• Tidak ada hasil yang ditemukan

Comparative advantage produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Comparative advantage produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh :

RAHMA PUTRI ISLAMI

1110046100018

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta 26 Juni 2014

(5)

COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, adalah skripsi hasil karya Rahma Putri Islami NIM 1110046100018. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keunggulan produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia, selain itu juga untuk mengetahui produk mana yang lebih menguntungkan bagi bank dari dua produk pembiayaan tersebut.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan keunggulan masing-masing produk serta mekanismenya yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia. Untuk pengumpulan data yaitu data primer berupa hasil wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa studi pustaka dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, produk dana talangan haji ternyata berbeda dengan talangan umroh baik dari segi akad maupun dari nama produk. Kemudian, produk yang lebih menguntungkan bagi bank dari kedua jenis produk tersebut yaitu produk talangan umroh. Selain itu, masing-masing produk pembiayaan tersebut memiliki keunggulan dalam berbagai aspek yaitu baik dalam kemampuan financial ekonomi, inovasi produk serta promosi.

(6)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA.

Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita

Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah

membimbing dan menuntun umatnya ke jalan penuh dengan cahaya ilmu yang

diridhai Allah SWT. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, dukungan dan

kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi

Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA selaku

(7)

kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang sangat berguna

hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Kepada Kedua Orang Tuaku, Ayahanda H. Akhmad Arifin, Bsc dan Ibunda Dra.

Chaerul Nurdjanah, MM dan kakakku Muhammad Insan Akbar Pradipta, SH,

yang selalu memberikan motivasi dan bantuan doa yang selalu dipanjatkan selama

masa studi di perguruan tinggi sampai akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Bapak Yayat Taryadi dan Ibu Any Mulyani selaku officer Consumer Finance

Division Kantor Pusat PT. BMI, yang telah memberikan informasi tentang produk

pembiayaan dana talangan haji dan umroh. Kepada Bapak Ferry selaku officer

Legal Division di BMI, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan,

terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan sabar

memberikan petunjuk, bimbingan serta bekal ilmu selama penulis mengikuti

perkuliahan.

7. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2010 khususnya kelas B, yang sudah

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk Ai Nurilmi,

Anggun Pradini, Lisa Safirah, Nurfie R, Della P, Sekar A, Marlena I yang sudah

membantu memberikan dukungan dan menyumbangkan ide-ide cemerlang dalam

(8)

kesuksesan dan keberkahan hidup.

8. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan Maximilian

yaitu Vista, Isaka, Subito, Ardito, Kendang, Parda, Apis, Lullaby, Vorest, Cajon,

Laja, Gupa, Mudei dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan

satu-persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan yang telah terjalin. Teman-teman

KKN Sanubari 2013, terima kasih atas semangat dan support yang kalian berikan

diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa

terima kasih dari penulis. Semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang

tiada putus pahalanya, dan bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun akhirat.

Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua

pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2014

Penulis,

(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Comparative Advantage ... 11

B. Talangan Pembiayaan ... 16

C. Haji dan Umroh ... 19

D. Akad Qardh dan Ijarah ... 25

(10)

x

C. Sumber Data Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Objek Penelitian ... 49

F. Metode Analisis... 49

G. Teknik Penulisan Skripsi ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia ... 51

B. Perbedaan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 62

C. Produk yang Lebih Menguntungkan dan Lebih Berisiko Dalam Praktik Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia ... 63

D. Analisis Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 74

B. Saran ... 75

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya perbankan syariah di Indonesia, hendaknya umat Islam menjadi

pelopor dalam menggunakan bank syariah. Keadaan ini merupakan peluang yang

prospektif bagi bisnis perbankan syariah. Banyak produk-produk yang telah

diciptakan bank syariah, antara lain produk pembiayaan, penghimpunan dana,

ataupun produk jasa. Semua produk tersebut ditujukan untuk melayani

masyarakat. Produk perbankan syariah yang sangat populer dan banyak diminati

adalah produk pembiayaan.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit

unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah, pembiayaan disebut sebagai

Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets berupa investasi dalam bentuk

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan

prinsip penyertaan (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli

(Murabahah), pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Muntahiya

Bittamlik), surat-surat berharga syariah, dan investasi lainnya.1

(12)

Diantara produk pembiayaan yang dikeluarkan bank syariah, ada produk

yang banyak peminatnya selain pembiayaan kepemilikan rumah, yaitu produk

dana talangan haji dan talangan umroh. Produk pembiayaan ini memang sangat

banyak diminati oleh umat islam karena ibadah haji merupakan salah satu bagian

dan rukun Islam ke lima, bukan hanya bertujuan meningkatkan ketakwaan dan

nilai spiritual pelakunya, namun di dalam operasional dan pengelolaannya juga

menyimpan potensi ekonomi yang sangat dahsyat. Potensi tersebut terlihat dimana

di dalam hal pengelolaan haji itu melibatkan belasan sektor industri, manufaktur,

perdagangan, dan jasa. Logikannya, Indonesia merupakan penyumbang jamaah haji

terbesar di dunia.

Sedangkan untuk ibadah umroh, ternyata merambah ke kalangan pelajar

ataupun ke kalangan anak-anak muda. Mereka sekarang tidak sekadar bicara tur ke

Singapura atau ke Hongkong, tetapi juga untuk beribadah umroh. Pada dua bulan

terakhir di tahun 2013 ada sekitar 60% jamaah umroh berasal dari kalangan pelajar,

seiring dengan meningkatnya peminat perjalanan umroh dari tahun ke tahun, namun

dengan kuota keberangkatan yang semakin terbatas.

Jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun terus

bertambah.2 Besarnya peluang untuk dana talangan haji dan talangan umroh ini,

selain karena potensi besarnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama

(13)

Islam, Ibadah Haji dan Umroh juga merupakan suatu amalan yang diwajibkan bagi

kaum muslimin yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan agar mereka dapat

merasakan berbagai manfaat kerohanian yang sangat berguna. Pada saat melakukan

ibadah haji, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekkah, Masjidil Haram

dibawah naungan satu agama, untuk mencapai satu tujuan, Ukhwah Islamiyah.

Pertemuan internasional yang besar itu sudah tentu akan mempermudah

tergalangnya persatuan dan kesatuan. Semuanya merasakan hangatnya persaudaraan

Islam.3

Banyak jasa perbankan syariah di Indonesia yang menawarkan layanan dana

talangan haji dan talangan umroh. Diantara bank syariah yang mengeluarkan dana

talangan haji seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI

Syariah, BNI Syariah, dan sebagainya. Penulis ingin memfokuskan penelitian di

Bank Muamalat Indonesia. Salah satu produk pembiayaan unggulan yang

ditawarkan Bank Muamalat terkait aktivitas haji, umroh serta perjalanan wisata

selain Tabungan Haji Arafah yang telah banyak dikenal, Bank Muamalat juga

menawarkan Produk Dana Talangan Haji (Dana Talangan Porsi Haji) dan Talangan

Umroh (Pembiayaan Umroh Muamalat).

(14)

Dua produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya bagus karena

banyak orang muslim yang ingin sekali menunaikan ibadah haji maupun umroh,

akan tetapi selalu terbentur dengan biaya yang sangat mahal, oleh karena itu

peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat

untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan

tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Adapun pengertian dari kedua produk pembiayaan ini yaitu, untuk Dana

Talangan Haji merupakan pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah kepada

nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperoleh porsi haji pada saat

pelunasan kepada BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Sedangkan untuk Talangan

Umroh adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan untuk

beribadah umroh dalam waktu yang segera.

Akad yang digunakan pada Dana Talangan Haji adalah qardh. Pembiayaan

qardh adalah pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan.4 Dalam fatwa Dewan

Syariah nasional (DSN) No. 19/DSN-MUI/IV/2001 pengertian qardh adalah suatu

akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati

oleh LKS dan nasabah.5

(15)

Sedangkan untuk Talangan Umroh, akad yang digunakan untuk pembiayaan ini

yaitu ijarah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) No. 09/DSN-MUI/IV/2000

pengertian ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang

dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.6

Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh merupakan produk yang

memfasilitasi perjalalanan ibadah haji dan umroh. Namun, mengapa kedua peoduk

ini dibedakan dari segi akadnya. Untuk Dana Talangan Haji akad yang digunakan

adalah qardh (pinjaman tanpa ujrah), lalu darimana bank mendapatkan keuntungan

jika menggunakan akad qardh, sedangkan untuk pembiayaan umroh menggunakan

akad ijarah.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh

tentang dana talangan haji dan pembiayaan umroh dengan judul skripsi:

“Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh Pada Bank Muamalat Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

1. Produk talangan umroh hampir sama dengan produk dana talangan haji, tetapi jika

dilihat dari segi akadnya itu berbeda dan nama produknya berbeda.

(16)

2. Dana talangan haji menggunakan akad qardh, sedangkan talangan umroh

menggunakan akad ijarah. Berarti dana talangan haji tidak mendapatkan

margin/keuntungan dari pembiayaan talangan umroh.

3. Strategi bank syariah dalam memasarkan produk melalui umroh mungkin akan

menjadi alternatif bagi masyarakat.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis

membatasi permasalahannya mengenai comparative advantage serta mekanisme

dari Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh. Oleh karena itu,

penelitian skripsi ini mengarah kepada spesifikasi penelitian hanya pada Kantor

Pusat Bank Muamalat Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

penulis perlu melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan

yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan

skripsi ini. Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan

agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah

tersebut dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis telah menentukan

(17)

1. Bagaimana Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank

Muamalat Indonesia?

2. Bagaimana analisis comparative advantage antara Produk Dana Talangan

Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank

Muamalat Indonesia.

2. Untuk mengetahui hasil analisis comparative advantage dari Produk Dana

Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademisi

Dapat memberikan informasi bagi civitas akademika dapat menambah

informasi sumbangan pemikiran, baik dosen maupun mahasiswa dalam

rangka memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses pembelajaran

mengenai Produk dari Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.

2. Manfaat bagi Praktisi

Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri yaitu Bank Muamalat

(18)

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi serta sebagai

masukan dan saran untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan Produk

Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk dana

talangan haji dan juga sebagai media sosialisasi mengenai produk ini. Serta

dapat digunakan sebagai acuan perbandingan penelitian yang akan datang

yang berkaitan dengan Comparative Advantage Produk Talangan Haji dan

Talangan Umroh.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya suatu uraian mengenai

susunan dari tulisan yang dibuat agar pembahasan menjadi teratur dan terarah pada

permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu skripsi ini akan dibagi ke dalam lima

bab, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, mencakup latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

(19)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan konsep-konsep yang terkait dengan

permasalahan yang dibahas, yaitu teori yang terkait tentang

comparative advantage, talangan pembiayaan, akad qardh dan

ijarah, haji dan umroh di Bank Muamalat Indonesia. Selain itu, pada

bab ini juga menyajikan uraian secara ringkas penelitian terdahulu

sebagai acuan dalam penyusunan penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Melanjutkan dari bab II, selanjutnya penulis mencoba menjabarkan

tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan, jenis

penelitian, objek penelitian yaitu pada Bank Muamalat Indonesia,

teknik pengumpulan data serta metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Pada bab ini dibahas tentang perbedaan produk pembiayaan dari dana

talangan haji dan talangan umroh. Analisis dan pembahasan

mengenai keunggulan komparatif dari produk dana talangan haji dan

talangan umroh, mekanisme dari masing-masing produk serta

analisis produk yang lebih berisiko dalam praktik pembiayaan di

(20)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi uraian pembahasan penelitian sesuai dengan hasil

analisa dan pembahasan masalah, sehingga dapat ditarik suatu

(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Comparative Advantage

Comparative advantage atau keunggulan komparatif, kata kuncinya adalah “Comparative” yang diartikan sebagai relatif. Maksudnya adalah untuk lingkup

negara perekonomian suatu negara harus lebih banyak memproduksi barang-barang

yang relatif lebih efisien untuk memproduksinya untuk seterusnya produk itu

diekspor.7 Sedangkan barang yang harus diimpor adalah barang yang keuntungannya

relatif lebih kecil. Konsepnya8 pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada

awal abad ke 19.

Badudu Zein dalam Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bahwa keunggulan

komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk

dapat membandingkan dengan yang lain guna mencapai suatu tujuan bersama.

Sedangkan untuk lingkup perusahaan, secara sederhana keunggulan komparatif

dapat diartikan sebagai berikut: Perusahaan seharusnya berfokus menghasilkan

produk bila diproduksi sendiri relatif lebih efisien dan memberikan keuntungan

kepada perusahaan, sedangkan yang tidak memberikan keuntungan sebaiknya

7 Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah Syariah di Bank Syariah, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 30

(22)

jangan dilakukan sendiri, misalnya bisa di sub-kontrakkan.9 Dengan mengacu dari

beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan keunggulan komparatif adalah

keunggulan-keunggulan yang dimiliki suatu produk atau organisasi guna mencapai

suatu tujuan berupa keefisienan bagi organisasi tersebut.

Adapun keunggulan bersaing, berkembang dari nilai yang mampu diciptakan

perusahaan untuk pembelinya melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya.

Nilai adalah apa yang pembeli bersedia membayar, sedangkan nilai yang unggul

berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing. Keunggulan

bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai suatu

keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan yang

dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan,

dan mendukung produknya.10

Perusahaan perlu memutuskan dasar apa yang akan dipakai bersaing dalam

industrinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar,

dengan posisi menguntungkan terhadap para pesaingnya. Derajat keberhasilan yang

dicapai akan bergantung pada sifat industri, dan strategi bersaing kompetitif yang

dipilih.

9 Ekonomi Koperasi, Artikel ini dipublis pada 3 Desember 2013 diakses pada 25 Juni 2014 pada http://www.raisadwisp.blogspot.com/2013/12/ekonomi-koperasi-tugas-2html

(23)

Apabila perusahaan memutuskan mengikuti strategi kepemimpinan harga,

tujuannya adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang sebanding dengan

pesaingnya, tetapi dengan harga yang lebih rendah. Strategi ini akan dimungkinkan

jika perusahaan menginginkan demikian, dengan menetapkan kebijakan harga

agresif, sementara tetap mempertahankan margin yang lebih besar terhadap para

pesaing. Seringkali, hal ini meningkatkan pangsa pasar yang lebih besar, karena

pesaing lain terusir dari pasar. Pelaksanaan strategi seperti itu mempunyai dampak

besar dalam perusahaan, paling tidak dalam bidang operasi. Kebijakan secara pasti

akan berdampak pada keputusan investasi, penerimaan tenaga kerja dan renumerasi,

kerjasama dengan pemasok, dan lain-lain.11

Seluruh keputusan ini tentu perlu difokuskan pada meminimalkan biaya operasi

total perusahaan, dan jika strategi ini telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu,

maka proses pengambilan keputusan akan tertanam dalam budaya biaya minimum

perusahaan. Jika perusahaan memilih bersaing melalui strategi kepemimpinan

harga, maka harus tercermin dalam penetapan tugas operasi kunci. Seluruh

keputusan struktural dalam bidang operasi harus dibuat dengan tujuan untuk

mengurangi harga, karena ini akan berhubungan dengan posisi perusahaan secara

keseluruhan di dalam industri.12

11 Anatan. Lia dan Lenna Elliatan, Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 139

(24)

Porter merumuskan dalam keunggulan kompetitif kekuatan-kekuatan pokok

yang benar-benar signifikan secara lengkap dalam merumuskan strategi bersaing.

Porter mengidentifikasikan data penting yang harus dikumpulkan, data-data penting

diantaranya adalah lini produk, harga, teknologi, pemasaran, saluran distribusi dan

inovasi.13

Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dalam melayani banyak

segmen, bahkan beroperasi dalam industri terkait. Sumber keunggulan biaya

bervariasi dan bergantung pada struktur industri. Bila perusahaan dapat mencapai

dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan

kinerja rata dalam industri asal dapat menguasai harga pada, atau terdekat,

rata-rata industri.14

Pilihan lainnya adalah mengikuti strategi diferensiasi. Dalam hal ini

tujuannya adalah untuk menyediakan berbagai produk atau jasa yang berbeda

dengan para pesaingnya. Perbedaan itu dianggap oleh para pelanggan potensial

sebagai sesuatu keuntungan tambahan, hingga mereka pun siap membayar harga

untuk itu. Dalam menyajikan kemampuan ini, perusahaan harus menetapkan harga

bersaing dengan para pesaing non-diferensiasinya, dengan demikian menjamin

bahwa harga yang dibebankan lebih penting dari biaya yang terkait dengan

diferensiasi itu, dan oleh karena itu, dapat menghasilkan keuntungan yang lebih

13 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 123-124

(25)

baik.15

Diferensiasi (differentiation) mengharuskan agar bisnis memiliki keunggulan

berkesinambungan yang memungkinkannya menyediakan sesuatu yang bernilai

unik bagi pembeli. Suatu strategi diferensiasi yang sukses memungkinkan bisnis

untuk menyediakan produk atau jasa yang di mata pembeli memiliki nilai lebih

tinggi pada “biaya diferensiasi” yang lebih rendah dibandingkan dengan “nilai

premium” bagi pembeli. Diferensiasi biasanya berasal dari satu atau lebih aktivitas

dalam rantai nilai yang menciptakan nilai unik yang penting bagi pembeli. Selain

itu, kesinambungan dari diferensiasi tersebut akan bergantung pada dua hal:

kesinambungan dari nilai yang tinggi dalam pandangan pembeli dan kurangnya

imitasi oleh pesaing.16

Dalam menentukan pilihan strategi, perusahaan perlu mempertimbangkan

prospek industri dan kemampuannya sendiri untuk mendukung posisi yang

berkesinambungan dan dapat bertahan hidup secara ekonomi di dalam industri itu.

Misalnya, jika perusahaan memilih strategi kepemimpinan harga, apakah

perusahaan itu secara realistik memiliki upaya untuk menopang proses kerja

pengembangan teknologi yang diperlukan untuk mendukung keunggulan bersaing

harga rendahnya.

15 D.T. Johns dan H.A. Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h. 20

(26)

Jika pendanaan tidak tersedia untuk mendukung upaya berkesinambungan

yang diperlukan itu, maka perlu ditanyakan apakah strategi seperti itu dapat

dipertahankan dalam jangka panjang. Tentu saja, jika pengembangan proses kinerja

tidak dibiayai, persaingan diantara para pesaing atau para pendatang baru pada

akhirnya akan menyingkirkan perusahaan.

Perusahaan berusaha mencari kemampuan menciptakan keunggulan bersaing

jangka panjang dalam industrinya. Hal tersebut akan mendukung baik kepemimpinan

harga maupun strategi diferensiasi, yang pasti memerlukan juga dukungan operasi.

Secara khusus, keputusan itu pasti perlu dikomunikasikan kepada bidang operasi

dengan suatu cara yang akan mendorong pengambilan keputusan operasi yang

tepat.17

B. Talangan Pembiayaan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 UU Perbankan Syariah dan PBI No.

10/24/PBI/2008, pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan/piutang.18

Sedangkan dalam UU No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

(27)

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dan imbalan atau bagi

hasil.19

Pasalnya, pada tanggal 26 Juni 2002, MUI mengeluarkan fatwa No.

29/DSN-MUI/VI/2002 terkait dengan pembiayaan pengurusan haji oleh Lembaga Keuangan

Syariah (LKS). Salah satu isinya menyebutkan bahwa LKS dapat menalangi

pembayaran BPIH (Badan Pengurusan Ibadah Haji) nasabah dengan prinsip

al-qardh.20

Talangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah memberikan

pinjaman uang untuk membayar sesuatu; membelikan barang dengan membayar

kemudian.21

Pengertian talangan bisa diartikan Lend dalam bahasa Inggris yaitu,

memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu

atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak miliknya, dan

tetap mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang

sepadan dengan itu. Orang yang Lends atau meminjamkan mesin atau tanah,

misalnya dapat mengharapkan kembali harta milik yang semula itu, akan tetapi

orang yang meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/belikan,

mengharapkan akan mendapatkan kembali sejumlah uang yang ekuivalen.22

19 Ibid, h. 16

20 Yasir Maqosid, Dana Talangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini diakses pada 25 April 2014 dari http://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram

21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 888

(28)

1. Dana Talangan Haji

Dana talangan haji adalah sebuah pinjaman bagi mereka (nasabah) yang ingin

mendapatkan porsi haji namun dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk

mendapatkan porsi haji di KEMENAG. Artinya, dana talangan ditujukan untuk

mencukupi kekurangan dana untuk memenuhi persyaratan minimum mendapatkan

porsi haji.

Dari pengertian tersebut, maka ada beberapa manfaat dari Dana Talangan Haji,

yaitu: nasabah mendapatkan porsi haji, membangkitkan semangat berikhtiar

mengumpulkan bekal/dana untuk berangkat haji, serta memungkinkan berangkat haji

dalam waktu dekat, karena semakin lama menunda pendaftaran haji akan semakin

lama berada dalam antrian. Diketahui bahwa peminat haji yang jumlahnya sangat

besar dibanding jatah/quota haji dari tahun ketahun akan menyebabkan semakin

lama menunggu keberangkatan haji.23

Di satu sisi, masyarakat memandang adanya pembiayaan dana talangan haji

sebagai alternatif yang cukup menarik untuk mengatasi masalah sulitnya berhaji, baik

karena faktor pendanaan yang belum mencukupi maupun karena terbatasnya quota

haji yang tersedia untuk calon jamaah haji di Indonesia. Namun, di sisi lain, diduga

ada unsur riba dalam praktek dana talangan haji. Hal ini karena praktek dana talangan

(29)

haji mengharuskan calon jamaah haji membayar sejumlah uang lebih daripada yang

dipinjamnya.

2. Dana Talangan Umroh

Di masa sekarang, umroh semakin mudah untuk dilakukan, dengan memanfaatkan

fasilitas dari bank syariah yaitu talangan umroh maka masyarakat semakin mudah

menunaikan ibadah umroh.24 Dana Talangan Umroh adalah pembiayaan jangka

pendek yang digunakan untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh seperti tiket

pesawat, akomodasi dan persiapan biaya umroh lainnya.

Manfaat Dana Talangan Umroh, yaitu:

1. Membantu calon jamaah dalam menunaikan ibadah umrohnya

2. Mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah

selama masa perjanjian.25

C. Haji dan Umroh

1. Haji

a) Pengertian Haji

Haji menurut etimologi bahasa arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni

tujuan, maksud, dan menyengaja. Sedangkan menurut istilah syara‟ ialah

menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan

24 Cheria Travel, dipublikasikan pada 22 Nov 2010, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.cheria-travel.com/2010/11/dengan-talangan-umrah-bank-syariah.html

(30)

amalan ibadah tertentu pula. Yang termasuk dengan tempat-tempat tertentu

adalah selain Ka‟bah dan Mas‟a (tempat sa‟i), juga Arafah, Muzdalifah, dan

Mina. Selain itu, yang dimaksud dnegan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji

yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.

Adapun amalan tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mabit di Muzdalifah,

melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.26

b) Rukun dan Syarat Wajib Haji

Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang Rukun Haji menurut Hanafiyah, rukun

haji hanya dua yaitu wukuf di Arafah dan empat kali tawaf yang pertama dari tujuh

kali tawaf. Yang tiga kali lagi dipandang wajib. Menurut golongan Syafi'iyah

rukun haji ada enam, yaitu:ihram (niat ihram), wukuf di Arafah, bercukur atau

bergunting, yang dilakukan sesudah berlalu separoh malam di malam Hari Raya,

Tawaf Ifadah atau Tawaf Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berurutan,

yaitu mendahulukan ihram atas segala yang lainnya, mendahulukan wukuf atas

Tawaf Ifadah.

Jumhur Ulama (Malikiyah dan Hanabilah) berpandangan bahwa rukun haji

itu ada empat yaitu: niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadhah atau tawaf

Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah. Sedangkan untuk syarat haji ada empat

syarat wajib haji yaitu:

(31)

1) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang beragama Islam.

2) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang mukalaf (orang yang telah

dewasa yang wajib menjalankan hukum agama).

3) Orang yang mengerjakan haji itu merdeka (bukan budak belian).

4) Orang yang mengerjakan haji mempunyai kesanggupan melakukannya.

Ringkasnya, syarat wajib haji, ialah Islam, baligh, berakal, merdeka dan

sanggup mengerjakannya. Maka orang kafir27

tidak sah hajinya dan tidak akan

diterima oleh Allah jika ia melakukannya, karena mereka tidak termasuk dalam

persyaratan. Islam sebagai syarat utama dalam semua ibadah. Bagi orang yang

gila, dia tidak wajib haji. Kalau dia melakukan haji, maka hajinya tidak sah.

Sedangkan anak kecil yang belum baligh, hajinya sah dan walinya mendapat

pahala karena menghajikan anaknya. Akan tetapi haji anak kecil tidak

menggugurkan kewajiban haji baginya ketika dia telah baligh. Bagi hamba

sahaya, dia tidak wajib haji karena dia mempunyai kewajiban melayani tuannya.

Akan tetapi bila dia melaksanakan haji, maka hajinya sah dan mendapatkan

pahala atas hajinya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak terdapat pada

syarat-syarat tersebut, tidaklah diwajibkan haji. Dengan memiliki syarat-syarat

ini, menjadi wajiblah seseorang melaksanakan ibadah haji.

(32)

c) Dalil Pensyari’atannya

Adapun Dalil dari Al-Quran:



































































“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim,

barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan

haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup

mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban

haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari

semesta alam.”(Al-Imran: 97)

Dalil dari HR Bukhari dan Muslim28

:

“Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun dibangun di atas

lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad raulullah,

menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.”

(33)

2. Umroh

a) Pengertian Umroh

Umroh menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut istilah syara‟ umroh ialah

menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa‟i antara Shafa dan

Marwah dan mencukur atau menggunting rambut. Sedangkan pengertian umroh

secara istilah adalah berkunjung ke Ka‟bah untuk melakukan serangkaian ibadah

dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi muslim yang

mampu. Umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah 11, 12, 13

Zulhijah. Melaksanakan umroh pada bulan Ramadhan sama nilainya dengan

melakukan Ibadah Haji (Hadits Muslim).29

b) Syarat Wajib Umroh

Sejumlah syarat yang harus dipenuhi, yang jika tidak maka seseorang tidak

wajib melakukan umroh. Syarat itu adalah: Islam, baligh, aqil, merdeka dan

istitha‟ah. Sedangkan wajib umroh adalah ketentuan yang bila mana dilanggar,

maka ibadah umrohnya tetap sah, tetapi seseorang harus membayar dam karena

meninggalkannya. Yang termasuk wajib umroh hanya dua, yakni: niat ihram dari

miqat dan tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah

umroh.30

29 Zaenal Abidin, Pengertian Haji dan Umroh Terkini, dipublikasikan pada 14 April 2012, diakses pada 19 April 2014 dari http://jurnal-haji.blogspot.com/2012/04/pengertian-haji-umroh-terkini.html

(34)

c) Rukun Umroh

Rukun umroh hampir mirip dengan rukun haji. Jika salah satunya

ditinggalkan, ibadah tersebut tidak sah. Bedanya hanya satu yaitu tidak wukuf

di Arafah. Lengkapnya, rukun umroh adalah ihram, thawaf (berkeliling

Ka‟bah), sa‟i diantara shafa dan Marwah, bercukur dan tertib/ menertibkan

antara empat rukun diatas.31

d) Hukum Umroh

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum umroh. Asy Syafi'i

dalam mazhab jadidnya menerangkan, bahwasanya umroh itu adalah suatu

fardhu. Sedangkan Abu Hanifah, Malik dan Abu Tsawr menetapkan bahwa

umroh itu sunah muakkadah, bukan wajib. Pendapat ini diriwayatkan pula oleh

Ibnu Munzir dan An Nakha'i.32

Mereka melandaskan pendapat ini pada

beberapa dalil dan salah satu firman Allah SWT :

Mendudukan ayat Al-Quran, “Sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umroh

karena Allah” (Al-Baqarah: 196) sebagai dalil wajibnya umroh adalah keliru.

Pasalnya objek yang diwajibkan disini ialah penyempurnaan haji dan umroh

setelah ihram untuk keduanya dilakukan.33

31 M Ablah, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), h.375-376 32 Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari http://umroh-murah.blogspot.com

(35)

D. Akad Qardh dan Ijarah

Dalam Al Quran, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan janji atau

perjanjian, yaitu kata akad (al-aqdu), ahd (al-ahdu), dan wa‟adu.34 Secara bahasa,

akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang keseluruhannya

kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan terhadap dua hal. Sementara

akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan sesuatu yang lain

dengan cara yang memunculkan adanya komitmen tertentu yang di syariatkan.

Sedangkan menurut fatwa DSN No. 45/DSN-MUI/II/2005, mengartikan akad

sebagai transaksi atau perjanjian syar‟i yang menimbulkan hak dan kewajiban. Akad

yang sah mempunyai akibat hukum pada objek akad. Setiap transaksi memiliki akibat

hukum masing-masing sesuai dengan jenis dan bentuknya. Dalam transaksi jual beli

(murabahah), akibat hukumnya adalah terjadinya pemindahan pemilikan dari satu

pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan kabul). Sedangkan

dalam transaksi sewa-menyewa (ijarah), akibat hukumnya adalah terjadinya

pengalihan kemanfaatan dari suatu barang dan jasa dari pemilik sewa kepada pengguna

sewa dan begitu seterusnya dalam transaksi-transaksi lain.35

34 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 126

(36)

1. Qardh

a. Pengertian Qardh

Qardh adalah suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan

ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS

dan nasabah.36

Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (Romawi),

credit (Inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qardh biasanya

uang atau alat tukar lainnya yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa

bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal

ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di

masa yang akan datang.37

Dalil yang menjadi landasan hukum qardh sesuai dengan fatwa Dewan

Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IX/2000, tanggal 9 April 2001 antara lain

menegaskan bahwa nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang

diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Jika nasabah tidak dapat

mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah

disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat

memperpanjang jangka waktu pengembalian, serta menghapus (write off)

sebagian atau seluruh kewajibannya.

36 Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 53-57

(37)

Berdasarkan fatwa DSN tersebut, maka yang menjadi pertimbangan Dewan

Syariah Nasional menetapkan qardh sebagai sebuah sistem perekonomian yang

sah menurut syariah adalah:

a) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial,

harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan

perekonomian secara maksimal.

b) Sebagai salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan

oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip qardh, yakni suatu akad

pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah

disepakati oleh LKS dan nasabah.

c) Akad tersebut sesuai dengan syariah Islam, DSN memandang perlu

menetapkan fatwa tentang akad qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS.

Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh merupakan salah

satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah

penerima fasilitas (debitur).38

Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam

empat hal, yaitu:

a) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan

pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.

Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.

(38)

b) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,

dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank

melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang

ditentukan.

c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan

bank akan memberatkan pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan

skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.

d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank bank menyediakan

fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.

Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan

melalui pemotongan gajinya.39

b. Rukun dan Syarat Qardh

Rukun dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi antara lain:

1) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana,

dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana

2) Objek akad, yaitu qardh (dana)

3) Tujuan, yaitu „iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp.X,- dikembalikan Rp.X,-); dan

4) Sighat, yaitu ijab dan kabul.

(39)

Sedangkan syarat dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu,

kerelaan kedua belah pihak dan dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat

dan halal.

Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai

fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami over-draft. Fasilitas ini

merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah

bertransaksi.40

c. Dasar Hukum Qardh

Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh antara lain

berdasarkan Al-Quran:

























“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,

maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya dan dia akan

memperoleh pahala yang banyak.”(Al-Hadid: 11)







































(40)

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan

dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Al Baqarah:

245)

Dasar hukum qardh berdasarkan Hadits:

Hadits riwayat Ibnu Majah41

“Anas bin malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku melihat pada waktu

malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan

qardh 18 kali. Aku bertanya: “Wahai jibril mengapa qardh lebih utama dari

sedekah? Ia menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan

yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.”

Dari hadits terebut dapat disimpulkan bahwa memberikan pinjaman kepada

orang lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah.

Allah SWT akan lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang

meminjamkan hartanya di jalan Allah daripada orang yang bersedekah karena

seseorang tidak akan meminjamkannya jika dia benar-benar membutuhkannya.

(41)

Selain itu menurut Pasal 19 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e serta pasal

21 huruf b angka 3 UU Perbankan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional

No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh, PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang

Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah

beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No.

10/16/PBI/2008.

Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh

berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan

PAPSI yang berlaku. Serta pembiayaan berdaarkan akad qardh berlaku bagi

Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.42

42

(42)

d. Skema Pembiayaan Qardh

Tenaga Kerja Modal 100%

[image:42.612.115.532.136.549.2]

Kembali Modal

Gambar 2.1. Skema Qardh

Dalam pembiayaan berdasarkan akad qardh, bank bertindak sebagai penyedia

dana untuk memberikan pinjaman (qardh) kepada nasabah berdasarkan

kesepakatan. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian

pinjaman melebihi jumlah nominal yang sesuai akad. Bank juga dilarang

membebankan biaya apapun atas penyaluran pembiayaan atas dasar qardh,

kecuali biaya administrasi dalam batas kewajaran. Pengembalian jumlah

pembiayaan atas dasar qardh harus dilakukan oleh nasabah pada waktu yang

telah disepakati. Dalam hal nasabah digolongkan mampu, namun tidak

mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang

telahdisepakati, maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam

rangka pembinaan nasabah.43

43 Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14 Perjanjian Qardh

Nasabah Bank

Proyek Usaha

(43)

Berdasarkan fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001

tentang qardh, bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bila

dipandang perlu. Nasabah qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)

dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. Sanksi

yang dijatuhkan kepada nasabah dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan

barang jaminan. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus

memenuhi kewajibannya secara penuh.

Dengan memperhatikan pengertian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa

pada dasarnya pinjaman dana dalam transaksi dengan akad qardh adalah

pinjaman kebajikan (benevolent loan). Dalam transaksi ini bank syariah berperan

sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian nasabahnya

secara maksimal.44

3. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Transaksi non-bagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola

sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan.45

Ijarah

adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik

objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa

untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.

(44)

Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah.

Memberikan pengertian akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat)

atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan mengenai akad ijarah dalam Undang-Undang

Perbankan Syariah dan penjelasan dalam fatwa DSN terkait pembiayaan

berdasarkan akad ijarah dapat dipahami bahwa dalam pembiayaan ijarah, bank

tidak perlu membeli dan membalik nama objek sewa yang akan dibiayai dengan

fasilitas pembiayaan ijarah tersebut.46

Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam,

yaitu:

1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa

seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.

2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu

memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada

orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan

leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee)

disebut musta‟jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu‟jir/muajir,

sedangkan biaya sewa disebut ujrah.

(45)

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan

syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk

investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.47

b. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,

yaitu:

1) Pelaku akad, yaitu musta‟jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset,

dan mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.

2) Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa).

3) Sighat, yaitu ijab dan kabul.48Ijab kabul antara mu‟jir dan musta‟jir

Syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:

1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan

upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.

2) Hendaklah benda-benda yang objek sewa-menyewa dan upah-mengupah

dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaanya (khusus

dalam sewa-menyewa).

3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh)

menurut syara‟, bukan hal yang dilarang (diharamkan).

47 Ibid, h. 99

(46)

4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga waktu yang

ditentukan menurut perjanjian dalam akad.49

Sedangkan dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk

pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum

syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:

1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut

harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab

atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat

kepada penyewa.

3) Akad ijarah dihentikan pada aset yang beersangkutan berhenti memberikan

manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak,

akad ijarah masih tetap berlaku.

4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan

sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya

akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Syarat-syarat diatas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak

memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan

(rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.

(47)

Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan

dengan alasan:

1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur yang bersangkutan. Aset

hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu,

harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih

produktif.

2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus

disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir,

pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila

sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi

produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.50

c. Dasar Hukum Ijarah

Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah antara lain

berdasarkan Al-Quran:











































































(48)

“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan

(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang

hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin,

kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah

kepada mereka upahnya dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala

sesuatu), dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain

boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Al-Thalaq: 6)



































”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia

sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling

baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya.”(QS. Al-Qashash: 26)

Dasar hukum ijarah berdasarkan hadits adalah:

Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang

(49)

Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud:

“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang

tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar

membayarnya dengan uang mas atau perak.”51

Selain itu menurut pasal 19 ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf f serta Pasal 21

huurf b angka 4 UU Perbankan Syariah, Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000

tentang pembiayaan Ijarah, serta PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi

Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan

perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah

dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.

Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah

tersebut berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan

Syariah dan PAPSI. Pembiayaan berdasarkan akad ijarah sebagaimana uraian di

atas berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.52

(50)

d. Skema Pembiayaan Ijarah

3.Akad Pembiayaan Ijarah

Mu‟ajir 1. Permohonan Musta‟jir

2.Menyewa 4. Ijarah

Gambar 2.2. Skema Pembiayaan Ijarah

Keterangan gambar:

1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.

2) Bank Syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah

sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.

3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai

barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya

pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah

diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.

4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang

disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan

objek ijarah tersebut kepada bank.

Nasabah Bank Syariah

(51)

5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai

aset yang dapat disewakan kembali. Sedangkan, bila bank menyewa objek

ijarah tersebut (al-Ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel). Setelah periode

ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada

supplier/penjual/pemilik.53

Dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah, bank wajib

menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan

nasabah. Pengembalian atas penyediaan dana bank oleh nasabah dapat dilakukan

baik dengan angsuran maupun sekaligus. Pengembalian atas penyediaan dana

bank tersebut tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk

pembebasan utang.

Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah tidak

menyatakan adanya agunan terhadap pembiayaan berdasarkan akad tersebut,

namun mengingat penyaluran dana oleh bank syariah berdasarkan akad tersebut

juga harus layak, maka bank wajib berpedoman kepada ketentuan Pasal 23 UU

Perbankan Syariah. Dalam pasal 23 tersebut antara lain ditegaskan bahwa bank

wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,

agunan, dan prospek usaha calon nasabah penerima fasilitas.54

(52)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan

ijarah, berdasarkan ketentuan Pasal 23 UU Perbankan Syariah tentang

Kelayakan Penyaluran Dana, adanya agunan tambahan pada dasarnya

diwajibkan.

Dalam pembiayaan ijarah, barang yang disewa oleh nasabah bukan milik

nasabah, karena itu secara yuridis nasabah tidak bisa menjadikan objek sewa

tersebut sebagai agunan. Fatwa DSN tentang ijarah menyebutkan bahwa

kewajiban LKS (bank syariah) adalah menyediakan barang yang disewakan.

Berdasarkan fatwa tersebut dapat ditafsirkan bahwa bank tidak perlu memiliki

objek sewa. Apabila objek sewa tersebut milik pihak ketiga dan bukan milik

Negara/pemda, maka objek sewa dimungkinkan menjadi agunan atas pembiayaan

ijarah atau jaminan pihak ketiga.55

E. Review Studi Terdahulu

Adapun studi terdahulu untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat kepada

beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu:

1. Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank

Syariah Mandiri Cabang Malang – (FE/Manajemen/UIN Malang 2010)

Skripsi ini membahas manajemen pembiayaan dana talangan haji untuk

membantu nasabah mendapatkan porsi secara cepat serta membahas prinsip

(53)

penyaluran dana (akad) pembiayaan yang dilakukan BSM Cabang Malang. Jenis

penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data

melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.

2. Keunggulan Kompetitif Produk Tabungan Haji Bank Syariah (BMI, BSM

dan DKI Syariah) – Suhaeti (FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2011)

Penelitian ini fokus kepada keunggulan kompetitif produk tabungan haji yang

dikeluarkan bank syariah di tiga bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank

Syariah Mandiri dan Bank DKI Syariah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif

dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi

pu

Gambar

Gambar 2.1. Skema Qardh
Tabel 4.1. Sumber: Bank Muamalat Indonesia (data diolah)
Tabel 4.2. Sumber: Bank Muamalat Indonesia (data diolah)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000. Apabila

Dana Talangan haji yaitu pembiayaan dengan menggunakan akad Qardh wal ijarah yang diberikan kepada nasabah calon haji dalam rangka memperoleh nomor porsi atau pelunasan

Dimisalkan Bapak Mahfud Hudlory selaku salah satu nasabah calon haji yang ingin melakukan pembiayaan dana talangan haji pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang

(2) Dalam penyaluran pembiayaan murabahah terjadi beberapa kekeliruan yang menyalahi prinsip syariah, diantaranya; a) Penandatanganan akad wakalah dan akad murabahah

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudhorobah atau akad lainnya yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan bagi

Dengan demikian, jika ujrah ditentukan dengan modal al-qardh yang dikeluarkan BSM, maka akad ijarah di dalamnya hanya khillah dari pihak bank agar

Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000. Apabila

29 tahun 2002 tentang Pengurusan Pembiayaan Haji Lembaga Ke- uangan Syariah dimana sebagai acuan pro- sedur pelaksanaan akad qardh wa al -ijarah pada produk dana