• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pemaparan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Pelayanan di Bank Muamalat harus lebih ditingkatkan dengan memberikan informasi yang lebih terbuka dan merata sehingga setiap masalah terinformasikan dengan baik karena salah satu kendala yang dihadapi sekarang ini adalah belum sepenuhnya terwujud kesadaran dari masyarakat muslim untuk bersama membangun perbankan syariah, khususnya Bank Muamalat Indonesia.

2. Lebih gencar untuk mempromosikan produk pembiayaan, khususnya produk dana talangan haji, mengingat persaingan yang sangat ketat antar lembaga keuangan syariah khususnya di bidang pembiayaan, hendaknya bank syariah lebih meningkatkan inovasi dari kedua produk, sehingga bisa sedikit berbeda dengan produk di lembaga yang lain.

3. Untuk penelitian selanjutnya, disarakan untuk meneliti permasalahan yang ada di Bank Muamalat Indonesia terkait produk dana talangan haji. Solusi mengatasi kolektibilitas lima yaitu dalam hal ini adalah kredit macet.

DAFTAR PUSTAKA

Syafi‟I, Muhammad Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Ruslan, Rosadi. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003

Karim, Adiwarman. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Ed III, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007 Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2002

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: BumiAksara, 1998

Departemen Kebudayaan dan Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Misrawi, Zuhairi. Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009

Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Pedoman Haji. Semarang: Pustaka Rizky Putra, 1999

Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012

Karim, Adiwarman. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq, 2004 Alshodiq, Mukhtar dkk. Briefcase Books Edukasi Profesional Syariah

Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer. Jakarta: Renaisan, 2005

Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004

Sohari Sahrani & Ru‟fah Abdullah. Fikih Muamalah. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011 Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktisi Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul

Dirgantoro Crown. Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis. Jakarta: Grasindo, 2002

Anatan. Lia dan Lenna Elliatan. Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen. Bandung: Alfabeta, 2009

D.T. Johns dan H.A Harding. Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995

George A. Steiner dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta: Erlangga, 1997

John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr. Manajemen Strategis-Formulasi,

Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat, 2008

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1990

Abdurahman. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan. Jakarta: Pradnya Paramita, 1982

Mukhtar Alshodiq. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa

Ekonomi Syariah Kontemporer. Jakarta: Renaisan, 2005

Muhammad bin „Abdul „Aziz al-Musnad. Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah. Jakarta:

Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2007

Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14

M Ablah. Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita. Jakarta: Zaman, 2009 Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007 Website

Anisy Kurlillah, Kajian Muamalah, artikel ini dipublikasikan pada 7 Desember 2011 dan diakses pada 19 April 2014 darihttp://caknenang.blogspot.com/2011/12/normal-O-false-false-false-en-us-x-none.html

Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari http://umroh-murah.blogspot.com

Kartono, “Daftar Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) Tahun 2013”, artikel ini dipublikasikan pada 22 Agustus 2013, diakses pada 25 Januari 2014 dari

http://kemenagkarimun.blogspot.com/2013/08/daftar-penyelenggara-perjalanan-ibadah umrah-ppiu-tahun-2013.html

Pkes, “Pembiayaan Multijasa Dalam Perspektif Fiqh Muamalah”, artikel ini dipublikasikan pada 5 April 2013, diakses pada 15 Februari 2014 dari http://ekonomisyariah.info/blog/2013/04/05/pembiayaan-multijasa-dalam-perspektif-fiqh-muamalah/

Yasir Maqosid, DanaTalangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini dipublikasikan

pada 13 Maret 2012, diakses pada 25 April 2014

darihttp://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram Misbakul Huda, Mudahnya Umroh Dengan Dana Talangan Umroh, dipublikasikan pada 7 Maret 2013, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.nawwafhuda-travel.com/2013/03/mudahnya-umroh-dengan-dana-talangan.html

Skripsi

Skripsi, Muhammad Ridwan, Mekanisme Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank

Muamalat Cabang Ciledug, 2013

Skripsi, Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah Syariah di Bank Syariah, 2010

Skripsi, Nuzulur Rohman, Aplikasi Akad Ijarah (Multijasa) Dalam Pembiayaan

Talangan Umroh, 2012

Jurnal

RI Ambisi Perbankan Syariah Skala Besar. Artikel ini dipublikasikan pada 9 Juli 2013, diakses pada 10 Desember 2013 dari http://jurnalasia.com/2013/07/09/ri-ambisi-perbankan-syariah-skala-besar/

artikel ini dipublikasikan pada 5 April 2013, diakses pada 5 Februari 2014 dari http://www.jurnalhaji.com/konsultasi-haji-umrah/pembiayaan-talangan-haji-haram/

Jabatan : Non Mortgage Dept. Hari, Tanggal : Jumat, 13 Juni 2014

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : Kantor Pusat PT. Bank Muamalat Indonesia Jl. Jendral Sudirman

Kav.2 Jakarta Pusat.

1. Akad apa yang digunakan BMI pada produk dana talangan haji dan umroh?

Akad yang digunakan pada talangan haji adalah Qardh. Sedangkan untuk umroh ini akad yang digunakan adalah akad ijarah berarti multijasa, karena ini sifatnya jasa. Ijarah itu sendiri bisa untuk sewa barang atau sewa jasa. Untuk umroh ini yang kita sewakan adalah jasa, yaitu jasa pemberangkatan umrohnya. Posisi BMI tidak memberikan jasa umroh, karena yang memberikan jasa umroh hanya travel atau biro jasa haji atau umroh. Oleh karena itu, dalam ketentuan produknya dengan akad ijarah, BMI harus bekerjasama dengan penyedia jasa yaitu travel. Jadi kita harus bekerjasama dulu dengan penyedia jasa biro travel haji dan umroh. Kita bayarkan ke dia, dan jasanya disewakan ke nasabah. Kan kalau pola sederhananya, kalau misalnya kita yang memiliki barang atau memiliki jasa. Katakanlah saya mempunyai hp, inikan saya bisa sewakan hp ini ke Rahma dengan akad ijarah, dua pihak saja kan, karena saya punya barangnya. Nah, dalam posisi bank yang tidak memiliki jasa yang akan disewakan tersebut, dia harus menggandeng pihak ketiga yaitu travel. Kita ada perjanjian kerjasama yaitu antara bank dengan travel. Bank

misalnya bank dan si travel tidak bekerjasama, itu tidak memenuhi akad atau akte syariahnya, karena kalau kita hanya berakad ijarah dengan nasabah, kita tidak mempunyai barang atau jasanya kan. Sama seperti halnya kalo kita membiayai jasa untuk biaya pendidikan, nah karena bank tidak memiliki jasa pendidikan tersebut, si bank harus bekerjaama dengan lembaga pendidkan seperti perguruan tinggi, dll. Itu akad yang kita gunakan yaitu ijarah.

2. Adakah ketentuan hukum yang mengatur dana talangan haji dan umroh di BMI?

Kalau ketentuan hukum, produk dana talangan haji dan talangan umroh kita mengacu pada fatwa DSN-MUI, Qardh mempunyai prosedur-prosedur tentang pemberian dana talangan haji serta Ijarah mempunyai prosedur-prosedur tentang pembiayaan, artinya kita bisa memberikan layanan jasa dengan konsep ijarah kepada nasabah. Nah kemudian kita tuangkan di BMI melalui prosedur pelaksanaan produk pembiayaan umroh. Jadi kita ada prosedur khusus yang mengatur mengenai talangan haji maupun pembiayaan umroh.

3. Mengapa di BMI menamakan produk talangan umroh dengan pembiayaan umroh? Mengapa tidak disamakan saja dengan talangan haji?

Sebetulnya kita tidak sebut talangan ya kalau untuk umroh, pembiayaan umroh saja. Kalau misalnya perbedaan haji dengan umroh. Kalau haji kan kita betul namanya

tahun kemudian si nasabah bisa mencicilnya. Atau bisa mencicil setelah umroh. Artinya kan dibayarkannya bisa setelah si nasabah pergi, sementara kalau haji sebelum pergi si nasabah harus melunasinya. Karena konsep istitoahnya kalau di talangan haji yang lebih di tekankan.

4. Bagaimana mekanisme pembiayaan dana talangan haji dan umroh?

 Mekanisme untuk pembiayaan umroh. Si nasabah pertama kan mengajukan ke bank untuk pembiayaan umroh. Bisa dua model, bisa si nasabah sudah menunjuk travel umrohnya atau bank yang menyarankan si nasabah untuk memakai travel yang sudah bekerjasama dengan BMI. Kalau misalnya si nasabah, sudah menunjuk travel umrohnya tetapi kemudian si travel belum mengadakan kerjasama dengan bank, makanya kan harus kerjasama dulu, artinya kan belum bisa dilakukan. Kalau misalnya ternyata rekanan kita nih, nah itu bisa langsung dilaksanakan. Nah, kalau misalnya dia ternyata belum bekerjasama dan si travel umrohnya belum bisa bekerjasama, katakanlah misalnya ada kendala-kendala tertentu, maka kita sarankan dia menggunakan travel umroh yang sudah bekerjasama dengan kita karena harus memenuhi konsep yang syariah yaitu konsep sewa-menyewa karena kita tidak menyediakan jasanya. Nah kemudian si penyedia jasa ini memberikan penawaran ke si nasabah biasanya berapa paket perjalanan umrohnya, ketika si nasabah menyetujui, katakanlah US 1.200 atau kita ekuivalenkan menjadi Rp 15.000.000, nah diketentuan kita nasabah wajib

juga bayar ke travel, jadi si nasabah tidak menerima uang dari kita, karena kita kan tidak memberikan, terminologinya kan bukan meminjamkan uang kan, tapi kita memberikan jasa yang sudah bekerjasama dengan si travel tadi. Uang itu diberikanlah ke si travel, kemudian si nasabah mendapatkan pelayanan dari si travel ini, termasuk misalnya nanti kan ada paket yang terdiri dari pengurusan visa, pembuatan passport bagi yang belum mempunyai, dan pengurusan lain-lain. Nah si nasabah mendapatkan semua jasa yang ditawarkan dari travel ini, kemudian si nasabah bisa berangkat. Mekanisme pembayarannya adalah dia kemudian mencicil setiap bulan dengan model cicilan tetap setiap bulan, maksimum jangka waktu 36 bulan. Terus kemudian tadi sudah saya sampaikan uang muka kan 30% minimal, pembiayaan ke bank maksimal 70% dan maksimal fasilitas itu Rp 35.000.000. kan kalau kita lihat sekarang, paket umroh bervariasi ada yang murah, ada yang mahal ada yang macam-macam misalnya ditambah dengan paket perjalanan wisata ke Timur Tengah dll, tergantung pilihan paketnya. Jadi kan paketnya berbeda-beda, nah kita batasi maksimum di Rp 35.000.000.

 mekanisme talangan haji. Jadi kalau kita mau berangkat haji itu ada dua kali pembayaran ke pemerintah. Yang pertama talangan untuk porsi haji dan yang kedua untuk pelunasannya. Jadi kalau misalnya ada periode berangkat 2017, si nasabah daftar di tahun 2014 kan lama nih jangka waktunya. Bisa saja si nasabah

dalam kondisi normal ya kita datang dulu ke KEMENAG bawa uang sebesar Rp25.000.000 atau datang ke bank yang penerima setoran haji Rp25.000.000, kemudian di cabang setelah uangnya masuk ke rekening haji, lalu cabang langsung menginput ke dalam fasilitas SISKOHAT yaitu Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu. Nah kita bayar katakanlah bulan Juni ya, kemudian ada masa tunggu kan. Ini belum ngomongin masalah pembiayaan ya. Kemudian misalnya si nasabah kebagian berangkat Juni 2017, biasanya dua bulan sebelum keberangkatan harus melunasi, katakanlah disini april. Disini harus lunas dalam masa pelunasan waktu dua minggu sebesar S3.400/ Rp34.000.000. karena si nasabah sudah membayar Rp25.000.000 jadi dia tinggal membayar Rp5.000.000 kekurangannya. Jadi dia datang lagi ke bank untuk menginput pelunasannya, itu dalam kondisi normal. Nah kalau misalnya pembiayaan, si nasabah datang ke BMI, meminta pembiayaan ke bank maksimum Rp24.500.000. Jadi BMI menyediakan uang muka Rp500.000. Lalu uang ini Rp500.000 disetor dan pembiayaannya pun cair. Nanti terkumpulah disini sebesar Rp25.000.000. Lalu, bank langsung menginput di SISKOHAT, setelah diinput di SISKOHAT langsung dapat nomor porsi 123XXXXXX, kemudian uang yang ada di rekening ini sebesar Rp25.000.000 dipindahkan ke rekening KEMENAG. Karena kita mempunyai ketentuan sesuai dengan KEMENAG, maka si nasabah di bulan Juni 2016 harus lunas. Jadi hanya untuk talangan porsi aja, dan talangan porsi ini

kalau nasabah tidak melakukan pelunasan juga bisa dibatalkan juga porsinya. Jadi talangan haji tuh hanya talangan porsi ya bukan talangan keseluruhan. 5. Apa persamaan dan perbedaan dari produk dana talangan haji dan umroh?

Persamaannya sama-sama pembiayaan tanpa agunan. Kalau talangan haji kita pakai qardh, kalau umroh kita pakai ijarah. Kalau talangan haji kenapa pakai qardh, ini kan tidak diperjual belikan sebetulnya, karena porsi ini milik pemerintah. Jadi, kenapa pakai qardh kenapa nggak pakai ijarah. Nah kalau ijarah, tadi kan ijarah akad sewa-menyewa, yang jual paketnya siapa? Travel kan. Kalau haji, tidak bisa. Paling ada kelompok bimbingan haji ya, tapi porsinya tidak bisa diperjual belikan.

Misalnya KBIH nih, “Pak, mau beli porsi nih ke KEMENAG 1000 porsi, ya tidak bisa”. Jadi tidak bisa diperjualbelikan oleh KEMENAG, jadi semua pendaftaran sifatnya sentralisasi menggunakan sistem, jadi tidak bisa si biro jasa ini atau travel membeli paket, kemudian paketnya dijual kembali, tidak bisa. Jadi mereka sifatnya bimbingan haji aja. Jadi tidak mengurusi pembiayaan, hanya menawarkan jasa untuk bimbingan, tidak bisa menjual paket haji sekian, tidak Nah, makanya kita memakai akad Qardh. Kalau umroh bisa berangkat kapan saja, makanya ada paketnya atau ada slotnya, kalau haji tidak bisa. Makanya kita gunakan qardh, karena haji ini milik pemerintah, jadi ya tidak mungkin aja kita bekerjasama dengan KEMENAG sebagai penyedia porsi. Sedangkan, untuk persamaan

haji kita bisa berikan Rp24.500.000, jadi nasabah cukup membayar Rp500.000. Kenapa orang itu melakukan talangan? Nah kalau dia menunggu ngumpul Rp25.000.000, mungkin dia akan terkumpul di Juni 2014. Sehingga fungsi talangan ini adalah mempercepat proses mendapatkan porsi haji. Karena sekarang ini sudah mencapai 10 tahun jangka waktu tunggunya.

 Kalau untuk talangan umroh ini yang menjadi daya tarik bagi kita adalah yang pertama pembiayaan ini kita tidak diwajibkan adanya agunan, jadi kalau misalkan pembiayaan tadi katakanlah Rp15.000.000, Rp20.000.000 sampai maksimum Rp35.000.000 tidak wajib ada agunan. Kemudian, ini juga bisa berlaku untuk nasabah dan keluarganya. Jadi bisa dianggap misalnya, Rahma yang mengajukan ke bank, tapi untuk berangkat umroh antara Rahma dengan Ibu. Nah itu bisa satu fasilitas, jadi tidak harus dua-duanya. Kan di bank itu semua pembiayaan harus mengacu atau harus sesuai dengan ketentuan dari BI, jadi bank harus menganalisa kemampuan membayar dari si nasabah. Misalnya, Rahma sudah bekerja, kan ada sumber pengembalian/penghasilan mau mengajak ibunya yang tidak bekerja misalnya atau ibu rumah tangga kan tidak bekerja. Jadi kita tidak pisahkan tuh, jadi yang kita analisa hanya Rahma saja, kalau misalnya di tempat lain kan satu nasabah satu fasilitas, jadi harus satu-satu. Kalau misalkan ibunya mengajukan sendiri kan susah karena tidak punya penghasilan kan misalnya kondisi tidak bekerja. Yang ketiga, sifat cicilannya

multiguna atau KTA itu kan ada kemungkinan berubah atau floating. Sedangkan kalau kita diawal angsurannya Rp500.000 sampai akhir pembiayaan akan tetap sebesar Rp500.000. Jadi, tidak mempengaruhi/terpengaruh dengan perubahan tingkat suku bunga di pasar. Keempat, dari tingkat pricing atau tingkat ekuivalen rate kita sekarang bia dikatakan lebih rendah untuk kategori pembiayaan tanpa agunan. Kalau misalnya kita lihat kita bandingkanlah fasilitas-fasilitas yang banyak ditawarkan itu sangat mahal tingkat ratenya. Sementara untuk kita tingkat ratenya relatif lebih rendah. Kemudian yang kelima, kita sudah banyak bekerjasama dengan travel haji dan umroh. Jadi kalau misalnya nasabah ingin umroh, tidak perlu mereka cari dulu travelnya. Istilahnya si nasabah tinggal datang ke bank ke cabang terdekat, datang kesitu mau umroh, minta tolong travelnya yang sudah kerjasama dengan bank siapa, nanti tinggal dicarikan atau dibawakan. Jadi memang kurang lebih itulah kelebihan-kelebihannya. Nah sebetulnya kalau kita bicara pembiayaan di bank konvensioal dan di bank lainpun relatif dari sisi teknis ya sama, tetapi kita menjaga bahwa ini sesuatu hal kebaikan yang berkaitan dengan ibadah kita upayakan sebisa kita sesuai dengan konsep syariah. Jadi kita berharap nilai-nilai syariah yang kita penuhi. Kita harapkan kan orang beribadah tapi jangan pakai ngutang atau kredit yang berbasis bunga. Itu mungkin aspek yang terpenting yang menjadi keunggulan dari produk-produk di BMI.

Kalau kita bicara keuntungan, lebih menguntungkan umroh ya. Karena kalau konsep qardh, Rahma tau sendiri ya tidk boleh dikenakan margin atau tidak boleh dikenakan ujroh. Misalnya, saya meminjamkan uang ke Rahma nih kan tidak boleh dikenakan apa-apa, saya pinjamkan Rp1.000.000 dikembalikan Rp1.200.000 tidak boleh kan. Kalau konsep sewa-menyewa boleh, seperti murabahah itu kan jual beli, jadi boleh kita menambahkan keuntungan disitu. Kalau qardh itu tidak boleh menambahkan, jadi kita dapat di biaya administrasi aja di depan untuk pengurusan dan sebagainya yang nilainya lebih rendah. Kalau umroh kita bisa kenakan ujroh/margin. Kan ibaratnya begini sama seperti jual beli, si travel ini menawarkan paket Rp12.000.000 misalnya. Nah kita berikan ke nasabah total paketnya jadi Rp13.000.000 kan boleh kalau pake Ijarah. Tetapi kalau pakai akad qardh tidak bisa, hanya administrasinya aja kalau untuk talangan haji.

8. Produk mana yang lebih berisiko antara dana talangan haji dan talangan umroh dalam praktek pembiayaan?

Dalam hal resiko, sebetulnya kalau kita bicara produk kan semuanya berisiko ya. Apalagi produk ini dua-duanya tanpa agunan. Nah cuman kalau misalnya kita bicara lebih berisiko dari sisi praktek pembiayaan saat ini, ya tentu saja talangan haji yang lebih berisiko karena berkaitan dengan kebijakan eksternal kebijakan pemerintah. Maksudnya, talangan haji hanya boleh diberikan satu tahun, nah setelah satu tahun nasabah wajib membayar. Kalau tidak bisa membayar, bank tidak diperkenankan memperpanjang fasilitas. Nah ketika kita tidak boleh memperpanjang,

sebagainya, atau ketika membatalkan ke KEMENAG itu prosesnya lama bisa tiga bulan atau lebih, nah sementara fasilitas sudah jatuh tempo nih, kalau sudah jatuh tempo kaya gini, pembiayaan apapun itu masuk ke kolektibilitas lima macet, jadi kolektibilitas lima, macet artinya kita harus menyediakan suatu proses terhadap suatu fasilitas itu. Berbeda dengan, kan kita bicara kalau resiko sebetulnya sama. Cuman dari sisi proses penyelamatan, lebih berisiko di talangan haji. Kalau umroh katakanlah 36 bulan, ternyata di perjalanan si nasabah tidak kuat membayar sebesar yang diperjanjikan di awal. Misalnya begitu jatuh tempo si nasabah belum bisa lunasin kita bisa memperpanjang lagi. Kemudian kalau di umroh ini kita bisa bernegosiasi dengan si travel bahwa kita minta jaminan dari dia juga untuk pengembalian atau pembayaran. Meskipun ada travel yang bersedia ataupun yang enggak. Jadi sebetulnya, kalau dari sisi risiko saat ini dengan kondisi eksternal dan kondisi kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah, talangan haji lebih berisiko. 9. Bagaimana bagi hasil yang diberikan pada pemberian dana talangan haji di

BMI?

BMI hanya dapat margin/ keuntungan dari biaya administrasinya yaitu sebesar Rp2.000.000 dari Rp 24.000.000, berarti kurang dari 10%. Jadi tidak boleh mengambil lebih besar.

konsolidasi dulu. Jadi sementara ini kita belum pasarkan kembali produk dana talangan haji ini. Kita sedang review di semester 1 ini kita jual lagi apa nggak. Talangan haji sedang konsolidasi bukan di freeze ya. Jadi konsolidasi di internal untuk dibuat mekanisme yang lebih baik. Kan tadi kita punya risiko tidak boleh diperpanjang, jadi harus lebih ketat analisisnya.

(bulan) per bulan per hari

Menabung 6 875.000 29.167 Uang Muka 6 2.127.211 70.907 12 1.106.378 36.879 Angsuran setelah 18 766.100 25.537 pulang Umroh 24 595.961 19.865 30 493.878 16.463 36 425.822 14.194

Skema tanpa Pembiayaan*)

Jangka Waktu Angsuran Angsuran

(bulan) per bulan per hari

6 2.886.210 96.207 12 1.430.137 47.671 Menabung sebelum 18 944.831 31.494 berangkat Umroh 24 702.218 23.407 36 460.878 15.363 48 339.165 11.306 60 266.272 8.876 *) Asumsi:

Biaya Paket Umroh Rp17.500.000

Uang Muka Pembiayaan Rp 5.250.000

ِﺑ

ﺴ

ِﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ِﷲﺍ ِﻢ

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang : a. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu

barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrag), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;

b. bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan pembayaran upah (ujrah/fee);

c. bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah; d. bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN

memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:

ﹶﺃﻫ

ﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ﻲِﻓ ﻢﻬﺘﺸﻴِﻌﻣ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﺎﻨﻤﺴﹶﻗ ﻦﺤﻧ ،ﻚﺑﺭ ﺖﻤﺣﺭ ﹶﻥﻮﻤِﺴﹾﻘﻳ ﻢ

ِﺓ

ﻀﻌﺑ ﺎﻨﻌﹶﻓﺭﻭ ،ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ

ﻬ

ﻀﻌﺑ ﹶﺬِﺨﺘﻴِﻟ ٍﺕﺎﺟﺭﺩ ٍﺾﻌﺑ ﻕﻮﹶﻓ ﻢ

ﻬ

ﺎﻀﻌﺑ ﻢ

ﹶﻥﻮﻌﻤﺠﻳ ﺎﻤِﻣ ﺮﻴﺧ ﻚﺑﺭ ﺖﻤﺣﺭﻭ ،ﺎﻳِﺮﺨﺳ

.

“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar seba-gian mereka dapat mempergunakan sebaseba-gian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:

...

ِﺇﻭ

ﹶﺃ ﹾﻥ

ﺭﺩ

ﺗﻢ

ﹶﺃ

ﻢﺘﻤﱠﻠـﺳ ﺍﹶﺫِﺇ ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ ﺡﺎﻨﺟ ﹶﻼﹶﻓ ﻢﹸﻛﺩﹶﻻﻭﹶﺃ ﺍﻮﻌِﺿﺮﺘﺴﺗ ﹾﻥ

ﺮﻴِﺼﺑ ﹶﻥﻮﹸﻠﻤﻌﺗﺎﻤِﺑ َﷲﺍ ﱠﻥﹶﺃ ﺍﻮﻤﹶﻠﻋﺍﻭ ،َﷲﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻭ ،ِﻑﻭﺮﻌﻤﹾﻟﺎِﺑ ﻢﺘﻴﺗﺁﺎﻣ

.

“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

3. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:

Dokumen terkait