1. Untuk pihak yang memerintah atau yang berkuasa di negara ini agar peka
dalam menangani masalah-masalah sosial, khususnya kasus-kasus seperti
perbudakan modern ini, agar kedepannya sigap dan tegas kepada siapapun
yang bersalah, tidak memandang jabatan, harta, martabat dan lain sebagainya
dalam memberikan hukuman dan sangsi, pemerintah hendaknya bisa
mencegah kemungkinan terjadinya kasus yang sama pada masa yang akan
datang, dalam hal ini adalah semua orang yang menjabat dan bertugas di
pemerintahan. Kemudian untuk warga negara, agar mempunyai kepekaan dan
kepedulian sosial yang tinggi, sehingga dapat megetahui kondisi lingkungan
dengan baik, selalu mejalin silaturrahmi dengan warga sekitar, punya rasa
kemanusian yang tinggi.
2. Untuk pengusaha yang memiliki modal (bisa disebut sebagai kaum kapitalis)
hendaknya tidak semena-mena dengan orang yang bekerja di perusahaan
anda. Berikanlah kelayakan kepada orang-orang yang membantu kita dalam
berusaha. Tidak ada kata merampas hak asasi manusia dan selalu bertanggung
jawab terhadap apa yang kita kerjakan. Serta uruslah surat izin usaha dengan
baik dan benar.
72
3. Untuk aparat penegak hukum, agar tidak membantu orang-orang yang salah
dalam melakukan aksinya, tidak menjadi beking yang rela dibayar demi
lembaran rupiah dan mengorbankan hak asasi para manusia yang tidak
bersalah. Aparat penegak hukum harus tegas dan tidak pandang bulu.
4. Untuk media grup (Media Indonesia dan Metro TV) yang sudah memerankan
fungsi kontrol sosial dengan benar, agar terus dipertahankan, dan untuk
penggambaran peristiwa, agar tidak memakai logika yang terlalu hiperbolis
baik dalam penggambaran visual, teks dan percakapan.
73
Al-Quranul Karim.
Ardianto, Elvinaro. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2007.
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012.
Burton, Graeme. Talking Television : An Introduction to the study of Television.
London: Hodder Arnold, 2000.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo,
2006.
Cook, Guy. The Discourse of Advertising. London and New York: Routledge,
1994.
Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke3.
Effendy, Hery. Industri Pertelevisian Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2008.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKis,
Cet VII Februari 2009.
Gramsci, Antonio. Selections from the Prison Notebooks. London: Lawrence and
Wishart, 1971.
74
Richard West, Lynn H. Turner, Introducing Communication Theory: Analysis and
Aplication. NY: McGraw-Hill, 2007.
Strinati, Dominic An Introduction to Theories of Popular Culture. Routledge,
London, 1995.
Pitoyo, Whimbo, SE,SH,MBA , Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan.
Jakarta : Visimedia, 2010.
Van Dijk, Teun A. Critical Discourse Analysis. Amsterdam University Press,
Amsterdam 2005.
Van Dijk, Teun A. Aims of Critical Discourse Analysis. Japan Discourse,
Amsterdam, 1995.
Van Dijk, Teun A. Ideology, A Multidisciplinary Introduction. Sage Publication,
London, 1998 .
Van Dijk, Teun A. News Schemata. Amsterdam: Amsterdam University Press,
2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet V 2009),
Company Profile Metro TV,
Wawancara dengan Direktur Pemberitaan Media Indonesia, Usman Kansong,
M.si
HASIL WAWANCARA DENGAN DIREKTUR PEMBERITAAN MEDIA INDONESIA
Narasumber : Usman Kansong S.Sos, M.si
Hari/Tanggal : Kamis / 3 Oktober 2013
Jam : 13.10 WIB
Tempat : Ruang Direktur Pemberitaan Media Indonesia
1. Alasan apa yang melatarbelakangi pihak pembuat berita dalam pembuatan judul
"Perbudakan Modern" pada program bedah Editorial Media Indonesia yang tayang 9 mei
2013?
Jawab: Iya, waktu itu kan ada berita, ada peristiwa pengungkapan kasus, katakanlah
perbudakan modern ya, di pabrik kuali itu orang, buruh-buruhnya itu disekat, katakanlah
begitu ya, bekerja di tempat tertutup, tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar,
kemudian dengan jam kerja yang panjang, tidak jelas, hampir tidak ada waktu istirahat,
dengan makan juga yang terbatas, nah, jadi dasarnya waktu itu nomor satu, ya ada
sebuah peristiwa ya, editorial memang biasanya didasarkan pada peristiwa, tidak selalu,
tetapi umumnya didasarkan pada peristiwa, ya bisa juga editorial sifatnya reflektif, gitu
kan, tapi dalam kasus perbudakan modern ini editorial itu dibikin karena adanya sebuah
peristiwa, satu itu, kedua kita menganggap peristiwa itu luar biasa, ya di zaman modern
seperti sekarang masih ada sistem perburuhan yang seperti itu, seperti di zaman dulu ya,
zaman romawi, zaman jahiliyah mungkin, kemudian juga di zaman penjajahan, padahal
kita sudah memasuki era modern, jadi makanya kita sebut perbudakan modern, jadi
intinya ada dua kenapa kita angkat, yang pertama ada peristiwanya yang kedua kita
menganggap peristiwa itu luar biasa, kenapa kita sebut luar biasa? Karena memang
2. Bagaimana pandangan anda terhadap pengangkatan isu perbudakan modern tersebut
sebagai bahan editorial?
Jawab: Editorial itu memang kebanyakan sebagai kritik sosial, seperti saya katakan
tadi, editorial itu selalu didasarkan oleh peristiwa luar biasa dan tidak semua peristiwa
kita editorialkan. Menurut saya kasus ini memang penting untuk dipahami publik.
3. Pesan apa yang ingin Metro TV sampaikan dalam penayangan program tersebut?\
Jawab: satu ya, kita ingin menggambarkan kepada publik bahwa masih ada peristiwa
seperti ini, barangkali peristiwa ini juga terjadi di daerah lain, kedua kita tentu saja
mendorong para pengambil keputusan untuk Nomor mengambil kebijakan disitu,
misalnya polisi mengusut kasus itu dengan tuntas, kemudian barangkali juga kementrian
tenaga kerja, karena ini terkait dengan perburuhan, bisa mengambil kebijakan, dan
barangkali juga negara ini secara umum sebagai sebuah negara, ya masa iya
membiarkan ada manusia diperlakukan seperti itu oleh manusia lain, ini kan terkait
dengan urusan kemiskinan, urusan pembangunan di pedesaan atau di luar ibukota yang
buruk.
4. Bagaimana pengaruh berita atau isu yang dijadikan editorial tersebut terhadap konsumen
media dan penelpon interaktif?
Jawab: Waktu itu kan kita kategorikan kepada ketiga kategori, ada yang mengkritik, ada
yang netral dan ada yang mendukung. Tapi dalam konteks kasus kemaren itu hampir
semua penelpon mendukung, kan ada delapan penelpon, mereka semua mendukung sikap
kita, bahkan yang netral pun tidak ada. Jadi kita mendorong kepolisian untuk serius,
mendorong negara ini untuk serius menangani persoalan kemiskinan dan perburuhan
itu.
5. Bagaimana Metro TV menjaga keobjektifan berita atau isu yang dibuat?
Jawab: untuk editorial, kita memang bersifat subjektif, karena editorial adalah sikap kita
sebagai sebuah media, dan sepenuhnya adalah opini kita.
6. Bagaimana kebijakan redaksi dan struktur pembuatan editorial pada media group?
Jawab: jadi kita memutuskan sebuah peristiwa atau tema kita angkat menjadisebuah
editorial itu ada proses, itu biasanya kita malalui rapat setiap hari jam 2 siang, selain
hari libur ya, rapat editorial hari jumat itu membicarakan tema buat hari sabtu dan hari
senin, minggu kita tidak ada editorial, kecuali ada perubahan, kita bisa diskusikan di
hari minggu lewat telpon, sms, bbm dan lain sebagainya tanpa harus bertemu untuk
berkumpul begitu ya, nah peserta rapat editorial itu adalah seluruh penulis editorial,
rapatnya itu disini di ruang direktur pemberitaan, penulis editorial itu jumlahnya ada
delapan, kita dirapat itu mendiskusikan apa temanya, terjadi perdebatan, hingga kita
mencapai satu kesepakatan temanya besok apa. Setelah kita menemukan temanya
biasanya kita putuskan siapa yang menulis, kita tulis di papan ini, tetapi di teks editorial
kita tidak tulis nama penulisnya untuk alasan keamanan. Setelah kita menentukan penulis
selanjutnya kita menentukan angle, arahnya mau kemana, sikap kita terhadap sebuah
peristiwa atau tema seperti apa, bisa saja kita mendukung, bisa saja mengkritik, bisa
saja netral.
Jawab: Dari semua penelpon, kan waktu itu ada delapan penelpon, semuanya
mendukung dan sepakat dengan opini kita.
8. Bagaimana pandangan anda terhadap kinerja pemerintah dalam menangani isu ini?
Jawab: ya, untuk kinerja pemerintah, nomor satu, itu soal kemiskinan, ada kegagalan
pemerintah disitu dalam mengatasi kemiskinan, sehingga orang mau melakukan apapun
demi mendapatkan sedikit uang, kedua lemahnya pengawasan, kenapa itu bisa terjadi
berbulan-bulan bahkan mungkin sampai bertahun-tahun, karena tidak adanya
pengawasan, siapa yang punya kewenangan mengawas itu? Kementerian tenaga kerja,
dinas tenaga kerja tangerang, itukan kelemahan mereka. jadi kita kritik itu pemerintah.
9. Menurut anda, apakah wacana ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat?
Jawab: ya, saya kira itu menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,
sekurang-kurangnya begini lho, kalo dalam teori komunikasi itu kan ada semacam katalisator dia
jadinya, katalisator itu artinya pelampiasan, bisa seperti itu. Jadi publik itu bisa jadi
mempunyai pandangan yang sama, dia jengkel dengan perbudakan, dia jengkel dengan
kasus di Tangerang itu, dengan Metro TV dan Media Indonesia mengangkat kasus itu,
sebagian kejengkelan itu tersalurkan, karena apa yang kita sampaikan, biasanya kita
coba mewakili publik, itu yang paling simpel. yang kedua, mereka bisa berinteraksi, bisa
mengemukakan pendapatnya, ada ruang untuk mengemukakan pendapat, karena kita
angkat lewat televisi kan, yang kalo cuma di koran barangkali kan terbatas ruang untuk
mengomentarinya, yang ketiga, ya kita berharap ada perubahan kebijakan dari
pemerintah terkait dengan masalah itu. Dan kebijakan itu bermanfaat juga bagi
masyarakat, misalkan para buruh yang terkena kasus itu dan masyarakat luas.