BAB V PENUTUP
5.2. Saran
Proses secara direct leaching dengan asam sulfat ternyata sangat efektif untuk digunakan karena hasil recovery yang didapatkan lebih dari 50%. Saran untuk selanjutnya agar dapat menggunakan metode direct leaching dengan asam lain seperti asam klorida dan asam nitrat.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiutama A. 2013. Analysis of Material Handling Flow Process on Tin Smelting a Case Study in Indonesia. 11(66):407–416.
Aisyah. 2011. Pengelolaan Pradisposal Limbah Pabrik Kaos Lampu Petromaks yang Mengandung Thorium In Seminar Nasional SDM teknologi Nuklir VII; 16 November 2011; Yogyakarta, Indonesia. ISBN 1978-0176: STTN-BATAN 446–457.
Anggraini M. 2016. Proses Pemisahan Unsur Radioaktif Dan Unsur Logam Tanah Jarang Pada Slag II Peleburan Timah [Tesis]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Anggraini M, Sarono B, Waluyo S, Rusydi R, Sujono S. 2015. Pengendapan Uranium dan Thorium Hasil Pelarutan Slag II. Eksplorium. 36(2):125–132. doi: 10.17146/eksplorium.2015.36.2.2776.
Anggraini M, Sumarni, Sumiarti SR, Waluyo S. 2012. Pengendapan Unsur Tanah Jarang Hasil Digesti Monasit Bangka Menggunakan Asam Sulfat. 33(2): 121–128.
Archer M, McCrindle RI, Rohwer ER. 2003. Analysis of cobalt, tantalum, titanium, vanadium and chromium in tungsten carbide by inductively coupled plasma-optical emission spectrometry. Journal of Analytical Atomic
Spectrometry. 18(12):1493–1496. doi:10.1039/b310482f.
Ariani M, Su’ud Z, Waris A, Khairurrijal, Monado F, Sekimoto H. 2012. The feasibility study of small long-life gas cooled fast reactor with mixed Natural Uranium/Thorium as fuel cycle input AIP Conference Proceedings. 2012,
American Institute of Physic. 978-0-7354-1047-3: AIP Publishing. 59–64.
Arthur, B. 1999. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga.
Bahti HH, Mulyasih Y, Anggraeni A. 2017. Extraction and chromatographic studies on rare-earth elements (REEs) from their minerals : the prospect of REEs from their minerals : the prospect of REEs production in Indonesia; 24-25 November 2011; Jatinangor, Indonesia. ISBN 978-602-19413-1-7. 421-230.
Balachandran G. 2014. Extraction of Rare Earths for Advanced Applications. Kanchanbagh, Hyderabad, Andhra Pradesh, India. doi:10.1016/B978-0-08-096988-6.09983-1.
Behera SK, Chakraborty S, Meikap BC. 2017. Chemical demineralization of high ash Indian coal by using alkali and acid solutions. Fuel. 196(6):102–109. doi:10.1016/j.fuel.2017.01.088.
Pintar Nuklir.
Boss CB, Fredeen KJ. 2004. Concepts, Instrumentation and techniques in
ICP-OES. USA : PerkinElmer.
Burke T. 1982. Characterization of Commercial Thorium Oxide Powders. Bettis Atomic Power Laboratory, Pennsylvani.
Butler BCM. 1978. Tin-rich garnet, pyroxene, and spinel from a slag.
Mineralogical M. 42(324):487–492. doi:10.1180/minmag.1978.042.324.11.
Cotton F, Wilkinson G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press.
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi. Sumatera Barat: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK).
Dewita E. 2012. Analisis Potensi Thorium Sebagai Bahan Bakar Nuklir Alternatif PLTN. PPEN BATAN. 232(5):45–56.
Febriana E, Tristiyan A, Mayangsari W, Prasetyo AB. 2018. Kinetika dan Mekanisme Pelindian Nikel dari Bijih Limonit : Pengaruh Waktu dan Temperatur. Metalurgi.2(8):61–68.
Gaballah I, Allain E. 1994. Recycling of strategic metals from industrial slag by a hydro-and pyrometallurgical process. Mineral Pro. 10(6):75–85.
Haryadi H, Miswanto A, Mandalawanto Y, Daranin EA. 2010. Analisis
Perkembangan Pengusahaan Mineral dan Batubara. Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Haryono. 2017. Analisa Kinetika Reaksi Pebentukan Kerak CaCO3-CaSO4 dalam Pipa Beraliran Laminar pada Suhu 30oC dan 40oC menggunakan Persamaan Arrhenius.TM.17(2): 40–51.
Humphries M. 2013. Rare earth elements: The Global Supply Chain. Minerals
Policies .Congressional Research Service.
Hou X, Jones BT. 2000. Inductively Coupled Plasma-Optical Emission
Spectroscopy. USA: Wake Forest University Winston Salem.
IAEA. 2005. Thorium fuel cycle: Potential benefits and challenges. Austria: the IAEA.
Iqbal M, Said N, Anggraini M, Mubarok MZ, Widana KS. 2017. Studi Ekstraksi Bijih Thorit dengan Metode Digesti Asam dan Pemisahan Thorium dari Logam Tanah Jarang dengan Metode Oksidasi-Presipitasi Selektif.
Eksplorium. 38(2): 109–120.
Isyuniarto, Muhadi A, Tri H. 1999. Optimasi Pelindian Pasir Monasit dengan Metode Basa. Prosiding Perlemuan Dan Presentasi Ilmiah. 132:132–136.
earth element bearing minerals. Minerals Engineering. 41(12):97–114. doi:10.1016/j.mineng.2012.10.017.
Kementerian ESDM. 2013. Kajian Supply Demand Mineral. Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral. Jakarta : ESDM.
King AH, Eggert RG, Gschneidner KA. 2016. The Rare Earths as Critical
Materials. Handbook on the Physics and Chemistry of Rare Earths (1st ed.).
United State : The Ames Laboratory.
Kleppe T. 1974. Minerals Yearbook. U.S : Government Printing Office.
LN Hafni, R Faizal, W Sugeng, S Budi, Mukhlis, Sumarni. 2002. Pelarutan (U, Th, RE) Hidroksida Hasil Dekomposisi Basa Monasit Bangka dengan Menggunakan Asam Nitrat in Seminar IPTEK Nuklir Dan Pengelolaan
Sumber Daya Tambang; 2 Mei 2002; Jakarta, Indonesia. ISBN
979-8769-11-2. 144–150.
Luetzelschwab JW, Googins SW. 1984. Radioactivity released from burning gas lantern mantles. Health Physics. 46(4):873–881. doi:10.1097/00004032-198404000-00013.
Luo W, Feng Q, Ou L, Zhang G, Chen Y. 2010. Kinetics of saprolitic laterite leaching by sulphuric acid at atmospheric pressure. Minerals Engineering,
23(6):458–462. doi:10.1016/j.mineng.2009.10.006.
Maryono, Suratman, Handayani, S Subiantoro, Amiruddin D, Sulistiani L. 2010. Ekstraksi unsur tanah jarang dari mineral ikutan bijih timah dan terak peleburan timah. Laporan internal hasil penellitian, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara.
Morrs, Lester R, Edelstein, Norman M, Fuger, Jean. 2006. The Chemistry of
Actinide and Elemen Transactinide. Springer Science.
Nugraha S. 2016. Indonesia Energy Outlook. Jakarta : Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.
Nugraheni A, Dwijananti P. 2012. Penentuan Aktivitas Unsur Radioaktif Thorium Yang Terkandung Dalam Prototipe Sumber Radiasi Kaos Lampu Petromaks.
Jurnal MIPA. 35(4):31-37.
Nuri HL, Prayitno, Jumi Abdul, Pancoko M. 2014. Kebutuhan Desain Awal pada Pilot Plant Pengolahan Monasit menjadi Thorium Oksida (ThO2). Eksplorium. 35(2):131-141.
Prassanti R. 2013. Digesti Monasit Bangka Dengan Asam Sulfat. Eksplorium.
33(1):41–54.
PT Timah. 2011. Go Offshore, Go Deeper. Bangka Belitung : PT Timah (persero) Tbk.
Olah Pasir Monasit Memakai D2EHPA Pertemuan Ilmiah Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir; 25-26 Juli 2000; Yogyakarta, Indonesia. ISSN 02163128: P3TM-BATAN. 148–153.
Ragheb M. 2011. Thorium Fission and Fission-Fusion Fuel Cycle. USA : Talbot Laboratory.
Ritcey G. 2006. Solvent Exctraction Principles and Applications to Process Metallurgy. Metallurgy. 452-522.
Roth JR. 2004. Ionizing radiation sources and bilogical effects. New York: United Nations.
Sajima S. 2018. Pelindian Natrium Zirkonat Menggunakan Asam Klorida Secara Catu. Eksplorium. 39(1):67. doi:10.17146/eksplorium.2018.39.1.4369. Saleh N, Rodliyah I, Rochani S. 2015. Eliminasi Senyawa Silika dari Terak
Peleburan Timah Menggunakan Asam Fluoro-Silikat. 11(4):107–117. Salim Z, Munadi E. 2016. Info Komoditi Timah. Jakarta: AMP Press.
Schneider M, Froggatt A, Hazemann J. 2012. World Nuclear Industry Status
Report 2012. Paris, London : A Mycle Schneider Consulting.
Suhartati T. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrometri Massa
untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. Bandar Lampung: AURA
(Anugrah Utama Raharja).
Sulistiyono E, F.Firdiyono, Suharyanto A. 2014. Dissolution Process of Sulphate Acid And Hidrochloride Acid in Reduction Tin Slag. Majalah Metalurgi. 29(3):1-8.
Sumarni, Prassanti R, Trinopiawan K, Sumiarti, Nuri HL. 2011. Penentuan Kondisi Pelarutan Residu dari Hasil Pelarutan Parsial Monasit Bangka.
Eksplorium. 32(2):115–124.
Sumiarti, Alwi G. 2018a. Standar Operasional Prosedur Penetapan Thorium
dengan Metode Spektrofotometer. Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Galian
Nuklir BATAN.
Sumiarti, Alwi G. 2018b. Standar Operasional Prosedur Penetapan Unsur LTJ
dengan Metode ICP-OES. Jakarta: Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir
BATAN.
Suprapto SJ. 2008. Potensi, Prospek Dan Pengusaha Timah Putih Di Indonesia.
Sumber Daya Geologi. 3(2): 2–13.
Taufiq A, Hutagaol RP. 2010. Metode Alternatif Analisis Sulfur dalam Solar dengan Alat ICP-OES Optima 5300 Perkin Elmer. Kimia Analis. 1(1): 25-31. Teir S, Revitzer H, Eloneva S, Fogelholm CJ, Zevenhoven R. 2007. Dissolution of natural serpentinite in mineral and organic acids. International Journal of
Mineral Processing. 83(1–2):36–46. doi: 10.1016/j.minpro.2007.04.001. Trinopiawan K, Mubarok MZ, Mellawati J, Ani BY. 2016. Pelindian Logam
Tanah Jarang dari Terak Timah dengan Asam Klorida setelah Proses Fusi Alkali. Eksplorium. 37(1): 41–50.
Trinopiawan K, Sumiarti. 2012. Pemisahan Thorium dari Uranium pada Monasit dengan Metode Pengendapan. Ekplorium. 33(1):55–62.
Yanlinastuti, Fatimah S. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut untuk Menentukan Paduan U-Zr dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis.PTBBN. 17:22–33.
Zanonato PL, Bernardo PDi, Zhang Z, Gong Y, Tian G, Gibson J, Rao L. 2016.
Hydrolysis of Thorium (IV) at Variable Temperature. Italy: Dipartimento di
Scienze Chimiche.
Zulhan Z. 2012. Pyrometallurgy.Lecture Handout : Metallurgical Engineering. Bandung.
LAMPIRAN I PEMBUATAN REAGEN 1. Pembuatan HCl pH 0,8
Diambil aquades sebanyak 1 liter dan disimpan pada gelas kimia besar kemudian dipasangkan alat pengukur pH lalu ditetesi sedikit demi sedikit larutan HCl sampai pH nya 0,8.
2. Pembuatan Asam Nitrat 0,5 N
Diketahui : nilai normalitas asam nitrat 65%
Dicari nilai molaritas asam nitrat 65% dengan rumus : M = (massa jenis x 10x %) / Mr
M = (1,40 x 10 x 65) / 63,01 M = 14,4 N
Dengan menggunakan rumus pengenceran : N1 x V1 = N2 x V2
14,4 x V1 = 0,5 N x 1000 mL V1 = 500 / 14,4
V1 = 34,7 mL
Jadi volume yang dibutuhkan atau diambil dari asam nitrat 65 % adalah 34,7 mL. Langkah membuat asam nitrat 0,5 N adalah :
1. Diambil asam nitrat (HNO3) sebanyak 34,7 mL. Dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 500 mL yang sebelumnya telah diisi aquadest. Diaduk hingga homogen.
2. Dipindahkan larutan ke dalam labu takar ukuran 1000 mL dengan hati-hati dan ditambahkan aquadest sampai tanda batas.
3. Dipindahkan segera ke dalam botol reagen gelap (coklat) dan diberi label. 3. Asam Askorbat 5%
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN RECOVERY • Perhitungan massa unsur terlarut:
Massa terlarut (mg) = Konsentrasi dalam larutan (ppm) x Volume larutan (L) = 33,309 mg/L x 0,88 L
= 29,31 mg
• Contoh Perhitungan Recovery pada Tabel 12, thorium (1:2,5).
%Ekstraksi =
%Ekstraksi = (33,30 mg/L x 0,088 L) x 100% 88,37 mg
= 3,32%
Tabel 9. Hasil analisis unsur tanah jarang pada umpan terak timah
Unsur (ppm)
Umpan Ukuran Partikel (mesh)
#80 #120 #150 #230 #325 Ce 10397,0163 10061,8175 11243,0638 11219,6438 11355,7725 Dy 68,862 107,596875 180,76275 205,151375 154,9395 La 4309,30875 4442.7375 5142,13875 5030,70375 5439,7875 Nd 2735,7275 2589,9775 2856,7 2973,3 2693,46 Pr 1829,5875 1756,4625 1986,075 2003,625 1999,2375 Sm 368,3 295,8 356,7 352,35 285,65 Y 665,48 4965,7 5570,5375 5576,8875 5603,875 Total 20374,28205 44447152,35 27335,9778 27361,66143 27532,722
Tabel 10. Hasil analisis torium pada umpan terak timah
Unsur (ppm)
Umpan Ukuran Partikel (mesh)
#80 #120 #150 #230 #325
1. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Konentrasi Asam Sulfat
Variabel tetap:
• Temperatur : Ambien
• Ukuran butiran : 80 mesh
• Rasio S/L : 20/100 gr/mL
• Kecepatan pengadukan : 100 rpm
• Waktu : 30 menit
• Berat umpan : 20 gr • Volume sampel : 100 mL
Tabel 11. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi konsentrasi perbandingan air:asam sulfat menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm)
Perbandingan konsentrasi air : asam sulfat
1;2,5 1;2 1;1,5 1;1 1;0,5 2,5;1 3;1 3,5;1 4;1 Ce 11,44 14,13 27,34 14,3 47,38 89,11 116,1 184,8 212,1 Dy 1,754 1,984 0,998 0,625 4,351 8,005 11,59 17,895 19,79 La 7,537 8,958 12,76 6,904 25,51 49,29 63,38 96,9 110,4 Nd 6,701 7,519 7,992 4,356 14,8 31,41 41,71 63,4 74,55 Pr 3,213 3,76 6,12 2,654 9,474 15,71 24,38 44,66 49,68 Sm 0,795 0,969 1,285 0,613 2,792 4,906 7,991 12,595 14,25 Y 9,248 10,61 7,518 6,08 27,56 48,1 58,27 99,25 106,35 Total 40,688 47,93 64,013 35,532 131,867 246,531 323,421 519,5 587,12
Tabel 12. Hasil analisis torium pada filtrat leaching terak timah variasi konsentrasi perbandingan air:asam sulfat menggunakan Spektrofotmeter UV-Vis
Unsur (ppm)
Perbandingan konsentrasi air : asam sulfat
1;2,5 1;2 1;1,5 1;1 1;0,5 2,5;1 3;1 3,5;1 4;1 Torium 33,309 39,665 87,933 44,76 91,585 106,887 125,106 82,474 54,703
2. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Temperatur Variabel tetap:
• Konsentrasi (H2O : H2SO4) : 3,5 : 1 • Ukuran butiran : 80 mesh
• Rasio S/L : 20/100 gr/mL
• Kecepatan pengadukan : 100 rpm
• Waktu : 30 menit
• Berat umpan : 20 gr • Volume sampel : 100 mL
Tabel 13. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi temperatur menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm) Temperatur (0C) 40ᵒC 50ᵒC 60ᵒC 70ᵒC 80ᵒC 90ᵒC Ce 306,55 455,75 449,15 466,2 526,5 60,15 Dy 31,205 52,1 63,2 72,1 82 14,045 La 189,5 291,4 307,8 325,7 380,1 55,85 Nd 103,05 145,05 133,25 127,5 128,35 2,444 Pr 81,2 121,9 122,65 126,15 149,95 16,525 Sm 26,465 38,355 38,79 38,205 36,275 0 Y 187,8 298,55 353,65 402,4 452,2 138,15 Total 925,77 1403,105 1468,49 1558,255 1755,375 287,164
Tabel 14. Hasil analisis torium pada filtrat leaching terak timah variasi temperatur menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Unsur (ppm)
Temperatur (0C)
40ᵒC 50ᵒC 60ᵒC 70ᵒC 80ᵒC 90ᵒC Th 81,256 137.341 150.837 140.606 73,22 46,488
3. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Ukuran Partikel (mesh) Variabel tetap: • Konsentrasi (H2O : H2SO4) : 3,5 : 1 • Temperatur : 600C • Rasio S/L : 20/100 gr/mL • Kecepatan pengadukan : 100 rpm • Waktu : 30 menit • Berat umpan : 20 gr • Volume sampel : 100 mL
Tabel 15. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi ukuran partikel (mesh) menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm)
Ukuran Partikel (mesh)
#80 #120 #150 #230 #325 Ce 398,7 603,5 721 904 809 Dy 26,07 47,18 57,5 74,95 105,15 La 185,4 288 341,4 426,15 424 Nd 99,5 160,1 191,7 241,35 198,85 Pr 72,1 118,85 145,55 186,85 166,6 Sm 21,955 72,55 44,4 57,05 47,815 Y 181,65 287,25 333,6 406 524 Total 985,375 1577,43 1835,15 2296,35 2275,415
Tabel 16. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi ukuran partikel (mesh) menggunakan Spektrofotmeter UV-Vis
Unsur (ppm)
Ukuran Partikel (mesh)
#80 #120 #150 #230 #325 Th 93,784 86,423 99,967 114,205 83,658
4. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Rasio Solid / Liquid (S/L) (gr/mL) Variabel tetap: • Konsentrasi (H2O : H2SO4) : 3,5 : 1 • Temperatur : 600C • Ukuran Butiran : #230 • Kecepatan pengadukan : 100 rpm • Waktu : 30 menit
Tabel 17. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi rasio solid liquid (g/mL) menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm) Rasio solid/liquid (gr/mL) 5 10 15 20 25 30 40 50 Ce 236,85 463,4 660,5 904 699 725,5 623,5 597 Dy 22,135 44,54 65,3 74,95 100,85 116,75 88,6 95 La 138,15 276 388,75 426,15 457,75 478,85 328,3 328,4 Nd 75,7 146,5 203,05 241,35 186,15 186,6 118,75 104,75 Pr 62,9 124,35 175,95 186,85 184,5 195,65 107,7 101,35 Sm 20,12 38,24 55,4 57,05 55,05 55,25 18,475 13,71 Y 130,15 263,2 386,2 406 589 647,5 413,2 429,85 Total 686,005 1356,23 1935,15 2296,35 2272,3 2406,1 1698,525 1670,06
Tabel 18. Hasil analisis torium pada filtrat leaching terak timah variasi rasio solid liquid (g/mL) menggunakan Spektrofotmeter UV-Vis
Unsur (ppm)
Rasio solid/liquid (gr/mL)
5 10 15 20 25 30 40 50
5. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Kecepatan Pengadukan
Variabel tetap:
• Konsentrasi (H2O : H2SO4) : 3,5 : 1 • Temperatur : 600C • Ukuran Butiran : #230 mesH • Kecepatan pengadukan : 100 rpm
• Waktu : 30 menit
Tabel 19. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi kecepatan pengadukan (rpm) menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm) Kecepatan Pengadukan (rpm) 150 200 250 300 Ce 648 552 564,5 530,5 Dy 94,1 81,1 101,2 98,75 La 27,75 370,25 398,6 381,2 Nd 176,35 153,8 146,65 138,75 Pr 189,75 173,85 173,9 168,35 Sm 60,3 52,05 53,65 52,15 Y 507 433,35 533,5 512 Total 1703,25 1816,4 1972 1881,7
Tabel 20. Hasil analisis torium pada filtrat leaching terak timah variasi kecepatan pengadukan (rpm) menggunakan Spektrofotmeter UV-Vis
Unsur (ppm)
Kecepatan Pengadukan (rpm) 150 200 250 300 Th 76,106 80,325 60,318 76,206
6. Percobaan Penentuan Kondisi Terbaik Leaching dengan Variasi Waktu Variabel tetap:
• Konsentrasi (H2O : H2SO4) : 3,5 : 1 • Temperatur : 600C • Ukuran Butiran : #230 mesH • Solid/Liquid (gr/mL) : 10gr/100mL • Kecepatan pengadukan : 200 rpm
Tabel 21. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi waktu menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm) Waktu (jam) 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Ce 441,05 469,65 557,5 596,5 718,5 840 629,5 Dy 30,795 37,485 38,205 44,015 54,4 62 61 La 217,25 259,75 266,9 303,75 364,4 423,2 335,8 Nd 122,35 147,7 153,3 173,65 212,6 252,85 182,2 Pr 99,3 118,6 122,3 137,45 163,1 190,8 138,15 Sm 28,035 33,27 35,295 40,085 46,57 53,85 41,635 Y 203,95 219,55 242,95 278,95 340,6 385,65 383,3 Total 1142,73 1286,005 1416,45 1574,4 1900,17 2208,35 1771,585
Tabel 22. Hasil analisis unsur tanah jarang pada filtrat leaching terak timah variasi waktu menggunakan ICP-OES
Unsur (ppm)
Waktu (jam)
1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
LAMPIRAN 3
Lampiran 3.1. Proses leaching terak timah II
Lampiran 3.2 Sentrifuge sampel hasil leaching
Lampiran 3.4. Filtrat hasil leaching variasi konsentrasi
Lampiran 3.5. Filtrat hasil leaching variasi temperatur
Lampiran 3.7. Filtrat hasil leaching variasi rasio solid/liquid (g/mL)
Lampiran 3.8. Filtrat hasil leaching variasi kecepatan pengadukan
Lampiran 3.10. Pembuatan larutan torium
Lampiran 3.11. Pembuatan larutan unsur tanah jarang