• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Mengingat bahwa tidak ada yang sempurna dari setiap karya manusia, maka buku Setan Berkalung Surban ini pun tidak luput dari kekurangan dan kekhilafan. Maka dalam bagian ini, penulis mencoba memberikan pandangan mengenai beberapa hal berkenaan dengan saran untuk buku ini dan untuk pihak lainnya. Saran-sarannya ialah sebagai berikut:

1. Kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA terus semangat dalam menyampaikan dakwah Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Jangan pernah berhenti berdakwah. Tetap konsisten untuk selalu menuliskan buku bertema Islam, karena buku memiliki ketahanan yang panjang untuk menyimpan ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan kehendak Allah swt. dan Rasul-Nya. Seyogianya tulisan dalam buku ini direvisi kembali, untuk

memperbaiki beberapa kesalahan dalam hal pengetikan, adapun tentang isi sudah sangat baik.

2. Kepada masyarkat secara umum, jangan menjauhi bacaan bertema Islam dan lebih menyukai bacaan yang bersifat menghibur apalagi gosip, karena kita tak selamanya hidup di dunia, dan kita sudah harus mempersiapkan bekal untuk diri kita kelak di akhirat. Salah satu caranya adalah dengan kita rajin membaca buku bertema Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan agar tidak mengundang para dai komersial lagi untuk berdakwah, agar fenomena dai seperti itu berkurang jumlahnya, untuk kemudian menghilang selamanya. Semoga tulisan dalam buku ini dapat menjadi bahan pelajaran dan renungan untuk memperbaiki diri menuju jalan yang dikehendaki Allah swt. dan Rasul-Nya, karena dengan dengan begitu, kita akan selamat di dunia dan akhirat. Aamiin.

3. Kepada para dai di Indonesia, mengingat para dai memiliki peran dan tugas yang sangat mulia bagi agama Islam, sudah selayaknya bagi para dai untuk menyempurnakan dakwahnya dan sudah seharusnya para dai membuang jauh-jauh budaya meminta imbalan pada masyarakat yang mengundang untuk berdakwah, karena dakwah sendiri berarti menolong agama Allah, dan barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolongnya. Juga agar para dai di Indonesia dapat menyampaikan dakwahnya lewat tulisan dengan kreatifitas yang tinggi, agar masyarakat Indonesia mulai tertarik kembali untuk membaca buku-buku bertema Islam. Semoga para dai di Indonesia semakin bersemangat dan semakin ikhlas dalam menjalankan dakwahnya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.

Anshori, M. Isa. Mujahid Dakwah. Bandung: Diponegoro. Cet. Ke-4. 1991. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta. Cet. Ke-5. 2002.

Asti, Badiatul Muchlisin. Berdakwah dengan Menulis Buku. Bandung: Media Qalbu. Cet. Ke-1. 2004.

Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat. Bandung: Mizan, 1999.

Bukhari. Shahih al-Bukhari. Mesir: Dar al-Hadis. 2008.

Bungin, Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

_____________. Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teori

Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Cet. Ke-3. 2002.

__________. Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Cholidah, Ni‟ma Diana. Kontribusi Ali Mustafa Yaqub terhadap Perkembangan

Kajian Hadis Kontemporer di Indonesia. Jakarta: Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Cet. Ke-1. 2002.

Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994.

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS Cet. Ke-3. 2013.

Faris, Abu Al-Husain Ahmadi ibn. Mu‟jam Maqayis al-Lughah. Beirut: Dar al-Fikr, 1979.

Ghalwusy,Ahmad. Al-Da‟wah al-Islamiyah. Kairo: Dar al-Kutub al-Mishr, 1987. Ghazali,M. Bahri. Dakwah Komunikatif. Jakarta: CV. Pedoman, 1997.

Hamka. Pelajaran Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1956.

Hartono. Perkembangan Pemikiran Hadis Kontemporer di Indonesia (Studi atas Pemikiran Abdul Hakim Abdat dan Ali Mustafa Yaqub). Jakarta: Tesis S2 Konsentrasi Tafsir Hadis, Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (SPs UIN Jakarta), 2009.

Hoben, John B. “English Communication at Colgate Re-examined.” Journal of

Communication 4, (1954): h. 77.

Khasanah, Siti Uswatun. Berdakwah dengan jalan debat antara muslim dan non

muslim. Purwokerto : STAIN Purwokerto Press, 2007.

Lubis, A. Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Cet. Ke-1. 1993.

Mahfudz, Ali. Hidayah al-Mursyidin, Terjemahan Chodijah Nasution. Yogyakarta: Tiga A, 1970.

Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. Mesir: Dar ibn Haytsam. 2005.

Miller, Gerald R. “On Defining Communication: Another Stab.” Journal of

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007.

Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-prinsip Analisis

Wacana. Yohyakarta: Tiara Wacana, 2005.

Muriah, Siti. Metodologi Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.

Muslim. Shahih Muslim. Mesir: Dar al-Hadis. 2010.

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Saleh, E. Hasan. Studi Islam di Perguruan Tinggi Pembinaan IMTAQ dan

Pengembangan Wawasan. Jakarta: ISTN, 2000.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya,

1995.

ST, Hamis. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Dua. Cet. Ke-1. 2000. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: Refika Aditama, 2012.

Suhendi, Hendi. Fiqh Mu‟ammalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Suminto, H.A. Problematika Da‟wah. Jakarta : Tinta Mas. Cet. Ke-1. 1973. Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya, 2001.Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.

Tim Redaksi Majalah Nabawi. Kolom Artikel Utama. Jakarta: IMDAR. edisi 109. 1436 H./2015 M.

Verhaar, W. M. Asas-asas Linguistik Umum. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press. Cet. Ke-3, 2001.

Wawancara Pribadi dengan Denden Taupik Hidayat, S.S, Lc. di Masjid Muniroh Salamah. Jakarta, 04 Mei 2015.

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ali Wafa, Lc., S.S.I di Kantor Madrasah Darus-Sunnah. Jakarta, 11 Mei 2015.

Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau. Jakarta, 19 Mei 2015.

Yaqub, Ali Mustafa. Kerukunan Umat dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.

_________________. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet. Ke-2. 2000.

_________________. Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003.

_________________. Isbat Ramadan, Syawal, dan Zulhijah Menurut Al-Kitab

dan Sunnah. Jakarta: Maktabah Darus-Sunnah, 2013.

_________________. Setan Berkalung Surban. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014. Yunus, Muhammad. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus

Wadzuryah. 1990.

Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Ayu Basoeki Harahap. Telaah Wacana. Jakarta: The Intercultural Intitute, 2009.

Zarkasyi, Amal Fathullah. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan dan

LAMPIRAN

DOKUMENTASI FOTO PENULIS BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA

DOKUMENTASI FOTO PENULIS BERSAMA EDITOR BUKU SETAN BERKALUNG SURBAN,

DOKUMENTASI FOTO PENULIS BERSAMA MUHAMMAD ALI WAFA, Lc., S.S.I.

DOKUMENTASI HASIL WAWANCARA BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB

1. Mengapa anda menulis buku ini?

Jawaban: “Tulisan ini saya buat untuk mengkritik para dai yang bertarif dalam dakwahnya yang sangat menyusahkan warga Indonesia sekarang ini.”

2. Siapa yang menginspirasi anda dalam menulis buku ini?

Jawaban: “Rasulullah saw. pertama dari hadis yang menceritakan tentang kisah Abu Hurairah ra. Bersama Rasul saw. kedua dari hadis yang menjelaskan keharusan menghilangkan kemungkaran dengan tangan, lisan, dan hati. Saya mengambil pilihan pertama, yaitu dengan menggunakan tangan, tetapi tidak dengan pedang melainkan dengan tulisan, karena agama Islam adalah

Rahmatan lil‟aalamiin (rahmat bagi seluruh alam).” 3. Apa gagasan inti dari judul Setan Berkalung Surban?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah mengkritik dai yang hanya bermodal surban, tetapi melakukan dakwah tidak berdasarkan niat ikhlas karena Allah swt. melainkan mengikuti hawa nafsu dan kehendak setan.”

4. Apa gagasan inti dari judul Surban dan Jubah Haram?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan tentang hukum pakaian syuhrah

yaitu pakaian yang dipakai karena ingin tenar atau dikenal orang lain, dalam hal ini ingin dikenal sebagai seorang dai atau kiai.”

5. Apa gagasan inti dari judul Dai Berbulu Musang?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan tentang hukum dai yang bertarif menurut kajian fikih.”

6. Apa gagasan inti dari judul Dai-dai Sesat?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan haramnya dai memasang bertarif dan mengikuti dai bertarif.”

7. Apa gagasan inti dari judul Kode Etik Dakwah?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan tujuh kode etik dakwah bagi para dai.”

8. Apa gagasan inti dari judul Dakwah dan Kearifan Lokal?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan cara berdakwah yang harus menggunakan pendekatan budaya masyarakat Indonesia, bukan malah memaksakan budaya lain dan melarang budaya lokal yang digunakan.”

9. Apa gagasan inti dari judul Keteladanan Buya Hamka?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan kiprah keislaman Buya Hamka yang sampai akhir hayatnya masih tetap memegang ajaran Rasulullah saw. tanpa memikirkan kepentingan duniawi.”

10. Apa gagasan inti dari judul Memberdayakan Imam Masjid?

Jawaban: “Gagasan intinya adalah menjelaskan keharusan meningkatkan peran dan jaminan kehidupan kepada Imam Masjid sebagai upaya meminimalisir dai bertarif di Indonesia.”

11. Judul mana yang menjadi inti dari pembahasan “Dai Komersial” dalam buku ini?

Jawaban: “Inti dari pembahasan tentang Dai Komersial terdapat dalam judul

Dai-dai Sesat. Dalam tulisan ini dijelaskan keharaman dai memasang tariff. Hal ini

sesuai dengan ayat suci Al-Qur‟an ayat 21 yang artinya Ikutilah orang-orang yang dalam berdakwah tidak meminta imbalan karena mereka adalah

orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah. Berarti jika orang berdakwah meminta imbalan mereka tidak mendapat petunjuk melainkan sesat dan menyesatkan. ”

12. Judul mana yang menjadi solusi dari fenomena “Dai Komersial” dalam buku ini?

Jawaban: “Solusinya terdapat dalam judul Memberdayakan Imam Masjid, karena dengan demikian tidak ada lagi dai yang akan memasang tarif. Pertama, karena masyarakat sudah merasa cukup dengan keberadaan imam masjid di sekitar mereka. Kedua, para imam masjid tidak usah memikirkan masalah ekonomi lagi dalam dakwahnya, karena sudah ditanggung biaya hidupnya dan keluarganya oleh pemerintah.”

13. Bagaimana perasaan anda tentang “Dai Komersial” yang anda wacanakan dalam buku ini?

Jawaban: “Saya terbebas dan tidak mau kenal dengan mereka dai yang memasang tarif dalam dakwahnya.”

14. Bagaimana konteks sosial tentang “Dai Komersial” dalam buku ini?

Jawaban: “Salah satu bahasan dalam buku ini menjelaskan tentang fenomena dai yang memasang tarif yang muncul di tengah umat Islam Indonesia. Di mana mayoritas dai sekarang hanya mengejar materi dan popularitas dalam dakwah mereka. Sehingga hal ini perlu saya luruskan melalui buku ini, sesuai dengan ajaran Islam yang benar tentunya.”

15. Apa saran anda untuk para dai komersial di Indonesia sekarang ini?

Jawaban: “Segera bertaubat! Karena kehidupan dunia hanya sementara. Jika belum ikhlas dalam berdakwah lebih baik jangan berdakwah dan melakukan pekerjaan lain. Karena dakwah adalah kewajiban bukan pekerjaan untuk mencari uang. Ingatlah jika kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian dalam segala hal! Tidak hanya terbatas dalam masalah uang. Jadi perbaiki kembali niat kalian dalam berdakwah di masyarakat.”

16. Apa saran anda untuk masyarakat mengenai fenomena “Dai Komersial” di Indonesia?

Jawaban: “Jangan panggil mereka! Dengan demikian mereka tidak akan berani lagi memasang tarif. Dan sedikit demi sedikit para dai komersial akan berkurang.”

DOKUMENTASI HASIL WAWANCARA BERSAMA EDITOR BUKU SETAN BERKALUNG SURBAN,

DENDEN TAUPIK HIDAYAT, SS., Lc.

1. Bagaimana sosok Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub menurut anda selaku muridnya?

Jawaban: “Beliau adalah sosok yang sangat menginspirasi para muridnya. Sikapnya yang tegas dan disiplin selalu beliau ajarkan setiap pertemuan perkuliahan.”

2. Hal apa yang paling berkesan dari beliau untuk anda?

Jawaban: “Beliau selalu mendoakan kami dengan penuh keikhlasan dengan berharap kami menjadi Ulama Besar di dunia bahkan bisa melebihi beliau. Meskipun sulit, namun kami akan berusaha untuk meraih harapan beliau itu.” 3. Bagaimana kesan anda menjadi editor buku ini?

Jawaban: “Saya sungguh sangat bangga dan terhormat menjadi editor dalam buku

Setan Berkalung Surban ini. Siapa yang tidak akan bahagia memiliki

kesempatan menjadi editor buku seorang Ulama besar seperti beliau ini? dalam kesempatan ini juga saya meminta maaf karena masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam pengeditan buku ini.”

4. Bagaimana pendapat anda tentang buku ini?

Jawaban: “Buku ini sangat bagus dalam menjelaskan fenomena yang ada di tengah masyarakat Indonesia sekarang ini.”

5. Menurut anda, dari mana sajakah kognisi pemikiran beliau dalam menulis buku ini?

Jawaban: “Menurut saya, pengetahuan beliau yang mendalam tentang agama Islam menjadi dasar kognisi pemikiran beliau dalam tulisan ini. Beliau berhasil melihat Islam secara menyeluruh. Maksudnya adalah, beliau bisa melihat fenomena sosial yang ada dan menafsirkannya dengan ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga menggambarkan kepribadian beliau yang kritis.”

6. Menurut anda, bagaimana konteks sosial dalam buku ini?

Jawaban: “Dai sekarang ini hanya mengejar harta dalam dakwahnya. Bahkan dalam isinya, sangat sedikit sekali mengandung pesan dakwah di dalamnya, kebanyakan hanyalah mengandung unsur hiburan dari pada unsur pengetahuan. Beliau berhasil menjelaskan dengan tuntas semua fenomena itu dan juga memberikan solusi atas fenomena itu.”

DOKUMENTASI HASIL WAWANCARA BERSAMA MUHAMMAD ALI WAFA, Lc., S.S.I.,

ASISTEN PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB, MA

1. Bagaimana sosok Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub menurut anda selaku muridnya?

Jawaban: “Beliau adalah sosok yang sangat menginspirasi kami dalam membela agama Allah.”

2. Hal apa yang paling berkesan dari beliau untuk anda?

Jawaban: “Kenangan paling berkesan untuk kami adalah perhatian beliau yang luar biasa kepada kami dan kepada umat Islam di Dunia. Beliau sering membangunkan kami untuk melaksanakan Qiyam al-Lail dengan ikhlas. Dahulu ketika beliau masih muda, beliau membangunkan kami dengan langsung mengetuk pintu kamar kami. Sekarang meski sudah tua, beliau tetap membangunkan kami dengan cara menelpon saudara tertua di antara kami, untuk membangunkan yang lainnya melaksanakan Qiyam al-Lail.”

3. Bagaimana kesan anda menjadi asisten beliau?

Jawaban: “Saya sungguh bahagia. Tetapi di sisi lain saya merasa malu karena kapasitas saya yang masih jauh untuk menuju sempurna. Tapi saya akan terus berusaha mencari ilmu sebanyak-banyaknya agar bisa membuat beliau bahagia pula.”

4. Bagaimana pendapat anda tentang buku ini?

Jawaban: “Buku ini cukup berani. Beliau memang orang yang sangat berani untuk mengkritik dan menghapuskan kemungkaran di tengan umat Islam. Salah satu moto beliau yang selalu disampaikan kepada murid-muridnya setiap hari adalah Janganlah kalian mati, kecuali kalian menjadi penulis. Kedisiplinan beliau dalam menulis sangat ketat sekali, bahkan di tengah kesibukan beliau yang sangat padat mengurusi umat, beliau selalu bisa produktif menghasilkan hasil tulisan.”

5. Menurut anda, dari mana sajakah kognisi pemikiran beliau dalam menulis buku ini?

Jawaban: “Menurut saya, pengetahuan beliau dalam buku ini diambil hasil beliau dalam menafsirkan fenomena sosial dalam pengetahuan Islam dan disiplin ilmu lainnya. Di mana seluruh pengetahuan beliau itu berasal dari nash Al-Quran dan Hadis. Beliau juga adalah sosok Ulama yang tegas dalam memberantas kemungkaran. Hanya saja, cara beliau dalam melakukan itu tidak dengan kekerasan. Inilah yang menjadi ciri khas beliau dalam menegakkan kebenaran di bumi ini, dan seperti itulah ideologi beliau selaku Ulama di dunia ini.”

6. Menurut anda, bagaimana konteks sosial dalam buku ini?

Jawaban: “Buku ini berisi kritikan beliau terhadap fenomena sosial yang ada di tengah masyarakat. Salah satu pembahasan terbesarnya adalah tentang dai komersial. Beliau berhasil menjelaskan dengan tuntas semua fenomena itu dan juga memberikan solusi atas fenomena itu.”

BAB III MUAMALAH

23

SETAN BERKALUNG SURBAN Dalam Kitab Shahih al-Bukhari, ada kisah menarik:

ُلُٔشَر َََِِو" /لاك ِّغ ها ير ةريرْ يث َغ

ها

َ َص

ُها

ِة َََز ِظتفِ ِِ ًَيَشَو ِّتيَيَغ

َوَػَجَف ، متت ِِاَحَأَف ، َنا َضَڞَر

ُجتيُكَو ، ُُّحتذَخَأَف ، ِماَػطىا ٌََِ ُٔثت ََ

:

ِلُٔشَر َِح َمَِػَفترَ أَ

ِها

َ َص

ُها

تدَت تصَأَف ، ُّتَِټ ُجتييَخَف ، لةَديِدَش لثَجاَخ َِِو ، للاَيِټ َََغَو ، لجاَخت ُُ يِِح / َلاَك ، ًَيَشَو ِّتيَيَغ

، ُج

َ َص ِِنا َلاَلَف

ُها

اَي / ُجتيُك / َلاَك ، " ؟ َثَخِراَْا َكُِْشت َث َوَػَف اٌَ ، َةَرتيَرُْ اَةَث اَي " / ًَيَشَو ِّتيَيَغ

َلُٔشَر

ِها

َلاَك ، َُّييِبَش ُجتييَخَف ، ُُّخت َِِرَف ، ااَيِټَو ، ًةَديِدَش ًثَجاَخ َََش ،

: "

، َمَةَذَن تدَك ُُِّح اٌََث

".ُدُٔػَيَشَو

ِلُٔشَر ِلتَٔلِى ، ُدُٔػَيَش ُُّأ ُجتفَرَػَفَ

ِها

َ َص

ُها

ًَيَشَو ِّتيَيَغ

: "

َءاَجَف ، ُُّحتد َصَرَف " ُدُٔػَيَش ُُِّح

ِلُٔشَر َِح َمَِػَفترَ أ / ُجتيُلَف ، ُُّحتذَخَ َأَف ، ِماَػطىا ٌََِ ُٔثت ََ

ِها

َ َص

ُها

ِّتيَيَغ

، ِِتغَد / َلاَك ، ًَيَشَو

ُٔشَر ِِ َلاَلَف ، ُجتدَت تصَأَف ، َُّييِبَش ُجتييَخَف ، ُُّخت َِِرَف ، ُدُٔغَث ا ، للاَيِټ َََغَو ، لجاَخت ُُ يِِإَف

ُل

ِها

َ َص

ُها

ُجتيُك " ؟ َكُِْشَث َوَػَف اٌَ ، َةَرتيَرُْ اَةَث اَي " / ًَيَشَو ِّتيَيَغ

:

َلُٔشَر اَي

ِها

، ااَيِټَو ًثَجاَخ َََش ،

".ُدُٔػَيَشَو ، َمَةَذَن تدَك ُُِّح اٌََث " / َلاَك ، َُّييِبَش ُجتييَخَف ، ُُّخت َِِرَف

ِلُٔشَر َِح َمَِػَفترَ َأ / ُجتيُلَف ، ُُّحتذَخَأَف ، ِماَػطىا ٌََِ ُٔثت ََ َءاَجَف ، َثَ ِثاثا ُُّحتد َصَرَف

ِها

َ َص

ُها

َمتٍييَغُث ِِتغَد / َلاَك ، ُدُٔػَٸ ًُٹ ، ُدُٔػَٸ ا ًُُټتزَح َمُِح ، متارَڞ ِثاَث ُرِخت اَذََْو ، ًَيَشَو ِّتيَيَغ

َمُػَفتَِٻ متاٍَِ ََ

ُها

ت

ثَرتكاَف ، َمِشاَرِف َِح َجتيَوَ َث اَذِح " / َلاَك ؟ َُْ اٌَ / ُجتيُك ، آَِة

ي ِِترُهتىا َثَيت

ُها

ا

ٌََِ َمتيَيَغ َلاَزَي تََى َمُِإَف ، َثَيآا ًَِخت ََ ََخ ُمٔيَلتىا ََتىا َُْٔ اِح َ ََِح

ِها

لنا َطتيَش َمَبَرتلَٻ اَو ، لظِفاَخ

.َُّييِبَش ُجتييَخَف ، َحِت تصُح ََخ

ُلُٔشَر ِِ َلاَلَف ، ُجتدَت تصَأَف

ِها

َ َص

ُها

ُجتيُك ، " ؟ َثَخِراَْا َكُِْشت َث َوَػَف اٌَ " / ًَيَشَو ِّتيَيَغ

:

َلُٔشَر اَي

ِها

ُِِػَفتَِٻ متاٍَِ ََ ٍُِِييَػُٻ ُُّأ ًََټَز ،َ

ُها

َلاَك ، " ؟ َ ِِ اٌَ " / َلاَك ، َُّييِبَش ُجتييَخَف ، آَِة

:

َ

َِح َجتيَوَث اَذِح / ِِ َلاَك

َثَيآا ًَِختَ ََخ آَِڝوَ َث تٌَِ ي ِِترُهتىا َثَيت تثَرتكاَف ، َم ِشاَرِف

ُها

ََتىا َُْٔ اِح ََِح اَ

ٌََِ َمتيَيَغ َلاَزَي تََى / ِِ َلاَكَو ،ُمٔيَلتىا

ِها

َصَرتخَث أُُ َََو ، َحِت تصُح ََخ لنا َطتيَش َمَبَرتلَٻ اَو ، لظِفاَخ

ت َش

َ َص َلاَلَف ، ِ تَْْا ت َ َى مء

ُها

ُبِطاََ تٌََ ًَُيتػَٸ ، لبوُذَن ََُْٔو َمَكَد َص تدَك ُُِّح اٌَُ َث " / ًَيَشَو ِّتيَيَغ

لنا َطتيَش َكاَذ " / َلاَك ، ا / َلاَك ، " ؟ َةَرتيَرُْ اَةَث اَي ملاََي ِثاَث ُذتٌُِ

"

)يراخْا هاور(

Abu Hurairah ra. bercerita, “Suatu hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa

Sallam menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan.

Tiba-tiba datanglah seseorang melihat-lihat makanan dan langsung

laporkan kepada Rasulullah.” Orang itu menjawab: „Saya orang yang sudah berkeluarga dan sangat membutuhkan makanan untuk keluarga saya.”

Mendengar itu saya pun melepaskannya. Ketika pagi tiba, Rasulullah bertanya:

“Wahai Abu Hurairah apa yang dilakukan oleh orang yang kamu tangkap tadi

malam?” Saya menjawab: “Wahai Rasulullah, orang itu mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu saya bebaskan.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Dia telah mengelabui

kamu wahai Abu Hurairah dan nanti malam dia akan kembali lagi”.

Dari sabda Nabi ini, saya tahu bahwa dia akan kembali lagi. Malam harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. Melihat itu, dia lalu saya

tangkap, dan saya katakan, “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah.” Orang itu menjawab: “Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu sambil menahan lapar. Saya

berjanji tidak akan kembali lagi esok hari”. Mendengar itu, saya merasa kasihan

dan akhirnya saya lepaskan kembali. Keesokan harinya Rasulullah bertanya

kembali: “Apa yang dilakukan oleh orang yang kamu tangkap tadi malam, wahai

Abu Hurairah?” Saya menjawab: “Orang kemarin datang kembali dan

mengambil harta zakat. Karena keluarganya sudah lama kelaparan, akhirnya

saya melepaskannya”. Mendengar itu, Rasulullah bersabda: “Dia telah

membohongi kamu dan nanti malam ia akan kembali untuk yang ketiga kalinya”.

Malamnya ternyata orang itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, dia lalu saya

tangkap, dan saya katakan, “Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah. Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini

kembali juga?” Orang itu menjawab: “Ijinkanlah. Saya akan ajarkan kepada

kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh setan hingga pagi hari". Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kalimat apa itu.

Dia menjawab: “Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat Kursi,

maka Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh setan

sehingga pagi tiba”. Para Sahabat Nabi saw. memang suka dengan amalan-amalan.

Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya

lakukan tadi malam dan saya katakan: “Ya Rasulullah, dia mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah.” Rasulullah lalu bertanya kembali: “Kalimat apa yang diajarkannya?” Saya menjawab, “Dia mengajarkan

ayat Kursi dari awal sampai akhir dan dia katakan bahwa kalau saya

membacanya sebelum tidur, maka Allah akan menjaga saya sampai pagi hari.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Yang dia sampaikan itu

betul namun dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan mengambil harta zakat.

Tahukah kamu siapa orang yang mendatangi kamu tiga malam itu?” Saya menjawab: “Tidak, saya tidak tahu”. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu bersabda: “Ketahuilah bahwa dia itu adalah setan.”(HR. Al-Bukhari)

Dari Hadis ini, ada pelajaran menarik. Pertama, bahwa setan dapat menjelma menjadi manusia. Kedua, dalam rangka mengecoh dan mencari korban, setan dapat menjelma menjadi seorang ustaz atau ustazah dengan segala atribut

dan nasihat-nasihatnya. Di sinilah, banyak orang terkecoh dengan penampilan setan. Apabila yang digoda seorang yang senang beribadah, setan tidak akan menyuruhnya untuk bermain judi, mencuri, korupsi , dan sebagainya, tetapi, setan menyerunya untuk melakukan perbuatan yang lahiriahnya adalah sebuah ibadah. Ketika sebuah ibadah dilakukan tidak dalam rangka menjalankan perintah Allah dan atau Rasul-Nya, apalagi dalam rangka memenuhi keinginan selera alias hawa nafsu yang dibisik oleh setan, maka di sinilah ibadah itu bukan untuk Allah tetapi untuk setan.

Untung, Abu Hurairah diberitahu Nabi saw. bahwa wiridan tersebut adalah benar, sehingga ia megamalkannya bukan karena mengikuti perintah setan tapi mengikuti perintah Nabi saw. Hadis ini juga memberikan peringatan kepada kita agar hati-hati menghadapi rayuan setan karena boleh jadi setan betina tampil dengan jilbab dan busana muslimah dan setan jantan tampil dengan berkalung surban.***

24

SURBAN DAN JUBAH HARAM

Dalam kitab Sunan Ibn Majah, ada Hadis bahwa Rasulullah saw. mengatakan:

َبتَٔث َسِبَى تٌََ

اًراَُ ِّيِف َبَٓتڝَث ًُٹ ،ِثٌَاَيِلتىا َمتَٔي مثىَذٌَ َبتَٔث ُها َُّصَبتىَث اَيتٺدا ِي مةَرتُٓش

.

)ّجاٌ َةا هاور(

“Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan

memakaikannya pakaian kehinaan pada Hari Kiamat, kemudian ia dibakar di api

Dokumen terkait