• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : PENUTUP

B. Saran

kondisipembelajaran yang baik, karena adanya gedung sekolah dengan lengkap fasilitas belajar, seperti buku pegangan anak, ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain. Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan sarana dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat belajar dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.

c. Tata tertib dan disiplin. Menurut Thursan Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya.

Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.101

d. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa, yang kurang menguasai dengan materi.

e. Relasi guru dengan siswa. Proses interaksi siswa dengan guru,dipengaruh hubungan yang ada. Apabila guru dapat berinteraksi dengan siswa dengan baik, akrab, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga siswa mempelajarinya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila guru kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar

101

Sardiman, Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 109.

kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka ia segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.102

f. Relasi siswa dengan siswa yaitu hubungan yang akan

mempengaruhi proses belajarnya, apabila siswa mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, rendah diri, mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok. Ia menjadi malas sekolah karena mengalami perlakuan kurang bagus dari temannya. Jadi perlu hubungan baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.103

c) Factor lingkungan masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam

masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan

pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.

a. Media massa, yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop,

radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap

102

Sardiman A.M, Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996), hal. 123.

103

Sardiman A.M, Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.

b. Teman bergaul, pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, minum-minum maka berpengaruh sifat buruk juga.

c. Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan

masyarakat yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.104 c. Ciri-ciri malas belajar

Adapun beberapa prilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar atau ciri-ciri umum dari rasa malas belajar, yaitu:

a. Belajar tidak teratur. b. Daya tahan belajar rendah.

c. Belajar bila mana menjelang ulangan atau ujian. d. Tidak memilki catatan pelajaran yang lengkap. e. Tidak terbiasa membuat ringkasan.

104

f. Tidak memilki motivasi.

g. Senang menjiplak pekerjaan teman. h. Sering datang terlambat.105

Keseluruhan sikap diatas merupakan menunjukan sikap malas dalam belajar. dari kedelapan ciri-ciri diatas klien termasuk kategori: belajar tidak teratur, tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, sering datang terlambat, daya tahan belajar rendah, dan tidak memiliki motivasi.

5. Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi

dan Punishment dalam Mengatasi Malas Belajar.

Menurut Samsul Munir Amir, Bimbingan Konseling islam adalah proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap individu agar dapat mengembangan potensi atau fitrah beragam yang dimilikinya secara optimal dengan cara melaksanakan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuaidengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.106

Dalam bimbingan dan konseling islam adapun beberapa macam yang ada, salah satunya yaitu langkah-langkah bimbingan dan konseling islam. Untuk dapat melaksanakan bimbingan konseling islam dengan baik, berikut langkah-langkah yang ada didalam bimbingan dan konseling islam:

105

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010) hal. 59.

106

a) Analisa masalah b) Sintesis c) Diagnosis d) Prognosis e) Treatment/Terapi f) Follow Up

Dari bebrapa langkah diatas yang nantinya akan digunakan dalam proses konseling dengan menggunakan terapi yang sesuai dengan permasalah yang dihadapi oleh klien. Melihat permasalah yang ada dari studi kasus, klien mengalami malas belajar yang disebkan kurangnya minat dan motivasi belajar sehingga dapat mempengaruhi yang ada, karena minat dan motivasi lebih condong kehal yang biasanya membuat nyaman dan asyik untuk mengerjakannya bisa disebut dengan hobi seperti otomotif dan membuat kerajinan tangan sehingga dapat mempengaruhi tingkat keminatan dan motivasi diri lebih tinggi ke hobi dibandingkan dengan belajar.

Berbagai perubahan yang terjadi pada diri remaja sekarang ini baik fisik maupun psikis mempengaruhi keseluruhan dalam prilakunya. Orang tua yang memiliki anak remaja bisa dilihat betapa kesulitannya mereka untuk mendidik atau memompa anak remaja untuk belajar. Reni Akbar-Hawadi dalam bukunya keluhan malas belajar dan kurang bergairah untuk belajar acapkali sering kita dengar disekitar kita pada mereka yang

masih duduk dibangku sekolah, dan kita tidak segan-segan untuk memberi lebel “pemalas” pada mereka yang secara sadar melakukan kegiatan itu. Kondisi malas, kurang bergairah, atau kurang berhasrat ini disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar.107

Malas belajar berarti tidak mau, enggan, tidak suka tak bernafsu untuk belajar (Muhammad Ali). 108 Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.109 Malas adalah sebuah rasa menurunnya semangat kejiwaan dalam keinginan yang positif yang direfleksikan dalam gerak tubuh untuk melakukan aktivitas rohani dan jasmani menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dan kewajiban.110

Dapat dilihat pengertian dari malas belajar sendiri disimpulkan bahwa malas belajar yaitu rasa menurunya semangat kejiwaan dalam keinginan yang positif yang direfleksikan dalam gerak tubuh dalam proses jenjang pendidikan. Didalam malas belajar sendiri adapun beberapa prilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar atau ciri-ciri dari rasa malas belajar. Sebagai berikut:

a) Belajar tidak teratur.

107

Reni Akbar-Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. Grasindo, 2001), hal.

74.

108

WJs Pooerwardaminta, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hal. 257.

109

Muhibbin Syah, Psikologi belajar, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 63.

110

b) Daya tahan belajar rendah.

c) Belajar bila mana menjelang ulangan atau ujian. d) Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap.

e) Tidak terbiasa membuat ringkasan.

f) Tidak memiliki motivasi.

g) Senang Menjiplak pekerjaan teman.

h) Sering datang terlambat.

Keseluruhan dari sikap diatas menunjukkan bahwa merupakan kemalasan dalam belajar. Malas dalam belajar sangatlah berpengaruh besar dengan tingat prestasi disekolah serta bisa mempengaruhi karir kedepannya. Kemalasan dalam belajar disebabkan beberapa faktor atau sebab timbulnya yaitu salah satunya kurangnya minat dan motivasi. Jika permasalahan malas belajar terus diabaikan maka akan berpengaruh terhadap karir kedepanya.

Maka dari itu masalah malas belajar harus ditangani agar bisa menjadi kehal yang lebih baik dan mempunyai rasa semangat serta minat dan motifasi belajar yang seharusnya ada dalam diri seorang siswa. Dalam mengatasi malas belajar ini dapat menggunakan terapi behaviour karena ada keterkaitannya dengan prilaku.

Dilihat dari pengertian behaviour yaitu merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat

diamati.111Dalm terapi behaviour tentunya ada beberapa teknik salah satunya untuk mengatasi malas belajar menggunakan teknik modifikasi prilaku.

Teknik modifikasi prilaku ini bermanfaat untuk merubah prilaku yang tidak diinginkan menjadi prilaku yang diinginkan atau yang memiliki dampak positif. Modifikasi prilaku dilakukan dengan cara memberikan penguatan positif (reward) dan penguatan negatif (punishment).112

Menurut M. Ngalim Purwanto yaitu alat untuk pendidikan anak-anak supaya anak-anak-anak-anak dapat merasa senang karena perbuatan atau

pekerjaannya pendapat penghargaan.113 Suharsimin Ari Kunto

menjelaskan bahwa penghargaan merupakan suatu yang diberikan oleh seseorang karena sudah mendapatkan prestasi dengan yang dikendaki, yakni mengikuti peraturan sekolah yang sudah dikehendaki.114Reward bisa digunakan sebagai bentuk motivasi atau penghargaan untuk hasil atau prestasi yang baik. Reward yang diberika kepada siswa bentuknya bermacam-macam yaitu sebagai berikut:

a) Pujian

111

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika

Aditama, 2013), hal. 193.

112

Afin Murtie, Soul Detox, (Yogyakarta: Scritto Books Publisher, 2014), hal. 148.

113

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendikakan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Ramadja Karya,

1985), hal. 182.

114

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar Yang Efektif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hal. 182.

b) Penghormatan c) Hadiah

d) Tanda penghargaan115

Dalam hal ini keempat bentuk-bentuk pemberian hadiah tidak semuanya bisa diberikan, melihat dari kondisi siswa. Bentuk penghargaan yang digunakan bisa berupa hadiah, pemberian hadiah sebaiknya diberikan dengan melihat kondisi siswa seperti melihat barang apa yang disenangi yang ada keterkaitannya dengan hobi bertujuan agar siswa termotivasi dan bersemangat untuk melakukan perbuatan yang positif. Dalam pemberian penghargaan atau reward tentunya bisa dilihat dari beberapa konsep yang didalam komponen-komponen dalam penerapan reward yakni:

a) Penghargaan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi.

b) Penghargaan harus diberikan langsung sesudah perilaku yang dikehendaki sudah dilaksanakan.

c) Penghargaan harus diberikan sesuai dengan kondisi orang menerimanya.

d) Penghargaan yang harus diterima anak hendaknya diberikan.

,115 Amir Dien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),

e) Penghargaan harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai.

f) Penghargaan harus diganti (bervarisi).

g) Penghargaan hendaknya mudah dicapai.

h) Penghargaan harus bersifat pribadi.

i) Penghargaan social harus segera diberikan

j) Jangan memberikan penghargaan sebelum siswa berbuat.

k) Pada waktu penyerahan penghargaan hendaknya

disertaipenjelasan rinci tentang alasan dan sebab mengapa yang bersangkutan menerima penghargaan tersebut.116

Dari uraian diatas dijelaskan ada beberapa komponen dalam penerapan reward, sehingga dapat dijadikan acuan untuk memberikan reward kepada seseorang. Melihat permasalah dalam malas belajar seorang siswa memberikan reward kepada siswa mengacu pada reward berupa hadiah benda yang berkaitan dengan hobi karena melihat apa yang dibutuhkan oleh siswa.

Bertujuan agar minat dan motivasi siswa lebih condong keproses belajar, tantunya tidak dengan menggunakan reward

saja akan tetapi dengan menggunakan punishment yakni

penguatan negatifnya.

116

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar Yang Efektif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hal. 129.

Punishment penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh guru sesudah terjadi kesalahan, pelanggaran atau kejahatan.117 Pemberian punishment akan membuat anak menjadi jerah, artinya sebuah upaya dalam memberikan sansi agar anak tidak akan melakukan kesalahan yang serupa lagi.118Dalam teori punishment adapun beberapa macam teknik akan tetapi berakal dari permasalahan yang ada. Masalah malas dalam dalam belajar bisa menggunakan punishment preventif yaitu hukuman yang diberikan dengan maksud agar tidak terjadi pelanggaran sebelum pelanggaran dilakukan. Bentuk-bentuk peraturan yang ada dipunishment preventif ini yaitu:

1) Tata tertip

Tata tertip yaitu sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan, misalnya tata tertip didalam kelas, tata tertib ujian sekolah dan sebagainya.

2) Anjuran dan perintah

117

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Ramadja Karya, 1985),

hal. 186.

118

Suharsimi Arikunto, Teknik Belajar Yang Efektif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hal. 182.

Anjuran adalah suatu saran atau ajakan untuk berbuat atau melakukan sesuatu yang berguna. Misalnya, anjuran untuk belajar setiap hari, anjuran untuk tepat waktu, dan lain sebagainya.

3) Larangan

Larangan sebenarnya tidak jauh beda dengan perintah. Jika perintah merupakan suatu keharusan utuk berbuat, sedangkan larangan pula adalah suatu keharusn untuk meninggalkan sesuatu yang meragukan.

4) Paksaan

Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa untuk melakukan untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan agar proses pendidikan tidak terganggu dan terhambat.

5) Disiplin

Disiplin berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan tersebut.119

119

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),

Punishment yang diterapkan kepada siswa untuk memperbaiki perbuatan dan moral siswa bukan untuk mengancam siswa demi untuk kepentingan pribadi. Dengan adanya penerapan punishment atau hukuman kepada siswa guru mempunyai kebebasan untuk memberikan hukuman kepada siswa agar bisa mencapai kehidupan yang lebih baik.

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian tentang pola Bimbingan Konseling Islam dalam memberikan reward berbasis hobi untuk mengatasi malas belajar masih belum penulis temukan dalam penelitian terdahulu. Namun apabila dihubungkan dengan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan dengan tema yang diangkat oleh peneliti, diantaranya:

Skripsi dari Dewi Hastuti Pungkasari mahasiswa Tarbiya dan Ilmu Keguruan tahun 2 14 yang berjudul “Konsep Reward And Punishment Dalam Teori Behavioristik Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Islam” skripsi ini menjelaskan bahwa konsep reward dan punishment memiliki hubungan yang relevan dalam teori pembelajaran behavioristik dengan konsep hukuman dan ganjaran dalam pendidikan islam.

Skripsi oleh Pramudya Ikranagara dengan judul “Pemberian Reward Dan Punishment Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Dalam Pembelajaran Ips

Kelas V SD Negeri 1 Kejobong Purbalingga”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan siswa dalam pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 1 Kejobong Purbalingga meningkat setelah diberikan tindakan dengan

pemberian reward dan punishment. Pemberian reward berupa pujian,

penghormatan, pemberian hadiah, dan tanda penghargaan. Pemberian punishment berupa punishment preventif dan punishment represif. Rata-rata kedisiplinan siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I adalah 74,52% dan pada siklus II 87,62%.

Skripsi berjudul “Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Jeketro Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo” oleh Pujimah mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode reward efektif digunakan pada pembelajaran PAI khususnya siswa kelas V SD Negeri Jeketro Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo terbukti dari adanya peningkatan motivasi belajar siswa, sebelum pembelajaran

menggunakan metode reward motivasi menunjukkan 38,46%, motivasi

siswa siklus I sebesar 76,92% kemudian pada siklus II mencapai 84,61% hal ini mengalami peningkatan. Dengan demikian pada aspek motivasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

Dari beberapa penelitian skripsi diatas adanya persamaan dan

perbedaan. Persamaannya menggunakan metode reward, metode penelitian

menggunakan metode punishment, reward berbasis hobi dan hanya menggunakan satu subyek.

91

BAB III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Tema penelitian yang berjudul Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Reward Berbasis Hobi dan Punishment untuk Mengatasi Malas Belajar Seorang Siswa Kelas 2 MTs Tasywirul Afkar di Desa Baron Lor Kec Dukun Kab Gresik.

Berdasarkan tema yang diangkat serta subyek yang diteliti, maka lokasi penelitian menjadi penting untuk dibahas secara mendetail. Sehingga dapat mempermudah dalam mencari data-data yang berkaitan dengan subyek penelitian.

Lokasi penelitian di wilayah Gresik yang mempunyai luas wilayah di desa baron lor 903,224 Ha. Jumlah penduduk sebanyak 2342 jiwa. Kelurahan Baron adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Baron yang mempunyai luas wilayah dibaron kidul 1203,224 Ha. Jumlah penduduk kelurahan sebanyak 2345 jiwa yang terdiri dari 1295 laki-laki dan 1047 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 95 KK.

Batas-batas administratif pemerintahan kelurahan Baron Kabupaten Gresik sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Luntas

c. Sebelah Selatan : Kelurahan Mentaras

d. Sebelah Barat : Kelurahan Madumulyorejo

Dilihat dari topografi dan postur tanah, kelurahan Baron Kecamatan Dukun secara umum berupa dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 5m s/d 10 M di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara s d Celcius. Kelurahan Baron terdiri dari 15 Rukun Tetangga, dan 4 Rukun Warga (RW), orbitasi dan waktu tempuh dari ibu kota kecamatan 900 m, dengan waktu tempuh 25 s/d menit dan dari ibu kota kabupaten 5 km dengan waktu tempuh 50-60 menit.121

2. Deskripsi Konselor

Konselor adalah pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Sebagai pihak yang memahami dasar dan teknik konseling secara luas, disini konselor bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapi.Adapun data pribadi konselor adalah sebagai berikut:

Nama : Ririn Intartik

NIM : B33212054

Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Gresik, 14-09-1994

Umur : 21 Tahun

121

Alamat Asal : Ds.Madumulyorejo Kec. Dukun Lamongan

Alamat Kos : Jl Pabrik Kulit No 21 Wonocolo

Riwayat Pendidikan :

a. SDN Madumulyorejo Dukun Grersik Jawa Timur. Tahun 2005-2006.

b. MTs Tasywirul Afkar Madumulyorejo. Tahun 2009-2010

c. Yayasan Pondok Pesantren AL-KARIMI Tebuwung Dukun Gresik. Tahun

2012-2013.

d. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN-SUPEL) Surabaya, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam. Tahun 2015-2016.

e. Pengalaman : Melakukan konseling pada remaja yang mengalami kesulitan beradaptasi di politeknik pelayaran surabaya.122

3. Deskripsi Klien

Klien adalah orang yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari orang lain untuk memecahkannya, akan tetapi kunci keberhasilan dalam mengatasi masalahnya sebenarnya sangat bergantung atau ditentukan oleh pribadi klien sendiri. Adapun data pribadi klien adalah sebagai berikut:

Nama : Rico (samaran)

Tempat tanggal lahir : Gresik, 2 April 2001

122

Pada saat PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) di Politekni Pelayaran Surabaya pada bulan September-Oktober 2015.

Agama : Islam

Usia : 14 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Sekarang : Baron- Dukun- Gresik

Alamat Asal : Gresik

Riwayat Pendidikan Klien :

a. MI Tasywirul Afkar

b. MTS Tasywirul Afkar

4. Deskripsi Masalah Klien

Masalah adalah segala sesuatu yang membebani perasaan, pikiran serta prilaku seseorang yang harus segera mendapat penyelesaian, sebab tidak jarang dari masalah-masalah yang dirasakan pada diri seseorang tersebut pada akhirnya dapat terekspresikan kedalam bentuk-bentuk tingkah laku yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Adapun permasalahan yang dialami klien adalah Malas Belajar karena dia sering melakukan(1) bolos sekolah (2) pulang pada saat jam istirahat (3) juga sering bercanda ketika ada guru yang mengajar dikelas, berikut adalah deskripsi masalah yang dihadapi klien:

Seorang pria berusia 14 tahun di Desa Baron Kec. Dukun Kab. Gresik, sebut saja namanya Rico. yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sangat bagus, baik itu di lingkungan keluargannya maupun dilingkungan yang ada disekitarnya. akan tetapi semua berubah ketika Rico sekolah di MTs

Tasywirul Afkar anak ini mengalami perubahan dalam proses belajar. Kendala yang dihadapi yaitu rasa malas dalam belajar, sehingga sangat mempengaruhi dalam prestasinya.

Pada proses belajar anak ini sering bolos sekolah, pulang pada saat jam istirahat, tidak adanya semangat, tidak ada minat dalam pelajaran akademik, kurangnya motivasi, dan tidak mempunyai cita-cita yang jelas. Hal inilah yangdialami oleh Ricoselama masa pendidikan. Akan tetapi anak ini mempunyai hobi atau kebiasaan yang positif dimana pada saat waktu luangnya dia senang sekali menggerjakan seperti otomotif dan membuat kerajinan tangan. Yang acapkali dibilang dengan hobi atau kebiasaan.

Rico sering mengotak-atik sepeda yang dia miliki dalam waktu sengganggnya dia sangat bersemangat sekali dalam melakukan aktivitas tersebut karena menurut dia dengan melakukan kebiasaan tersebut bisa membuat dirinya merasa bangga dan bisa dijadikan hiburan tersendiri. Sering juga dia membuat kerajinan tangan seperti membuat kurungan (Rumah Burung), kandang ayam dll yang terbuat dari bambu.

Gambaran kondisi klien sebelum mendapatkan terapi :

Nama : Rico

TABEL 3.1

“Sebelum dilakukan proses Bimbingan dan Konseling Islam”

No Pernyataan

Sebelum Proses Bimbingan Konseling

Islam

1 2 3

1 Tidak pernah belajar √

2 Sering bolos sekolah √

3 Pulang diwaktu jam istirahat √

4 Bermain sendiriketika

pelajaran berlangsung √

5

Sering keluar ketika pelajaran dimulai (alasan pergi ke toilet)

6 Sering melanggaran

peraturan sekolah √

7 Tidak konsentrasi saat

proses belajar. √

8 Melakukan kebiasaan yang

disenangi √

9 Melakukan otomotif √

10 Membuat kerajinan tangan √

Dari tabel diatas dapat diketahui keadaan klien sebelum melakukan

Dokumen terkait