BAB IV PENUTUP
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra, maka penulis menyarankan:
1. Guru diharapkan lebih jelas dalam menjelaskan unsur-unsur pembangun karya sastra dan jika perlu disertai contoh dalam menerangakan, karena unsur-unsur pembangun karya sastra tidak lepas dari unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
2. Melalui tokoh Amba, peserta didik dapat belajar jika memiliki kemauan harus dicapai dengan kerja keras dan usaha. Selain itu, semangatnya yang tidak putus asa dalam menjalani hidup dapat dijadikan contoh yang baik. Tentunya dalam membaca karya sastra harus mengetahui pula sifat yang baik dan tidak baiknya. Sehingga hal yang baik dapat ditiru dan yang tidak baik ditinggalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2006.
Aziez, Furqonul dan Hasim, Abdul. Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar.
Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
Darma, Budi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa. 2004.
Djojosuroto, Kinayati. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka. 2006.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2010.
Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. 2012. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, cet-8. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2010.
Pamuntjak, Laksmi. Amba. Jakarta: Gramedia. 2012.
Pradopo, Rachmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, Cet-IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Purba, Antilan. Esai Sastra Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008. Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra.Yogyakarta: Kanisius. 1988.
Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, cet-3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Rusyana, Yus. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Laras. 1982. Semi, Antar. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya. 2011.
Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008. Stanton, Robert. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Sumardjo, Jakob. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. 1984.
Tirtawirya, Putu Arya. Apresiasi Puisi dan Prosa, Ende:Nusa Indah. 1983.
Waluyo, Herman J. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. 1994.
Widjojo dan Hidayat, Endang. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press. 2006.
Anonim. Laksmi Pamuntjak: Kehidupan Eksil Laksmi Pamuntjak. Kompas. Minggu, 8 Januari 2006.
Anonim. Lembaga Pembela Korban, Laksmi Pamuntjak: Pulau Buru & Normalisasi Kejahatan 65. Artikel diakses pada 23 Februari 2013 dari http://www.dw.de/laksmi-pamuntjak-pulau-buru-normalisasi-kejahatan-65/a-16601193
Anonim. Seniman Sastra. Artikel diakses pada 11 Desember 2013 dari
Dalam kesusastraan Indonesia, nama Laksmi Pamuntjak tentunya sudah tidak asing dalam esai maupun puisi. Namun sebagai novelis masih jarang orang yang mengetahuinya. Oleh karena itu, penulis hanya menemukan beberapa biografi dari biografi di novel maupun surat kabar dan halaman web yang ada. Seperti Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin dan blog Laksmi Pamuntjak.
A. Biografi Pengarang
Laksmi adalah sosok yang dekat dengan buku dalam arti sebenar-benarnya. Lahir di Jakarta, 22 Desember 1971, keluarganya adalah pemilik usaha penerbitan yang terkenal di zaman dulu, yakni Djambatan. Dia belajar di studi Asia Jurusan Ilmu Politik di Universitas Murdoch, Perth. Lulus tahun 1993, ketika kembali ke Jakarta ia sempat bekerja di berbagai tempat sembari menulis untuk sejumlah surat kabar dan majalah.
Tahun 2000 dia memutuskan kembali ke dunia buku. Ia mendirikan Pena Klasik-yang belakangan mendirikan Elipsis yang masuk dalam daftar The books of the year tadi. Nama Laksmi mencuat di dunia perbukuan ketika dia membuat
Jakarta Good Food Guide (2001) yang dikerjakannya seiring proyeknya yang lain, yaitu mendirikan Toko Buku Aksara di kawasan elite Jakarta, Kemang, bersama teman-temannya. Sedangkan tentang Jakarta Good Food Guide, tak salah, dia memang doyan makan. Selain itu ada pertimbangan-pertimbangan lain. Ia frustasi melihat tak adanya buku panduan restoran di Jakarta, seperti di kota-kota lain di dunia.1
Pada tahun 2004, ia menjadi editor, penerjemah sekaligus pemberi pengantar bagi buku Goenawan Mohamad: Selected Poems. Di tahun 2005, ia menerbitkan buku puisi karyanya yang berjudul Ellipsis: Poems and Prose-Poems, yang memuat 35 puisi dan masuk dalam daftar The books of the year versi The Herald, Inggris. Buku ini membuatnya menjadi orang pertama dari Indonesia
1
Laksmi Pamuntjak, Kehidupan Eksil Laksmi Pamuntjak, PDS H.B Jassin, Minggu, 8 Januari 2006, h. 25.
Tahun 2007 kembali menerbitkan buku The Anagram yang berisi koleksi kumpulan puisi karyanya, Elegy for the Unsaid, The Break-up, October, I See the Clouds From Both Sides Now, 35, The Embrace, The Final Hour, An Entry on Love, A Strangerin loa, Not For This Lifetime, Scrapbook Sunset, The Anatomy of Talk, For My Daughter, Once More, Trevi, From a Buru Notebook: where..., Daystar Murders.
Buku hasil karyanya yang lain yang telah terbit antara lain; Artemis in
King Frederick ll’s Winter, To My Parents, Who Visited My College Town, Silent
Prayer for My Daughter on Her 9th Birthday, Dolpins, La Guardia One Blue Saturday Afternoon, Afternoon of The Petunias, After Bisma Defeated Salwa, Night Train Late January, Night Train Mid-March, Glass Conservatory.
Dia juga sering diundang menghadiri diskusi, konferensi serta acara-acara lain yang berkaitan dengan dunia sastra, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di antaranya: Amsterdam, Floence, Paris, New York, Los Angles, Manila, Internasional Literary Festivals di Australia (Byron Bay Literary Festival, National Poetry Festival di Victoria), Kanada (Wordfest Literary Festival di Calgary and Banff), Hague, Hong Kong, Singapura, Ubud, Jakarta, dan Kuala Lumpur. 2
Pada 2009, Laksmi menjadi salah satu juri internasional The Prince Claus Fund Award yang berbasis di Amsterdam. Pada bulan Juli 2012, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam Poetry Parnassus/Cultural Olympiad di London, festival puisi terbesar dalam sejarah Britania Raya yang digelar khusus untuk mengiringi Olimpiade 2012.3
2
Laksmi Pamuntjak, Seniman Sastra, Artikel diakses pada 11 Desember 2013 dari www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/pamuntjak.html.
3
Dalam novel ini ia adalah perempuan terdidik, kritis, dan mandiri. Amba berbeda dengan perempuan-perempuan desa disekitarnya dan juga dengan kedua adik kembarnya, Ambika dan Ambalika. Saat perempuan seusianya memilih untuk berumah tangga, ia justru memilih meninggalkan kota kecilnya untuk belajar sastra Inggris di Universitas Gajah Mada (UGM), dan bertunangan dengan Salwa Munir. Salwa adalah seorang dosen ilmu pendidikan yang mencintainya.
Suatu hari, ia memutuskan untuk mengasah kemampuan belajarnya selama kuliah dengan bekerja sebagai penerjemah di Kediri. Saat di Kediri ia bertemu dengan Bhisma Rashad, seorang dokter muda lulusan Universitas Leipzig yang bekerja di rumah sakit. Amba merasa menemukan cinta sejatinya bersama Bhisma dan memutuskan secara sepihak pertunangannya dengan Salwa. Percintaan mereka terputus mendadak di tahun 1965, di tengah ketegangan dan kekerasan politik setelah peristiwa G30S di Kediri dan Yogyakarta.
Bhisma tiba-tiba hilang ketika Amba hamil.
Beberapa tahun kemudian, Amba memutuskan menikah dengan Adalhard Eilers ketika ia telah mengandung benih dari Bhisma. Bersama Adalhard, Amba memulai kehidupan baru tanpa Bhisma atau Salwa. Namun ketika suaminya meninggal, ia mendapat kabar melalui emailnya bahwa Bhisma telah meninggal di Pulau Buru.
Amba yang tak pernah berhenti mencintai Bhisma datang untuk mencari jejak Bhisma hingga ke Pulau buru dibantu dengan Samuel. Meski sudah tua ia tetap bersemangat mencari kekasihnya yang hilang.
Akhirnya Amba berhasil menemukan jejak-jejak yang dituliskan Bhisma dalam gulungan-gulungan kertas yang disembunyikannya dalam tanah di bawah pohon atas bantuan Manalisa. Dari surat-surat tersebut terungkap bukan saja kenangan kuat Bhisma tentang Amba, tetapi juga pelbagai peristiwa yang kejam dan mengharukan dalam kehidupan para tahanan di kamp Pulau Buru. Melalui surat itu Amba juga tahu, rupanya selama ini Bhisma dijebloskan dalam tahanan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERKARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
MATA PELAJARAN Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS/SEMESTER XII SMA
PROGRAM Umum
ALOKASI WAKTU 4 X 45 Menit
KOMPETENSI DASAR  Menganalisis teks novel baik
melalui lisan maupun tulisan
 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam novel
 Menemukan sifat Amba dalam sebuah novel melalui teknik dramatik
ASPEK PEMBELAJARAN Membaca
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
 Mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terkandung dalam novel
 Mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik novel, meliputi tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa.
 Mampu menemukan sifat Amba melalui teknik dramatik yang mencangkup delapan teknik dalam novel Amba
 Menuliskan laporan kerja kelompok tentang analisis kepribadian tokoh dalam novel
 Membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, dan siswa lain memberikan tanggapan
MATERI POKOK PEMBELAJARAN  Analisis teks novel
Amba
 Hasil menyunting penggalan teks novel berupa unsur intrinsik dan analisis sifat tokoh Amba.
STRATEGI PEMBELAJARAN
TATAP MUKA TERSTRUKTUR MANDIRI
Menganalisis teks novel baik secara lisan maupun tulisan
Mencermati teks novel yang berkaitan dengan analisis tokoh Amba dengan menggunakan teknik dramatik (penggambaran tokoh secara tidak langsung) melalui novel Amba
Peserta didik diminta berdiskusi untuk
memahami unsur intrinsik novel, serta menemukan sifat tokoh Amba dalam novel
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN NILAI BUDAYA
PEMBUKA Apersepsi
 Guru mengucapakan salam dilanjutkan dengan doa pembuka
 Guru mengondisikan kelas
 Guru memulai pelajaran dengan bertanya jawab tentang sebuah novel
Motivasi
 Guru menanyakan pada peserta didik mengenai hobi dalam membaca karya sastra khususnya novel dan pengertian novel
 Guru menjelaskan secara singkat materi pokok yang akan disampaikan
 Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran  Dapat dipercaya  Rasa hormat dan perhatian  Tekun  Tanggung jawab  Berani
INTI Mengamati
 Peserta didik membaca teks di dalam novel
 Peserta didik mencermati teks novel yang berkaitan dengan unsur intrinsik novel
 Peserta didik menemukan kepribadian tokoh yang terkandung dalam novel Mempertanyakan
 Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan
Mengeksplorasi
 Guru membantu peserta didik dalam mencari berbagai sumber informasi tentang unsur intrinsik, dan kedirian tokoh, dengan menggunakan teknik pelukisan tokoh yang terkandung dalam novel
Mengasosiasikan
 Peserta didik saling mendiskusikan tentang unsur-unsur yang mengemukakan wujud kedirian tokoh dalam teks novel
 Peserta didik dapat menyimpulkan hal-hal terpenting dalam kedirian tokoh
Mengomunikasikan
 Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok tentang analisis tokoh dalam novel
 Peserta didik membacakan hasil kerja kelompok di depan kelas, siswa lain memberikan tanggapan.
PENUTUP Internalisasi
 Peserta didik diminta menjelaskan manfaat dari pembelajaran analisis tokoh Amba melalui teknik dramatik tokoh dalam sebuah novel
Persepsi
 Siswa diminta mengungkapkan pengalaman kehidupan sebagai pembelajaran yang terkandung dalam sebuah novel
METODE DAN SUMBER BELAJAR
Sumber Belajar V Pustaka Rujukan Buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XII, penerbit esis,
pengarang Alex Suryanto dan Agus Haryanta, tahun 2007, halaman 72. Novel Amba karya Laksmi
Pamuntjak
Buku referensi lain yang menunjang materi menganalisis dan
menyunting teks novel
Buku referensi mengenai analisis tokoh melalui teknik dramatik V Material: VCD,
kaset, dan poster
Rekaman pengajaran analisis novel V Media cetak dan
elektronik
Siaran mengenai bedah buku pembahasan analisis tokoh dalam sebuah novel
Website dan internet Artikel pembahasan analisis kedirian tokoh dalam sebuah novel
V Presentasi V Diskusi Kelompok PENILAIAN TEKNIK DAN BENTUK V Tugas
 Peserta didik diminta berdiskusi untuk memahami unsur intrinsik serta menemukan sifat tokoh Amba di dalam novel
 Secara individual peserta didik diminta menganalisis teks sesuai dengan unsur intrinsik novel
 Secara kelompok peserta didik diminta menemukan sifat tokoh Amba yang terkandung di dalam novel
V Observasi
 Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data, dan pembuatan laporan
V Portofolio
 Menilai laporan peserta didik tentang analisis tokoh Amba dalam novel
V Tes Tertulis
 Menilai kemampuan peserta didik dalam memahami, menerapkan, dan menyunting teks novel sesuai
dengan unsur intrinsik serta penggambaran sifat tokoh yang terkandung di dalam novel
Mengetahui, Jakarta, Mei 2014
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
( ) (Reny Rachmawati)
MATERI PEMBELAJARAN
A. Sinopsis Novel Amba karya Laksmi Pamuntjak
Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang wanita
bernama Amba Kinanti. Amba adalah anak sulung seorang guru di Kadipura, Jawa Tengah. Dalam novel ini ia adalah perempuan terdidik, kritis, dan mandiri. Amba berbeda dengan perempuan-perempuan desa disekitarnya dan juga dengan kedua adik kembarnya, Ambika dan Ambalika. Saat perempuan seusianya memilih untuk berumah tangga, ia justru memilih meninggalkan kota kecilnya untuk belajar sastra Inggris di Universitas Gajah Mada (UGM), dan bertunangan dengan Salwa Munir. Salwa adalah seorang dosen ilmu pendidikan yang mencintainya.
Suatu hari, ia memutuskan untuk mengasah kemampuan belajarnya selama kuliah dengan bekerja sebagai penerjemah di Kediri. Saat di Kediri ia bertemu dengan Bhisma Rashad, seorang dokter muda lulusan Universitas Leipzig yang bekerja di rumah sakit. Amba merasa menemukan cinta sejatinya bersama Bhisma dan memutuskan secara sepihak pertunangannya dengan Salwa. Percintaan mereka terputus mendadak di tahun 1965, di tengah ketegangan dan kekerasan politik setelah peristiwa G30S di Kediri dan Yogyakarta.
Bhisma tiba-tiba hilang ketika Amba hamil.
Beberapa tahun kemudian, Amba memutuskan menikah dengan
Adalhard Eilers ketika ia telah mengandung benih dari Bhisma. Bersama Adalhard, Amba memulai kehidupan baru tanpa Bhisma atau Salwa. Namun ketika suaminya meninggal, ia mendapat kabar melalui emailnya bahwa Bhisma telah meninggal di Pulau Buru.
Amba yang tak pernah berhenti mencintai Bhisma datang untuk mencari jejak Bhisma hingga ke Pulau buru dibantu dengan Samuel. Meski sudah tua ia tetap bersemangat mencari kekasihnya yang hilang.
Akhirnya Amba berhasil menemukan jejak-jejak yang dituliskan Bhisma dalam gulungan-gulungan kertas yang disembunyikannya dalam tanah di bawah pohon atas bantuan Manalisa. Dari surat-surat tersebut terungkap bukan saja kenangan kuat Bhisma tentang Amba, tetapi juga pelbagai peristiwa yang kejam dan mengharukan dalam kehidupan para tahanan di kamp Pulau Buru. Melalui surat itu Amba juga tahu, rupanya selama ini Bhisma dijebloskan dalam tahanan di Jawa, dan sejak akhir 1971 dibuang ke Pulau Buru bersama 7000 orang yang dituduh ‘komunis’ oleh pemerintahan Soeharto.
B. Pengertian Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri dan dapat dikatakan unsur yang ada di dalam karya tersebut. Unsur intrinsik dalam novel terdiri dari tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
1. Tema
Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Aminuddin mengungkapkan dalam bukunya ”tema adalah ide yang mendasari suatu cerita”. Tema berperan sebagai pangkal tolak
pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema ada kaitannya dengan hubungan makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.
2. Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita, sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan
3. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, atau pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang yang dapat diamati, dan suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra
4. Alur
Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa
mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam satu waktu
5. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita dan dapat dipahami sebagai cara sebuah cerita yang dikisahkan
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa disebut juga stile (style), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapakan sesuatu yang akan dikemukakan.
7. Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat.
C. Teknik Pelukisan Tokoh
Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya atau lengkapnya: pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal yang berhubungan dengan jati diri tokoh, dapat dibedakan ke dalam dua cara atau teknik, pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung.
Kedua teknik tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, dan penggunaannya dalam karya fiksi tergantung pada selera pengarang dan kebutuhan penceritaan. Teknik langsung lebih banyak
dipergunakan pengarang pada masa awal pertumbuhan dan perkembangan novel Indonesia modern, sedangkan teknik tak langsung terlihat lebih diminati oleh pengarang dewasa ini. Dalam novel Amba digunakan teknik secara dramatik. Teknik ini terbagi atas delapan teknik, di antaranya: teknik cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh, reaksi tokoh lain, pelukisan latar, dan terakhir teknik pelukisan fisik.
RENY RACHMAWATI, lahir di Batang, 16 Juli 1990. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN Kartika Putra II Mabad. Kemudian, menuntut ilmu di SMP Dua Mei Ciputat. Setelah itu, dia melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMAN 2 Ciputat. Di tahun 2009, dia meneruskan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Anak dari Abdul Mungid dan Misronah ini sejak kecil tinggal bersama orang tuanya di Kampung-Setu Rempoa, Ciputat Timur. Dia anak pertama dari tiga bersaudara, adik pertamanya bernama Dita Nurul Khusna, dan yang kedua Muhammad Rifqi Afandi. Sejak kuliah, dia menambah pengalamannya dengan mengajar di beberapa tempat bimbel dan privat di rumah. Pernah mengajar bidang studi Bahasa Indonesia di sekolah SMPN 2 Ciputat selama 4 bulan di tahun 2013 dan juga di SMP Islamiyah Ciputat selama 2 bulan tahun 2013. Selain itu menambah pengalamannya sebagai editor tenaga perisalah di Mahkamah Konstitusi selama 2 bulan tahun 2014.