamaan 2.3a terlihat bahwa N konstan sepanjang x dan kondisi batas x = 0 dan x = L, kita lihat bahwa N = -P. Dengan demikian persamaan 2.3b dapat disederhanakan menjadi bentuk yang lazim dikenal :

EiyIV– PyII = 0 ...(2.4)

EId⁴y

dx⁴− Pd²y

dx ²= 0 ...(2.5) Persamaan 2.5 diatas adalah persamaan diferensial dari kolom ramping yang mengalami tekukan. Dari persamaan 2.5, dapat ditentukan besarnya beban P pada saat struktur akan runtuh. Misalkan k² = P/EI dan disubsitusikan ke dalam persamaan 2.5, maka diperoleh :

d⁴y dx⁴ - k²

d²y

dx ² = 0 ...(2.6) Penyelesaian umum dari persamaan diferensial diatas adalah:

Y = A sin kx + B cos kx + Cx + D , dengan A, B dan C adalah tetapan-tetatapan tertentu yang dapat ditentukan dengan syarat batas.

2.6 Stabilitas batang tekan

Batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk). Hal ini harus diperlihatkan dengan menggunakan persamaan :

ω x N

A ≤ σ ………..(2.7) dimana :

ω = faktor tekuk yang tergantung dari kelangsingan (λ) dan jenis bajanya N = gaya tekan pada batang

Pada suatu batang profil tertentu, daya dukungannya akan menjadi berkurang bila panjang tekuk batang bertambah (panjang tekuk bertambah panjang berarti bertambah besar).

Apabila batang tekan pendek dibebani, maka batang tersebut akan hancur karena seluruh serat pada penampang batang melampaui tegangan lelehnya. Sedangkan pada batang tekan langsing, kehancuran terjadi akibat instabilitas tekuk.

2.6.1 Batang-Batang Tekan Serta Kolom-Kolom yang Dibebani Pada Pusatnya

Kalau suatu batang lurus diberi beban tekan oleh suatu gaya yangs sejajar dengan sumbu batangdan gaya ini berpegang pada titik berat penampangh batang, maka dalam praktek belum akan dikatakan, bahwa beban ini merupakan suatu beban pusat yang sempurna, sebab batang itu tidak sempurna betul lurusnya atau disebabkan oleh jarak eksentrik yang tidak dapat dihindarkan dari gaya itu. Oleh sebab itu akan terjadi suatu momen lentur luar. Disebabkan oleh momen lentur luar ini, maka batang itu akan lebih banyak melentur dan sebagai akibat pelenturan, maka tegangan-tegangan di dalam batang batang akan bertambah, jadi momen tegangan-tegangan dalam juga bertambah, momen ini dinamakan momen dalam.

Di bawah suatu beban yang tertentu, yaitu beban genting, masih ada kemungkinan akan keseimbangan antara momen luar dan momen dalam pada waktu melentur.

Melebihi beban genting ini, maka penambahan momen luar menjadi lebih cepat dari penambahan momen dalam dan batang tekan menjadi lemah oleh

karena batang itu menekuk. Besarnya beban genting ini adalah bergantung pada kelangsingan batang tekan itu. Yang dimaksud dengan kelangsingan

2.7 Panjang Efektif

Pembahasan kekuatan kolom pada saat ini menganggap bahwa kedua ujung kolom adalah sendi atau tidak mengekang momen. Ujung yang tidak mengekang momen merupakan keadaan terlemah untuk batang tekan bila translasi salah satu ujung terhadap ujung lainnya dicegah. Untuk kolom berujung sendi ini, panjang ujung sendi ekivalen yang disebut panjang efektif sama dengan panjang yang sesungguhnya yakni K=1,0.

Pada keadaan yang sesungguhnya, pengekangan momen di ujung selalu ada dan titik belok pada kurva bentuk tekuk terjadi di titik yang bukan merupakan ujung batang. Jarak antara titik-titik belok, baik yang riil maupun imajiner, adalah panjang efektif atau panjang ujung sendi ekivalen untuk kolom.

Penentuan derajat pengekangan ujung secara akurat memerlukan pengertian tentang perbedaan antara portal tak bergoyang (braced frame) dan portal bergoyang (unbraced frame).

Menurut AISC-1.8.2, portal tak bergoyang (yang disokong) adalah portal yang kestabilan lateralnya diberikan oleh penyambungan yang memadai ke penopang diagonal ke dinding geser, ke struktur di dekatnya yang memiliki stabilitas lateral yang memadai atau ke plat lantai atau penutup atap yang diikat secara horizontal pleh dinding atau sistem penopang yang sejajar bidang portal. Misalnya pada portal tak bergoyang, puncak kolom tidak mengalami pergerakan ke samping relative terhadap dasar kolom. Tekuk portal tak bergoyang akan menghasilkan bentuk tekuk kolom yang paling sedikit memiliki satu titik belok di

antara ujung-ujung batang seperti kasus pada gambar. Pemakaian panjang yang sesungguhnya L sebagai oanjang efektif KL untuk kasus ini cukup beralasan dan konservatif, karena faktor K untuk portal tak bergoyang yang sebenarnya selalu lebih kecil dari 1,0 dan lebih besar dari 0,5.

Menurut AISC 1.8.3, portal bergoyang (yang tidak disokong) adalah portal yang kestabilannya lateral bergantung pada kekakuan lentur balok dan kolom yang disambung secara kaku. Tekuk portal bergoyang merupakan tekuk bergoyang dimana puncak kolom bergerak ke samping relative terhadap dasar kolom. Portal bergoyang memerlukan analisis penentuan faktor panjang efektif K yang selalu lebih besar dari 1,0. Kecuali untuk keadaan jenis tiang bendera pada kasus (e) pada gambar, harga K dalam perencanaan tidak dapat dipilih secara sembarang.

Gambar 2.5 Faktor panjang tekuk untuk beberapa macam perletakan

Untuk batang tekan pada rangka batang, pengekangan ujung mungkin ada dan translasi titik kumpul dicegah sehingga harga K logisnya lebih kecil dari 1,0. Pada pembebanan statis, tegangan pada semua batang akibat berbagai macam

pembebanan tetap sama proporsinya. Jika semua batang direncanakan berdasarkan berat minimum, batang-batang akan mencapai kapasitas batas secara bersamaan pada saat beban hidup bekerja. Jadi pengekangan yang dihasilkan oleh batang-batang yang bertemu di titik kumpul hilang atau minimal berkurang dengan banyak. Atas alasan ini, SSRC menyarankan pemakaian K= 1,0 untuk batang rangka yang direncanakan bagi pembebanan tetap. Dalam perencanaan untuk sistem beban bergerak pada rangka batang , K dapat diperkecil sampai 0,85 karena kondisi yang menimbulkan tegangan maksimum pada batang yang ditinjau tidak akan menyebabkan tegangan maksimum pada batang lain yang bertemu di titik kumpul, sehingga pengekangan tetap ada.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebuah struktur portal umumnya terdiri dari elemen kolom, balok dan pelat lantai. Pada kenyataannya di lapangan tiap elemen memiliki tugas masing-masing sebagaimana fungsinya. Tiap elemen tersebut diharapkan dapat bekerja maksimal sesuai desain yang telah ditentukan. Sehingga sebuah struktur yang mampu menahan beban yang bekerja dapat tercapai.

Pada hal ini, dalam struktur baja, elemen-elemen tersebut memiliki bentuk atau profil yang berbeda dibandingkan struktur dengan elemen beton. Karena material baja memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan material beton, maka profil pada struktur baja umumnya lebih ramping. Hal ini dilakukan agar terjadi efektifitas penampang, bentuk elemen baja yang terlalu besar akan menyebabkan berat dari elemen tersebut akan semakin besar dan akan mengakibatkan biaya yang dibutuhkan akan semakin besar juga. Bentuk penampang yang relatif lebih tipis tersebut seringkali menyebabkan ketidakstabilan struktur sehingga elemen akan mengalami kegagalan sebelum mencapai nilai kapasitas penampang ultimitnya. Salah satu perilaku struktur baja yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah perilaku tekuk (buckling).

Struktur yang memikul gaya normal pada umumnya terdapat pada kolom, baik tekan maupun tarik sehingga terjadi sebuah tegangan normal. Juga terdapat deformasi berupa pendekatan akibat gaya normal tekan dari perpanjangan akibat gaya normal tarik. Jika semua ini masih dalam batas-batas yang diijinkan,

maka konstruksi ini diaktakan stabil. Kolom merupakan konstruksi yang langsung berhubungan dengan pondasi dan yang menyebarkan beban dari bangunan ke pondasi sehingga yang menahan beban dari suatu bangunan adalah kolom.

Untuk struktur yang ramping dimana ukuran panjangnya sangat besar disbanding dengan jari-jari inersianya maka kestabilan bukan hanya ditentukan oleh deformasi tetapi harus ditinjau kontrol tekuk batang akibat gaya aksial tekan. Apabila gaya aksial tekan diperbesar maka tekuakn akan semakin besar sehingga dapat mengakibatkan ketidakstabilan struktur tersebut.

Besarnya gaya yang mengakibatkan struktur berada dalam batas stabil disebut beban kritis yang biasanya disebut dengan Fcr. Dimana besarnya beban kritis ini dipengaruhi oleh:

a. Elastisitas bahan b. Dimensi struktur c. Jenis pembebanan d. Faktor pengukuran

Pada batang yang mengalami gaya aksial tekan, maka deformasi yang terjadi mula-mula adalah perpendekan. Jika beban ditambah maka akan terjadi bengkokan akibat tertekuknya batang tersebut. Jika melebihi beban kritis maka batang akan mengalami patah, dan sudah tentu dihindari dalam suatu perencanaan. Untuk menghindari bahaya diatas perlu kiranya diketahu berapa besar beban kritis yang dapat dipikul oleh suatu batang dengan memperhitungkan pengaruh hal-hal yang disebut sebelumnya.

Jika dimensi struktur batang tertekan di sepanjang batang maka tekuk (buckling) yang terjadi pada suatu kondisi tertentu akan berbentuk seperti gambar, dimana besarnya dapat dihitung sebesar y.

Gambar 1. Batang yang tertekuk akibat gaya aksial

1.2Perumusan Masalah

Dalam tugas akhir ini penulis akan membahas tekuk (buckling) serta perhitungan beban kritis pada saat kolom mengalami pembebanan sampai batas elastis. Kolom yang digunakan adalah baja berprofil I tersusun profil x.

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk menentukan beban kritis yang dapat diterima pada baja profil I tersusun dan profil X, dan juga mengetahui nilai beban kristis maksimum yang bisa dipikul oleh profil tersebut sehingga bisa dipakai sebagai pedoman untuk menentuka profil yang bisa dipakai di lapangan.

1.4Manfaat

Manfaat dari pembahasan ini adalah agar dapat menganalisa beban kritis yang terjadi akibat beban yang diberikan terhadap kolom profil I tersusun dan profil X sehingga bisa menjadi referensi tambahan pada perencaaan proyek dan bermanfaat bagi pembacanya.

1.5Pembatas Masalah

 Beban elastis menurut Hukum Hooke  Material Homogen

 Material yang digunakan merupakan jenis baja spesifikasi Bj 37 (fy = 2400 kg/cm2)

 Peraturan yang digunakan sebagai pedoman adalah peraturan AISC 2010 perilaku, analisi dan design untuk Struktur Baja.

 Tidak memperhitungkan sambungan.

 Batang yang ditinjau merupakan batang tersusun prismatic yang dianggap bekerja sama, lurus sempurna dimana beban aksial tekan dikedua ujungnya bekerja pada garis gaya kedua ujungnya sama besar.

1.6Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah berupa study literatur, dengan mengumpulkan bermacam-macam teori dan pembahasan melalui buku-buku, peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI), dan panduan dari American Institute of Steel Construction (AISC), serta jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.

Kemudian, dilakukan pemilihan mutu bahan, jenis, serta jenis dan dimensi profil untuk komponen struktur yang akan digunakan. Untuk selanjutnya,

dilakukan perhitungan terhadap beban kritis pada kolom baja profil I tersusun dan profil X. Dari pembahasan teoritis dan hasil perhitungan diperoleh suatu saran dan kesimpulan.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk penyajian bahasan yang diteliti, tugas akhir ini dibagi atas 5 (lima) bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Memuat gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan sebagai tugas akhir, berupa penjelasan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, metodologi penelitian, dan sistematika penulisannya

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Berisi tentang penjelasan umum mengenai teori pendukung tentang sifat baja, pengaruh bahan dan beban kritis dan tekuk aksial yang terjadi pada struktur baja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Membahas tentang penjelasan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisa tekuk lateral pada profil I tersusun dan profil X.

BAB IV ANALISIS TEKUK KOLOM AKSIAL PROFIL I TERSUSUN dan

Dokumen terkait