SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Disusun Oleh :
RAHMA PUTRI ISLAMI
1110046100018
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta 26 Juni 2014
COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, adalah skripsi hasil karya Rahma Putri Islami NIM 1110046100018. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keunggulan produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia, selain itu juga untuk mengetahui produk mana yang lebih menguntungkan bagi bank dari dua produk pembiayaan tersebut.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan keunggulan masing-masing produk serta mekanismenya yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia. Untuk pengumpulan data yaitu data primer berupa hasil wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa studi pustaka dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, produk dana talangan haji ternyata berbeda dengan talangan umroh baik dari segi akad maupun dari nama produk. Kemudian, produk yang lebih menguntungkan bagi bank dari kedua jenis produk tersebut yaitu produk talangan umroh. Selain itu, masing-masing produk pembiayaan tersebut memiliki keunggulan dalam berbagai aspek yaitu baik dalam kemampuan financial ekonomi, inovasi produk serta promosi.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA.
Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah
membimbing dan menuntun umatnya ke jalan penuh dengan cahaya ilmu yang
diridhai Allah SWT. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, dukungan dan
kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA selaku
kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang sangat berguna
hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Kepada Kedua Orang Tuaku, Ayahanda H. Akhmad Arifin, Bsc dan Ibunda Dra.
Chaerul Nurdjanah, MM dan kakakku Muhammad Insan Akbar Pradipta, SH,
yang selalu memberikan motivasi dan bantuan doa yang selalu dipanjatkan selama
masa studi di perguruan tinggi sampai akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir
ini.
5. Bapak Yayat Taryadi dan Ibu Any Mulyani selaku officer Consumer Finance
Division Kantor Pusat PT. BMI, yang telah memberikan informasi tentang produk
pembiayaan dana talangan haji dan umroh. Kepada Bapak Ferry selaku officer
Legal Division di BMI, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan,
terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan sabar
memberikan petunjuk, bimbingan serta bekal ilmu selama penulis mengikuti
perkuliahan.
7. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2010 khususnya kelas B, yang sudah
memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk Ai Nurilmi,
Anggun Pradini, Lisa Safirah, Nurfie R, Della P, Sekar A, Marlena I yang sudah
membantu memberikan dukungan dan menyumbangkan ide-ide cemerlang dalam
kesuksesan dan keberkahan hidup.
8. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan Maximilian
yaitu Vista, Isaka, Subito, Ardito, Kendang, Parda, Apis, Lullaby, Vorest, Cajon,
Laja, Gupa, Mudei dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan
satu-persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan yang telah terjalin. Teman-teman
KKN Sanubari 2013, terima kasih atas semangat dan support yang kalian berikan
diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih dari penulis. Semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang
tiada putus pahalanya, dan bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun akhirat.
Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2014
Penulis,
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. Comparative Advantage ... 11
B. Talangan Pembiayaan ... 16
C. Haji dan Umroh ... 19
D. Akad Qardh dan Ijarah ... 25
x
C. Sumber Data Penelitian ... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ... 47
E. Objek Penelitian ... 49
F. Metode Analisis... 49
G. Teknik Penulisan Skripsi ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia ... 51
B. Perbedaan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 62
C. Produk yang Lebih Menguntungkan dan Lebih Berisiko Dalam Praktik Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia ... 63
D. Analisis Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 74
B. Saran ... 75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya perbankan syariah di Indonesia, hendaknya umat Islam menjadi
pelopor dalam menggunakan bank syariah. Keadaan ini merupakan peluang yang
prospektif bagi bisnis perbankan syariah. Banyak produk-produk yang telah
diciptakan bank syariah, antara lain produk pembiayaan, penghimpunan dana,
ataupun produk jasa. Semua produk tersebut ditujukan untuk melayani
masyarakat. Produk perbankan syariah yang sangat populer dan banyak diminati
adalah produk pembiayaan.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit
unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah, pembiayaan disebut sebagai
Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets berupa investasi dalam bentuk
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli
(Murabahah), pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Muntahiya
Bittamlik), surat-surat berharga syariah, dan investasi lainnya.1
Diantara produk pembiayaan yang dikeluarkan bank syariah, ada produk
yang banyak peminatnya selain pembiayaan kepemilikan rumah, yaitu produk
dana talangan haji dan talangan umroh. Produk pembiayaan ini memang sangat
banyak diminati oleh umat islam karena ibadah haji merupakan salah satu bagian
dan rukun Islam ke lima, bukan hanya bertujuan meningkatkan ketakwaan dan
nilai spiritual pelakunya, namun di dalam operasional dan pengelolaannya juga
menyimpan potensi ekonomi yang sangat dahsyat. Potensi tersebut terlihat dimana
di dalam hal pengelolaan haji itu melibatkan belasan sektor industri, manufaktur,
perdagangan, dan jasa. Logikannya, Indonesia merupakan penyumbang jamaah haji
terbesar di dunia.
Sedangkan untuk ibadah umroh, ternyata merambah ke kalangan pelajar
ataupun ke kalangan anak-anak muda. Mereka sekarang tidak sekadar bicara tur ke
Singapura atau ke Hongkong, tetapi juga untuk beribadah umroh. Pada dua bulan
terakhir di tahun 2013 ada sekitar 60% jamaah umroh berasal dari kalangan pelajar,
seiring dengan meningkatnya peminat perjalanan umroh dari tahun ke tahun, namun
dengan kuota keberangkatan yang semakin terbatas.
Jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun terus
bertambah.2 Besarnya peluang untuk dana talangan haji dan talangan umroh ini,
selain karena potensi besarnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama
Islam, Ibadah Haji dan Umroh juga merupakan suatu amalan yang diwajibkan bagi
kaum muslimin yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan agar mereka dapat
merasakan berbagai manfaat kerohanian yang sangat berguna. Pada saat melakukan
ibadah haji, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekkah, Masjidil Haram
dibawah naungan satu agama, untuk mencapai satu tujuan, Ukhwah Islamiyah.
Pertemuan internasional yang besar itu sudah tentu akan mempermudah
tergalangnya persatuan dan kesatuan. Semuanya merasakan hangatnya persaudaraan
Islam.3
Banyak jasa perbankan syariah di Indonesia yang menawarkan layanan dana
talangan haji dan talangan umroh. Diantara bank syariah yang mengeluarkan dana
talangan haji seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI
Syariah, BNI Syariah, dan sebagainya. Penulis ingin memfokuskan penelitian di
Bank Muamalat Indonesia. Salah satu produk pembiayaan unggulan yang
ditawarkan Bank Muamalat terkait aktivitas haji, umroh serta perjalanan wisata
selain Tabungan Haji Arafah yang telah banyak dikenal, Bank Muamalat juga
menawarkan Produk Dana Talangan Haji (Dana Talangan Porsi Haji) dan Talangan
Umroh (Pembiayaan Umroh Muamalat).
Dua produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya bagus karena
banyak orang muslim yang ingin sekali menunaikan ibadah haji maupun umroh,
akan tetapi selalu terbentur dengan biaya yang sangat mahal, oleh karena itu
peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat
untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan
tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Adapun pengertian dari kedua produk pembiayaan ini yaitu, untuk Dana
Talangan Haji merupakan pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah kepada
nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperoleh porsi haji pada saat
pelunasan kepada BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Sedangkan untuk Talangan
Umroh adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan untuk
beribadah umroh dalam waktu yang segera.
Akad yang digunakan pada Dana Talangan Haji adalah qardh. Pembiayaan
qardh adalah pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan.4 Dalam fatwa Dewan
Syariah nasional (DSN) No. 19/DSN-MUI/IV/2001 pengertian qardh adalah suatu
akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati
oleh LKS dan nasabah.5
Sedangkan untuk Talangan Umroh, akad yang digunakan untuk pembiayaan ini
yaitu ijarah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) No. 09/DSN-MUI/IV/2000
pengertian ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.6
Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh merupakan produk yang
memfasilitasi perjalalanan ibadah haji dan umroh. Namun, mengapa kedua peoduk
ini dibedakan dari segi akadnya. Untuk Dana Talangan Haji akad yang digunakan
adalah qardh (pinjaman tanpa ujrah), lalu darimana bank mendapatkan keuntungan
jika menggunakan akad qardh, sedangkan untuk pembiayaan umroh menggunakan
akad ijarah.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh
tentang dana talangan haji dan pembiayaan umroh dengan judul skripsi:
“Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh Pada Bank Muamalat Indonesia”
B. Identifikasi Masalah
1. Produk talangan umroh hampir sama dengan produk dana talangan haji, tetapi jika
dilihat dari segi akadnya itu berbeda dan nama produknya berbeda.
2. Dana talangan haji menggunakan akad qardh, sedangkan talangan umroh
menggunakan akad ijarah. Berarti dana talangan haji tidak mendapatkan
margin/keuntungan dari pembiayaan talangan umroh.
3. Strategi bank syariah dalam memasarkan produk melalui umroh mungkin akan
menjadi alternatif bagi masyarakat.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis
membatasi permasalahannya mengenai comparative advantage serta mekanisme
dari Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh. Oleh karena itu,
penelitian skripsi ini mengarah kepada spesifikasi penelitian hanya pada Kantor
Pusat Bank Muamalat Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
penulis perlu melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan
yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan
skripsi ini. Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan
agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah
tersebut dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis telah menentukan
1. Bagaimana Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank
Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana analisis comparative advantage antara Produk Dana Talangan
Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank
Muamalat Indonesia.
2. Untuk mengetahui hasil analisis comparative advantage dari Produk Dana
Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Akademisi
Dapat memberikan informasi bagi civitas akademika dapat menambah
informasi sumbangan pemikiran, baik dosen maupun mahasiswa dalam
rangka memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses pembelajaran
mengenai Produk dari Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.
2. Manfaat bagi Praktisi
Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri yaitu Bank Muamalat
dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi serta sebagai
masukan dan saran untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan Produk
Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk dana
talangan haji dan juga sebagai media sosialisasi mengenai produk ini. Serta
dapat digunakan sebagai acuan perbandingan penelitian yang akan datang
yang berkaitan dengan Comparative Advantage Produk Talangan Haji dan
Talangan Umroh.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya suatu uraian mengenai
susunan dari tulisan yang dibuat agar pembahasan menjadi teratur dan terarah pada
permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu skripsi ini akan dibagi ke dalam lima
bab, yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan, mencakup latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
BAB 2 LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan konsep-konsep yang terkait dengan
permasalahan yang dibahas, yaitu teori yang terkait tentang
comparative advantage, talangan pembiayaan, akad qardh dan
ijarah, haji dan umroh di Bank Muamalat Indonesia. Selain itu, pada
bab ini juga menyajikan uraian secara ringkas penelitian terdahulu
sebagai acuan dalam penyusunan penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Melanjutkan dari bab II, selanjutnya penulis mencoba menjabarkan
tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan, jenis
penelitian, objek penelitian yaitu pada Bank Muamalat Indonesia,
teknik pengumpulan data serta metode analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Pada bab ini dibahas tentang perbedaan produk pembiayaan dari dana
talangan haji dan talangan umroh. Analisis dan pembahasan
mengenai keunggulan komparatif dari produk dana talangan haji dan
talangan umroh, mekanisme dari masing-masing produk serta
analisis produk yang lebih berisiko dalam praktik pembiayaan di
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi uraian pembahasan penelitian sesuai dengan hasil
analisa dan pembahasan masalah, sehingga dapat ditarik suatu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Comparative Advantage
Comparative advantage atau keunggulan komparatif, kata kuncinya adalah “Comparative” yang diartikan sebagai relatif. Maksudnya adalah untuk lingkup
negara perekonomian suatu negara harus lebih banyak memproduksi barang-barang
yang relatif lebih efisien untuk memproduksinya untuk seterusnya produk itu
diekspor.7 Sedangkan barang yang harus diimpor adalah barang yang keuntungannya
relatif lebih kecil. Konsepnya8 pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada
awal abad ke 19.
Badudu Zein dalam Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bahwa keunggulan
komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk
dapat membandingkan dengan yang lain guna mencapai suatu tujuan bersama.
Sedangkan untuk lingkup perusahaan, secara sederhana keunggulan komparatif
dapat diartikan sebagai berikut: Perusahaan seharusnya berfokus menghasilkan
produk bila diproduksi sendiri relatif lebih efisien dan memberikan keuntungan
kepada perusahaan, sedangkan yang tidak memberikan keuntungan sebaiknya
7 Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah Syariah di Bank Syariah, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 30
jangan dilakukan sendiri, misalnya bisa di sub-kontrakkan.9 Dengan mengacu dari
beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan keunggulan komparatif adalah
keunggulan-keunggulan yang dimiliki suatu produk atau organisasi guna mencapai
suatu tujuan berupa keefisienan bagi organisasi tersebut.
Adapun keunggulan bersaing, berkembang dari nilai yang mampu diciptakan
perusahaan untuk pembelinya melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya.
Nilai adalah apa yang pembeli bersedia membayar, sedangkan nilai yang unggul
berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing. Keunggulan
bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai suatu
keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan yang
dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan,
dan mendukung produknya.10
Perusahaan perlu memutuskan dasar apa yang akan dipakai bersaing dalam
industrinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar,
dengan posisi menguntungkan terhadap para pesaingnya. Derajat keberhasilan yang
dicapai akan bergantung pada sifat industri, dan strategi bersaing kompetitif yang
dipilih.
9 Ekonomi Koperasi, Artikel ini dipublis pada 3 Desember 2013 diakses pada 25 Juni 2014 pada http://www.raisadwisp.blogspot.com/2013/12/ekonomi-koperasi-tugas-2html
Apabila perusahaan memutuskan mengikuti strategi kepemimpinan harga,
tujuannya adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang sebanding dengan
pesaingnya, tetapi dengan harga yang lebih rendah. Strategi ini akan dimungkinkan
jika perusahaan menginginkan demikian, dengan menetapkan kebijakan harga
agresif, sementara tetap mempertahankan margin yang lebih besar terhadap para
pesaing. Seringkali, hal ini meningkatkan pangsa pasar yang lebih besar, karena
pesaing lain terusir dari pasar. Pelaksanaan strategi seperti itu mempunyai dampak
besar dalam perusahaan, paling tidak dalam bidang operasi. Kebijakan secara pasti
akan berdampak pada keputusan investasi, penerimaan tenaga kerja dan renumerasi,
kerjasama dengan pemasok, dan lain-lain.11
Seluruh keputusan ini tentu perlu difokuskan pada meminimalkan biaya operasi
total perusahaan, dan jika strategi ini telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu,
maka proses pengambilan keputusan akan tertanam dalam budaya biaya minimum
perusahaan. Jika perusahaan memilih bersaing melalui strategi kepemimpinan
harga, maka harus tercermin dalam penetapan tugas operasi kunci. Seluruh
keputusan struktural dalam bidang operasi harus dibuat dengan tujuan untuk
mengurangi harga, karena ini akan berhubungan dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan di dalam industri.12
11 Anatan. Lia dan Lenna Elliatan, Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 139
Porter merumuskan dalam keunggulan kompetitif kekuatan-kekuatan pokok
yang benar-benar signifikan secara lengkap dalam merumuskan strategi bersaing.
Porter mengidentifikasikan data penting yang harus dikumpulkan, data-data penting
diantaranya adalah lini produk, harga, teknologi, pemasaran, saluran distribusi dan
inovasi.13
Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dalam melayani banyak
segmen, bahkan beroperasi dalam industri terkait. Sumber keunggulan biaya
bervariasi dan bergantung pada struktur industri. Bila perusahaan dapat mencapai
dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan
kinerja rata dalam industri asal dapat menguasai harga pada, atau terdekat,
rata-rata industri.14
Pilihan lainnya adalah mengikuti strategi diferensiasi. Dalam hal ini
tujuannya adalah untuk menyediakan berbagai produk atau jasa yang berbeda
dengan para pesaingnya. Perbedaan itu dianggap oleh para pelanggan potensial
sebagai sesuatu keuntungan tambahan, hingga mereka pun siap membayar harga
untuk itu. Dalam menyajikan kemampuan ini, perusahaan harus menetapkan harga
bersaing dengan para pesaing non-diferensiasinya, dengan demikian menjamin
bahwa harga yang dibebankan lebih penting dari biaya yang terkait dengan
diferensiasi itu, dan oleh karena itu, dapat menghasilkan keuntungan yang lebih
13 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 123-124
baik.15
Diferensiasi (differentiation) mengharuskan agar bisnis memiliki keunggulan
berkesinambungan yang memungkinkannya menyediakan sesuatu yang bernilai
unik bagi pembeli. Suatu strategi diferensiasi yang sukses memungkinkan bisnis
untuk menyediakan produk atau jasa yang di mata pembeli memiliki nilai lebih
tinggi pada “biaya diferensiasi” yang lebih rendah dibandingkan dengan “nilai
premium” bagi pembeli. Diferensiasi biasanya berasal dari satu atau lebih aktivitas
dalam rantai nilai yang menciptakan nilai unik yang penting bagi pembeli. Selain
itu, kesinambungan dari diferensiasi tersebut akan bergantung pada dua hal:
kesinambungan dari nilai yang tinggi dalam pandangan pembeli dan kurangnya
imitasi oleh pesaing.16
Dalam menentukan pilihan strategi, perusahaan perlu mempertimbangkan
prospek industri dan kemampuannya sendiri untuk mendukung posisi yang
berkesinambungan dan dapat bertahan hidup secara ekonomi di dalam industri itu.
Misalnya, jika perusahaan memilih strategi kepemimpinan harga, apakah
perusahaan itu secara realistik memiliki upaya untuk menopang proses kerja
pengembangan teknologi yang diperlukan untuk mendukung keunggulan bersaing
harga rendahnya.
15 D.T. Johns dan H.A. Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h. 20
Jika pendanaan tidak tersedia untuk mendukung upaya berkesinambungan
yang diperlukan itu, maka perlu ditanyakan apakah strategi seperti itu dapat
dipertahankan dalam jangka panjang. Tentu saja, jika pengembangan proses kinerja
tidak dibiayai, persaingan diantara para pesaing atau para pendatang baru pada
akhirnya akan menyingkirkan perusahaan.
Perusahaan berusaha mencari kemampuan menciptakan keunggulan bersaing
jangka panjang dalam industrinya. Hal tersebut akan mendukung baik kepemimpinan
harga maupun strategi diferensiasi, yang pasti memerlukan juga dukungan operasi.
Secara khusus, keputusan itu pasti perlu dikomunikasikan kepada bidang operasi
dengan suatu cara yang akan mendorong pengambilan keputusan operasi yang
tepat.17
B. Talangan Pembiayaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 UU Perbankan Syariah dan PBI No.
10/24/PBI/2008, pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan/piutang.18
Sedangkan dalam UU No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dan imbalan atau bagi
hasil.19
Pasalnya, pada tanggal 26 Juni 2002, MUI mengeluarkan fatwa No.
29/DSN-MUI/VI/2002 terkait dengan pembiayaan pengurusan haji oleh Lembaga Keuangan
Syariah (LKS). Salah satu isinya menyebutkan bahwa LKS dapat menalangi
pembayaran BPIH (Badan Pengurusan Ibadah Haji) nasabah dengan prinsip
al-qardh.20
Talangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah memberikan
pinjaman uang untuk membayar sesuatu; membelikan barang dengan membayar
kemudian.21
Pengertian talangan bisa diartikan Lend dalam bahasa Inggris yaitu,
memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu
atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak miliknya, dan
tetap mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang
sepadan dengan itu. Orang yang Lends atau meminjamkan mesin atau tanah,
misalnya dapat mengharapkan kembali harta milik yang semula itu, akan tetapi
orang yang meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/belikan,
mengharapkan akan mendapatkan kembali sejumlah uang yang ekuivalen.22
19 Ibid, h. 16
20 Yasir Maqosid, Dana Talangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini diakses pada 25 April 2014 dari http://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram
21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 888
1. Dana Talangan Haji
Dana talangan haji adalah sebuah pinjaman bagi mereka (nasabah) yang ingin
mendapatkan porsi haji namun dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk
mendapatkan porsi haji di KEMENAG. Artinya, dana talangan ditujukan untuk
mencukupi kekurangan dana untuk memenuhi persyaratan minimum mendapatkan
porsi haji.
Dari pengertian tersebut, maka ada beberapa manfaat dari Dana Talangan Haji,
yaitu: nasabah mendapatkan porsi haji, membangkitkan semangat berikhtiar
mengumpulkan bekal/dana untuk berangkat haji, serta memungkinkan berangkat haji
dalam waktu dekat, karena semakin lama menunda pendaftaran haji akan semakin
lama berada dalam antrian. Diketahui bahwa peminat haji yang jumlahnya sangat
besar dibanding jatah/quota haji dari tahun ketahun akan menyebabkan semakin
lama menunggu keberangkatan haji.23
Di satu sisi, masyarakat memandang adanya pembiayaan dana talangan haji
sebagai alternatif yang cukup menarik untuk mengatasi masalah sulitnya berhaji, baik
karena faktor pendanaan yang belum mencukupi maupun karena terbatasnya quota
haji yang tersedia untuk calon jamaah haji di Indonesia. Namun, di sisi lain, diduga
ada unsur riba dalam praktek dana talangan haji. Hal ini karena praktek dana talangan
haji mengharuskan calon jamaah haji membayar sejumlah uang lebih daripada yang
dipinjamnya.
2. Dana Talangan Umroh
Di masa sekarang, umroh semakin mudah untuk dilakukan, dengan memanfaatkan
fasilitas dari bank syariah yaitu talangan umroh maka masyarakat semakin mudah
menunaikan ibadah umroh.24 Dana Talangan Umroh adalah pembiayaan jangka
pendek yang digunakan untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh seperti tiket
pesawat, akomodasi dan persiapan biaya umroh lainnya.
Manfaat Dana Talangan Umroh, yaitu:
1. Membantu calon jamaah dalam menunaikan ibadah umrohnya
2. Mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah
selama masa perjanjian.25
C. Haji dan Umroh
1. Haji
a) Pengertian Haji
Haji menurut etimologi bahasa arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni
tujuan, maksud, dan menyengaja. Sedangkan menurut istilah syara‟ ialah
menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan
24 Cheria Travel, dipublikasikan pada 22 Nov 2010, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.cheria-travel.com/2010/11/dengan-talangan-umrah-bank-syariah.html
amalan ibadah tertentu pula. Yang termasuk dengan tempat-tempat tertentu
adalah selain Ka‟bah dan Mas‟a (tempat sa‟i), juga Arafah, Muzdalifah, dan
Mina. Selain itu, yang dimaksud dnegan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji
yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Adapun amalan tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mabit di Muzdalifah,
melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.26
b) Rukun dan Syarat Wajib Haji
Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang Rukun Haji menurut Hanafiyah, rukun
haji hanya dua yaitu wukuf di Arafah dan empat kali tawaf yang pertama dari tujuh
kali tawaf. Yang tiga kali lagi dipandang wajib. Menurut golongan Syafi'iyah
rukun haji ada enam, yaitu:ihram (niat ihram), wukuf di Arafah, bercukur atau
bergunting, yang dilakukan sesudah berlalu separoh malam di malam Hari Raya,
Tawaf Ifadah atau Tawaf Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berurutan,
yaitu mendahulukan ihram atas segala yang lainnya, mendahulukan wukuf atas
Tawaf Ifadah.
Jumhur Ulama (Malikiyah dan Hanabilah) berpandangan bahwa rukun haji
itu ada empat yaitu: niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadhah atau tawaf
Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah. Sedangkan untuk syarat haji ada empat
syarat wajib haji yaitu:
1) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang beragama Islam.
2) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang mukalaf (orang yang telah
dewasa yang wajib menjalankan hukum agama).
3) Orang yang mengerjakan haji itu merdeka (bukan budak belian).
4) Orang yang mengerjakan haji mempunyai kesanggupan melakukannya.
Ringkasnya, syarat wajib haji, ialah Islam, baligh, berakal, merdeka dan
sanggup mengerjakannya. Maka orang kafir27
tidak sah hajinya dan tidak akan
diterima oleh Allah jika ia melakukannya, karena mereka tidak termasuk dalam
persyaratan. Islam sebagai syarat utama dalam semua ibadah. Bagi orang yang
gila, dia tidak wajib haji. Kalau dia melakukan haji, maka hajinya tidak sah.
Sedangkan anak kecil yang belum baligh, hajinya sah dan walinya mendapat
pahala karena menghajikan anaknya. Akan tetapi haji anak kecil tidak
menggugurkan kewajiban haji baginya ketika dia telah baligh. Bagi hamba
sahaya, dia tidak wajib haji karena dia mempunyai kewajiban melayani tuannya.
Akan tetapi bila dia melaksanakan haji, maka hajinya sah dan mendapatkan
pahala atas hajinya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak terdapat pada
syarat-syarat tersebut, tidaklah diwajibkan haji. Dengan memiliki syarat-syarat
ini, menjadi wajiblah seseorang melaksanakan ibadah haji.
c) Dalil Pensyari’atannya
Adapun Dalil dari Al-Quran:
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim,
barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam.”(Al-Imran: 97)
Dalil dari HR Bukhari dan Muslim28
:
“Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun dibangun di atas
lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad raulullah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.”
2. Umroh
a) Pengertian Umroh
Umroh menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut istilah syara‟ umroh ialah
menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa‟i antara Shafa dan
Marwah dan mencukur atau menggunting rambut. Sedangkan pengertian umroh
secara istilah adalah berkunjung ke Ka‟bah untuk melakukan serangkaian ibadah
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi muslim yang
mampu. Umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah 11, 12, 13
Zulhijah. Melaksanakan umroh pada bulan Ramadhan sama nilainya dengan
melakukan Ibadah Haji (Hadits Muslim).29
b) Syarat Wajib Umroh
Sejumlah syarat yang harus dipenuhi, yang jika tidak maka seseorang tidak
wajib melakukan umroh. Syarat itu adalah: Islam, baligh, aqil, merdeka dan
istitha‟ah. Sedangkan wajib umroh adalah ketentuan yang bila mana dilanggar,
maka ibadah umrohnya tetap sah, tetapi seseorang harus membayar dam karena
meninggalkannya. Yang termasuk wajib umroh hanya dua, yakni: niat ihram dari
miqat dan tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah
umroh.30
29 Zaenal Abidin, Pengertian Haji dan Umroh Terkini, dipublikasikan pada 14 April 2012, diakses pada 19 April 2014 dari http://jurnal-haji.blogspot.com/2012/04/pengertian-haji-umroh-terkini.html
c) Rukun Umroh
Rukun umroh hampir mirip dengan rukun haji. Jika salah satunya
ditinggalkan, ibadah tersebut tidak sah. Bedanya hanya satu yaitu tidak wukuf
di Arafah. Lengkapnya, rukun umroh adalah ihram, thawaf (berkeliling
Ka‟bah), sa‟i diantara shafa dan Marwah, bercukur dan tertib/ menertibkan
antara empat rukun diatas.31
d) Hukum Umroh
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum umroh. Asy Syafi'i
dalam mazhab jadidnya menerangkan, bahwasanya umroh itu adalah suatu
fardhu. Sedangkan Abu Hanifah, Malik dan Abu Tsawr menetapkan bahwa
umroh itu sunah muakkadah, bukan wajib. Pendapat ini diriwayatkan pula oleh
Ibnu Munzir dan An Nakha'i.32
Mereka melandaskan pendapat ini pada
beberapa dalil dan salah satu firman Allah SWT :
Mendudukan ayat Al-Quran, “Sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umroh
karena Allah” (Al-Baqarah: 196) sebagai dalil wajibnya umroh adalah keliru.
Pasalnya objek yang diwajibkan disini ialah penyempurnaan haji dan umroh
setelah ihram untuk keduanya dilakukan.33
31 M Ablah, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), h.375-376 32 Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari http://umroh-murah.blogspot.com
D. Akad Qardh dan Ijarah
Dalam Al Quran, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan janji atau
perjanjian, yaitu kata akad (al-aqdu), ahd (al-ahdu), dan wa‟adu.34 Secara bahasa,
akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang keseluruhannya
kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan terhadap dua hal. Sementara
akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan sesuatu yang lain
dengan cara yang memunculkan adanya komitmen tertentu yang di syariatkan.
Sedangkan menurut fatwa DSN No. 45/DSN-MUI/II/2005, mengartikan akad
sebagai transaksi atau perjanjian syar‟i yang menimbulkan hak dan kewajiban. Akad
yang sah mempunyai akibat hukum pada objek akad. Setiap transaksi memiliki akibat
hukum masing-masing sesuai dengan jenis dan bentuknya. Dalam transaksi jual beli
(murabahah), akibat hukumnya adalah terjadinya pemindahan pemilikan dari satu
pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan kabul). Sedangkan
dalam transaksi sewa-menyewa (ijarah), akibat hukumnya adalah terjadinya
pengalihan kemanfaatan dari suatu barang dan jasa dari pemilik sewa kepada pengguna
sewa dan begitu seterusnya dalam transaksi-transaksi lain.35
34 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h. 126
1. Qardh
a. Pengertian Qardh
Qardh adalah suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan
ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS
dan nasabah.36
Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (Romawi),
credit (Inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qardh biasanya
uang atau alat tukar lainnya yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa
bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal
ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di
masa yang akan datang.37
Dalil yang menjadi landasan hukum qardh sesuai dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IX/2000, tanggal 9 April 2001 antara lain
menegaskan bahwa nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Jika nasabah tidak dapat
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah
disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat
memperpanjang jangka waktu pengembalian, serta menghapus (write off)
sebagian atau seluruh kewajibannya.
36 Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 53-57
Berdasarkan fatwa DSN tersebut, maka yang menjadi pertimbangan Dewan
Syariah Nasional menetapkan qardh sebagai sebuah sistem perekonomian yang
sah menurut syariah adalah:
a) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial,
harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan
perekonomian secara maksimal.
b) Sebagai salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan
oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip qardh, yakni suatu akad
pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah
disepakati oleh LKS dan nasabah.
c) Akad tersebut sesuai dengan syariah Islam, DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang akad qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS.
Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh merupakan salah
satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah
penerima fasilitas (debitur).38
Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam
empat hal, yaitu:
a) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji.
Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.
b) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang
ditentukan.
c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan
bank akan memberatkan pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan
skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank.
Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan
melalui pemotongan gajinya.39
b. Rukun dan Syarat Qardh
Rukun dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi antara lain:
1) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana,
dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana
2) Objek akad, yaitu qardh (dana)
3) Tujuan, yaitu „iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp.X,- dikembalikan Rp.X,-); dan
4) Sighat, yaitu ijab dan kabul.
Sedangkan syarat dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu,
kerelaan kedua belah pihak dan dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat
dan halal.
Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami over-draft. Fasilitas ini
merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah
bertransaksi.40
c. Dasar Hukum Qardh
Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh antara lain
berdasarkan Al-Quran:
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.”(Al-Hadid: 11)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Al Baqarah:
245)
Dasar hukum qardh berdasarkan Hadits:
Hadits riwayat Ibnu Majah41
“Anas bin malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku melihat pada waktu
malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan
qardh 18 kali. Aku bertanya: “Wahai jibril mengapa qardh lebih utama dari
sedekah? Ia menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.”
Dari hadits terebut dapat disimpulkan bahwa memberikan pinjaman kepada
orang lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah.
Allah SWT akan lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang
meminjamkan hartanya di jalan Allah daripada orang yang bersedekah karena
seseorang tidak akan meminjamkannya jika dia benar-benar membutuhkannya.
Selain itu menurut Pasal 19 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e serta pasal
21 huruf b angka 3 UU Perbankan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh, PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang
Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah
beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana
serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No.
10/16/PBI/2008.
Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh
berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan
PAPSI yang berlaku. Serta pembiayaan berdaarkan akad qardh berlaku bagi
Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.42
42
d. Skema Pembiayaan Qardh
Tenaga Kerja Modal 100%
[image:42.612.115.532.136.549.2]Kembali Modal
Gambar 2.1. Skema Qardh
Dalam pembiayaan berdasarkan akad qardh, bank bertindak sebagai penyedia
dana untuk memberikan pinjaman (qardh) kepada nasabah berdasarkan
kesepakatan. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian
pinjaman melebihi jumlah nominal yang sesuai akad. Bank juga dilarang
membebankan biaya apapun atas penyaluran pembiayaan atas dasar qardh,
kecuali biaya administrasi dalam batas kewajaran. Pengembalian jumlah
pembiayaan atas dasar qardh harus dilakukan oleh nasabah pada waktu yang
telah disepakati. Dalam hal nasabah digolongkan mampu, namun tidak
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang
telahdisepakati, maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam
rangka pembinaan nasabah.43
43 Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14 Perjanjian Qardh
Nasabah Bank
Proyek Usaha
Berdasarkan fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001
tentang qardh, bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bila
dipandang perlu. Nasabah qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. Sanksi
yang dijatuhkan kepada nasabah dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan
barang jaminan. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.
Dengan memperhatikan pengertian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya pinjaman dana dalam transaksi dengan akad qardh adalah
pinjaman kebajikan (benevolent loan). Dalam transaksi ini bank syariah berperan
sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian nasabahnya
secara maksimal.44
3. Ijarah
a. Pengertian Ijarah
Transaksi non-bagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola
sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan.45
Ijarah
adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik
objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.
Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah.
Memberikan pengertian akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan mengenai akad ijarah dalam Undang-Undang
Perbankan Syariah dan penjelasan dalam fatwa DSN terkait pembiayaan
berdasarkan akad ijarah dapat dipahami bahwa dalam pembiayaan ijarah, bank
tidak perlu membeli dan membalik nama objek sewa yang akan dibiayai dengan
fasilitas pembiayaan ijarah tersebut.46
Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam,
yaitu:
1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.
2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee)
disebut musta‟jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu‟jir/muajir,
sedangkan biaya sewa disebut ujrah.
Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan
syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk
investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.47
b. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa,
yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu musta‟jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset,
dan mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.
2) Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa).
3) Sighat, yaitu ijab dan kabul.48Ijab kabul antara mu‟jir dan musta‟jir
Syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:
1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan
upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.
2) Hendaklah benda-benda yang objek sewa-menyewa dan upah-mengupah
dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaanya (khusus
dalam sewa-menyewa).
3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh)
menurut syara‟, bukan hal yang dilarang (diharamkan).
47 Ibid, h. 99
4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga waktu yang
ditentukan menurut perjanjian dalam akad.49
Sedangkan dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk
pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum
syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:
1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat
kepada penyewa.
3) Akad ijarah dihentikan pada aset yang beersangkutan berhenti memberikan
manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak,
akad ijarah masih tetap berlaku.
4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan
sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya
akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.
Syarat-syarat diatas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak
memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan
(rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.
Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan
dengan alasan:
1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur yang bersangkutan. Aset
hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu,
harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih
produktif.
2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus
disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir,
pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila
sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi
produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.50
c. Dasar Hukum Ijarah
Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah antara lain
berdasarkan Al-Quran:
“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang
hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin,
kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala
sesuatu), dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain
boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Al-Thalaq: 6)
”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya.”(QS. Al-Qashash: 26)
Dasar hukum ijarah berdasarkan hadits adalah:
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang
Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud:
“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang
tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang mas atau perak.”51
Selain itu menurut pasal 19 ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf f serta Pasal 21
huurf b angka 4 UU Perbankan Syariah, Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan Ijarah, serta PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi
Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan
perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa
Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.
Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah
tersebut berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan
Syariah dan PAPSI. Pembiayaan berdasarkan akad ijarah sebagaimana uraian di
atas berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.52
d. Skema Pembiayaan Ijarah
3.Akad Pembiayaan Ijarah
Mu‟ajir 1. Permohonan Musta‟jir
2.Menyewa 4. Ijarah
Gambar 2.2. Skema Pembiayaan Ijarah
Keterangan gambar:
1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank Syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah
sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai
barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya
pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah
diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan
objek ijarah tersebut kepada bank.
Nasabah Bank Syariah
5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai
aset yang dapat disewakan kembali. Sedangkan, bila bank menyewa objek
ijarah tersebut (al-Ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel). Setelah periode
ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada
supplier/penjual/pemilik.53
Dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah, bank wajib
menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan
nasabah. Pengembalian atas penyediaan dana bank oleh nasabah dapat dilakukan
baik dengan angsuran maupun sekaligus. Pengembalian atas penyediaan dana
bank tersebut tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk
pembebasan utang.
Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah tidak
menyatakan adanya agunan terhadap pembiayaan berdasarkan akad tersebut,
namun mengingat penyaluran dana oleh bank syariah berdasarkan akad tersebut
juga harus layak, maka bank wajib berpedoman kepada ketentuan Pasal 23 UU
Perbankan Syariah. Dalam pasal 23 tersebut antara lain ditegaskan bahwa bank
wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan, dan prospek usaha calon nasabah penerima fasilitas.54
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan
ijarah, berdasarkan ketentuan Pasal 23 UU Perbankan Syariah tentang
Kelayakan Penyaluran Dana, adanya agunan tambahan pada dasarnya
diwajibkan.
Dalam pembiayaan ijarah, barang yang disewa oleh nasabah bukan milik
nasabah, karena itu secara yuridis nasabah tidak bisa menjadikan objek sewa
tersebut sebagai agunan. Fatwa DSN tentang ijarah menyebutkan bahwa
kewajiban LKS (bank syariah) adalah menyediakan barang yang disewakan.
Berdasarkan fatwa tersebut dapat ditafsirkan bahwa bank tidak perlu memiliki
objek sewa. Apabila objek sewa tersebut milik pihak ketiga dan bukan milik
Negara/pemda, maka objek sewa dimungkinkan menjadi agunan atas pembiayaan
ijarah atau jaminan pihak ketiga.55
E. Review Studi Terdahulu
Adapun studi terdahulu untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat kepada
beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu:
1. Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Malang – (FE/Manajemen/UIN Malang 2010)
Skripsi ini membahas manajemen pembiayaan dana talangan haji untuk
membantu nasabah mendapatkan porsi secara cepat serta membahas prinsip
penyaluran dana (akad) pembiayaan yang dilakukan BSM Cabang Malang. Jenis
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data
melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.
2. Keunggulan Kompetitif Produk Tabungan Haji Bank Syariah (BMI, BSM
dan DKI Syariah) – Suhaeti (FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2011)
Penelitian ini fokus kepada keunggulan kompetitif produk tabungan haji yang
dikeluarkan bank syariah di tiga bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri dan Bank DKI Syariah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi
pu