• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Kajian Pustaka

Kajian pustaka mencakup dua komponen yaitu penelitian terdahulu dan kerangka teori. Berikut pemaparan dari kedua komponen tersebut yaitu:

1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran penulis menemukan penelitian

sebelumnya yang mengkaji Buku Teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan juga penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian penulis, sebagai berikut:

a. Skripsi Siti Khoiriyah (2016) mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Analisis Isi buku teks Pendidikan Agama Islam Dan Budi pekerti SMP Kelas VII (Perspektif Psikologi Perkembangan Peserta

Didik)”. Dalam penelitian ini memfokuskan pada kesesuaian

kontens materi dalam buku teks PAI untuk SMP berdasarkan perspektif psikologi perkembangan baik dari dimensi biologis,

kognitif dan sosio-emosional, sehingga dalam penelitian ini ganya membahas adanya psikologi perkembangan dalam materi PAI. b. Skripsi Zeni Hafidzotun Nisa‟ (2010) mahasiswa Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama Islam untuk

SMA: Perspektif Keteraan Gender”. Dalam penelitian ini

memfokuskan pada adanya perspektif keseteraan gender dalam buku teks PAI untuk SMA, sehingga dalam penelitian ini hanya membahas mengenai adanya kesetaraan gender dalam materi PAI yang ada pada buku teks belum mencakup seluruhnya.

c. Skripsi Shofiyatun Nisyak (2015) mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul “Analisis Kelayakan Isi dan Bahasa Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas Tujuh (VII) Penerbit

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan”. Dalam penelitian ini

lebih memfokuskan pada kelayakan buku teks PAI dari segi kelayakan isi materi dan kelayakan bahasa yang digunakan. Dari telaah dan penelusuran penelitian-penelitian terdahulu yang ditemukan diatas, penulis lebih memfokuskan pada kesesuaian isi materi dengan KI dan KD berdasarkan pengelompokan pada empat dimensi yang meliputi dimensi spiritual, sosial, pengetahuan dan

keterampilan serta pengelompokan empat sub komponen penilaian kelayakan isi buku teks oleh BSNP.

2. Kerangka Teori

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:

a. Analisis Isi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis adalah uraian, penguraian dan kupasan atau penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007: 43).

Noeng Muhadjir (1996:79) menyatakan bahwa analisis isi (content analysis) berlandaskan pada ciri-ciri sebagai berikut:

1) Teks perlu diproses dengan aturan atau prosedur yang telah dirancangkan (aturan yang dirumuskan secara eksplisit).

2) Teks diproses secara sistematis (mana yang termasuk kategori dan mana yang tidak ditetapkan berdasarkan aturan yang sudah tidak ditetapkan).

3) Proses menganalisis teks tersebut haruslah mengarah ke pemberian sumbangan pada teori (ada relevansi teoritiknya).

4) Proses analisis tersebut mendasarkan pada deskripsi yang dimanifestasikan.

5) Menggunakan teknik-teknik kuantitatif. Yang dimaksud analisis disini adalah penggunaan statistik sederhana karena yang dibutuhkan data numeriknya saja dari kategori yang telah ditentukan.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis buku teks siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII SMP dengan tujuan untuk mengetahui kondisi isi buku teks terkait kesesuaiannya dengan indikator KD dan KI yang mengacu pada ketetapan kurikulum 2013 serta standar kelayakan isi buku teks.

b. Buku Teks Siswa

1)Pengertian Buku Teks Siswa

Buku Teks merupakan buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat

materi pembelajaran dalam rangka meningkatkan

kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional Pendidikan (Muslich, 2010: 50-51).

Sedangkan menurut Dedi (2001: 46), buku teks (buku pelajaran) adalah media instruksional yang perannya sangat dominan di kelas dan merupakan alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum, dari sinilah buku sekolah menduduki peran sentral pada semua tingkatan.

Buku merupakan bahan ajar, bagi pendidik, mengelola kegiatan pembelajaran dengan sarana buku. Bagi siswa, mengikuti kegiatan pembelajaran dengan maksimal lewat sarana buku dan bagi administrator pendidikan, mengelola pendidikan dengan berpedoman pada kebijakan dalam buku.

2)Tujuan dan Fungsi Buku Teks

Buku teks pelajaran berfungsi untuk memberikan informasi kepada pembacanya (siswa) guna memperlancar proses pembelajaran di sekolah, sehingga kurikulum dapat tercapai. Menurut Masnur (2010: 52) fungsi dari buku teks adalah:

a) Sarana pengembang bahan dan program dalam

b) Sarana pemelancar tugas akademik guru

c) Sarana pemelancar ketercapaian tujuan

pembelajaran

d) Sarana pemelancar efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran

Sebagai pemantapan tentang fungsi buku teks, Loveridge dalam Masnur (2010: 56) menyatakan,

“Pelajaran dalam kelas sangat bergantung pada buku

teks. Dalam keadaan guru tidak memenuhi syarat benar, maka buku teks merupakan pembimbing dan penunjang dalam mengajar. Bagi murid, buku teks bertugas sebagai dasar untuk belajar sistematis, untuk memperteguh, mengulang dan untuk mengikuti

pelajaran lanjutan.”

Dari pernyataan tersebut, keberadaan buku teks sangat fungsional, baik bagi kelancaran pengelolaan kelas, bagi guru, siswa maupun bagi orang tua.

3) Karakteristik Buku Teks

Buku teks memiliki ciri umum yang hampir sama dengan karya tulis ilmiah, sebagai berikut:

a) Dari segi isi

Buku teks berisi serangkaian pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

b) Dari segi sajian

Materi yang terdapat dalam buku teks mengikuti pola penalaran tertentu sebagaimana

dalam pola penalaran sajian ilmiah yaitu, pola penalaran induktif, deduktif, atau campuran.

c) Dari segi format

Buku teks mengikuti konveksi buku ilmiah, baik dari segi pola penulisan, pola pengutipan, pola pembagian, maupun pola pembahasannya.

Selain ciri umum tersebut, Masnur (2010: 60-63) memaparkan karakteristik dari buku teks, antara lain;

a) Buku teks disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan.

b) Buku teks memfokuskan ke tujuan tertentu.

c) Buku teks menyajikan bidang pelajaran tertentu. d) Buku teks berorientasi kepada kegiatan belajar

siswa.

e) Buku teks dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas.

f) Pola sajian buku teks disesuaikan dengan

perkembangan intelektual siswa sasaran.

g) Gaya sajian buku teks dapat memunculkan

kreativitas siswa dalam belajar.

Sedangkan menurut Ali (2011:128) bahan ajar yang baik harus memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah:

a) Menimbulkan minat baca

b) Ditulis dan dirancang untuk siswa c) Menjelaskan tujuan instruksional

d) Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel

e) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan

kompetensi akhir yang dicapai

f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih

g) Mengakomodasi kesulitan siswa

h) Memberikan rangkuman

i) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal

j) Kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa

k) Dikemas untuk proses instruksional

l) Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan

umpan balik dari siswa.

4) Keterkaitan Buku Teks dengan Komponen Pembelajaran

Dalam penyusunan dan penggunaan buku teks pelajaran setidaknya mencerminkan semua komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah dirancang dan ditetapkan.

a) Buku Teks dan Kurikulum

Dalam pemakaian buku teks erat hubungannya dengan kurikulum. Buku teks dianggap sebagai

sarana penunjang bagi kurikulum tersebut. Walaupun begitu, tidaklah menutup kemungkinan bahwa kurikulum lahir berdasarkan adanya buku teks yang dianggap relatif baik sehingga perlu disusun programnya secara bersistem.

Pada hakikatnya, kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan, buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah untuk menunjang suatu program pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan kurikulum dan buku teks selalu berdekatan dan berkaitan. Dalam penulisan buku teks, penulis masih perlu menyusun silabus, menentukan metode pembelajaran, mencari bahan sesuai dengan kompetensi yang dicapai dan menentukan cara penyajian bahan yang sesuai dengan perkembangan anak. Melihat hal itu, penulis perlu memahami benar landasan dan arah yang digunakan dalam penyusunan kurikulum agar penafsiran dan pengembangannya dalam bentuk buku teks dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Proses pengembangan kurikulum merujuk pada empat komponen, yaitu; komponen

pembelajaran dan komponen evaluasi pada kurikulum. Keempat komponen tersebut harus dipakai sebagai dasar pengembangan silabus dan penulisan buku teks (Muslich, 2010:92-95).

b) Buku Teks dan Kompetensi

Ketersediaan buku teks dan penerapan cara mempelajari dengan baik akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, dari penggunaaan buku teks diharapkan kompetensi yang ingin dicapai dapat terwujud. Maka dari itu, hubungan erat antara buku teks dan kompetensi menurut Masnur (2010:97) adalah:

(1) Buku teks berisi serangkaian uraian materi yang mendukung tujuan pembelajaran

(2) Buku teks berisi serangkaian kegiatan

pembelajaran mendukung ketercapaian

kompetensi tertentu.

c) Buku Teks dan Siswa

Buku teks sangat berpengaruh terhadap kepribadian masing-masing siswa. Dengan membaca buku teks, siswa terdorong untuk berpikir dan berbuat yang positif berdasarkan bahan sajian dalam buku teks tersebut. Oleh karena itu, pengaruh buku

teks pelajaran terhadap siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu buku teks yang dapat mendorong perkembangan anak dan buku teks yang dapat menghambat perkembangan anak. Maka dari itu, dalam penyajian buku teks harus memperhatikan tiga aspek berikut:

(1) Pertumbuhan dan perkembangan anak, baik

dari segi perkembangan fisik, kognitif dan psikososial.

(2) Perbedaan individual dan jenis kebutuhan anak.

(3) Gaya belajar anak.

d) Buku Teks dan Guru

Pada kenyataannya, buku teks memiliki nilai lebih bagi guru. Menurut Masnur (2010: 110) dalam bukunya menyatakan bahwa kelebihan itu terlihat pada hal-hal berikut ini:

(1) Buku teks memuat persediaan materi yang

memudahkan guru untuk merencanakan

jangkauan materi yang akan disajikan setiap pertemuan.

(2) Buku teks memuat masalah-masalah

(3) Buku teks memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar, skema, diagram.

(4) Buku teks merupakan rekaman permanen yang

memudahkan melakukan peninjauan ulang di kemudian hari.

(5) Buku teks memuat bahan ajar yang seragam dan dibutuhkan untuk kesamaan evaluasi serta kelancaran diskusi.

(6) Buku teks memungkinkan siswa belajar di rumah.

(7) Buku teks memuat bahan yang relatif tertata berdasarkan sistem tertentu.

(8) Buku teks membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri.

Dengan demikian, kedudukan buku teks dalam proses pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk mendukung proses pembelajaran baik untuk guru dan siswa serta dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum.

c. Standar Penilaian Kelayakan Isi Buku Teks

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah mengembangkan instrumen penilaian buku teks yang dipakai

untuk menentukan kelayakan sebuah buku teks. Buku teks dikategorikan berkualitas apabila telah memenuhi empat kriteria kelayakan yaitu kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa dan kelayakan kegrafikan. Instrumen ini dapat dipakai sebagai dasar pengembangan dan penulisan buku teks sehingga tidak menyimpang dari ketetapan BSNP. Selain itu, juga dapat dipakai sebagai dasar penentuan layak-tidaknya buku teks sebagai buku standar dalam pendidikan.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada kelayakan isi buku teks Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII SMP/MTs pada unsur penilaian kelayakan isi buku teks. BSNP telah menetapkan bahwa penilaian kelayakan isi buku teks dibagi dalam tiga sub komponen yaitu; 1) Kesesuaian materi dengan KI dan KD, 2) Keakuratan materi dan 3) Materi pendukung pembelajaran. Berdasarkan konsep dalam kurikulum 2013, standar penilaian kelayakan isi disesuaikan dengan kompetensi (spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan). Begitupula menurut Manarul Lubab (2015: 28) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kelayakan Isi Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 Terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 kompetensi ini meliputi empat dimensi sebagai berikut:

1) Dimensi spiritual (KI-1)

a) Ajakan untuk menghayati ajaran agama yang

dianutnya

b) Ajakan untuk mengamalkan agama yang dianutnya

2) Dimensi sosial (KI-2)

a) Kecakapan personal

b) Kecakapan sosial

3) Dimensi pengetahuan (KI-3)

a) Cakupan materi

(1) Keluasan materi sesuai dengan KD pada KI-3

(2) Kedalaman materi sesuai dengan KD pada KI-3

b) Keakuratan Materi

(1) Keakuratan fakta/Al-Qur‟an/Hadits

(2) Keakuratan konsep/definisi/penulisan (3) Keakuratan prosedur

(4) Keakuratan fitur/contoh/ilustrasi (5) Keakuratan soal

4) Dimensi keterampilan (KI-4)

a) Pemecahan masalah

b) Komunikasi

c) Penerapan (Aplikasi)

d) Kemenarikan materi

Berdasarkan artikel yang ditulis Pudji Muljono (2007: 21) dalam buletin BSNP, menyatakan bahwa standar penilaian kelayakan isi juga dapat dikelompokkan dalam empat sub komponen penilaian yang berasal dari komponen kelayakan isi. Sub komponen atau indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kesesuaian dengan SK dan KD mata pelajaran,

perkembangan dan kebutuhan peserta didik serta

masyarakat

a) Materi yang disajikan sesuai dan mencakup semua materi yang terkandung dalam KI dan KD

b) Memuat contoh-contoh praktis yang sesuai dengan praktik kehidupan sehari-hari dan dapat dipraktikan di lingkungan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik

2) Substansi keilmuan dan life skills

a) Mengandung kecakapan akademik

b) Mengandung kecakapan personal

c) Mengandung kecakapan sosial

3) Wawasan untuk maju dan berkembang

a) Materi sesuai dengan perkembangan ilmu

b) Menggunakan fitur, contoh terkini (dekat dengan kehidupan peserta didik)

4) Keberagaman nilai-nilai sosial

a) Keberagaman dalam pemilihan contoh

b) Keberagaman dalam pemilihan wacana

d. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

1) Pendidikan Agama Islam

Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan Pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Majid, 2012: 13).

Menurut Hasan Basri (2009: 11) dalam bukunya menjelaskan bahwa Pendidikan Islam mengisyaratkan

adanya tiga macam dimensi dalam upaya mengembangkan kehidupan manusia, yaitu:

a) Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong

manusia sebagai hamba Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai Islam yang mendasari kehidupan.

b) Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong

manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan serasi dan seimbang dengan Tuhan.

c) Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan

ukhrawi yang mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan serta menjadi pendukung dan pelaksana ajaran Islam.

Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam yaitu menciptakan pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah SWT dan dapat mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam Q.S. Ali Imron ayat 102:



























Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan

beragama Islam.”

Sedangkan menurut Mahmood dan Khan dalam

artikel Tsani (2013: 74) yang berjudul “Pengembangan Pendidikan Agama Islam Melalui Pendidikan Karakter”

mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai kedekatan kepada Tuhan dan mencerahkan kesadaran manusia. Maka dari itu, seorang siswa harus diarahkan pada beberapa kualitas, yaitu; 1) keimanan, 2) keyakinan pada diri sendiri, 3) kejujuran, 4) kebenaran, 5) amanah, 6) kasih sayang. Dari penjabaran tersebut, tersirat bahwa penampilan moral harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat dan bernegara.

2) Budi Pekerti

Esensi dan makna budi pekerti sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan budi pekerti adalah pendidikan nilai yang luhur bersumber dari budaya bangsa Indonesia dalam rangka membina kepribadian generasi

epistemologis, istilah budi pekerti berarti penampilan diri yang berbudi. Budi pekerti pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku seseorang, keluarga, maupun masyarakat yang berkaitan dengan norma dan etika (Majid dan Andayani, 2012: 13).

Secara operasional, budi pekerti adalah perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya. Oleh karena itu, budi pekerti berbicara tentang nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata karma dan sopan santun atau norma budaya/adat istiadat suatu masyarakat atau suatu bangsa (Muhtadi, 2015: 5).

Menurut A.M. Slamet Soewandi, dkk. (2005: 111) budi pekerti meliputi sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu. Sikap dan perilaku itu mengandung lima jangkauan sebagai berikut;

a) Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan

b) Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan diri

sendiri

c) Sikap dan perilaku dalam hubungan dengan keluarga

d) Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan

Beberapa sikap dan perilaku yang perlu mendapatkan tekanan antara lain:

a) Sikap penghargaan terhadap setiap manusia.

b) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, tepat janji dan terbuka.

c) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain

serta mau hidup bersama orang lain yang berbeda.

d) Kebebasan dan tanggung jawab.

e) Penghargaan terhadap alam.

f) Penghormatan kepada Sang Pencipta.

g) Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi

manusia seperti disiplin, bijaksana, cermat, mandiri,

percaya diri semuanya lebih menunjang

penyempurnaan diri pribadi.

Tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah untuk membantu memanusiakan manusia (humanisasi) maka penghargaan terhadap manusia, termasuk anak didik harus mendapat perhatian khusus. Oleh karenanya model dan metode Pendidikan budi pekerti tidak boleh lepas dari tujuan tersebut. Soewandi (2005: 113-116) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pendidikan budi pekerti, diantaranya yaitu;

a) Model demokratis, bukan otoriter dan pemaksaan b) Model penyadaran (konsientisasi)

c) Teladan guru atau pendidik

d) Suasana sekolah yang menunjang

e. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama

Islam

Saat ini, telah terjadi pembaharuan kurikulum yang merupakan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, yaitu kurikulum berbasis kompetensi dan karakter atau kurikulum 2013. Melalui pengembangan kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik berupa paduan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang didemonstrasikan sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajari secara kontekstual.

Mengacu pada penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 pasal

35 bahwa, “Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi

kemampuan lulusan yang meencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati.” Maka diadakan perubahan kurikulum dengan

kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.”

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan proses penilaian dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan

penilaian output secara utuh dan menyeluruh sehingga

memerlukan penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2014:65-66). Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran setiap mata pelajaran sehingga berperan sebagai integrator horizontal

antar mata pelajaran. Kompetensi inti merupakan

operasionalisasi SKL dan bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menyelesaikan pendidikan dalam aturan pendidikan tertentu yang menggambarkan kompetensi utama dan dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Uraian kompetensi dasar memastikan capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan berlanjut ke keterampilan dan bermuara pada sikap (Mulyasa, 2014:173-175).

Kompetensi Inti terdiri dari KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan) yang terintegrasikan pada kompetensi dasar dalam satu unit bahasan atau pelajaran.

Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi. Di dalam kompetensi dasar juga dimuat hasil belajar, yaitu pernyataan unjuk kerja yang diharapkan setelah peserta didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu (Kurniasih & Sani, 2014:46-53).

Dokumen terkait