• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi program bantuan langsung tunai [BLT] : studi kasus di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi program bantuan langsung tunai [BLT] : studi kasus di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen Jawa Tengah - USD Repository"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI

PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

Studi Kasus di: Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: Retno Widaningsih

031324008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

PERSEMBAHAN

Dengan segala cinta dan syukur kepada

Dengan segala cinta dan syukur kepada

Dengan segala cinta dan syukur kepada

Dengan segala cinta dan syukur kepada

Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk :

Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk :

Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm)

Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm)

Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm)

Ayahku tercinta Hy.Paring Haryanto (Alm)

Ibuku tercinta Purwaningsih

Ibuku tercinta Purwaningsih

Ibuku tercinta Purwaningsih

Ibuku tercinta Purwaningsih

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

Adiku tercinta kusno Ari Nugroho

(5)

Motto

Motto

Motto

Motto

Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kedamaian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kedamaian sejati adalah bila kita ada di

tengah----tengah orang yang saling berbagi

tengah orang yang saling berbagi

tengah orang yang saling berbagi

tengah orang yang saling berbagi

Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kebahagian sejati adalah bila kita ada di tengah

Kebahagian sejati adalah bila kita ada di

tengah----tengah orang yang bisa seiring sejalan

tengah orang yang bisa seiring sejalan

tengah orang yang bisa seiring sejalan

tengah orang yang bisa seiring sejalan

Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah

Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah

Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di tengah

Kesuksesan sejati adalah bila kita ada di

tengah----tengah orang yang saling men

tengah orang yang saling men

tengah orang yang saling men

tengah orang yang saling mendukung dan tidak

dukung dan tidak

dukung dan tidak

dukung dan tidak

memberikan kecurangan

memberikan kecurangan

memberikan kecurangan

memberikan kecurangan

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

Sahabat sejati adalah seseorang yang membuat aku

dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa

dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa

dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa

dan dia damai, bahagia, dan sukses tanpa

(6)

(7)

ABSTRAK Evaluasi

Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai

Studi Kasus: Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Retno Widaningsih

Retno Widaningsih

Retno Widaningsih

Retno Widaningsih

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses rekruitmen terhadap penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT), mengevaluasi proses penyaluran dan pencairan dana, mengevaluasi pengawasan terhadap program BLT, dan mengevaluasi sikap masyarakat terhadap program BLT.

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah evaluatif dan ex post facto. Subjek penelitiannya adalah penerima BLT di kecamatan Prembun. Teknik pengambilan sampel adalah cluster

random sampling dan purposive sampling, dengan mengambil sampel sebanyak 6

desa dengan 36 responden dari penerima BLT dan 10 responden dari petugas BLT tingkat kabupaten dan kecamatan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara berpedoman dan dokumentasi. Analisis data menggunakan trianggulasi dengan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1.Proses perekrutan terhadap penerima BLT di kecamatan Prembun kurang tepat karena melalui proses yang tidak sesuai dengan petunjuk pelaksann BLT sehingga mengakibatkan salah sasaran pada beberapa keluarga yang dianggap tidak miskin tapi menerima BLT.

2. Penyaluran dan pencairan dana berlangsug dengan lancar dan transparan yaitu adanya keterbukaan pengurus terhadap proses pencairan dana sehingga penerima BLT dapat menerima dan sebesar Rp 300.000., per tiga bulan.

3.Telah dilaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan BLT di kecamatan Prembun berupa pengawasan langsung terhadap proses rekruitmem dan pencairan dana.

(8)

ABSTRACT EVALUATION OF

THE IMPLEMENTATION OF CASH CIRECT AID PROGRAM A Case Study at Prembun District Kebumen Regency Central Java Province

Retno Widaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aim of the research is to value: (1) the process of recruitment of the receivers of Cash Direct Aid; (2) the process of distribution and cach payment; (3) the control of Cash Direct Aids Programs and (4) the attitude of society towards Cash Direct Aid programs.

This research conducted at Prembu District, Kebumen Regency, Central Java Privince. This research is an evaluative and ex post facto research. The subjects of the research were the receivers of cash Direct Aid Programs in Prembun District. The technique of gathering samples was cluster random sampling. The samples taken from 6 villages consisted of 36 respondents who received Cash Direct Aid Programs and 10 respondent taken from officers of Cash Direct Aid Programs at the level of District and Regency. The technique of analizing the data was triangulation by applying the reduction and presentation of the data, and drawing conclusion.

The result of this research show that:

1. The process of recruitment of the receivers of Cash Direct Aid in Prembun District is not good because it’s doesn’t conform to the guide of the implementation of Cash Direct Aid Programs. There are many people who are not poor received that cash direct aid.

2. the process of distribution and cash payment runs very well and fully transparent. So the receivers get Rp 300,000.00 for each three months. 3. The control of Cash Direct Aid programs in Prembun District done

directly.

4. The attitude of society towards Cash Direct Aid Programs is

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas rahmat dan hidayahnya. Sehingga penulisan skripsi berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program bantuan Langsung Tunai “ ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas sanata dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dekan Universitas Sanata Dharma yang tela memberikan bantuan kepada penulis selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

2. Ketua Program Studi pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan kesempatam kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Yohanes Maria Vianey mudayen, S.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing penulis dengan memberikan saran dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Indra Darmawan SE,.M.Si yang dengan penuh kesabaran dan perhatian membimbing penulis, serta memberi banyak saran, masukan, pikiran, dan referensi yang mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan

(10)

7. Pihak sekretariat: Mba’ Titin, Pak Wawik, dan Mba’ Aris yang dengan saar selalu memberi informasi dan bantuan dari awal semester sampai terselesaikannya studi.

8. Ayahku (alm) Herman Yoseph Paring Haryanto yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk tetap berjuang.

9. Ibuku tercinta yang telah memberi penulis semangat, kasih, kesabaran, dan biaya (

akhirnya aku lulus pada saat yang tepat

).

10.Adikku Kusno Ari Nugroho yang selalu memberi penulis penghiburan dan semangat sehingga semua bisa terselesaikan.

11.Urbanus Yulianto Kurniawan, atas kasih sayang, kesabaran, perhatian bantuan, dan segala-galanya.

12.Mbah Kakung dan Mbah Putri ku terkasih yang selalu memberikan doa dan dorongannya.

13.Bulek Tutik dan suami, bulek Sulis dan suami, bulek Wati dan suami, bulek Asmi dan suami, om Kun dan istri, Om Budi , dan om Nur yang selalu memberi doa dan dukungan kepada penulis sehingga semua dapat berjalan lancar.

14.Sepupuku: Lina, Nita, Sipra, Eko, Iwan, deni, Jihan atas doa dan dukungannya selama ini.

15.Sahabat setiaku: Monica, Pipit, Istadi, Wiwin, Lius, Dhika, Riskha,

Nanik, atas persaudaraan dan kegembiraan yang pernah kita alami bersama.

16.Teman-teman tercinta di Stembayo 16D: Miss Tya, Mba Emi, Shelita, Mpok Ulie, Mpok Shila, Mpok Etha, Miss Murnie, Shantie, Pipin, Priskha, Mba Elies, Ser, dan Nining, atas kebersamaan, persaudaraan dan kegembiraannya.

(11)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian pada umumnya dan bagi Universitas Sanata Dharma pada khususnya.

Yogyakarta, 30 Juli 2007

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. Iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT………. … viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 6

C. Batasan Masalah ………. 6

D. Tujuan Penelitian ……… 6

E. Manfaat Penelitian ……….. 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Kebutuhan Dasar ………. 8

1. Munculnya Pendekatan Kebutuhan Dasar …………... 9

2. Konsep Pendekatan Kebutuhan Dasar ……….. 9

3. Ciri-Ciri Pendekatan Kebutuhan Dasar ………. 10

4. Perencanaan Untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar …….. 12

(13)

B. Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai (BLT) ……. 14

a. Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima BLT………… 14

b. Kelembagaan ……… 15

c. Rekruitmen ……….. 16

d. Penyaluran Dana ……….. 19

C. Dampak Transfer dan Subsidi Pemerintah terhadap Masyarakat ………. 22

1. Pengeluaran Pemerintah……….. 22

2. Dampak Adanya Subsidi………. 24

3. Angka Pengganda Transfer Pemerintah (Tr)………….... 24

D. Kondisi kemiskinan Indonesia………. 26

1. Kemiskinan Suatu Masalah yang Kompleks…………... 26

2. Kesenjangan Sebagai Salah Satu Sebab Kemiskinan…. 27

3. Jumlah Penduduk Miskin………... 29

E. Penelitian Terdahulu ……….. 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 32

B. Lokasi Penelitian……… 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ………. 33

D. Populasi dan Sampel……….. 33

E. Teknik Pengambilan Sampel ……… 34

F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Pengukuran ……… 36

(14)

H. Teknik Pengumpulan Data ………... 42

I. Analisis Data………. 44

BAB IV GAMBARAN UMUM……… 46

A. Deskripsi Data……… 46

1. Keadaan Geografis……… 46

2. Luas Wilayah……… 46

3. Keadaan Demografi……….. 48

4. Keadaan Ekonomi………. 50

5. Keadaan Sosial budaya……… 51

6. Sarana dan Prasarana……… 56

B. Kondisi Kemiskinan di Kecamatan Prembun ………... 57

C. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)………. 60

1. Syarat penerima Bantuan Langsung Tunai……….. 60

2. Pihak-pihak yang Terkait dengan Pengurusan BLT dan Tugasnya………. 61

BAB V PEMBAHASAN……….. 63

1. Rekruitmen Terhadap Penerima BLT……… 61

2. Penyaluran Kartu Kompensasi BBM dan Pencairan Dana…. 69 3. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan BLT………. 74

4. Sikap Masyrakat Terhadap program BLT……… 76

BAB VI PENUTUP………. 78

A. Kesimpulan ………. 78

B. Saran ……… 80

(15)
(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1 Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin

yang Seharusnya ………... 20 Gambar II.2 Alur Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM 22 Gambar V.1 Alur Pendataan Penerima BLT ……….. 68 Gambar V.2 Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM), pada 1 Oktober 2005 pemerintah Indonesia menetapkan kenaikan harga BBM. Tingkat kenaikan untuk bensin sebesar 87,5%, solar 104,8% dan minyak tanah 185,7%. Keputusan ini dilatarbelakangi oleh: 1) peningkatan harga BBM di pasar dunia yang melonjak tajam sehingga berakibat pada makin besarnya penyediaan dana subsidi yang dengan sendirinya makin membebani anggaran belanja negara, 2) pemberian subsidi selama ini cenderung lebih banyak dinikmati kelompok masyarakat menengah keatas dan 3) perbedaan harga yang besar antara dalam dan luar negeri memicu terjadinya penyelundupan BBM ke luar negeri (www.kompas.com).

(18)

dan mendekati miskin (near poor) berdasarkan definisi konsumsi kaori atau pengeluaran (www.kompas.com/kompas-cetak/050927/daerah/208/1906 htm).

Namun, meskipun kriterianya demikian, ternyata orang yang mendaftar membengkak, banyak orang merasa mendadak miskin pasca kenaikan BBM. Hal tersebut juga disebabkan adanya petugas pendata atau aparat desa yang dengan sengaja memasukkan anggota keluarga atau kerabatnya yang sebenarnya tidak miskin.

Peluncuran program BLT yang sentralistik dan bertujuan mengurangi himpitan masalah ekonomi bagi masyarakat miskin menimbulkan kendala-kendala tersendiri di tingkat lokal. Skalanya yang luas dan strukturnya yang amat vertikal dan sentralistik (top-down planning) memberikan implikasi tertentu pada tingkat penerapannya. Mekanisme program yang dirancang tidak cukup memadai untuk mengakomodasi keanekaragaman karakteristik dan tuntutan lokal. Di tingkat inilah sering kali muncul benturan yang menjurus pada konflik sosial.

(19)

mengurangi kualitas konsumsi dan menunggak biaya sekolah. Keluarga ini tinggal di rumahnya sendiri yang luasnya 30 m2, berdinding dan beratap daun nipah dan berlantai tanah. Mereka tidak memiliki WC dan kamar mandi, sedangkan untuk keperluan memasak menggunakan kayu bakar dan air dari sumur. Mereka hanya bisa makan dua kali sehari dan tidak seminggu sekalipun mampu mengkonsumsi makanan berprotein (Smeru 2005 : 21).

(20)

warga yang muncul karena tidak mendapat jatah BLT, sementara para perangkat desa tersebut hanya pelaksana lapangan yang sama sekali tidak terlibat dalam menentukan kriteria kemiskinan (Bernas, 5 Oktober 2006).

Selain tindak kekerasan kepada aparat pemerintah, antrian panjang untuk mengambil dana BLT telah mengakibatkan korban jiwa. Dalam pencairan dana sudah pasti ada ratusan bahkan ribuan orang yang antri disetiap kantor pos, namun tidak ada persiapan khusus ketika juklak (petunjuk pelaksanaan) pengambilan BLT disebarkan ke kantor-kantor pos diseluruh Indonesia.

Program bantuan ini dirancang dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM. Untuk itu pemerintah menyediakan dana kompensasi bagi kurang lebih 15,5 juta keluarga miskin. Setiap rumah tangga miskin menerima Rp100.000 per bulan yang diberikan dalam setiap tiga bulan sekali. Pada penyaluran BLT tahap pertama, pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran BLT kepada rumah tangga miskin dilasanakan oleh PT. Pos Indonesia.

Sebagai sebuah program, Bank Dunia menilai eksperimen subsidi atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Indonesia tidak main-main. Menurut mereka, ini adalah program BLT terbesar di dunia (www.kompas.com/kompas-cetak/05/10/22/fokus/2145441).

(21)

mulai dari tahap pencacahan, penetapan kriteria kemiskinan, hingga

pembagian kartu dan pembagian dananya”. Menurut beliau, yang tidak

kena sasaran sebenarnya hanya sekitar 1 %, sementara masyarakat miskin yang berhak mendapatkan BLT tetapi belum terdata sekitar 4 %. Sehingga pemerintah membuka kesempatan pengaduan sampai tanggal 31 Oktober 2005.

Di Kabupaten Kebumen, tepatnya di Desa Kabekelan, Kecamatan Prembun pelaksanaan BLT masih menjadi suatu dilema. Banyak warga mempertanyakan mengenai rekruitmen penerima BLT, transparansi penyaluran dan pelaporan BLT. Misalnya mengenai pemungutan pengambilan BLT untuk biaya administrasi, jadwal pengambilan yang tidak tepat, kurang jelasnya kriteria penerima BLT dan sebagainya.

(22)

Tunai di Desa Kabekelan, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1.Apakah rekruitmen terhadap penerima BLT di kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sudah tepat sasaran?

2.Apakah penyaluran dan pencairan dana BLT di kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen sudah transparan?

3.Apakah pengawasan pelaksanaan program BLT di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen telah berjalan dengan baik?

4.Bagaimana sikap masyarakat terhadap program BLT yang berlangsung? C. BATASAN MASALAH

Supaya penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti memberikan batasan yaitu: masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat yang menerima dana BLT di desa Kabekelan, Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. D. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui ketepatan rekruitmen penerima BLT di kecamatan prembun

2. Untuk mengetahui apakah penyaluran dan pencairan dana sudah transparan

(23)

4. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap program BLT E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Pemerintah Daerah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan untuk memperbaiki kinerja program BLT selanjutnya.

2. Bagi Masyarakat

Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui secara obyektif dan nyata pelaksanaan BLT di desa Kabekelan, kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen. Sehingga dapat ditindak lanjuti untuk membangun kesejahteraan

3. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini diharapkan penulis mendapatkan sumber pengetahuan dan pengalaman serta membandingkan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah dengan keadaan nyata.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kebutuhan Dasar (Basic Needs)

Dalam dasawarsa terakhir ini angka kemiskinan terus meningkat. Hal tersebut dibarengi dengan tingkat kesehatan yang memburuk dan konsumsi masyarakat golongan menengah kebawah akan kebutuhan dasar menurun. Untuk keluar dari masalah tersebut, pemerintah mulai memperhatikan kebutuhan dasar (basic need) bagi penduduknya, maka munculah program BLT yang harapannya mampu membantu pemenuhan konsumsi masyarakat golongan menengah kebawah, khususnya kebutuhan dasarnya.

(25)

1. Munculnya Pendekatan Kebutuhan Dasar

Munculnya pendekatan kebutuhan dasar adalah pada tahun 1969 ketika International Labour Organization (ILO) meluncurkan program kesempatan kerja sedunia (World Employment Program, disingkat WEP). Perhatian WEP ditujukan pada masalah kesempatan kerja di berbagai negara berkembang termasuk Kolombia, Kenya, Sudan, Srilangka, dan Filipina. Selama mempelajari masalah kesempatan kerja ini, WEP semakin banyak terlihat dalam masalah pembangunan yang lebih luas. Khususnya sebab-sebab pokok dari kegagalan strategi pembangunan konvensional yang dilaksanakan di negara tersebut, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak secara berarti di negara ini. Fokus perhatian para ahli ILO mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan dan akhirnya ke penyediaan barang dan jasa bagi kebutuhan dasar penduduk. Pendekatan kebutuhan dasar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seluruh penduduk di dalam setiap negara.

2. Konsep Pendekatan Kebutuhan Dasar

(26)

umum dasar seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan kebudayaan.

Di samping kedua perangkat sasaran tersebut, konsep kebutuhan dasar juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain yaitu : 1) hal atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak yaitu menghasilkan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga dan perorangan, 2) prasarana yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, 3) partisipasi seluruh penduduk baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa kebutuhan dasar.

3. Ciri-ciri Pendekatan Kebutuhan Dasar

(27)
(28)

tidak diabaikan. Dengan demikian kebutuhan dasar sebenarnya menggabungkan dan mensintesiskan tujuan-tujuan dari strategi pembangunan yang beroirentasi pada pertumbuhan kesempatan kerja dan kemiskinan.

4. Perencanaan Untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar

Dalam menyusun rencana pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan dasar maka langkah-langkahnya adalah :

a. Menentukan suatu tingkat tertentu dari kebutuhan dasar khususnya keperluan bagi konsumsi perorangan yang seharunya dicapai oleh seluruh penduduk termasuk golongan penduduk yang berpendapatan rendah

b. Penyusunan rencana pemenuhan kebutuhan dasar dicakup pula jasa-jasa pelayanan masyarakat yang merupakan bagian integral dari kebutuhan konsumsi perorangan seperti tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan serta air bersih

c. Rencana kebutuhan dasar ditentukan dan diidentifikasikan berbagai kelompok sasaran dalam masyarakat yang kebutuhan dasarnya belum terpenuhi masyarakat yang konsumsinya di bawah tingkat minimum d. Menentukan jadwal agar seluruh penduduk mampu mencapai tingkat

minimum kebutuhan dasar.

(29)

5. Implikasi Dari Strategi Kebutuhan Dasar

Strategi pembangunan pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak diperlukan lagi. Pemenuhan kebutuhan dasar hanya dapat terlaksana dalam konteks perekonomian yang bertumbuh pesat, namun keberhasilan strategi mutlak memerlukan perubahan dalam pola pertumbuhan ekonomi sedemikian rupa sehingga kapasitas produksi yang sudah ada dan yang sedang dibangun akan menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah lebih banyak sehingga memadai bagi kebutuhan seluruh penduduk.

Implikasi dari perubahan dalam pola pertumbuhan ekonomi adalah bahwa perlu diadakan perubahan struktural dalam alokasi dan mobilisasi sumber daya produktif (modal, kewiraswataan, dan sumber daya alam) ke usaha kegiatan yang menghasilkan dan mendistribusikan secara merata barang dan jasa kebutuhan pokok. BLT termasuk dalam mobilisasi sumber daya produktif khususnya transfer modal sebesar Rp 300.000,- per tiga bulan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tertentu. Dari mobilitas modal tersebut diharapkan mampu membantu pemenuhan barang dan jasa kebutuhan pokok, sehingga terjadi distribusi yang merata untuk barang dan jasa kebutuhan pokok.

(30)

kepada masyarakat yang memenuhi kriteria tertentu untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya konsumsi. Oleh sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa BLT sebagai salah satu upaya perwujudan pemenuhan kebutuhan dasar yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas penduduk Indonesia, sehingga mampu meningkatkan produktivitas masyarakat dan pada akhirnya mampu mendorong ke arah penghapusan kemiskinan dan mampu mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi. B. Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

1. Kriteria Rumah Tangga Miskin Penerima BLT

BLT merupakan bantuan yang diberikan pada masyarakat miskin dengan kriteria tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga miskin yang diberikan secara langsung melalui kantor pos sebesar Rp 100.000/bulan yang diterimakan 3 bulan sekali.

Adapun 14 kriteria rumah tangga miskin (penerima bantuan langsung tunai) sebagai berikut (www.kompas.com/kompas-cetak/05/09/27/daerah/2081906.htm) :

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b. Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkulaitas rendah/tembok tanpa diplester

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain

(31)

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas

lahan 0,5 ha; buruh tani; nelayan; buruh bangunan; atau pekerjaan lainya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000/bulan

m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD

n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000 seperti: sepeda motor (kredit/non-kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

2. Kelembagaan

(32)

memberikan dukungan dan pengawasan atas pelaksanaan program. Mendagri mengkomunikasikan kegiatan pendataan melalui surat No. 413.3/1941/SJ tanggal 1 agustus 2005 tentang pendataan penduduk miskin yang berbunyi “…. Kami minta kepada para Gubernur, Bupat/Walikota untuk menyiapkan para kepala desa/kelurahan, ketua RW ,ketua RT

sebagai petugas lapangan yang akan membantu BPS melaksanakan

pendaftaran”. Kepala BPS ditugaskan untuk : a) mengkoordinasikan

kegiatan penyiapan data, termasuk menyiapkan dan mendistribusikan tanda pengenal rumah tangga miskin untuk program pemberian BLT kepada rumah tangga miskin. b) memberi akses antara data rumah tangga miskin berdasarkan hasil rapat koordinasi Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS-BBM).

3. Rekruitmen

(33)

petugas pencacah lengkap (PCL). Pencacah bekerja di bawah koordinasi KSK dan PKSK.

Mekanisme pemilihan pencacah diserahkan kepada setiap BPS Kabupaten/kota dan menjadi salah satu tanggungjawab KSK. KSK meminta pertimbangan kepala desa/lurah dalam menentukan petugas pencacah di wilayahnya dengan kriteria memiliki pengalaman dalam melakukan pencacahan, sedangkan pendidikan tidak dipersyaratkan secara ketat.

Sebelum menjalankan tugasnya, KSK mendapat pelatihan dari instruktur nasional (BPS Pusat) yang diselenggarakan di tingkat provinsi selama dua hari. Setelah mendapat pelatihan, KSK menjadi instruktur daerah dan memberikan pelatihan kepada pencacah di wilayah kerjanya masing-masing. Materi pelatihan bagi pencacah meliputi : tahapan pendataan, tata cara pengisian formulir dan kuisioner, serta pengetahuan tentang konsep-konsep baku yang diperlukan dalam pendataan.

(34)

Gambar 2.1

Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin yang Seharusnya

Keterangan :

Ruta : rumah tangga

PSE05 : pedataan sosial ekonomi penduduk 2005 PSE05RT : pendataan sosial ekonomi rumah tangga 2005 SLS : satuan lingkungan setempat

Pada saat KKB dibagikan pada yang berhak, petugas harus menerangkan fungsi dan kegunaan KKB. Beberapa hal yang perlu disampaikan adalah : 1) KKB digunakan oleh yang berhak mencairkan uang sebesar Rp 300.000 untuk setiap kali pembayaran di kantor pos, 2) kapan pembayaran akan dilakukan, menunggu pengumuman lebih lanjut dari kantor pos dan atau kepala desa setempat, 3) KKB tidak bisa diganti

Melengkapi data ruta miskin dari :

- data BKKBN

- sensus kemiskinan BPS daerah

- data Pemda

Pengisian formulir PSE 05. LS.dimulai dari ruta paling miskin

Verifikasi lapangan : - tanya tetangga & tokoh

masyarakat

- observasi kasat mata oleh pencacah

untuk menentukan :

- layak/tidak catat ruta miskin yang terlewat Pencacah

mendatangi ketua SLS, kaji dan catat ruta miskin

(35)

dengan kartu identitas atau kartu sejenis lainnya sehingga KKB tidak boleh hilang, kehilangan kartu menjadi tanggungjawab pemilik dan tidak ada penggantian kartu yang baru.

4. Penyaluran Dana

a. Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM (KKB)

Rumah tangga penerima BLT diberi kartu identitas berupa KKB. KKB dicetak oleh kantor pos pusat berdasarkan data rumah tangga penerima program yang diperoleh dari BPS pusat. KKB dilengkapi dengan 4 kupon sebagai bukti pengambilan dana disetiap tahap penyaluran.

Mekanisme pendistribusian KKB dari pusat ke tingkat kabupaten/kota berlangsung sesuai prosedur yaitu KKB dibuat rangkap dua, KKB asli diterima BPS kabupaten/kota untuk diserahkan kepada penerima BLT, sedangkan KKB duplikat diterima kantor pos untuk keperluan pengecekan saat pencairan.

(36)

Gambar 2.2

Alur Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM

I II III IV

b. Pencairan Dana

Pencairan dana tahap pertama di seluruh Indonesia dibagi dalam tiga jadwal penyaluran. Penyaluran pertama dimulai 1 Oktober 2005 untuk lima belas kota (Jakarta, Bnadung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Medan, Padang, Bogor, Solo, Manado, Denpasar, Makasar, Sorong, dan Jayapura) pada 1 oktober 2005. Penyaluran kedua untuk 24 ibu kota provinsi dan kota strategis lain dimulai pada 5 oktober 2005 dan penyaluran ketiga untuk daerah lainnya dimulai pada 11 oktober 2005. penyaluran dana subsidi diawasi oleh tim pengaduan, pengawasan, dan pemantau bahan bakar minyak yang telah dibentuk Depdagri.

camat

Kepala desa/lurah

Pencacah/ ketua SLS

Penerima BLT

KSK

Penerima BLT Kepala Desa/Lurah

Pencacah/ ketua SLS

Penerima BLT Pencacah

KSK

(37)

Penyaluran dana kepada rumah tangga penerima dilakukan oleh kantor pos. Penunjukan kantor pos sebagai pelaksana pencairan dana BLT dengan alasan kantor pos berpengalaman dalam melayani transfer dana masyarakat. Jumlah cabang kantor pos relatif banyak dan tersebar ketingkat kecamatan. Selain itu kemungkinan terjadinya kebocoran dana relatif kecil karena masyarakat secara langsung mengambilnya dan kantor pos dinilai relatif bersih dari kasus penyelewengan. Beberapa hal yang perlu dilakukan agar pencairan dana berjalan lancar adalah :

1) Kantor pos menetapkan jadwal pencairan untuk setiap desa dengan mempertimbangkan jumlah penerima BLT yang harus dilayani. 2) Jadwal pencairan disosialisasikan secara luas ke setiap desa bahkan

perlu dilampirkan dalam KKB yang diserahkan kepada penerima. 3) Kantor pos berkoordinasi dengan aparat kecamatan, aparat desa,

dan kepolisian dengan aparat keamanan

4) Kantor pos menambah pos pelayanan, loket pembayaran, atau melakukan jemput bola di wilayah yang relatif jauh.

(38)

dengan luasnya jaringan dan etos kerja yang dinilai profesional. Kepiawaian kantor pos dalam layanan penyaluran dan pencairan telah terbukti melalui program-program sosial terdahulu seperti dana JPS pendidikan. Ditinjau dari kapasitas jaringannya, cabang kantor pos tersebar hampir disemua kecamatan yang ada pada tingkat kabupaten (Kompas, 22 Oktober 2005).

C. Dampak Transfer dan Subsidi Pemerintah terhadap Masyarakat 1. Pengeluaran Pemerintah

Menurut Keynes, pemerintah merupakan faktor ekonomi yang sangat penting bahkan semakin tambah penting dari dasawarsa ke dasawarsa berikutnya. Pemerintah menerima pendapatan kemudian pendapatan itu dibelanjakan, ditabung atau diinvestasikan. Para ahli ekonomi klasik dan neo klasik beranggapan bahwa peranan pemerintah dalam soal keuangan negara pada dasarnya netral. Pemerintah menjalankan beberapa fungsi yang tidak dapat dihindarkan tetapi memerlukan banyak biaya, sehingga harus mengumpulkan uang dari wajib pajak dan dikeluarkan untuk berbagai keperluan. Jika pemerintah terpaksa harus berhutang maka hutang tersebut harus dilunasi sesegera mungkin (Soule, 1994: 147).

(39)

secara langsung menerima balas-jasanya. Misalnya, dengan pengeluaran pemerintah untuk membayar gaji para pegawai negeri maka pemerintah secara langsung menerima balas- jasa berupa prestasi kerja dari pegawai-pegawai-pegawai tersebut.

Transfer pemerintah adalah pengeluaran pemerintah dimana pemerintah tidak menerima balas-jasa langsung. Contoh bentuk transfer pemerintah adalah: sumbangan pemerintah yang diberikan kepada kaula negara yang menderita sebagai akibat adanya bencana alam, sumbangan yang diberikan pemerintah kepada kepada penganggur, uang pensiunan yang diterima oleh para pegawai negeri yang telah dipensiun, subsidi yang diberikan pemerintah dan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa.

(40)

seperti subsidi langsung tunai atau sering disebut bantuan langsung tunai, pemerintah juga tidak memperoleh balas jasa karena tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial bagi rakyat miskin. 2. Dampak adanya subsidi

Subsidi adalah pemberian pemerintah kepada masyarakat dengan maksud meringankan beban masyarakat. Dampak dari subsidi adalah kebalikan dari pengenaan pajak. Bagi produsen, pemberian subsidi akan berakibat pada penurunan harga, sedangkan pada konsumen atau masyarakat, subsidi yang diberikan mampu menaikkan daya beli masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan pokok. Perubahan jumlah konsumsi sebagai akibat berubahnya transfer pemerintah dapat ditulis sbb:

C = c Tr

Yang dimaksud dengan perubahan-perubahan jumlah konsumsi adalah perubahan-perubahan yang langsung ditimbulkan oleh perubahan jumlah transfer pemerintah.

3. Angka Pengganda Transfer Pemerintah (Tr)

Yang dimaksud dengan angka pengganda transfer pemerintah atau

government transfer multiplier ialah nilai perbandingan antara berubahnya

jumlah pendapatan nasional ekuilibriun sebagai akibat berubahnya jumlah transfer pemerintah yang mengakibatkan berubahnya tingkat pendapatan nasional ekuilibrium tersebut. Adapun formula angka pengganda transfer pemerintah adalah sebagai berikut:

kTr = Y / Tr =

c c

(41)

Apabila jumlah transfer pemerintah per periode berubah dari semula sebesar Tr menjadi sebesar (Tr + Tr) mengakibatkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium berubah dari semula sebesar Y menjadi sebesar (Y+ Y), maka ini berarti:

Sebelum adanya perubahan transfer pemerintah

Y = c G I cTx cTr c − + + − + 1

Sesudah adanya transfer pemerintah, tingkat pendapatan nasional ekuilibrium akan menjadi sebesar:

Y + Y =

(

)

c G I cTx Tr Tr c c − + + − ∆ + + 1

Y + Y =

c G I cTx cTr c − + + − +

1 + c

Tr c

− ∆

1

Y =

c Tr c − ∆ 1

Y/ Tr =

c c

1

kTr = Y/ Tr =

c c

1

(42)

pendapatan perseorangan netto (Disposable Income = DI). Pemerintah tidak mengurangi DI seperti halnya pajak tetapi justru DI bertambah karena transfer pemerintah. Pembayaran-pembayaran transfer merupakan pajak negatif. Sebagai pajak negatif, maka apabila transfer-transfer yang bertambah dibiayai oleh pajak yang dinaikkan, maka budget akan berimbang.

Tingkat pendapatan nasional yang biasa dianggap sebagai tingkat pendapatan nasional yang ideal adalah tingkat pendapatan pada full

employment. Dengan demikian apabila terjadi deflation gap maka

pemerintah pada umumnya meningkatkan pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila dalam perekonomian terdapat inflationary gap, pemerintah pada umumnya mengusahakan menurunkan tingkat pendapatan dengan maksud untuk menghilangkan inflationary gap

tersebut.

D.Kondisi kemiskinan di Indonesia

1. Kemiskinan suatu masalah yang kompleks

(43)

program-program yang umum saja. Penduduk miskin umumnya berpendidikan rendah, berada di pedesaan dengan sarana dan prasarana minimal seperti minimnya jaringan komunikasi dan konsern sosial yang hanya bersifat lokal, serta budaya tradisional yang masih kental (Sigit, 2006: 466).

Pada saat ini, upaya penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tekad pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin secara cepat hingga tahun 2009. upaya tersebut berkaitan dengan agenda pencapaian

Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. salah satu

sasaran MDGs adalah menurunkan tingkat kemiskinan dan kelaparan dunia (Smeru News, 2005: 28).

2. Kesenjangan sebagai salah satu penyebab kemiskinan

Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia adalah karena terjadinya kesenjangan. Kesenjangan yang terjadi di Indonesia meliputi: kesenjangan antar daerah, kesenjangan intra daerah dan kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan ( Smeru news, 2005: 28-30).

(44)

di Jawa dan Bali mempunyai rasio kurang dari seperlima yang dimiliki oleh provinsi terkaya, yaitu DKI Jakarta. Kesaenjangan antar provinsi menjadi lebih lebar ketika minyak dan gas dimasukkan dalam PDB per kapita, terutama di Kalimantan. Adanya kota metropolitan dan kota-kota besar di Jawa telah menarik orang-orang untuk bermigrasi, baik dari daerah pedesaan di Jawa maupun di luar Jawa. Hal ini telah mengakibatkan proporsi PDB pulau Jawa sangat tinggi dan penduduk terkonsentrasi di pulau Jawa. Konsekuensi dari konsentrasi ekonomi dan penduduk yang tinggi di pulau Jawa adalahmunculnya dampak negatifterkait dengan kerusakan sumber daya alam dan lingkungan serta masalah sosio ekonomi.

(45)

Disamping antar kabupaten, kesenjangan yang terjadi antara daerah perkotaan lebih berkembang dari segi ekonomi, karena terdapat investasi negara dan swasta, fasilitas invrastruktur yang terdapat dalam suatu kota telah menarik lebih banyak orang dari pedesaan dan menambah masalah urbanisasi, maka hal ini akan menciptakan masalah sosial ekonomi yang lebih banyak bagi perkotaan. Disisi lain, kota yang mampu mengelola masalah urbanisasi dapat lebih banyak berperan sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah-daerah disekitarnya dan mengurangi masalah akibat kesenjangan yang tajam antara perkotaan dan pedesaan (Smeru News, 2005: 28-29).

3. Jumlah penduduk miskin

Jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun secara cepat selama periode 1970-1996. jumlah penduduk miskin mencapai 70 juta orang pada tahun 1970. jumlah penduduk tersebut menurun hingga mencapai 22,5 juta orang pada tahun 1996.

(46)

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Miskin (dalam juta)

Tahun Perkotaan Pedesaan Jumlah

1970 1976 1978 1980 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Tidak Tersedia 10,0 8,3 9,5 9,3 9,3 9,7 9,4 8,7 7,2 17,6 15,6 12,3 8,6 13,3 12,2 11,4 Tidak Tersedia 44,2 38,9 32,8 31,3 25,7 20,3 17,8 17,2 15,3 31,9 32,3 26,4 29,3 25,1 25,1 24,8 70,0 54,2 47,2 42,3 40,6 35,0 30,0 27,2 25,9 22,5 49,5 47.9 38,7 37,9 38,4 37,3 36,2

Sumber: Data Statistik 60 Tahun Indonesia merdeka, hal 63 E.Penelitian Terdahulu

(47)

yang belum mendapatkan BLT, selain itu manfaat yang didapat dari BLT hanya bersifat sementara karena dana dari BLT tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang.

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

(49)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi ini dipilih dengan alasan sebagai berikut :

1. Daerah tersebut merupakan salah satu daerah penerima program BLT sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan evaluasi terhadap program yang telah dilaksanakan.

2. Di daerah tersebut sebagian masyarakat menengah menginginkan menerima BLT. Sehingga penelitian ini menarik peneliti untuk mengetahui keadaan sebenarnya.

3. Kecamatan merupakan tingkatan terkecil agar pelaksanaan BLT dapat diteliti

Adapun waktu penelitian dilakukan pada Maret sampai dengan Mei 2007.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah penerima BLT di Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen. Sedangkan objek penelitiannya adalah rekruitmen penerima BLT, penyaluran dan pencairan dana BLT, pengawasan BLT oleh pihak terkait, sikap masyarakat terhadap program BLT di Kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen.

D. Populasi dan Sampel

(50)

menjadi populasi adalah seluruh masyarakat yang menerima BLT yang berada di Kecamatan Prembun, Kabupaten Kebumen.

2. Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana,1992:161). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian masyarakat penerima BLT di kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan adalah Cluste

Randomr Sampling. Cluster Random sampling digunakan jika populasi

(51)

menjadi sasaran penelitian, dan ingin diteliti lebih mendalam. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sebagian kepala keluarga yang menerima BLT di kecamatan Prembun, kabupaten Kebumen.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan adalah peneliti melakukan penelitian pada 13 desa di Kecamatan Prembun, yaitu: Desa Prembun, Bagung, Kabekelan, Tunggal Roso, Kedungwaru, Tersobo, Sidogede, Mulyasri, Pesuningan, Sembirkadipaten, Pecarikan, Kedungbulus, dan Kabuaran. Adapun jumlah seluruh populasi dan sampel dalam penelitian ini tampak dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

No Desa Jumlah Penerima BLT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Prembun Bagung Kabekelan Tunggal Roso Kedungwaru Tersobo Sidogede Mulyasri Pesuningan Sumber Kabuaran Pecarikan Kedungbulus JUMLAH 374 357 320 296 274 271 243 235 217 214 201 211 209 3422

(52)

Kecamatan Prembun, petugas kantor pos kecamatan Prembun, Dinas Kesejahteraan rakyat kabupaten Kebumen, dan BPS kabupaten Kebumen. Adapun jumlah keseluruhan sampel tampak dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Sampel

No Responden Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Penerima BLT dari desa Prembun Penerima BLT dari desa Bagung Penerima BLT dari desa Kabekelan Penerima BLT dari desa Tunggal Roso Penerima BLT dari desa Kedungwaru Penerima BLT dari desa Kabuaran

Petugas kecamatan bidang kesejahteraan rakyat Petugas BPS kecamatan

Petugas Kantor Pos kecamatan

Petugas Dinas Kesejahteraan Masyarakat Petugas BPS kabupaten

JUMLAH: 8 7 6 6 5 4 2 2 2 2 2 46 orang

F. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian

Variabel yang dimaksud adalah sebagai segala sesuatu yang dapat menjadi obyek pengamatan/faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah :

a. Ketepatan rekruitmen penerima BLT

b. Transparan tidaknya penyaluran dan pencairan dana c. Pengawasan program BLT

(53)

2. Definisi dan Pengukuran a. Ketepatan rekruitmen BLT

Ketepatan rekruitmen diartikan sebagai ketepatan dalam proses penyaringan masyarakat yang akan menjadi penerima BLT. Rekruitmen dapat dikatakan tepat jika memenuhi sebagian besar syarat sebagai berikut:

1) Memenuhi proses rekruitmen yang benar sesuai dengan petunjuk pelaksanaan BLT

a) BPS kecamatan melengkapi data rumah tangga miskin berdasarkan pada data rumah tanggga miskin yang ada di BKKBN, sensus kemiskinan BPS daerah dan data kemiskinan dari Pemerintah Daerah

b) Pencacah kecamatan mengisi formilir pendataan sosial ekonomi

c) Pencacah kecamatan dan desa melakukan verifikasi lapangan dengan observasi kasat mata dengan tujuan menentukan layak atau tidaknya menjadi penerima BLT d) Pencacah melakukan wawancara dengan rumah tanggga

miskin yang telah dicatat

(54)

a) Pola kesehatan dan makan

(1)Tidak memiliki fasilitas buang air besar / bersama-sama dengan rumah tangga lain

(2) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan

(3) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/minyak tanah

(4) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu

(5) Hanya sanggup makan satu/dua kali dalam sehari (6) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di

Puskesmas atau poliklinik

(7) Luas rumah keluarga kurang dari 8 m /kapita (8) Tinggal di rumah berlantai tanah

b) Tingkat Kesejahteraan

(1) Menggunakan sumber energi listrik untuk penerangan (2) Hanya mampu membeli satu stel pakaian baru dalam

setahun

(3) Pernah menjadi korban kejahatan selama 5 tahun terakhir

c) Sektor Pekerjaan

(55)

(2) Keluarga bekerja di sektor jasa (buruh tani, bangunan dan nelayan)

(3) Keluarga mengandalkan kiriman uang dari saudara / anaknya

d) Akses terhadap lembaga keuangan (1) Tidak memiliki tabungan di bank

(2) Harus menjual aset untuk melunasi hutang e) Tingkat Pendidikan

(1) Kepala keluarga tidak sekolah, tidak tamat SD atau hanya SD

(2) Pendidikan pasangan tidak tamat SD atau tidak sekolah atau hanya SD

f) Kepemilikan aset

(1) Tidak memiliki sepeda motor (kredit atau non kredit) (2) Kepemilikan emas maksimal 10 gram

(3) Tidak memiliki kapal motor

(4) Tidak mamiliki ternak dalam jumlah besar b. Transparan tidaknya penyaluran dan pencairan dana

(56)

1) Mekanisme pendistribusian KKB dari tingkat pusat ke kabupaten berlangsung sesuai prosedur yaitu dari pusat ke camat kemudian kepala desa dan terakhir kepada pencacah untuk diberikan ke penerima BLT

2) Ada pengumuman tentang penjelasan mengenai prosedur dan kegunaan KKB

3) Ada pemberitahuan secara terbuka mengenai siapa saja yang bertugas menangani BLT sehingga masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya mengenai program BLT.

Ketepatan pencairan dana dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

1) Petugas mencairkan dana BLT sesuai dengan jadwal yang ditentukan

2) Dana yang dicairkan sesuai dengan ketentuan yaitu Rp 300.000,- tanpa potongan apapun

3) Pencairan dana dilakukan oleh pihak Kantor Pos yang ditunjuk

c. Pengawasan Program BLT

Diartikan sebagai pengawasan terhadap rekruitmen, pembagian KKB, penyaluran dan pencairan dana. Pengawasan dikatakan baik jika:

(57)

2) Pengawasan terhadap program BLT dilakukan oleh pihak netral sehingga tidak memihak kepentingan salah satu golongan

d. Sikap masyarakat miskin

Sikap diartikan sebagai suatu bentuk reaksi perasaan. Perasaan tersebut dapat mendukung, memihak atau tidak memihak suka atau tidak suka. Peneliti akan mengukur sikap masyarakat terhadap pelaksanaan BLT agar diketahui sikap masyarakat terhadap program tersebut.

Sikap masyarakat dikatakan mendukung atu memihak jika: 1) Masyarakat menyambut baik program BLT

2) Masyarakat merasa terbantu akan program BLT 3) Masyarakat antusias dalam pencairan dana

Sikap masyarakat dikatakan tidak mendukung atau tidak memihak jika:

1) Masyarakat tidak suka dengan program BLT

2) Masyarakat tidak merasa terbantu dengan program BLT 3) Masyarakat merasa kecil hati karena digolongkan dalam

(58)

G. Data Yang Dicari

1. Data Primer yaitu data-data atau keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara maupun observasi langusung yang sudah terpadu. Data-data tersebut adalah :

a. Rekruitmen terhadap penerima BLT

b. Penyaluran dan pencairan dana setiap periodenya c. Pengawasan program BLT setiap periodenya

d. Sikap masyarakat setempat terhadap pelaksanaan program BLT 2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak

lain. Yaitu data-data yang tersedia di tempat penelitian. Data tersebut meliputi jumlah penerima BLT, penrimaan dana, ketentuan pencairan dana, ketentuan pendataan, serta ketentuan pengawasan.

H. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Berpedoman

(59)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara

No Variabel Indikator Nomer Item Jumlah

1. Ketepatan Rekruitmen

1.Luas lantai kurang dari 8m/orang

2.Lantai terbuat dari tanah

3.Dinding terbuat dari bambu

4.Tidak memiliki fasilitas buang air besar

5.Tidak menggunakakan listrik

6.Sumber air dari sumur 7.Bahan bakar dari kayu

dan minyak

8. Konsumsi terhdap daging/susu/ayam jarang

9.Hanya membeli satu pakaian dalam setahun 10.Makan satu/dua kali

sehari

11.Tidak sanggup membayar biaya puskesmas

12.Sumber penghasilan dari petani, nelayan dan buruh

13.Pendidikan kepala rumah tangga adalah SD

(60)

No 2.

Variabel Transparansi penyaluran KKB dan pencairan dana Indikator 1.Mekanisme pendistribusian KKB 2.Transparansi penyalaran dana Nomor Item 15,16,17,18.19 20,24,25,26 21,22,27,28 Jumlah 9 4 3. Pengawasan

terhadap pelaksanaan BLT

1.Pengawasan

dari petugas kabupaten 2.pengawasan dari

petugas kecamatan

29,30,31,32

33,34,35,36

4

4 4. Sikap masyarkat

terhadap program BLT

Jumlah

1.Tanggapan

masyarakat terhadap BLT

2.Harapan masyarakat terhadap BLT 37,38,39.40 41 4 1 41 b. Teknik Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari data-data yang telah ada. Data yang termasuk dalam teknik ini adalah jumlah penerima BLT se-kecamatan Prembun

I. Analisis Data

Tekhnik analisis data dalam penelitian ini melalui alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 16).

1. Reduksi Data

(61)

berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung sampai laporan akhir tersusun. Proses reduksi data dilakukan setelah wawancara.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif, matriks atau bagan. Hal tersebut ditujukan agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah-pisah dari data yang telah terkumpul.

3. Kesimpulan

(62)

BAB IV

GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Data

1. Keadaan Geografis

Kecamatan Prembun termasuk salah satu wilayah di kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah. Wilayah ini berjarak 18 Km dari pusat pemerintahan kabupaten. Secara administratif, Kacamatan Prembun mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara adalah waduk wadaslintang b. Sebelah selatan adalah kecamatan Bonorowo c. Sebelah barat adalah Petanahan

d. Sebelah timur adalah Kutoarjo

Kecamatan Prembun terdiri dari 13 desa yaitu desa Tersobo, desa Prembun, desa Kabekelan, desa Tunggalroso, desa Kedungwaru, desa Bagung, desa Sidogede, desa Sembirkadipaten, desa Kedungbulus, desa mulyosri, desa pesuningan, desa Pecarikan, dan desa Kabuaran.

2. Luas Wilayah

(63)

Tabel IV.1

Luas Wilayah Kecamatan Prembun Tahun 2006

No Desa Sawah

(Km) Pekarangan (Km) Tegalan (Km) Ladang (Km) Kebun (Km) Lainn ya (Km)

1 Tesobo 68,88 59,94 0,85 0 0 13,88

2 Prembun 111 58 13,5 0 0 16

3 Kabekelan 101 45,6 0 0 0 11,13

4 Tunggalroso 132 70 8 0 0 7,16

5 Kedungwaru 67 30 3 0 0 3

6 Bagung 85 41,05 0 0 0 13,51

7 Sidogede 5 83,5 0,5 134,5 0 14,5

8 Sembirkadip aten

56 35 18 0 0 1,5

9 Kedungbulus 50 50,64 51,2 0 0 1

10 Mulyosri 68,48 103,02 84,69 0 3,5 10,92

11 Pesuningan 118,55 75,04 23,29 0 0 13,68

12 Pecarikan 65 36 0 28 28 6

13 Kabuaran 80 87 138 0 0 13

Jumlah 1017,91 774,79 341,03 162,5 31,5 125,2

8 Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

Dari keseluruhan wilayah tersebut, yang paling banyak atau luas adalah tanah sawah. Luas tanah sawah tersebut diatas dapat ditanami padi dan palawija, juga ada pula yang ditanami tembakau, tetapi diantara ketiganya yang paling diunggulkan adalah komoditi padi walaupun komoditi yang lain masih tetap diharapkan memberikan hasil.

(64)

Tabel IV.2

Luas Desa dan Jarak dari Desa ke Kecamatan serta Kabupaten

No Desa Luas Desa

(Km)

Jarak ke kecamatan (Km)

Jarak ke Kabupaten (Km)

1 Tesobo 1,22 4 17

2 Prembun 1,86 2 18

3 Kabekelan 1,55 1 18

4 Tunggalroso 2,17 1 21

5 Kedungwaru 1,03 4 21

6 Bagung 1,3 4 17,5

7 Sidogede 2,93 0,5 19

8 Sembirkadipaten 1,2 2 21

9 Kedungbulus 1,53 4,5 21,5

10 Mulyosri 2,67 5 22

11 Pesuningan 2,31 6 23

12 Pecarikan 1,01 8 25

13 Kabuaran

Jumlah

3,18

23,96

7 24

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

3.Keadaan Demografi

(65)

Tabel IV.3

Komposisi Penduduk berdasarkan jenis Kelamin di Kecamatan Prembun Tahun 2006

No Desa Laki-laki Perempuan

1 Tersobo 1308 1252

2 Prembun 2036 2076

3 Kabekelan 1118 1104

4 Tunggalroso 1182 1277

5 Kedungwaru 599 595

6 Bagung 1018 1042

7 Sidogede 1569 1518

8 Sembirkadipaten 627 653

9 Kedungbulus 476 475

10 Mulyosri 902 894

11 Pesuningan 986 988

12 Pecarikan 426 470

13 Kabuaran Jumlah

1368 13.615

1307 13.651

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2005

(66)

Tabel IV.4

Jumlah Kepala Keluarga Menurut Status Perkawinan dan Tingkat Pendidikan

Status Perkawinan Tingkat Pendidikan No Desa

Kawin Duda/janda Tdk tamat SD

SD-SMP

SMA-Keatas

1 Tesobo 532 107 123 325 191

2 Prembun 858 233 144 610 337

3 Kabekelan 498 90 91 308 189

4 Tunggalroso 527 130 187 369 101

5 Kedungwaru 245 52 42 221 34

6 Bagung 425 133 135 254 169

7 Sidogede 627 107 193 414 127

8 Sembirkadipaten 284 64 82 192 74

9 Kedungbulus 220 56 104 137 354

10 Mulyosri 395 83 144 273 61

11 Pesuningan 452 75 112 326 89

12 Pecarikan 197 28 41 156 28

13 Kabuaran 606 105 226 406 79

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah kepala keluarga sebanyak 711, adapun yang berstatus kawin 606 orang dan janda atau duda sebanyak 105 orang. Dari tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa sebagian besar kepala keluarga berpendidikan sampai SMP yaitu sebanyak 406 orang, selebihnya 226 tidak tamat SD dan 79 orang tamat SMA.

4.Keadaan Ekonomi

(67)

negeri (PNS), sektor jasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, disajikan tabel tentang komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di bawah ini.

Tabel IV.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

N o

Desa Petani Industri Pedagang PNS TNI Buru h

Jasa JML

1 Tesobo 431 250 15 71 11 283 15 1076

2 Prembun 334 4 201 80 30 756 199 1604

3 Kabekelan 932 41 40 58 6 350 55 1482

4 Tunggalroso 218 2 27 6 3 377 2 635

5 Kedungwaru 61 0 9 11 3 77 21 182

6 Bagung 320 54 47 85 7 191 132 836

7 Sidogede 1257 7 162 10 2 216 7 1661

8 Sembirkadipaten 700 3 27 38 11 175 5 959

9 Kedungbulus 810 5 3 8 1 496 15 1338

10 Mulyosri 876 12 2 19 1 29 4 943

11 Pesuningan 726 205 97 39 1 235 10 1313

12 Pecarikan 230 60 10 10 4 356 16 686

13 Kabuaran Jumlah 1326 8.257 36 679 21 661 24 459 1 81 817 4.358 170 651 2431 15.14 6 Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar penduduk kecamatan Prembun bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 8.254 orang, sehingga dapat disimpulkan bahwa bidang pertanian masih merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat kecamatan Prembun.dr

5.Keadaan Sosial Budaya a. Organisasi Sosial

(68)

terdapat beberapa organisasi masyarakat yang mengatur masyarakatnya seperti dusun, RW, RT, PKK, LKMD dan BPD. Rincian jumlah dari masing-masing organisasi disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.6

Organisasi Sosial Masyarakat

No Desa Kara-

witan

Qosidah Janeng Tari Organ Wayang Rebana Campur sari

1 Tesobo - - - 4 -

2 Prembun 1 1 - 1 1 - 5 2

3 Kabekelan - - - 1 1 2 7 1

4 Tunggalroso - - - 1 3 -

5 Kedungwaru - - - 2 -

6 Bagung - - - - 1 1 3 -

7 Sidogede - 1 1 - - - 3 1

8 Sembirkadipaten - - - 2 -

9 Kedungbulus - - - 1 -

10 Mulyosri - - - 3 -

11 Pesuningan - - - 2 1

12 Pecarikan - - - 3 -

13 Kabuaran Jumlah 1 4 - 2 - 1 - 2 - 4 1 5 2 40 2 7 Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

(69)

sebuah organisasi yang terstruktur. Di kecamatan Prembun terdapat 6 jenis kelembagaan desa, diantaranya adalah dusun, RW, RT, PKK, LKMD, dan BPD. Rincian jumlah dari 6 kelembagaan desa tersebut ada dalam tabel IV.6.

Tabel IV.7 Kelembagaan Desa

No Desa Dusun RW RT PKK LKMD BPD

1 Tesobo 4 2 11 18 15 11

2 Prembun 6 7 22 20 12 11

3 Kabekelan 7 6 33 20 30 9

4 Tunggalroso 4 3 10 21 15 9

5 Kedungwaru 5 2 5 22 13 5

6 Bagung 5 4 12 30 12 9

7 Sidogede 4 12 16 15 15 13

8 Sembirkadipaten 5 3 5 27 9 5

9 Kedungbulus 2 2 12 20 9 9

10 Mulyosri 2 2 12 20 9 9

11 Pesuningan 5 3 10 23 11 9

12 Pecarikan 4 2 4 19 11 5

(70)

b. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting untuk mendorong berhasilnya pembangunan. Masyarakat yang kesehatannya terjamin akan sangat mendukung terwujudnya kemajuan. Untuk mewujudkan terjaminnya kesehatan masyarakat maka pemerintah menyediakan sarana kesehatan berupa puskesmas, poliklinik dan sarana kesehatan lain. Di kecamatan Prembun terdapat 2 puskesmas, 1 poliklinik, 4 polindes, 72 posyandu, 2 apotik dan 3 toko obat. Berbagai sarana kesehatan tersebut di bantu oleh tenaga medis yang ditempatkan seperti dokter, bidan, mantri, bidan desa, dan dukun. Pada tabel di bawah ini disajikan rincian jumlah tenaga kesehatan di kecamatan Prembun.

Tabel IV.8 Tenaga Kesehatan No Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter 7

2 Bidan 8

3 Mantri 18

4 Bidan desa 8

5 Dukun 10

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

(71)

c. Pendidikan

Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari salah satu faktor yaitu tingkat pendidikan masyarakatnya, demikian juga kemajuan dan kesejahteraan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan masyarakatnya. Tingkat pendidikan suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : 1) kesadaran penduduk sendiri akan pentingnya pendidikan, 2) biaya yang dimiliki penduduk, dan 3) sarana pendidikan yang ada. Ketiga faktor tersebut saling kait mengait, apabila salah satu faktor tidak terpenihi maka faktor-faktor lainnya akan terganggu atau bahkan tidak berjalan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kecamatan prembun dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.

Tabel IV.9

Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Prembun Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Sekolah Dasar 17.321

2 SLTP 5.276

3 SLTA 4.144

4 Perguruan Tinggi 499

Jumlah 27.563

(72)

pendidikan masyarakat di kecamatan Prembun masih rendah karena sebagian besar masyarakatnya (62,8%) berada pada tingkat SD.

6.Sarana dan Prasarana a. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan sangat penting untuk menunjang kegiatan ibadah bagi masyarakat. Mengingat pentingnya hal tersebut maka di buat sarana peribadatan yang mencukupi bagi masyarakatnya. Rincian sarana peribadatan yang dibuat dapat dilihat dalam tabel IV.9.

Tabel IV.10

Sarana Peribadatan Penduduk Kecamatan Prembun Tahun 2007

No Sarana Peribadatan Jumlah

1 Masjid 32

2 Mushola 34

3 Gereja Jumlah

4 70

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa saran peribadatan yang di buat meliputi 32 masjid, 34 mushola, dan 4 gereja. Dari sarana peribadatan yang telah dibangun tersebut diharapkan dapat menunjang kegiatan kegamaan masyarakat sehingga mampu meningkatkan keimanan masyarakat.

b. Sarana Pemasaran

(73)

sarana pemasaran seperti pasar, toko, kios/ warung, warung makan,dan pedagang kaki lima. Rincian jumlah masing-masing sarana pemasaran dapat dilihat pada tabel IV.10.

Tabel IV.11

Sarana Pemasaran Penduduk Kecamatan Prembun Tahun 2007

No Sarana Perdagangan Jumlah

1 Pasar 6

2 Toko 213

3 Kios/warung 201

4 Warung makan 11

5 Pedagang Kaki Lima Jumlah

62 493

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006 Dari tabel diatas diketahui jumlah masing-masing sarana perdagangan diantaranya adalah 6 pasar, 213 toko, 201 kios/warung, 11 warung makan, dan 62 pedagang kaki lima. Sarana perdagangan kebutuhan rumah tangga di toko.terbanyak adalah toko karena banyak masyarakat yang membeli

B. Kondisi Kemiskinan di Kecamatan Prembun

Jumlah masyarakat yang masih miskin merupakan kelompok

hard core yang tersebar dan sukar dientaskan dengan

(74)

banyak penduduk yang berada di pedesaan dengan minimnya jaringan komunikasi, dan budaya tradisional yang masih kental.

Di kecamatan Prembun masih banyak masyarakat yang berpendidikan rendah yaitu SD sebanyak 17.321 orang, SLTP 5.276 orang, SLTA 4.144 orang, dan perguruan tinggi 499 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di kecamatan Prembun masih rendah karena sebagian besar masyarakatnya (62,8%) berada pada tingkat SD. Dari tingkat pendidikan yang rendah tersebut mampengaruhi jenis mata pencaharian masyarakatnya yang sebagian besar petani (8.254 orang).

Wilayah kecamatan Prembun sebagian besar terdiri dari pedesaan dengan lahan berupa sawah. Budaya tradisional di kecamatan Prembun dapat dikatakan masih kental baik budaya adat istiadat seperti: upacara pernikahan, kenduri, larungan ke laut, dll maupun budaya yang berupa kesenian tradisional seperti: karawitan, qosidah, janeng, tari, organ, wayang kulit, rebana, dan campur sari.

(75)

Tabel IV.12

Jumlah Penduduk Miskin di kecamatan Prembun

No Tahun Jumlah

1 2003 16.750

2 2004 16.325

3 2005 15.855

4 2006 15.855

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2006

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jumlah masyarakat miskin menurun dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin berkembangnya industri rumah tangga menjadi industri yang lebih besar sehingga membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan naiknya upah buruh dari Rp 10.000 per hari menjadi Rp 12.500 per hari. Penyebab lain adalah adanya bantuan dari pemerintah yang bertujuan membantu tingkat konsumsi, pendidikan, peminjaman modal, serta kesehatan. Bantuan tersebut berupa pemberian dana BLT, dana BOS, peminjaman modal dari koperasi untuk petani dan pedagang kecil, dan dana JPS.

Sarana komunikasi di kecamatan prembun sebagian besar mengandalkan wartel. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di daerah pedesan masih menggunakan rumah model lama berupa joglo atau gudang. Ada beberapa masyarakat yang masih menggunakan seng atau anyaman bambu sebagai dinding rumah serta berlantai tanah atau lantai plester.

(76)

C. Program Bantuan Langsung Tunai

Program BLT diberikan sebagai kompensasi atas kenaikan BBM bagi rumah tangga miskin. Satuan pe

Gambar

Gambar 2.1 Alur Pendataan Rumah Tangga Miskin yang  Seharusnya
Gambar 2.2 Alur Pendistribusian Kartu Kompensasi BBM
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Miskin (dalam juta)
Tabel 3.1 Jumlah Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait