BAB VI PENUTUP
B. Saran
Sarana pemasaran sangat mendukung kegiatan ekonomi masyarkat, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun sebagai mata pencaharian. Di kecamatan Prembun terdapat berbagai
sarana pemasaran seperti pasar, toko, kios/ warung, warung makan,dan pedagang kaki lima. Rincian jumlah masing-masing sarana pemasaran dapat dilihat pada tabel IV.10.
Tabel IV.11
Sarana Pemasaran Penduduk Kecamatan Prembun Tahun 2007
No Sarana Perdagangan Jumlah
1 Pasar 6
2 Toko 213
3 Kios/warung 201
4 Warung makan 11
5 Pedagang Kaki Lima Jumlah
62 493
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006 Dari tabel diatas diketahui jumlah masing-masing sarana perdagangan diantaranya adalah 6 pasar, 213 toko, 201 kios/warung, 11 warung makan, dan 62 pedagang kaki lima. Sarana perdagangan kebutuhan rumah tangga di toko.terbanyak adalah toko karena banyak masyarakat yang membeli
B. Kondisi Kemiskinan di Kecamatan Prembun
Jumlah masyarakat yang masih miskin merupakan kelompok
hard core yang tersebar dan sukar dientaskan dengan
program-program yang umum saja. Penduduk miskin umumnya berpendidikan rendah, berada di pedesaan dengan sarana dan prasarana minimal seperti minimnya jaringan komunikasi dan konsern sosial yang hanya bersifat lokal, serta budaya tradisional yang masih kental (Sigit, 2006: 466). Begitu juga dengan penduduk miskin yang berada di kecamatan Prembun yaitu tingkat pendidikan yang umumnya masih rendah, masih
banyak penduduk yang berada di pedesaan dengan minimnya jaringan komunikasi, dan budaya tradisional yang masih kental.
Di kecamatan Prembun masih banyak masyarakat yang berpendidikan rendah yaitu SD sebanyak 17.321 orang, SLTP 5.276 orang, SLTA 4.144 orang, dan perguruan tinggi 499 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan Prembun masih rendah karena sebagian besar masyarakatnya (62,8%) berada pada tingkat SD. Dari tingkat pendidikan yang rendah tersebut mampengaruhi jenis mata pencaharian masyarakatnya yang sebagian besar petani (8.254 orang).
Wilayah kecamatan Prembun sebagian besar terdiri dari pedesaan dengan lahan berupa sawah. Budaya tradisional di kecamatan Prembun dapat dikatakan masih kental baik budaya adat istiadat seperti: upacara pernikahan, kenduri, larungan ke laut, dll maupun budaya yang berupa kesenian tradisional seperti: karawitan, qosidah, janeng, tari, organ, wayang kulit, rebana, dan campur sari.
Jumlah penduduk miskin di kecamatan Prembun dari tahun 2003 sampai 2006 mengalami penurunan, seperti tampak pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.12
Jumlah Penduduk Miskin di kecamatan Prembun
No Tahun Jumlah
1 2003 16.750
2 2004 16.325
3 2005 15.855
4 2006 15.855
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat miskin menurun dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin berkembangnya industri rumah tangga menjadi industri yang lebih besar sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan naiknya upah buruh dari Rp 10.000 per hari menjadi Rp 12.500 per hari. Penyebab lain adalah adanya bantuan dari pemerintah yang bertujuan membantu tingkat konsumsi, pendidikan, peminjaman modal, serta kesehatan. Bantuan tersebut berupa pemberian dana BLT, dana BOS, peminjaman modal dari koperasi untuk petani dan pedagang kecil, dan dana JPS.
Sarana komunikasi di kecamatan prembun sebagian besar mengandalkan wartel. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pedesan masih menggunakan rumah model lama berupa joglo atau gudang. Ada beberapa masyarakat yang masih menggunakan seng atau anyaman bambu sebagai dinding rumah serta berlantai tanah atau lantai plester.
C. Program Bantuan Langsung Tunai
Program BLT diberikan sebagai kompensasi atas kenaikan BBM bagi rumah tangga miskin. Satuan penerima subsidi adalah rumah tangga. Kompensasi pengurangan BBM sebesar Rp. 100.000 per bulan, dibayarkan setiap tiga (3) bulan sebesar Rp.300.000. penentuan penerima kompensasi adalah berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS). Pemberian bantuan dilakukan di UPT (Unit pelaksanaan Tekhnis) PT Pos Indonesia yang ditunjuk.
1. Syarat penerima BLT
Warga yang akan ditetapkan sebagai penerima BLT adalah warga yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Syarat BLT diambil dari Petunjuk Pelaksanaan BLT. Syrat BLT di Kecamatan Prembun telah disesuaikan dengan keadaan masyarakat setempat. Adapun syarat-syarat penerima BLT adalah sebagai berikut:
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu
berkulaitas rendah/tembok tanpa diplester
d. tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain
e. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah.
h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas
lahan 0,5 ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000/bulan
m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD
n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000 seperti: sepeda motor (kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
2. Pihak-pihak yang terkait dengan pengurusan BLT dan tugasnya a. Dinas Kesejahteraan Rakyat bagian BLT kabupaten Kebumen
Dinas kesejahteraan rakyat bertugas melakukan sosialisasi program pelaksanaan BLT kepada instansi terkait seperti BPS dan wakil dari kecamatan.
b. Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Kebumen
Badan Pusat Statistik kabupaten bertugas untuk melakukan pendataan untuk masyarakat yang menerima BLT. BPS kabupaten
juga bertugas melakukan koordinasi dengan BPS kecamatan untuk memantau jumlah penerima BLT.
c. Badan Pusat Statistik (BPS) kecamatan Prembun
BPS kecamatan bertugas sebagai Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dan dibantu oleh seorang pembantu KSK. KSK bertanggungjawab dalam mekanisme pemilihan pencacah. KSK menjadi instruktur daerah dan memberikan pelatihan kepada pencacah.
d. Pencacah
Pencacah bertugas untuk melakukan pendataan warga sebagai calon penerima BLT, melakukan verifikasi lapangan untuk menetapkan berhak atau tidaknya seseorang menerima BLT, dan menyerahkan KKB.
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam Bab V ini peneliti akan menguraikan pembahasan terhadap rumusan masalah yang telah diajukan. Rumusan masalahnya adalah: Apakah rekruitmen terhadap penerima BLT di Kecamatan Prembun sudah tepat?, apakah penyaluran dan pencairan dana BLT di kecamatan Prembun sedah transparan?, apakah pengawasan pelaksanaan program BLT di kecamatan Prembun sudah berjalan dengan baik dan bagaimana sikap masyarakat terhadap program BLT?. A. Rekruitmen terhadap penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di
kecamatan Prembun
Ketepatan rekruitmen diartikan sebagai ketepatan dalam proses penyaringan dan hasil penyaringan masyarakat yang menjadi penerima BLT. Rekruitmen dapat dikatakan tepat jika memenuhi proses rekruitmen yang benar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan BLT dan penerima BLT adalah benar-benar warga miskin yang sesuai dengan syarat-syarat penerima BLT. Dari hasil wawancara dan observasi dengan petugas kabupaten, petugas kecamatan, dan masyarakat dapat diketahui proses rekruitmen dan syarat-syarat penerima BLT di kecamatan Prembun.
1. Proses Rekruitmen Petugas BLT
Sebelum dilakukan seleksi terhadap masyarakat penerima BLT terlebih dahulu dilakukan perekrutan petugas yang akan menjadi penanggungjawab dari pelaksanaan BLT. Dari hasil wawancara dengan petugas kecamatan diketahui bahwa dari kesepakatan Dinas
Kesejahteraan Rakyat bidang khusus BLT kabupaten dan kecamatan dibentuk KSK (Koordinator Statistik Kecamatan). Selain KSK juga dibentuk PKSK (Pembantu Koordinator Statistik Kecamatan) yang direkrut dari aparat pemerintahan desa yang tugasnya sebagai pencacah. Sebagian besar pencacah di kecamatan prembun adalah seorang kaur dan dibantu ketua RT masing-masing wilayah. Pencacah bertugas melakukan pendataan, mengisi formulir atau wawancara, dan memberikannya ke KSK.
Menurut hasil wawancara dengan ketua RT , mereka mendapat tugas langsung dari kaur sebagai pencacah untuk membantu pelaksanaan rekruitmen. Tugas tersebut disertai surat resmi dari kelurahan. Tugas RT sebagai pencacah adalah melakukan pendataan warganya untuk diajukan sebagai penerima BLT.
2. Syarat-syarat Penerima BLT di Kecamatan Prembun
KSK sebagai pengurus tertinggi di kecamatan Prembun melakukan seleksi terhadap syarat-syarat penerima BLT yang ada pada Juklak BLT. Alasannya adalah kriteria warga miskin yang ditetapkan tidak sesuai dengan kondisi terendah masyarakat. Rincian hasil seleksi terhadap syarat-syarat penerima BLT ada pada tabel V.1
Tabel V.1
Hasil Seleksi Syarat-Syarat Penerima BLT
No Syarat yang Diseleksi Dipakai Tidak Dipakai 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal
kurang dari 8 m2 per orang
√ √√ √
2 Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
√ √√ √
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkulaitas
rendah/tembok tanpa diplester
√ √√ √
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain
√ √√ √
5. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan
√ √√ √
6. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah.
√ √√ √
7. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu
√ √√ √
8. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari
√ √√ √
9. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik
√ √√ √
10 Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
√ √√ √
11. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000/bulan
√ √√ √
12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD
√ √√ √
13. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
√ √√ √
14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000 seperti: sepeda motor
(kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
√ √√ √
Dari tabel di atas dapat diketahui ada 14 syarat sesuai dengan Juklak BLT yang diseleksi oleh KSK. Dari 14 syarat tersebut yang sesuai dengan kondisi terendah masyarakat adalah 12 butir, sedangkan yang tidak sesuai ada 2 butir yaitu: luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang dan penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 tidak digunakan dalam salah satu syarat penerima BLT dengan pertimbangan bahwa kondisi daerah pedesaan yang cenderung memiliki rumah yang luas karena sebagian besar masyarakat mendapat warisan dari leluhurnya. Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik tidak digunakan dalam salah satu syarat penerima BLT karena seluruh keluarga telah menggunakan listrik. Dari 14 syarat sebagai penerima BLT yang paling diutamakan adalah sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 0,5 ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000/bulan. Syarat tersebut dianggap paling utama dengan pertimbangan bahwa pendapatan adalah sumber utama sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga jika pendapatan sebuah keluarga rendah maka akan mengakibatkan beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jika seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut miskin. Oleh sebab itu maka diperlukan tambahan pemasukan pendapatan. Tambahan pendapatan bisa didapat dari dana BLT.
3. Proses Pelaksanaan Seleksi terhadap Penerima BLT
Pendataan calon penerima BLT dilakukan oleh ketua RT dibantu kaur keuangan dari kelurahan dengan observasi kasat mata kemudian mengisikan data keluarga ke dalam formulir pendaftaran, setelah itu diserahkan ke kecamatan untuk di seleksi. Setelah penerima BLT ditetapkan ketua RT dan kaur mengunjungi rumah penerima BLT dengan memberikan KKB.
Observasi kasat mata yang dilakukan oleh pencacah adalah dengan menentukan calon penerima BLT lewat persepsi pencacah. Persepsi tersebut didasarkan pada pemahaman pencacah mengenai kondisi ekonomi masing-masing keluarga yang ada di wilayahnya. Menurut hasil wawancara dengan pencacah diketahui bahwa mereka tidak mendapatkan kesulitan dalam pencacahan karena mereka sudah sangat mengenal warganya. Keuntungan dari observasi kasat mata adalah tidak memakan banyak waktu, sehingga pendataan terhadap penerima BLT dapat diselesaikan secepat mungkin. Kelemahan dari observasi kasat mata adalah pada persepsi pribadi pencacah terhadap seseorang. Persepsi pribadi belum cukup untuk mengetahui kondisi sebuah keluarga. Seharusnya pencacah perlu mengadakan wawancara dengan keluarga yang dianggap layak menerima BLT, dengan demikian maka dapat diketahui kondisi yang sebenarnya. Alur pendataan secara rinci dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.
Gambar V.1
Alur Pendataan Penerima BLT
Sebagian besar warga yang menjadi responden mengungkapkan bahwa tidak dilakukan kunjungan dari rumah ke rumah atau musyawarah untuk menentukan calon penerima BLT. Menurut ketua RT yang diwawancarai hal tersebut tidak perlu dilakukan karena seluruh warga sudah dikenal dan diketahui kondisi perekonomian masing-masing keluarga. Pendataan yang dilakukan juga tidak didasarkan pada sensus kemiskinan daerah, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendataan dilakukan dengan observasi kasat mata dari tokoh masyarakat (RT masing-masing wilayah).
Pendataan dengan observasi kasat mata dari pencacah tidak sesuai dengan pendataan yang seharusnya yang tampak dalam gambar V.2 .
Observasi kasat mata Pengisian Formulir Penyerahan KKB
Gambar V.2
Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin yang Seharusnya
Sumber: Juklak BLT 2005 Pendataan yang benar seharusnya melibatkan masyarakat dan perlu verifikasi lapangan dan wawancara dengan rumah tangga miskin yang layak menerima BLT sehingga tepat pada sasarannya. Hal ini bertolak belakang dengan pendataan yang dilakukan di kecamatan Prembun yaitu dengan observasi kasat mata. Adapun alasan pendataan secara kasat mata adalah RT manganggap bahwa warga wilayah mereka sedikit sehingga mudah dipahami kondisi masing-masing dan waktu yang terbatas yang diberikan kecamatan untuk melakukan pendataan.
Melengkapi data ruta miskin dari :
- data BKKBN
- sensus kemiskinan BPS daerah
- data Pemda
Pengisian formulir PSE 05. LS.dimulai dari ruta paling miskin
Verifikasi lapangan : - tanya tetangga & tokoh
masyarakat
- observasi kasat mata oleh pencacah
untuk menentukan :
- layak/tidak catat ruta miskin yang terlewat Pencacah
mendatangi ketua SLS, kaji dan catat ruta miskin
Wawancara dengan ruta miskin yang layak dengan isi PSE 05.RT.
Pencacahan secara observasi kasat mata saja dan tidak didukung kunjungan ke rumah-rumah serta wawancara dirasa kurang tepat . Observasi kasat mata hanya melihat kondisi seseorang secara sekilas dengan konsep pribadi yang dimiliki pencacah. Pendataan penerima BLT di kecamatan Prembun hanya mengandalkan pengamatan sekilas, sehingga ada ketidaktepatan sasaran. Ketidaktepatan tersebut terlihat dari warga yang seharusnya layak menerima BLT tetapi tidak didata dan warga yang tidak layak menerima BLT justru dapat menjadi penerima BLT. Menurut hasil wawancara dengan masyarakat, pendataan secara kasat mata menimbulkan perasaan tidak puas, muncul dugaan kolusi karena ada beberapa penerima BLT yang masih ada ikatan keluarga dengan ketua RT sebagai pencacah . Menanggapi hal ini pihak pencacah telah menjelaskan bahwa pendataan sudah dilakukan seadil-adilnya. Penerima BLT yang masih ada ikatan keluarga dengan pencacah memang merupakan warga yang layak menerima BLT dilihat dari penghasilan yang tidak menentu. Selain dari pihak pencacah, pihak kecamatan melakukan controling ke rumah-rumah penduduk. Hasil dari controling ini adalah dicabutnya dua keluarga dari haknya menerima BLT dengan alasan bahwa keluarga tersebut sudah dianggap sebagai keluarga yang layak karena mampu menempati rumah yang kokoh dan penghasilan yang cukup.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembentukan petugas pengurus BLT sudah sesuai dengan juklak BLT yaitu dengan membentuk KSK dan PKSK. Syarat penerima BLT yang ada pada Juklak
disesuaikan dengan kondisi masyarakat, sehingga ada syarat yang tidak dipakai. Dalam praktek pencacahan ditemukan ketidaktepatan dalam pendataan yang seharusnya dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti PKSK mendata data rumah tangga miskin berdasarkan data yang ada di BPS kecamatan, kemudian melakukan pengisian formulir, melakukan verifikasi lapangan dan wawancara. Dapat disimpulkan bahwa proses perekrutan terhadap penerima BLT di kecamatan Prembun kurang tepat karena melalui proses yang tidak semestinya yang mengakibatkan salah sasaran pada beberapa keluarga yang dianggap tidak miskin tapi menerima dana BLT.
B. Penyaluran Kartu Kompensasi BBM (KKB) dan pencairan dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) di kecamatan Prembun
KKB digunakan untuk pengambilan atau pencairan dana BLT di kantor pos. Menurut hasil wawancara dengan petugas kecamatan KKB dicetak ganda oleh kantor pos pusat untuk diserahkan ke KSK. KSK menyerahkan KKB duplikat kepada kantor pos untuk keperluan pengecekan saat pencairan dana, sedangkan KKB asli diserahkan kepada pencacah untuk diserahkan kepada penerima BLT. Kaur dan ketua RT sebagai pencacah langsung menyerahkan KKB kepada penerima BLT dengan mendatangi rumah warga. Menurut hasil wawancara dengan penerima BLT, penyerahan KKB disertai dengan penjelasan mengenai kegunaan KKB yaitu sebagai identitas penerima BLT sekaligus sebagai syarat pencairan dana BLT. Adapun jalur pendistribusian KKB disajikan dalam gambar V.3.
Gambar V.3
Alur Pendistribusian KKB di Kecamatan Prembun
Alur pendistribusian seperti pada gambar V.3 dengan alur dari KSK kemudian pencacah dan diterimakan ke penerima BLT sesuai dengan salah satu alur pendistribusian KKB yang ada pada Juklak BLT, adapun alur sesungguhnya tampak dalam gtambar V.4.
Gambar V.4
Alur Pendistribusian KKB di Kecamatan Prembun
Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyaluran KKB sebagai identitas penerima BLT dan syarat pencairan dana sudah dilakukan secara tepat. Bentuk KKB untuk identitas BLT dan syarat pengambilan BLT tampak dalam gambar V.5.
KSK Pencacah Penerima BLT KSK Pencacah Penerima BLT
Gambar V.5
Bentuk Kartu Kompensasi BBM
KKB bagian depan KKB bagian belakang
Bagian depan KKB berisi identitas penerima KKB, keterangan wilayah, keterangan kantor bayar, tanda tangan menteri sosial dan tanda tangan/cap jempol pemegang kartu. Pada identitas KKB tercatat nomor KIP, nama pemegang kartu, jumlah Art/kupon dan alamat penerima BLT. Keterangan wilayah ada pada bagian atas yang menunjukkan bahwa kartu ini untuk wilayah propinsi jawa tengah. Keterangan kantor bayar diisi dengan tempat pencairan KKB. Tanda tangan menteri sosial Republik Indonesia ditunjukkan untuk menandakan keabsahan KKB dari pemerintah pusat, sedangkan tanda tangan/cap penerima diperlukan untuk alasan pengecekan. Hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa pemegang kartu tidak membubuhkan tanda tangan ataupun cap jempol. Adapun resiko yang kemungkinan muncul adalah kartu ini dapat digunakan oleh orang lain. Resiko seperti ini tidak ditemukan dalam pelaksanaan BLT di kecamatan Prembun.
Bagian belakang KKB berisi penjelasan singkat mengenai KKB dan ketentuan KKB. Penjelasan singkat terdiri dari 5 hal yaitu: (1) diberikan
kompensasi atas kenaikan BBM, (2) satuan penerima subsidi adalah rumah tangga, (3) kompensasi pengurangan subsidi BBM sebesar Rp.100.000, per bulan dibayarkan setiap 3 bulan sebesar Rp.300.000,(4) penentuan penerima kompensasi adalah pendataan BPS, (5) pemberian bantuan dilakukan di UPT (unit Pelaksanaan tekhnis) PT. Pos Indonesia yang ditunjuk. Ketentuan KKB berisi 6 hal yaitu: (1) sah apabila memiliki ciri-ciri kartu sesuai ketentuan pemerintah, (2) kartu berharga uang, kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab pemegang kartu, (3) kartu dilengkapi 4 kupon dan merupakan bukti pembayaran, (4) kartu hanya dapat dibayarkan sesuai masa bayar dan lokasi kantor bayar yang ditetapkan, (5) waktu pembayaran diatur oleh kantor bayar setempat, (6) petugas berhak menolak membayarkan apabila ketentuan tidak terpenuhi.
Penyaluran dan pencairan dana merupakan kegiatan penting karena merupakan kegiatan utama yaitu sampainya dana BLT sebesar Rp 300.000 ke tangan masyarakat. Menurut hasil wawancara dengan petugas kecamatan mengenai penyaluran dana diketahui bahwa dana dari pusat langsung ditransfer ke kantor pos. Dana BLT di kantor pos berupa uang tunai dengan tujuan mempercepat pencairan dana untuk masyarakat penerima BLT. Dari kantor pos melalui petugasnya, dana tersebut langsung disampaikan ke tangan penerima BLT dengan menunjukkan kupon KKB. Menurut hasil wawancara dengan penerima BLT dana yang diterima berjumlah Rp.300.000, diterima setiap 3 bulan sekali selama 4 periode.
Di kecamatan Prembun, KSK mengatur jadwal pencairan dana. Jadwal dibuat untuk meminimalisir kekacauan yang kemungkinan akan terjadi. Jadwal dibuat menjadi 7 bagian, adapun bagian pertama adalah pukul 08.00-09.00, kedua 09.00-10.00, ketiga 10.00-11.00, keempat 11.00-12.00, kelima 12.30-13.30, kelima 13.30-14.30. Pembutan jadwal tersebut masing-masing untuk dua wilayah dan pembagiannya adalah sebagai berikut: bagian pertama untuk desa Tersobo dan Prembun, kedua Kabekelan dan Tunggalroso, ketiga Kedungwaru dan Bagung, keempat Sidogede dan Sembirkadipaten, kelima Kedungbulus, Mulyosri dan Pesuningan, dan keenam Pecarikan dan Kabuaran.
Setelah pengaturan jadwal KSK memberitahukan kepada PKSK dan disosialisasikan ke masyarakat. Pencairan BLT dilakukan di kantor pos Prembun. Menurut hasil wawancara proses pencairan BLT dimulai dari menunjukkan KKB ke petugas dan akan mendapat nomer antrian kemudian dipersilahkan duduk di tempat yang telah tersedia untuk menunggu antrian. Ketika penerima dipanggil maka menuju ke loket pencairan dana kemudian penerima BLT menunjukkan kartu KKB dan diserahkan ke petugas untuk peyobekan kupon dan penyerahan dana sebesar Rp.300.000.
Berdasarkan hasil temuan dapat ditarik kesimpulan bahwa penyaluran KKB dan pencairan dana BLT sudah transparan karena seluruh rangkaian kegiatan penyaluran KKB maupun pencairan dana diketahui oleh masyarakat. Pengurus juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
menanyakan hal-hal seputar BLT yang belum jelas atu kelangan masyarakat yang ingin mengetahui serangkaian proses pelaksanaan BLT.