• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pengaruh program pemerintah terhadap tingkat kemiskinan rumah tangga di pedesaan melalui program bantuan langsung tunai (BLT) dan raksa desa. Kasus desa Cibatok satu kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

LEONARD DHARMAWAN

A14204035

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

LEONARD DHARMAWAN. Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga di Pedesaan Melalui Bantuan Langsung Tunai dan Raksa Desa. Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat. Dibawah bimbingan SAID RUSLI.

Pembangunan di Indonesia selama beberapa pelita sejak tahun 1969 sampai masa reformasi memfokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan. Namun sampai sekarang masalah kemiskinan masih perlu dituntaskan mengingat jumlah penduduk yang masih berada dibawah garis kemiskinan cukup besar. Dalam tahun-tahun belakangan pemerintah melaksanakan program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemerintah daerah Jawa Barat juga melaksanakan program Raksa Desa.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menelaah karakteristik kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu dan faktor-faktor apa yang menyebabkan masih banyak penduduk miskin, (2) Menganalisis wujud program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program Pemerintah Daerah (Raksa Desa) dalam pelaksanaannya dan (3) Menganalisis pengaruh kedua program tersebut terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Untuk metode survei dipilih secara acak 40 orang responden penerima BLT dan 40 orang responden peserta program Raksa Desa. Data primer juga dikumpulkan dari sejumlah informan.

(3)

program Raksa Desa dari Pemerintah Daerah Jawa Barat dan tahun 2005 desa Cibatok Satu juga mendapat program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Hasil Penelitian menunjukkan Karakteristik kemiskinan yang dominan adalah Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan m2 per orang, Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya tamatan SD, Tidak punya tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan barang modal lainnya, Bahan bakar untuk memasak berupa kayu bakar/ arang/ minyak tanah, Jenis lantai bangunan tempat tinggal adalah tanah/bambu/kayu murahan, Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu adalah satu kali atau dua kali seminggu, Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh tani/ nelayan/ butuh bangunan/ pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rp. 600.000,00 per bulan. Diantara faktor internal penyebab kemiskinan yang paling dominan adalah terbatasnya kepemilikan dan akses lahan sedangkan faktor eksternalnya adalah buruknta mutu pangan yang dapat diperoleh oleh rumah tangga miskin.

(4)

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan kelancaran dalam distribusi program BLT dinilai lancar oleh seluruh responden, sedangkan dalam program Raksa Desa seluruh responden Raksa Desa menyatakan tidak lancar atau lebih tepatnya berkendala. Tingkat sosialisasi program Raksa Desa cukup tinggi dari pada program BLT yang nyaris tidak ada sosialisasi. Dalam kesesuaian penggunaan dana, rata-rata responden kedua program mengatakan penggunaan dana telah sesuai dengan tujuan program. Hal ini dapat dilihat dimana lebih dari 60 persen responden mengatakan kedua program tersebut relatif sesuai dengan tujuan program. Sehingga dapat dikatakan program BLT dan Raksa Desa relatif tepat implementasinya.

(5)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

LEONARD DHARMAWAN A14204035

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi oleh: Nama Mahasiswa : Leonard Dharmawan Nomor Pokok : A14204035

Judul : Analisis Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Pedesaan Melalui Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dan Raksa Desa. Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

Dapat diterima sebagai syarat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Said Rusli M.A NIP. 130 345 011

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA. KASUS DESA CIBATOK SATU KECAMATAN CIBUNGBULANG KAB. BOGOR PROPINSI JAWA BARAT. ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI DENGAN ARAHAN DOSEN PEMBIMBING DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN ATAU LEMBAGA AKADEMIK LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. BAHAN RUJUKAN BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN ATAUPUN YANG TIDAK DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN.

Bogor, Juni 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1987, merupakan putra pertama dari pasangan Prof. Dr. Ir. Sumardjo MS. dan Ir. Tri Sawarni. Penulis menempuh pendidikan SD Negeri Polisi V Bogor (1992-1998), kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor (1998-2001), kemudian ke SMU Negeri 5 Bogor (2001-2004) dan pada tahun 2004 penulis diterima di program S1 Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Pedesaan Melalui Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Raksa Desa Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program studi Sarjana di Departemen Sosial Ekonomi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian IPB. Selain itu dengan penyusunan skripsi ini semoga dapat memberikan wawasan tentang pelaksanaan program-program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.

Skripsi ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari program Pemerintah dalam tingkat kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menganalisis dua program pemerintah agar dapat dibandingkan untuk saling melengkapi.

Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat berguna bagi penelitian lanjutan tentang kemiskinan dimasa yang akan datang.

Bogor, Juni 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Allah SWT atas segala anugrah berupa rizki dan kekuatan yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Said Rusli, MA. selaku dosen pembimbing yang sejak menyusun studi pustaka hingga Skripsi penuh dedikasi dalam berbagi ide dan pemikiran, serta membimbing penulis pada tiap proses dalam rangka penyelesaian Skripsi ini dengan penuh kesabaran.

3. Bapak Ir. Murdianto, M.S selaku dosen pembimbing akademik atas dukungan dan pertimbangannya terutama dalam bidang akademik.

4. Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. selaku dosen penguji utama atas semua koreksi, saran dan kritikannya.

5. Bapak Martua Sihaloho, Msi sebagai dosen penguji wakil departemen atas semua koreksi dan masukannya.

6. Kedua orang tua, Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo MS dan ibu Ir Tri Sawarni atas kehadirannya menginspirasi, mendoakan, kasih sayangnya, pembelajaran dan dukungannya.

7. Adik Manikharda atas dukungan dan doanya

8. Artanti Yulaika Iriani atas segala doa, perhatian, masukan dan dukungannya kepada penulis.

9. Bapak Acep dan Bapak Erik Setiawan atas kerjasama, bantuan dan dukungannya

10.Bapak Asep Hidayat atas semua informasinya

(11)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

LEONARD DHARMAWAN

A14204035

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

LEONARD DHARMAWAN. Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga di Pedesaan Melalui Bantuan Langsung Tunai dan Raksa Desa. Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat. Dibawah bimbingan SAID RUSLI.

Pembangunan di Indonesia selama beberapa pelita sejak tahun 1969 sampai masa reformasi memfokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan. Namun sampai sekarang masalah kemiskinan masih perlu dituntaskan mengingat jumlah penduduk yang masih berada dibawah garis kemiskinan cukup besar. Dalam tahun-tahun belakangan pemerintah melaksanakan program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemerintah daerah Jawa Barat juga melaksanakan program Raksa Desa.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menelaah karakteristik kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu dan faktor-faktor apa yang menyebabkan masih banyak penduduk miskin, (2) Menganalisis wujud program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program Pemerintah Daerah (Raksa Desa) dalam pelaksanaannya dan (3) Menganalisis pengaruh kedua program tersebut terhadap pengurangan tingkat kemiskinan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (metode survei) dan pendekatan kualitatif. Untuk metode survei dipilih secara acak 40 orang responden penerima BLT dan 40 orang responden peserta program Raksa Desa. Data primer juga dikumpulkan dari sejumlah informan.

(13)

program Raksa Desa dari Pemerintah Daerah Jawa Barat dan tahun 2005 desa Cibatok Satu juga mendapat program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Hasil Penelitian menunjukkan Karakteristik kemiskinan yang dominan adalah Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan m2 per orang, Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya tamatan SD, Tidak punya tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan barang modal lainnya, Bahan bakar untuk memasak berupa kayu bakar/ arang/ minyak tanah, Jenis lantai bangunan tempat tinggal adalah tanah/bambu/kayu murahan, Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu adalah satu kali atau dua kali seminggu, Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh tani/ nelayan/ butuh bangunan/ pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rp. 600.000,00 per bulan. Diantara faktor internal penyebab kemiskinan yang paling dominan adalah terbatasnya kepemilikan dan akses lahan sedangkan faktor eksternalnya adalah buruknta mutu pangan yang dapat diperoleh oleh rumah tangga miskin.

(14)

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan kelancaran dalam distribusi program BLT dinilai lancar oleh seluruh responden, sedangkan dalam program Raksa Desa seluruh responden Raksa Desa menyatakan tidak lancar atau lebih tepatnya berkendala. Tingkat sosialisasi program Raksa Desa cukup tinggi dari pada program BLT yang nyaris tidak ada sosialisasi. Dalam kesesuaian penggunaan dana, rata-rata responden kedua program mengatakan penggunaan dana telah sesuai dengan tujuan program. Hal ini dapat dilihat dimana lebih dari 60 persen responden mengatakan kedua program tersebut relatif sesuai dengan tujuan program. Sehingga dapat dikatakan program BLT dan Raksa Desa relatif tepat implementasinya.

(15)

ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,

Propinsi Jawa Barat)

LEONARD DHARMAWAN A14204035

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(16)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi oleh: Nama Mahasiswa : Leonard Dharmawan Nomor Pokok : A14204035

Judul : Analisis Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Pedesaan Melalui Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dan Raksa Desa. Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa Barat.

Dapat diterima sebagai syarat gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Said Rusli M.A NIP. 130 345 011

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA. KASUS DESA CIBATOK SATU KECAMATAN CIBUNGBULANG KAB. BOGOR PROPINSI JAWA BARAT. ADALAH HASIL KARYA SAYA SENDIRI DENGAN ARAHAN DOSEN PEMBIMBING DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN ATAU LEMBAGA AKADEMIK LAIN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. BAHAN RUJUKAN BERASAL ATAU DIKUTIP DARI KARYA YANG DITERBITKAN ATAUPUN YANG TIDAK DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN.

Bogor, Juni 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Mei 1987, merupakan putra pertama dari pasangan Prof. Dr. Ir. Sumardjo MS. dan Ir. Tri Sawarni. Penulis menempuh pendidikan SD Negeri Polisi V Bogor (1992-1998), kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor (1998-2001), kemudian ke SMU Negeri 5 Bogor (2001-2004) dan pada tahun 2004 penulis diterima di program S1 Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(19)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Program Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Di Pedesaan Melalui Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Raksa Desa Kasus Desa Cibatok Satu Kecamatan Cibungbulang Kab. Bogor Propinsi Jawa ini tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program studi Sarjana di Departemen Sosial Ekonomi Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian IPB. Selain itu dengan penyusunan skripsi ini semoga dapat memberikan wawasan tentang pelaksanaan program-program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.

Skripsi ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari program Pemerintah dalam tingkat kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini menganalisis dua program pemerintah agar dapat dibandingkan untuk saling melengkapi.

Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat berguna bagi penelitian lanjutan tentang kemiskinan dimasa yang akan datang.

Bogor, Juni 2008

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada : 1. Allah SWT atas segala anugrah berupa rizki dan kekuatan yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Said Rusli, MA. selaku dosen pembimbing yang sejak menyusun studi pustaka hingga Skripsi penuh dedikasi dalam berbagi ide dan pemikiran, serta membimbing penulis pada tiap proses dalam rangka penyelesaian Skripsi ini dengan penuh kesabaran.

3. Bapak Ir. Murdianto, M.S selaku dosen pembimbing akademik atas dukungan dan pertimbangannya terutama dalam bidang akademik.

4. Bapak Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS. selaku dosen penguji utama atas semua koreksi, saran dan kritikannya.

5. Bapak Martua Sihaloho, Msi sebagai dosen penguji wakil departemen atas semua koreksi dan masukannya.

6. Kedua orang tua, Bapak Prof. Dr. Ir. Sumardjo MS dan ibu Ir Tri Sawarni atas kehadirannya menginspirasi, mendoakan, kasih sayangnya, pembelajaran dan dukungannya.

7. Adik Manikharda atas dukungan dan doanya

8. Artanti Yulaika Iriani atas segala doa, perhatian, masukan dan dukungannya kepada penulis.

9. Bapak Acep dan Bapak Erik Setiawan atas kerjasama, bantuan dan dukungannya

10.Bapak Asep Hidayat atas semua informasinya

(21)

12.Semua Responden BLT dan Raksa Desa yang telah bekerja sama dengan penulis memberikan informasi yang mendalam

13.Sahabat-sahabatku Nurina, Nani, Eno, Andrew, Bobby dan semua teman-teman penulis yang memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis. 14.Teman satu bimbingan Ilham dan Devi atas masukannya, BEY sebagai

teman berbagi sesama peneliti kemiskinan

15.Teman-teman di KPM 41 atas masukan dan motivasinya

16.Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. atas segala bantuannya baik moril maupun materil sehingga pembuatan laporan Skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Bogor, Juni 2008

(22)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR DIAGRAM... xii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penulisan………. .... 8 1.4 Manfaat Penulisan………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep dan Pengertian Kemiskinan ... 9 2.2 Peranan Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan

di Indonesia ... 11 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan

di Indonesia... 14 2.4 Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)... 18 2.5 Program Raksa Desa ... 20 2.6 Kerangka Pemikiran Konseptual... 23 2.7 Hipotesis Pengarah…. ... 26 2.8 Definisi Operasional... 27

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Penelitian ... 30 3.2 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31 3.4 Teknik Analisis Data ... 32 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Desa... 33

(23)

4.2 Potensi Sumber Daya, Sarana dan Prasaran Desa ... 33 4.3 Kependudukan... 34 4.4 Latar Belakang Program Kemiskinan Desa ... 35

BAB V KARAKTERISTIK KEMISKINAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN RUMAH TANGGA DESA CIBATOK SATU

5.1 Karakteristik Kemiskinan Rumah Tangga Desa Cibatok Satu... 36 5.2 Faktor-Faktor Internal Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga

Di Desa Cibatok Satu ... 40 5.3 Faktor-Faktor Eksternal Penyebab Kemiskinan Rumah Tangga

di Desa Cibatok Satu ... 43

5.4 Ikhtisar ... 46

BAB VI WUJUD PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN PROGRAM PEMERINTAH DAERAH (RAKSA DESA)

DALAM PELAKSANAANNYA

6.1 Wujud Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

dalam Pelaksanaannya... 47 6.2 Wujud Program Pemerintah Daerah (Raksa Desa)

dalam Pelaksanaannya... 51 6.3 Ikhtisar ... 58

BAB VII PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN PROGRAM PEMERINTAH DAERAH RAKSA DESA TERHADAP PENGURANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI DESA CIBATOK SATU 7.1 Pengaruh Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai

(BLT) terhadap Pengurangan Tingkat Kemiskinan Di Desa

Cibatok Satu ... 60 7.2 Pengaruh Pelaksanaan Program Pemerintah daerah

(Raksa Desa) terhadap Pengurangan Tingkat Kemiskinan

Di Desa Cibatok Satu ... 65

7.3 Ikhtisar ... 69

(24)

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan... 70 8.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(25)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Miskin BPS (2005) ... 20 Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Variabel Kemiskinan dan Karakteristik

Kemiskinan Rumah Tangga Desa Cibatok Satu Penerima Bantuan

Sebelum Program ... 38 Tabel 3. Karakteristik Kemiskinan Rumah Tangga di Desa Cibatok Satu ... 39 Tabel 4. Hubungan Antara Frekuensi makan keluarga dan Jumlah

Tanggungan Keluarga Terhadap karakteristik Rumah Tangga Pola

Makan Keluarga ... 46 Tabel 5. Jumlah Responden Menurut Variabel Kemiskinan dan Karakteristik

Kemiskinan Rumah Tangga Desa Cibatok Satu Penerima Bantuan

Setelah Program... 62 Tabel 6. Persentase Perubahan Kondisi Responden Program BLT terhadap

Penanggulangan Kemiskinan ... 63

(26)

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran Konseptual... 25

(27)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Faktor-Faktor Internal Kemiskinan Rumah Tangga

di Desa Cibatok Satu ... 42 Diagram 2. Faktor-Faktor Eksternal Kemiskinan Rumah Tangga

di Desa Cibatok Satu ... 45 Diagram 3. Pelaksanaan Teknis BLT dalam Rumah Tangga ... 48 Diagram 4. Pelaksanaan Teknis Program Raksa Desa dalam Rumah Tangga .. 53 Diagram 5. Pengaruh Program Raksa Desa dalam Rumah Tangga... 66

(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, banyak penduduknya dan terdiri dari beragam suku bangsa. Penduduknya tersebar tidak merata, antara lain karena kesenjangan penyebaran pelaksanaan pembangunan antar pedesaan dan perkotaan maupun antar kawasan. Pembangunan sarana dan prasarana yang diupayakan untuk dapat menjangkau ke berbagai daerah dirasakan belum optimal karena keterbatasan dana pemerintah dan luasnya wilayah yang harus dijangkau.

Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dilanda krisis moneter yang sangat berat dan berdampak luas pada krisis ekonomi dan krisis sosial yang biasa disebut sebagai krisis multidimensi. Titik puncaknya terjadi pada tahun 1998 ditandai dengan pertumbuhan ekonomi negatif dan inflasi yang tinggi. Salah satu dampak yang paling parah adalah memperburuk kemiskinan yang telah terjadi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia sebelum krisis berhasil diturunkan dari 54,2 juta pada pertengahan tahun 1970an menjadi 22,5 juta pada tahun 1996 tetapi pada tahun 1998 kembali naik menjadi 49,5 juta (BPS 2000). Peningkatan kemiskinan terjadi lebih cepat di pedesaan dari pada di perkotaan.

Data Komisi Penanggulang Kemiskinan, Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2004 menunjukkan, sampai saat itu masih terdapat 38 juta penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Lebih dari 70 persen total penduduk miskin tersebut berada di pedesaan, sedangkan sisanya di perkotaan.

(29)

Usaha untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia, khususnya di perkotaan, menjelang terjadinya krisis moneter dan ekonomi tahun 1997, telah cukup menunjukkan hasilnya dalam mengurangi kemiskinan. Sungguh pun jumlah penduduk perkotaan yang selalu cenderung bertambah dari tahun ke tahun, tapi jumlah penduduk miskin di perkotaan tidak meningkat secara proporsional yang jika pada tahun 1976 sebanyak 10,5 juta, ternyata kemudian menurun menjadi 8,3 juta (1978); 9,5 juta (1980) dan seterusnya tetap berada di bawah 10 juta, yaitu rata-rata 8,9 juta per tahun hingga pada tahun 1996 (Hardjono, 2003). Penduduk miskin itu telah cenderung menurun dari 38,8 persen (1976); menjadi 30,8 persen (1980); 23,1 persen (1984); 16,8 persen (1990) dan seterusnya hingga mencapai 9,7 persen pada tahun 1996 menurut standar perhitungan lama atau 13,6 persen menurut standar perhitungan tahun 1998 (Rachman, 2004).

Konferensi dunia untuk pembangunan sosial di Kopenhagen 1995 (Kementerian Koordinator Bidang Kesra, 2002 dalam Sahdan 2005) kemiskinan dalam arti luas di negara-negara berkembang memiliki wujud yang multidimensi yang meliputi sangat rendahnya tingkat pendapatan dan sumberdaya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi; keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya; kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang jauh dari memadai; lingkungan yang tidak aman; serta diskriminasi dan keterasingan sosial.

Wujud kemiskinan sebagaimana yang dikemukakan di atas tercermin pada rumah tangga miskin yang terdapat di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam hubungan ini Badan Pusat Statistik (BPS, 2005) mengemukakan

(30)

karakteristik rumahtangga miskin dapat dilihat dari jumlah pekerja dan tempat tinggal, pemilikan dan penguasaan tanah (pertanian), tingkat pendidikan dan jam kerja kepala rumah tangga, serta jenis dan status pekerjaan kepala rumah tangga. Dikemukakan, pertama-tama bahwa rumah tangga miskin hanya mempunyai satu orang pekerja yang menghasilkan pendapatan. Sebagian besar kondisi tempat tinggal mereka belum memenuhi persyaratan kesehatan yang memadai. Rumah tangga miskin hanya memiliki lahan (pertanian) yang sangat kecil atau bahkan banyak diantaranya tidak memilikinya sama sekali.

Tingkat pendidikan kepala rumah tangganya sangat rendah. Jam kerja mereka rata-rata per minggu relatif jauh lebih lama. Di samping itu jenis dan status pekerjaan kepala rumah tangga di pedesaan sebagian besar adalah petani kecil atau buruh tani dan di perkotaan berupa usaha atau kegiatan sendiri kecil-kecilan, terutama sektor informal baik yang legal maupun yang ilegal1. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hart (1973), sebagai ilustrasi, sektor informal yang legal itu adalah berupa tukang kayu/batu, pedagang kecil eceran dan asongan, tukang ojek/becak, tukang cukur, tukang sol/semir sepatu, dan sebagainya. Sedangkan sektor informal yang ilegal adalah seperti pencopet, pencuri, penadah barang curian, prostitusi, penyelundup, dan lain-lain.

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah melahirkan paradigma baru dalam pelaksanaan otonomi daerah, yang meletakkan otonomi penuh, luas dan bertanggung jawab pada Daerah Kabupaten dan Kota. Perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan masyarakat, menumbuhkan semangat

1Keith Hart. 1973. Kemiskinan di Indonesia.

http://www.jurnalkemiskinan.com/id/index.php=1230

(31)

demokratisasi dan pelaksanaan pembangunan daerah secara berkelanjutan, dan lebih jauh diharapkan akan menjamin tercapainya keseimbangan kewenangan dan tanggung jawab antara pusat dan daerah.

Lahirnya kedua UU ini juga akan memberikan implikasi positif bagi dinamika aspirasi masyarakat setempat. Kebijakan daerah tidak lagi bersifat “given” dan “uniform” (selalu menerima dan seragam) dari Pemerintah Pusat, namun justru Pemerintah Daerah yang mesti mengambil inisiatif dalam merumuskan kebijakan daerah yang sesuai dengan aspirasi, potensi dan sosio-kultural masyarakat setempat. UU ini juga membuka jalan bagi terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) di satu pihak dan pemberdayaan ekonomi rakyat di pihak lain.

Ekonomi rakyat memerlukan perhatian, dukungan, dan kepercayaan dari pemerintah agar mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Mungkin tidak selalu “uang” yang diperlukan, dan kalaupun harus dalam bentuk “uang” kebutuhan mereka jelas berbeda-beda. (Subagyo 2003)

Krisis moneter yang mengguncang iklim usaha (ekonomi) nasional beberapa tahun terakhir semakin menyadarkan banyak pihak akan pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat. Sebuah paradigma pembangunan yang tidak memutlakkan dasar pertumbuhan pada peran penguasa-penguasa ekonomi, melainkan pada semua pihak terutama pada peran ekonomi rakyat.

Kemiskinan telah membatasi hak rakyat khususnya warga di daerah pedesaan (BPS 2007) untuk (1) memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan; (2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum; (3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman; (4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas

(32)

kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau; (5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan; (6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan; (7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan; (8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik dan pemerintahan; (9) Hak rakyat untuk berinovasi; (10) Hak rakyat menjalankan hubungan spiritualnya dengan Tuhan; dan (11) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam menata dan mengelola pemerintahan dengan baik.

Pemerintah telah berupaya memadukan berbagai faktor penyebab kemiskinan tersebut dan menyusun strategi penanggulangan kemiskinan yang dituangkan dalam bentuk dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), yang telah diresmikan pada tanggal 27 April 2005 oleh Presiden RI, H. Susilo Bambang Yudhoyono. SNPK berusaha secara holistik memetakan masalah kemiskinan yang ada dan memusatkan strategi pada lima tonggak pengurangan kemiskinan, yaitu

1. Menciptakan peluang kerja (creating opportunity); 2. Memberdayakan masyarakat (community empowerment); 3. Mengembangkan kemampuan (capacity building); 4. Menciptakan perlindungan sosial (social protection); dan 5. Membina kemitraan global (forging global partnership)

Kendati sejak krisis moneter telah diluncurkan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Penduduk miskin di Indonesia diperkirakan masih berjumlah sekitar 39 juta jiwa pada tahun 2006 dan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Dari jumlah penduduk miskin di Indonesia, sebagian besar (sekitar 63 persen) berada di daerah pedesaan (BPS 2007).

(33)

Salah satu pertanyaan adalah seberapa jauhkah efektifitas peranan pemerintah melalui program yang telah diluncurkan dalam upaya penanggulangan kemiskinan? Bagaimanakah hasil program-program yang telah diluncurkan untuk mengatasi kemiskinan dalam upaya pemberdayaan masyarakat? Apakah program-program yang telah dilaksanakan berbasis pemberdayaan masyarakat?

Penelaahan-penelaahan terhadap kemiskinan telah banyak dilakukan tetapi penelaahan perlu terus dilakukan mengingat urgensi masalah kemiskinan untuk diatasi. Meskipun pemerintah telah membentuk SNPK, peranan berbagai lembaga, khususnya peranan pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan perlu terus dipelajari hingga jumlah penduduk (rumah tangga) miskin dapat dikurangi menjadi seminimal mungkin.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Peran pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan telah diwujudkan dalam banyak program. Tetapi banyak program yang belum berhasil dan tidak berkelanjutan. Program penanggulangan kemiskinan seharusnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan program penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara partisipatif. Pemerintah saat ini masih melaksanakan program kemiskinan secara terpusat yaitu secara general. Akan tetapi pemerintah daerah dengan adanya otonomi daerah, mereka juga membuat program penanngulangan kemiskinan untuk daerahnya, misalnya disamping Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah Daerah Jawa Barat membuat program kemiskinan Raksa Desa. Pada kenyataannya, sebagaimana telah diungkapkan, hingga kini masih cukup banyak penduduk miskin di desa-desa (daerah pedesaan) seperti yang terdapat di

(34)

desa Cibatok Satu. Terdapat 712 rumah tangga miskin dari 1989 rumah tangga di Desa Cibatok Satu, sekitar 35,8 persen keluarga di Cibatok Satu tergolong keluarga miskin. Mereka belum berhasil keluar dari “perangkap kemiskinan” meskipun mereka telah menjadi sasaran (pemanfaat) program-program penanggulangan kemiskinan itu. Hal ini mungkin terkait dengan karakteristik kemiskinan (penduduk miskin) itu sendiri disamping karakteristik dan keterbatasan (kelemahan) program-program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan seperti program BLT dan Raksa Desa yang dilaksanakan di Desa Cibatok Satu.

Berdasarkan hal tersebut perumusan masalah penelitian yang saya ajukan adalah sebagai berikut;

1. Seperti apa karakteristik kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu dan faktor-faktor apa yang menyebabkan masih banyak penduduk miskin?

2. Bagaimanakah wujud program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program Pemerintah Daerah (Raksa Desa) dalam pelaksanaannya?

3. Bagaimanakah pengaruh pelaksanaan kedua program tersebut terhadap pengurangan tingkat kemiskinan?

(35)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menelaah karakteristik kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu dan faktor-faktor apa yang menyebabkan masih banyak rumah tangga miskin

2. Menganalisis wujud program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan program Pemerintah Daerah (Raksa Desa) dalam pelaksanaannya

3. Menganalisis Pengaruh kedua program tersebut terhadap pengurangan tingkat kemiskinan

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Bagi mahasiswa akan berguna sebagai rujukan dan wawasan dalam menyusun penelitian dimasa yang akan datang

2. Bagi civitas akademika berguna sebagai bahan reverensi yang memperkaya wawasan tentang studi kemiskinan

3. Bagi masyarakat umum berguna sebagai pertibangan dan wawasan tentang peran pemerintah mengenai kemiskinan di Indonesia

4. Mengetahui kebutuhan penelitian, khususnya tentang peranan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan.

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Konsep dan Pengertian Kemiskinan

Pembangunan di Indonesia selama beberapa pelita sejak tahun 1969 sampai masa reformasi memfokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan namun sampai sekarang masalah kemiskinan masih perlu dituntaskan mengingat jumlah penduduk yang masih berada dalam garis kemiskinan cukup besar. Dari sejumlah tulisan yang telah di ikhtisarkan, ternyata pengertian kemiskinan itu sendiri sering menjadi perdebatan.

Kemiskinan dapat merupakan kemiskinan absolut ataupun kemiskinan relatif. Kemiskinan dapat pula diartikan secara sempit maupun secara luas. Namun intinya kemiskinan merupakan kondisi yang tidak memuaskan ataupun kondisi yang tidak diinginkan yang memiliki indikator-indikator penyebab ketidak berdayaan. Menurut Bappenas 2002 sebagaimana dikutip oleh Yudhoyono dan Harniati (2004) kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Menurut Sahdan konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat. Berbagai

(37)

aspek yang menunjukkan kemiskinan menurut world Bank adalah kemiskinan tidak dapat membaca karena tidak mampu bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut dalam menghadapi masa depan, kehilangan anak akibat sakit karena serana kesehatan buruk. Word Bank dalam Mubyarto (2003) juga menyatakan bahwa kemiskinan adalah ketidak berdayaan, terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas.

Kemiskinan menurut BPS sebagaimana dikutip oleh komite penanggulangan kemiskinan adalah kondisi seseorang hanya dapat memenuhi makannya kurang dari 2100 kalori per kapita per hari. Dalam ranah keluarga menurut BKKBN sebagaimana dikutip oleh Sugiono (2003) kemiskinan adalah keluarga miskin prasejahtera jika tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya, tidak mampu makan dua kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja dan berpergian, rumah berlantai tanah dan tidak mampu membawa keluarganya ke sarana kesehatan. Pengertian BKKBN diartikan lebih lanjut menjadi keluarga miskin. Keluarga miskin menurut BKKBN adalah paling kurang satu kali seminggu keluarga makan daging/telur/ikan, satu tahun sekali anggota keluarga memperoleh pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter2 untuk tiap penghuni. Sedangkan keluarga miskin menurut World Bank adalah kepala keluarga tidak dapat mencapai penghasilan US $ 1 per hari.

Kemiskinan memiliki beberapa pengertian dan kondisi di dalamnya sesuai dengan tingkatan dan jenisnya. Masyarakat miskin dapat dilihat pada berbagai aspek berikut;

1. Miskin secara politik, mereka yang tidak memiliki akses ke pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka (politik)

(38)

2. Secara sosial, tersingkir dari institusi masyarakat yang ada

3. Secara ekonomi, rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan, keterampilan yang berdampak kepada penghasilan

4. Secara budaya dan tata nilai, terperangkap dalam budaya rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dalam fatalism (budaya dan nilai)

5. Secara lingkungan hidup, rendahnya pemilikan asset fisik termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penerangan

2.2. Peranan Pemerintah Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Peranan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan, dapat dinyatakan bahwa peranan menurut Maiolo et al. (1991) adalah hak dan kewajiban yang berkaitan atau melekat pada status yang didefinisikan secara sosial. Berdasarkan pengertian ini peranan pemerintah dapat dipandang sebagai hak dan kewajiban suatu badan tertinggi dalam negara untuk mengelola negara secara baik dan teratur sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) diperlukan kajian mendalam yang mencakup masalah kelembagaan sehingga dapat ditentukan secara jelas tugas dan tanggung jawab (role and responsibility) setiap unsur kelembagaan baik pemerintah maupun unsur masyarakat lainnya. Pemerintahan yang baik dapat dicapai melalui upaya terpadu dari pemerintah daerah, masyarakat madani, dan sektor swasta untuk menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai tujuan utama pembangunan. Namun kebijakan ini memang mudah untuk dinyatakan dalam tingkatan yang umum, tetapi sulit untuk dioperasionalkan dalam keputusan

(39)

program. Ciri-ciri tata pemerintahan yang baik adalah: 1) Mengikutsertakan semua pihak. 2) Transparan dan bertanggung jawab. 3) Efektif dan adil. 4) Menjamin adanya supremasi hukum. 5) Menjamin bahwa prioritas-prioritas politik, sosial, dan ekonomi didasarkan pada konsensus masyarakat.

Tim Crescent (2002) dalam tulisannya menawarkan strategi dan model yang menurut mereka cocok untuk memandirikan masyarakat dimana diterangkan dengan berbagai aspek dan cara yang baik untuk kebutuhan memandirikan masyarakat Indonesia. Menurut Yudhoyono dan Harniati (2004) penanggulangan kemiskinan di Indonesia secara garis besar dilakukan melalui pendekatan pendekatan community development dan social safety net with community based approach, pemerintah mengimplementasikan berbagai program berikut village infrastructure program, urban poverty program, integrate movement for poverty

eradication, and community recovery program. sedangkan dalam social safety net

terdapat program program yaitu food security, social protection, education, social protection, health, and income generation including community empowerment

fund.

Salah satu peranan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah pada tahun 2002 pemerintah membentuk KPK (komite penanggulangan kemiskinan) dengan kepres no 124 tahun 2002 yang berupaya menurunkan kemiskinan dengan cara : (1)peningkatan pendapatan masyarakat miskin agar masyarakat miskin mempunyai peluang, kemampuan pengelolaan, dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik, dalam berbagai kegiatan ekonomi, social budaya, politik, hukum, dan keamanan; (2)pengurangan pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses kebutuhan dasar seperti

(40)

kesehatan, pendidikan, kesehatan, dan infastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi.

Menurut Tim Crescent (2002), peran-peran yang telah dilakukan pemerintah diantaranya adalah program penyelamatan diantaranya program dalam bidang pangan, pendidikan, padat karya, pemberdayaan masyarakat, layanan kesehatan dan program lainnya. Dalam bidang pangan, program ini memiliki kegiatan; operasi pasar khusus beras yang diluncurkan saat krisis ekonomi dan musim keamarau. Dalam perkembangannya program ini tidak lagi menyalurkan melalui pasar melainkan langsung kepada penerima manfaat, juga ditujukan bagi stabilitas harga pasar. Kemudian bidang pendidikan terdapat program beasiswa dan dana operasional sekolah untuk mempertahankan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sehubungan dengan naiknya harga-harga kebutuhan sekolah. Program dana operasional sekolah ini juga dilakukan pada pendidikan tinggi yaitu tingkat kemahasiswaan. Program operasional dan perawatan fasilitas pendidikan dasar menengah. Program ini dikategorikan sebagai program rutin, dan terakhir untuk pendidikan yaitu rehabilitasi dana operasional dan pemeliharaan yang berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan fasilitas gedung pendidikan sekolah.

Program yang juga termasuk dalam program penyelamatan adalah program padat karya. Dimana padat karya ini dapat dirinci sebagai berikut; program prakarsa khusus bagi penganggur perempuan yang dibuat karena kebanyakan program penanggulangan perempuan tidak memberi kesempatan kepada perempuan dan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengatasi dampak krisis dengan tujuan meningkatkan kemampuan daya

(41)

beli masyarakat miskin di pedesaan dan menggerakkan kembali ekonomi rakyat serta meningkatkan fungsi sarana dan prasarana social.

Program layanan kesehatan, terdiri dari program-program sebagai berikut; pelayanan kesehatan bagi yang tidak mampu berdasarkan perhitungan hari rawat inap kelas III, pelayanan sosial berupa penetapan alokasi berdasarkan jumlah anak dan lansia terlantar serta penyandang cacat, obat generik , dan pengadaan vaksin-vaksin untuk mencegah virus dalam tingkat nasional. Adapun program lainnya adalah program subsidi angkutan umum yaitu pengurangan ongkos anggkutan umum dalam kendaraan laut dan darat, program penyediaan sarana air bersih di perkotaan yang disebabkan kesulitan mata air karena sulitnya mendapat air tanah karena semua lahan telah dikonversi. Program penyediaan dana bergulir dan terakhir dari program penyelamatan adalah program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kemudian pemerintah juga menerapkan proyek pemukiman dengan meningkatkan kualitas pemukiman diperkotaan, membuka lahan baru untuk menampung masyarakat miskin, membuka lapangan kerja di dalamnya serta membangun konstruksi sarana dan prasarana perkotaan.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia Faktor-faktor utama yang menyebabkan kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

(42)

Menurut Sugiono (1999) indikator kemiskinan di Indonesia dari segi rumah tangga dapat dilihat dari beberapa ukuran. Pertama, ukuran banyaknya anggota rumah tangga, menurut penelitian penulis semakin besar ukuran banyaknya anggota rumah tangga dari suatu rumah tangga semakin besar pula perentase rumah tangga miskinnya maka sangat wajar pemerintah menekankan program Keluarga Berencana sehingga mengurangi kemiskinan tak lain salah satunya adalah menggendalikan laju pertumbuhan.

Penyebab yang kedua adalah jenis kelamin rumah tangga, dimana menunjukkan dengan kepala rumah tangga seorang laki-laki cenderung memiliki tigkat kemiskinan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga dengan kepala rumah tangganya seorang perempuan. Fenomena tersebut wajar karena status social perempuan telah berubah fungsi dari status istri menjadi status kepala rumah tangga yang bias terjadi karena berbagai sebab misalnya cerai atau tidak menikah.

Ketiga, status perkawianan kepala rumah tangga, rumah tangga yang berstatus kawin memiliki tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang berstatus belum kawin atau cerai. Hal ini karena dalam status single maka biaya hidupnya berkurang sedangkan kepala rumah tangga yang cerai atau janda biasanya biaya hidup lebih banyak di topang oleh anaknya. Dalam hubungan ini dapat diajukan pertanyaan bila status single kepala rumah tangga cerai, apakah tidak akan maka akan kesulitan mencari nafkah dan mengurus rumah tangga jika mereka single parent?.

Keempat adalah usia kepala rumah tangga, dimana tingkat kemiskinan dinyatakan oleh penulis bahwa usia tua lebih rendah tingkat kemiskinannya

(43)

dibanding usia muda, dimungkinkan karena usia muda banyak terjadi pengangguran. Disamping itu kemiskinan tertinggi di raih oleh usia mapan, kemungkinan ini karena adanya imbas PHK, karyawan-karyawan saat krisis ekonomi sehingga usia mapan yang telah memiliki keluarga inti lebih dari dua orang akan kesulitan.

Kelima adalah pengaruh sektor usaha kepala rumah tangga. Penulis mengkategorikan dengan usaha serabutan, pertanian, perdagangan dan industri, transportasi dan jasa lainnya. Dapat di duga lemahnya pertanian di Indonesia membuat para kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani adalah rumah tangga yang tingkat kemiskinannya paling tinggi tercatat 23,4 persen, sedangkan pada industri sekitar 13 persen dan transportasi sekitar 11,6 persen.

Yang terakhir adalah tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai oleh seorang kepala rumah tangga, dalam penelitian penulis dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan kepala rumah tangga sangat menentukan tingkat kemiskinan rumah tangga yaitu semakin rendahnya jenjang pendidikan yang ditamatkan kepala rumah tangga, maka persentase kemiskinan rumah tangganya semakin besar. Maka wajar pula jika pemerintah mewajibkan pendidikan belajar sembilan tahun.

Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kemiskinan daerah beragam. Misalnya untuk kasus propinsi Jawa tengah dan Jawa Timur masing-masing dianalisis 14 variabel yang meliputi kepadatan penduduk, tingkat pengangguran, realisasi ipeda, luas tanah pertanian, tanah rusak, luas panen bahan makanan, jumlah pemilik tanah, nilai ternak, panjang dan lebar jalan kendaraan roda empat, rumah permanen dan semi permanen dan jumlah anak per kepala keluarga, tanah pertanian rakyat, jumlah anak per penduduk (Direktorat Tata Guna Tanah Dirjen

(44)

Agraria Departemen Dalam Negeri sebagai mana dikutip Rusli et al. (2002)). Daerah miskin diklasifikasikan sebagai berikut;

1. Miskin sekali, daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya dibawah 75 persen dari kebutuhan hidup minimum

2. Miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya 25 persen kurang, tepat di garis kemiskinan atau 25 persen lebih dari pada kebutuhan hidup minimum

3. Hampir miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya 25 persen lebih dari pada kebutuhan hidup minimum sampai mencapai kebutuhan hidup sekunder (200 persen)

4. Tidak miskin adalah daerah-daerah yang pendapatan perkapita penduduknya melebihi kebutuhan hidup sekunder.

Faktor utama kemiskinan di Indonesia menurut BPS (2004) dalam Sahdan (2005) adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang

(45)

menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan secara sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain. Karenanya, kemiskinan hanya dapat ditanggulangi apabila dimensi-dimensi lain itu diperhitungkan. Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1) Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (2) Terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) Kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; (4)Adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; (5) Adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (6) Rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; (7) Budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; (8) Tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) Pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak

berwawasan lingkungan.

2.4. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Program BLT adalah salah satu Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM). Program ini dimaksudkan pemerintah untuk membantu warga miskin sesudah adanya kenaikan harga BBM yang berakibat terhadap kenaikan biaya hidup. Penduduk yang tergolong keluarga

(46)

miskin (gakin) dianggap layak mendapat uang tunai Rp 1,2 juta per keluarga per tahun (Rp 100.000 per bulan) dan diberikan melalui empat tahap.

Penyaluran BLT tahap pertama sebesar Rp 300.000 per keluarga yang dilakukan Oktober 2005 adalah dana bantuan untuk bulan Oktober, November, dan Desember 2005. Total anggaran PKPS-BBM Rp 18,13 triliun diambil dari APBN Perubahan 2005. Program BLT tahun 2005 menyerap Rp 4,64 triliun dan berlanjut sampai tahun 2006. Selebihnya untuk pendidikan (Rp 6,27 triliun), kesehatan (Rp 3,87 triliun), dan infrastruktur (Rp 3,34 triliun).

Bantuan dana ini diberikan kepada 15,5 juta keluarga miskin yang tersebar di seluruh Indonesia. Angka 15,5 juta itu diperoleh dari pendataan yang dilakukan BPS bekerja sama dengan aparat pemerintah daerah, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan ketua rukun tetangga (RT).

Syarat mendapatkan dana bantuan langsung tunai rumah tangga harus memenuhi 14 kriteria rumah tangga miskin BPS 2005 dan rumah tangga tersebut memenuhi minimal 8 kriteria. Adapun kriteria rumah tangga miskin tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Miskin

(47)

No. Variabel kemiskinan Karakteristik Kemiskinan 1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 m2 per orang 2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Tanah/bambu/kayu murahan

3 Jenis dinding bangunan tempat tinggal Bambu/rumbai/kayu kualitas rendah/ tembok tanpa plester

4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak ada, menumpang rumah lain 5 Sumber penerangan rumah tangga Bukan listrik

6 Sumber air minum Sumur, mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan

7 Bahan bakar untuk memasak Kayu bakar/ arang/ minyak tanah 8 Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu Satu kali atau dua kali seminggu 9 Pembelian pakaian baru setiap anggota

rumah tangga setiap tahun

Tidak pernah membeli/satu stel

10 Frekuensi makan dalam sehari Satu kali/ dua kali sehari 11 Kemampuan membayar untuk berobat ke

puskesmas atau dokter

Tidak mampu membayar

12 Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh tani/ nelayan/ butuh bangunan/ pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rp. 600.000,00 per bulan 13 Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga Tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya tamatan

SD 14 Pemilikan aset/harta bergerak maupun

tidak bergerak

Tidak punya tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan barang modal lainnya.

Sumber : BPS 2005

2.5. Program Raksa Desa

Program penanggulangan kemiskinan Raksa Desa adalah program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah Daerah Jawa Barat tahun 2004. Menurut petunjuk teknis program Raksa Desa salah satu dasar hukum program Raksa Desa adalah peraturan pemerintah nomor 52 tahun 2001 tentang penyelenggaraan tugas pembantuan (lembaran negara tahun 2001 nomor 77, tambahan lembaran negara nomor 4016). Sasaran dari raksa desa adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur pedesaan, meningkatkan perekonomian masyarakat pedesaan, meningkatnya angka melek huruf dan

(48)

rata lama sekolah masyarakat pedesaan, meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu hamil dan bayi.

Program ini menurut undang-undang nomor 22 tahun 1999 pasal 100 dan pasal 107 ayat 1c menyatakan bahwa tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia. Untuk mewujudkan program tersebut maka rincian dari program Raksa Desa adalah

1. Aspek pendidikan dengan target angka melek huruf masyarakat harus mencapai angka 95 persen dan rata-rata lama sekolah masyarakat harus mencapai 7,9 tahun pada tahun 2004. Kegiatan pendukung bagi program tersebut adalah (1) Pemberantasan buta aksara bagi seluruh masyarakat dengan kegiatan kejar paket A, B berikut sarana dan prasarananya. (2) Pengenalan pendidikan usia 0-4 tahun di desa melalui posyandu. (3) Bantuan Prasarana dan sarana sekolah di desa, yang meliputi pemberian bantuan dana langsung kepada sekolah dasar dan SLTP di desa dan kegiatan pemberian subsidi atau beasiswa. Untuk menghindari dan menurunkan angka drop out pendidikan wajib sembilan tahun.

2. Aspek kesehatan dengan tujuan menurunkan angka kematian bayi baru lahir dan angka kematian ibu. Dalam rangka pencapaian umur harapan hidup (UHH) 67,1 pada tahun 2008 dengan target menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kemtian bayi (AKB), angka kemtian Balita (AKABA) dan angka kematian kasar (AKK). Maka kegiatan yang mendukung tujuan tersebut adalah (1) Peningkatan fungsi PUSKESMAS untuk dapat melayani pelayanan kegawat daruratan dasar kebidanan

(49)

(PONED). (2) Peningkatan pembangunan sarana sanitasi dasar berdasarkan masalah kesehatan di desa. (3) Pelayanan kegiatan dasar (Imunisasi, penanggulangan diare, pemberian vitamin A, dan lain-lain). (4) Penempatan program pendidikan Dokter spesialis di PUSKESMAS terpilih.

3. Aspek daya beli masyarakat yaitu dengan meningkatkan aktivitas ekonomi yang berkembang di lingkungan terdekat. Faktor keterkaitan ekonomi dengan pihak luar penting untuk meningkatkan produksi desa dan produktivitas masyarakat. Untuk itu kegiatan yang dilakukan dalam aspek daya beli adalah (1) Kegiatan penyediaan modal bagi usaha kecil dan menengah potensial. (2) Kegiatan penguatan keterkaitan usaha kecil dan menengah desa. (3) Kegiatan peningkatan bantuan teknis bagi usaha kecil dan menengah di desa.

4. Aspek sarana dan prasarana dasar adalah peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dengan penyediaan fasilitas yang utama seperti jalan, air bersih, sanitasi, listrik, dan telekomunikasi. Target untuk tahun 2004 semua desa Jawa Barat teraliri listrik. Untuk itu kegiatan yang mendukung diantaranya (1) kegiatan peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi pedesaan. (2) kegiatan penyediaan sambungan listrik pedesaan. (3) kegiatan peningkatan saluran irigasi pedesaan. (4) Kegiatan peningkatan sarana perhubungan. (5) Kegiatan peningkatan pasar desa dan kegiatan ekonomi desa lainnya (pinjaman dan lainnya).

Program ini memiliki dana Rp. 100.000.000,00 per desa dengan alokasi 60 persen untuk kegiatan Kesehatan, Pendidikan dan prasarana sedangkan 40

(50)

persen untuk kegiatan daya beli masyarakat. Program tersebut harus dilaksanakan dengan tramsparan, menggunakan pendamping atau fasilitator, terdapat pemantauan kegiatan oleh satuan pelaksana, dan pertanggungjawaban secara teknis administratif, transparan, dan partisipatif.

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual

Penelitian ini mengkaji peran pemerintah (pusat dan daerah) dalam penanggulangan kemikinan dengan fokus pada pengaruh program Kemiskinan BLT dan Raksa Desa dalam mengatasi kemiskinan rumah tangga. Di Desa Cibatok Satu program Raksa Desa dilaksanakan pada tahun 2004 hingga 2005 dan program BLT dari tahun 2005 hingga 2006.

Pengukuran karakteristik kemiskinan rumah tangga dilakukan dengan mengacu pada standar rumah tangga miskin dari BPS 2005. Sesuai dengan kriteria BKKBN untuk kepentingan penelitian ini kemiskinan rumah tangga diartikan keluarga miskin prasejahtera jika, tidak mampu makan dua kali sehari, tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, tidak bekerja dan berpergian, rumah berlantai tanah dan tidak mampu membawa keluarganya ke sarana kesehatan.

Kemiskinan rumah tangga Desa Cibatok Satu telah terjadi sejak Desa tersebut didirikan. Kemiskinan di Desa Cibatok Satu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini faktor tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu faktor kemiskinan internal rumah tangga dan faktor kemiskinan eksternal rumah tangga termasuk program Pemerintah. Faktor kemiskinan internal dan eksternal rumah tangga yang dipakai dalam penelitian ini meliputi; (1) terbatasnya kecukupan dan

(51)

24 mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) buruknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan desa yang buruk.

Program Raksa Desa dan BLT adalah program yang mempengaruhi kemiskinan rumah tangga Desa Cibatok Satu secara eksternal. Analisis Program BLT dan Raksa Desa dilakukan secara terpisah dengan responden yang berbeda untuk mengetahui kinerja dan pengaruh dari masing-masing program. Analisis pengaruh program BLT dan Raksa Desa dalam mengatasi kemiskinan rumah tangga dilakukan dengan mengkaji indikator;

1. Perubahan pada tingkat pendapatan

2. Perubahan pada kepemilikan aset kepemilikan 3. Perubahan pada pola konsumsi pangan

4. Perubahan pada tingkat mata pencaharian dan modal usaha 5. Perubahan pada tingkat akses terhadap sumber daya.

(52)

Kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok

Satu setelah menjadi peserta program BLT

dan Raksa Desa

Dianalisis dengan indikator; 1.Perubahan pada tingkat

pendapatan

2.Perubahan pada kepemilikan aset

3.Perubahan pada pola konsumsi

4.Perubahan pada mata pencaharian dan modal usaha 5.Perubahan pada akses

terhadap sumber daya. Pelaksanaan

Program BLT dan Raksa Desa

25 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Keterangan; Indikator Faktor Internal yang

mempengaruhi kemiskinan Rumah tangga

Faktor eksternal yang mempengaruhi kemiskinan Rumah tangga

-BLT

-Raksa Desa Dianalisis dengan

(53)

2.7. Hipotesis Pengarah

Mengarahkan penelitian ini dalam pengumpulan, penggalian dan analisis data, maka dirumuskan hipotesis umum dan beberapa hipotesis spesifik sebagai berikut.

Hipotesis Umum

Program BLT dan Raksa Desa berpengaruh positif terhadap upaya penanggulangan kemiskinan di Desa Cibatok Satu

Hipotesis Spesifik

1. Kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu dicirikan oleh sejumlah karakteristik yang dominan.

2. Faktor eksternal penyebab kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu adalah tata kelola pemerintahan desa yang buruk

3. Faktor internal penyebab kemiskinan rumah tangga Desa Cibatok Satu adalah tidak memiliki akses terhadap lahan

4. Program BLT dan program Raksa Desa cenderung kurang tepat dalam pelaksanaannya di lapangan.

5. Penggunaan dana dari program BLT oleh rumah tangga cenderung bersifat konsumtif untuk mengatasi kemiskinan yang dialaminya.

6. Penggunaan dana dari program Raksa Desa oleh rumah tangga cenderung digunakan untuk usaha ekonomi produktif.

7. Program BLT berpengaruh positif terhadap pengurangan angka kemiskinan di Desa Cibatok Satu.

8. Program Raksa Desa berpengaruh positif terhadap pengurangan angka kemiskinan di Desa Cibatok Satu.

(54)

2.8. Definisi Operasional

1. Bantuan langsung Tunai adalah program dari pemerintah pusat berupa bantuan dana tunai senilai Rp. 100.000,00 per bulan kepada masyarakat yang tidak mampu per kepala keluarga.

2. Program Raksa Desa adalah program penanggulangan kemiskinan dari pemerintah Daerah Jawa Barat. Berupa bantuan dana kepada setiap Desa untuk membangun sarana kesehatan, sarana pendidikan, prasarana umum dan simpan pinjam.

3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan kotor yang diperoleh selama satu bulan, baik yang diperoleh dari usaha pokok maupun usaha sampingan, maupun dari sumber-sumber lain. Pendapatan diberi sangat miskin apabila <Rp. 300.000,-, miskin >Rp. 350.000,00-600.000,- juta dan hampir miskin <RP.800.000,- per bulan

4. Banyaknya anggota keluarga adalah banyaknya individu dalam satu keluarga. Banyaknya anggota keluarga di katakan sedikit jika 1-3 orang dalam satu keluarga, sedang jika 4-5 orang, dan banyak jika >5 orang dalam satu keluarga.

5. Pekerjaan kepala keluarga adalah sumber pandapatan seorang pemimpin rumah tangga.

6. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga adalah jenjang pendidikan terakir yang ditempuh oleh seorang kepala rumah tangga

7. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan Rumah tangga Internal adalah hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan kemiskinan rumah tangga oleh hal keadaan responden yang terdapat pada

(55)

faktor kemiskinan rumah tangga menurut BPS 2004. Diantaranya akses pada terbatasnya kecukupan pangan keluarga, terbatasnya akses kesehatan, terbatasnya akses pada pendidikan, terbatasnya kesempatan bekerja, lemahnya akses modal usaha, lemahnya perlindungan aset usaha, terbatasnya akses terhadap air bersih, terbatasnya akses pada kepemilikan lahan, lemahnya partisipasi, banyaknya tanggungan keluarga.

8. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan Rumah tangga eksternal (program pemerintah adalah hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan kemiskinan Rumah tangga terdapat pada faktor kemiskinan rumah tangga menurut BPS 2004 dan oleh pemerintah. Diantaranya buruknya mutu pangan, rendahnya mutu layanan kesehatan, rendahnya mutu layanan pendidikan, buruknya mutu layanan perumahan, memburuknya kondisi lingkungan hidup, lingkungan yang tidak aman, tata kelola pemerintahan desa yang buruk dan atau korupsi.

9. Wujud program dalam pelaksanannya adalah pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dalam masyarakat dan pemanfaatan dana penanggulangan kemiskinan tersebut oleh penerima Dana

10.Pengaruh program Pemerintah adalah keadaan rumah tangga setelah kedua program selesai di laksanakan (setelah program berakhir).

11.Perubahan pada tingkat pendapatan adalah adalah kenaikan maupun penurunan pada penghasilan keseluruhan kepala rumah tangga dalam sebuah rumah tangga setelah menerima program

(56)

12.Perubahan pada pemilikan aset adalah bertambah ataupun berkurangnya aset rumah tangga (keluarga) dalam suatu rumah tangga. Seperti : pembangunan rumah, tanah, perabotan, kendaraan.

13.Perubahan pada pola konsumsi adalah bertambah ataupun berkurangnya perilaku konsumif dari keluarga dalam suatu rumah tangga. Misal pola makan bertambah, pola belanja bertambah, daya beli meningkat.

14.Perubahan pada mata pencaharian dan modal usaha adalah bertambah ataupun berkurang pekerjaan untuk menghidupi keluarga yang dimiliki kepala rumah tangga dan aset yang untuk mencari nafkah (misal toko, motor untuk “ngojeg”)

15.Perubahan pada akses terhadap sumber daya bertambah ataupun berkurangnya kemampuan keluarga untuk menjangkau sumber daya untuk menunjang hidupnya baik prasarana maupun sumber dari alam.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif (metode survei) dan metode pendekatan kualitatif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemiskinan rumah tangga Desa Cibatok Satu, menganalisis program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Raksa Desa yang telah berjalan dan pengaruhnya di desa Cibatok Satu secara mendalam. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus, dimana studi kasus yang dipilih adalah studi kasus instumental yaitu studi kasus yang dilakukan karena peneliti ingin mengkaji atas suatu kasus khusus untuk memperoleh wawasan atas suatu isu sebagai pendukung atas instrumen untuk membantu peneliti dalam memahami konsep Bantuan Langsung Tunai dan Raksa Desa.

3.2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena lokasi tersebut merupakan lokasi tempat dilaksanakannya program kemiskinan Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada tahun 2005 hingga tahun 2006 dan Raksa Desa pada tahun 2004 hingga tahun 2005. Selain itu agar peneliti dapat melakukan kajian lebih mendalam karena peneliti telah mengenal desa tersebut dengan baik. Proses penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2008.

(58)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil kuesioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan serta dengan melakukan observasi lapang.

1. Penyebaran kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada 40 orang responden (kepala keluarga) diantaranya lima orang merangkap sebagai informan dari penerima bantuan program penanggulangan kemiskinan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan 40 orang responden dengan lima orang diantaranya sebagai informan penerima bantuan program penanggulangan kemiskinan Raksa Desa serta lima orang informan kunci secara sengaja. Pemilihan responden yaitu kepala rumah tangga penerima bantuan program dilakukan dengan teknik acak terproporsi dimana, responden diambil sesuai proporsi sebaran banyaknya rumah tangga miskin dan responden tersebut dan diambil secara acak.

2. Wawancara mendalam merupakan teknik pengambilan data dengan melakukan percakapan dua arah dalam suasana kesetaraan dan akrab. Melakukan wawancara mendalam dimaksudkan adalah “temu muka” berulang antara peneliti dan tineliti dalam rangka memahami pandangan tineliti mengenai hidupnya, pengalamannya ataupun situasi sosial sebagaimana yang ia ungkapkan dalam bahasanya sendiri. Wawancara mendalam akan dilakukan kepada informan yang dipilih secara purposif berkaitan dengan penelitian ini. Informan didapat dari teknik

(59)

snowballing, yaitu teknik untuk mencari nara sumber dengan cara

berantai yang dimulai dengan aparat pemerintah seperti kepala desa. 3. Pengamatan. Pengamatan dilakukan agar peneliti dapat melihat,

merasakan, dan memaknai dunia beserta ragam peristiwa dan gejala sosial didalamnya sebagaimana tineliti melihat, merasakan dan memaknainya dan dapat memungkinkan pembentukan pengetahuan secara bersama oleh peneliti dan tineliti.

Teknik pengumpulan data sekunder atau analisis data sekunder diperoleh dari dokumen tentang kondisi umum daerah penelitian dan data tentang tata cara pelaksanaan program BLT dan Raksa Desa.

3.4Teknik Analisis Data

Teknik Analisis menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang yang digunakan untuk menelaah karakteristik dan faktor kemiskinan rumah tangga serta sejauhmana warga Desa Cibatok Satu mendapat manfaat dari program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Raksa Desa. Penelitian ini juga menggunakan matrik analisis data yaitu mengkategorikan data-data yang sesuai dan dijabarkan secara subyektif sesuai dengan sudut pandang informan dan responden. Penelitian direkam dan dicatat melalui teknik pengamatan langsung dan wawancara mendalam. Dokumentasi juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data penunjang. Pada saat penelitian berjalan, penulis melakukan analisis data bersamaan dengan proses pengumpulan data.

(60)

33 BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Desa

Desa Cibatok Satu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Jarak dari Desa Cibatok Satu ke Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah 10 kilometer, yang dapat ditempuh dengan kendaran roda dua selama 10-15 menit dan dengan kendaraan roda empat selama 30 menit. Luas wilayah Desa Cibatok Satu adalah 174 hektar (sekitar 100 hektar digunakan untuk pertanian) dengan ketinggian 250 m diatas permukaan laut dengan jumlah dan curah hujan 236 m3. Wilayah desa Cibatok Satu dibatasi oleh Desa Cimanggu Dua di sebelah utara, Desa Cibatok Dua di sebelah selatan, Desa Cicadas di sebelah timur, dan Desa Cemplang di sebelah barat.

4.2. Potensi Sumber Daya, Sarana dan Prasarana Desa

Sumber daya alam yang dominan ditemukan di Desa Cibatok Satu adalah sungai dan sumber mata air. Sungai-sungai utama yang mengalir di desa ini yaitu Sungai Cibungbulang, Sungai Ciaruteun, dan Sungai Leuwi Jengkol. Sungai-sungai ini menjadi sumber irigasi pertanian di samping sumber mata air. Sumber daya alam yang lain misalnya batu, kerikil, dan pasir dari sungai, ikan, hasil-hasil alam lainnya. (lihat Lampiran 1).

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Rumah Tangga Miskin BPS (2005)............................... 20
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Tabel karakteristik kemiskinan rumah tangga di Desa Cibatok Satu yang
Tabel 3. Karakteristik Kemiskinan Rumah Tangga di Desa Cibatok Satu
+3

Referensi

Dokumen terkait

2 Ada siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami namun kurang sesuai dengan materi yang dipelajari.. 1 Tidak ada siswa yang menanyakan hal-hal yang belum dipahami sesuai

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa undang- undang tersebut hanya mengatur tentang kewajiban dari perusahaan yang seluruh modalnya adalah modal

Hal ini disebabkan oleh pupuk organik terutama brangkasan jagung yang diaplikasikan pada pertanaman padi saat MT I belum terdekomposisi sempurna akibat pendeknya

Untuk mewujudkan tujuan ini, negara- negara anggota diminta untuk memberikan akses ke sistem transportasi yang aman, terjangkau, dapat diakses, dan berkelanjutan untuk semua

Setelah anak-anak mempelajari huruf Hijaiah, barulah mereka belajar al-Quran yang di awali dengan Juz Amma (mulai dengan al- Fatihah, kemudian surat al-Nas,

Based on their research, in this research we use tax planning, earnings pressure; debt to equity ratio; and corporate size to test whether these variables are earnings

Dari hasil uji signifikansi regresi sederhana ternyata F hitung &lt;F tabel , atau 2,712&lt; 4,35 maka hipotesis ditolak, dengan demikian, dapat disimpulan bahwa

tegangan yang tersedia di ketiga fasa tidak sama, ini dapat terjadi pada sistem distribusi.. dimana