• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN KRAMATWATU (Studi Kasus Tahun 2008 – 2009) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN KRAMATWATU (Studi Kasus Tahun 2008 – 2009) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh.

MEGA SUSTRA DEWI NIM. 062377

 

 

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I, Maulana Yusuf, S.IP M.Si, Pembimbing II, Rini Handayani, S.Si.

Kata kunci : Evaluasi Kebijakan Publik, Program Bantuan Langsung Tunai

Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan kramatwatu. Dengan rumusan masalah yaitu bagaimana evaluasi program bantuan langsung tunai selama periode tahun 2008-2009. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan evaluasi kebijakan dan bantuan langsung tunai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Subyek dari penelitian ini adalah para penerima dana bantuan langsung tunai, yang terdiri dari 3.531 orang. Berdasarkan rumus Slovin, sampel terdiri dari 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan proportionate area random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan teori evaluasi kebijakan dari Dunn yang terdiri dari 6 indikator yitu efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Penelitian ini menggunakan kuesioner, wawancara dan pengamatan. Dalam melakukan analisa data penelitian ini menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi program bantuan langsung tunai di Kecamatan Kramatwatu periode 2008-2009 sudah berjalan baik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung lebih besar dari pada ttabel (4,1 ≥ 1,296), maka evaluasi

(3)

of Social and Political. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Advisor I, Maulana Yusuf, S.IP M.Si, Advisor II, Rini Handayani, S.Si.

Keywords: Evaluation of Public Policy Program, Direct Cash Program,

(4)

Judul : EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KECAMATAN KRAMATWATU (Studi Kasus Periode Tahun

2008-2009)

Serang, Maret 2011

Skripsi Telah Disetujui untuk Diujikan

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II

Maulana Yusuf, S.IP M.Si Riny Handayani, S.Si NIP : 19760319200501101 NIP : 197601062006042007

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

(5)

Nama : Mega Sustra Dewi

NIM : 062377

Tempat Tanggal Lahir : Serang, 12 Maret 1988 Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DI KECAMATAN KRAMATWATU (studi kasus tahun 2008-2009) adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Maret 2011

(6)

NAMA : MEGA SUSTRA DEWI

NIM : 062377

JUDUL SKRIPSI : EVALUASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DI KECAMATAN KRAMATWATU (studi kasus tahun 2008-2009)

Telah diuji dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal ... bulan... tahun... dan dinyatakan LULUS/TIDAK LULUS

Serang, April, 2011 Ketua Penguji

(Listyaningsih, S.Sos., M.Si) NIP. 197603292003122001

... Anggota

(Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si) NIP. 19750312005012004

... Anggota

( Maulana Yusuf, S.IP., M.Si ) NIP.19760319200501101004

...

Mengetahui,

Dekan FISIP UNTIRTA

(Dr. A. Sihabudin, M.Si) NIP.196507042005011002

Ketua Program Studi

(7)
(8)

Persembahan:

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang

tua tercinta (ibunda dan ayahanda), adikku

tersayang, seseorang yang terkasih, serta

sahabat-sahabat terbaikku

”Kadang mengalah bukan jadi kalah dalam bersikap, karena

sesuatu akan jadi lebih baik jika kita bisa lebih mengalah

untuk sementara”

(Mega Sustra Dewi)

(9)

i

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada kata yang layak terucap selain mengucap syukur kepada sang pencipta Allah Swt yang tiada henti memberikan segores tinta semangat dan harapan, hingga akhirnya catatan akhir kuliah yang sederhana ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Dian Srimayanti, Ayahanda Helmi Syair, dan adikku Devi Aviantarani yang selalu kubanggakan. Catatan akhir kuliah ini aku persembahkan untuk kalian yang sangat berarti dalam hidup ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan pengajaran, bantuan, serta dukungan moriil dan materiil dalam upaya penyelesaian penelitian ini yang berjudul ”Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu (studi kasus tahun

2008-2009)”. Untuk itu, penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(10)

ii

3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Rahmi Winangsih, S.Sos., M.Si., Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Idi Dimyati, S.Ikom., Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Bapak Kandung Sapto N, S.Sos., M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ibu Rina Yulianti, S.IP., M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

8. Bapak Drs. Hasuri, S.E, M. Si., Dosen pembimbing akademik.

9. Bapak Maulana Yusuf, S.IP M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi, yang telah memberikan arahan dan masukannya dalam proses penyusunan skripsi.

10.Ibu Rini Handayani S.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi, yang telah memberikan arahan dan motivasinya dalam proses penyusunan skripsi.

11.Ibu Listyaningsih, S.Sos M.Si., Dosen penguji proposal skripsi, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing MPA, yang telah banyak memberikan arahan selama proses pengujian proposal skripsi dan penyusunan MPA.

(11)

iii

13.Camat Kecamatan Kramatwatu dan seluruh Pegawai di Kecamatan Kramatwatu yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian berlangsung. 14.Kepala Desa di seluruh Kecamatan Kramatwatu beserta seluruh Stafnya yang

telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian berlangsung.

15.Masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang menjadi Penerima BLT yang telah banyak memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti dalam proses penelitian.

16.Keluarga besar kakek dan nenekku yang begitu besar mendukung dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

17.dr. Luki Aditya Nugraha, penyemangat yang selalu setia menemani dan membantu penulis selama ini. Without you, I have nothing. But with you, I have everything. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

18.Sahabat-sahabat terbaikku di Bonaparte Family, Opi, Icha, Eci, Winda, Aya, Deboi, yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan serta motivasi. Arti persahabatan yang kalian berikan begitu indah dan sangat berarti semoga tali ukhuwah selalu terjalin.

(12)

iv

Selain itu, penulis sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan- kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Disisi lain, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, Maret 2011

Penulis

(13)

 

LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pembahasan Masalah ... 13

1.3 Perumusan Masalah ... 14

1.4 Tujuan Penelitian ... 14

1.5 Kegunaan Penelitian ... 15

1.6 Sistematika Penulisan ... 16

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 21

2.1 Deskripsi Teori ... 21

(14)

vi 

 

2.1.2.3 Pendekatan Evaluasi Kebijakan ... 35

2.1.3 Bantuan Langsung Tunai ... 38

2.1.3.1 Pengertian ... 38

2.1.3.2 Tujuan ... 40

2.1.3.3 Dasar Hukum ... 40

2.1.3.4 Mekanise da Tahapan Kegiatan ... 40

2.1.3.5 Organisasi Pelaksana ... 46

2.2 Kerangka Berfikir ... 46

2.3 Hipotesis ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 48

3.1 Metode Penelitian ... 48

3.2 Instrumen Penelitian ... 49

3.2.1 Jenis Data dan Sumber Data ... 51

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.2.3 Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 54

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 60

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 64

(15)

vii 

 

4.1.1.3 Sarana dan Prasarana ... 67

4.1.2 Gambaran Umum Program BLT di Kecamatan Kramatwatu . 68 4.2 Pengujian Persyaratan Statistik ... 69

4.2.1 Hasil Uji Validitas ... 69

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 73

4.3 Deskripsi Data ... 74

4.3.1 Identitas Responden ... 74

4.3.2 Analisis Data Penelitian ... 80

4.4 Pengujian Hipotesis ... 113

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian ... 116

4.6 Pembahasan ... 118

BAB V PENUTUP ... 126

5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Saran ... 127 DAFTAR PUSTAKA

(16)

viii 

 

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi Kebijakan ... 33

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen ... 49

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian dari Evaluasi Program BLT ... 50

Tabel 3.3 Jumlah Populasi Penerma BLT ... 57

Tabel 3.4 Jumlah Sampel BLT di Kecamatan Kramatwatu ... 59

Tabel 3.5 Waktu Penelitian ... 63

Tabel 4.1 Jumlah Penerima BLT di Kecamatan Kramatwatu ... 69

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisis Butir Validitas Instrumen ... 71

Tabel 4.3 Reliability Statistics ... 73

(17)

ix 

 

(18)

 

Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

Diagram 4.2 Identitas Respoden Berdasarkan Tingkat usia ... 76

Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 77

Diagram 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 78

Diagram 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Identifikasi Alamat ... 79

Diagram 4.6 Pencapaiana hasil dari pelaksanaan BLT sudah maksimal ... 81

Diagram 4.7 Kepuasaan dengan dana BLT yang telah diterima ... 82

Diagram 4.8 Program BLT meringankan beban hidup penerima BLT ... 83

Diagram 4.9 Program BLT mampu mempertahankan daya beli ... 84

Diagram 4.10 Dana BLT sebanding dengan kebutuhan masyarakat miskin ... 86

Diagram 4.11 Proses penyaluran BLT dinilai sudah tepat waktu ... 87

Diagram 4.12 Proses penyaluran BLT teratur walaupun ada pemotongan dana 88 Diagram 4.13 Dana BLT dapat bermanfaat bagi masyarakat miskin ... 90

Diagram 4.14 Penerima BLT sangat mengandalkan dana BLT ... 91

Diagram 4.15 Program BLT dapat memenuhi ekonomi penerima BLT ... 92

Diagram 4.16 Kecukupan jumlah BLT yang diterima ... 94

Diagram 4.17 Program BLT memecahkan masalah perekonomian penerima ... 95

Diagram 4.18 Pembagian BLT telah merata hanya kepada masyarakat miskin . 96 Diagram 4.19 pembagian BLT telah sesuai harapan penerima BLT ... 98

(19)

xi 

 

Diagram 4.24 Penerima BLT memahami penyebab pengurangan dana BLT .... 104

Diagram 4.25 Pengetahuan penerima BLT terhadap kriterianya ... 105

Diagram 4.26 Kriteria penerima BLT dipahami oleh penerima BLT ... 107

Diagram 4.27 Pelaksanaan BLT utamakan kepentingan masyarakat miskin ... 108

Diagram 4.28 Sasaran program BLT masyarakat sesuai kriteria program ... 109

Diagram 4.29 Program BLT meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat ... 110

Diagram 4.30 Kepuasan penerima BLT terhadap pelaksaaan program ... 111

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ditimbulkan oleh adanya ketimpangan pembangunan ekonomi suatu negara diantara pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan, sehingga hal tersebut merupakan persoalan besar bagi banyak negara di dunia untuk terus meningkatkan pembangunan ekonominya agar tidak semakin terpuruk dalam perkembangan zaman yang kian mengalami perubahan (Enda, 2005). Kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan kehidupan manusia. Sebagai sebuah persoalan kehidupan manusia, maka kemiskinan telah hadir juga dalam berbagai analisis dan kajian yang dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu pengertahuan sebagai wujud nyata dari upaya memberi jawab kepada persoalan kemiskinan. Bahkan tidak hanya sebatas itu, kemiskinan juga telah hadir dalam sejumlah kebijakan baik oleh elemen-elemen sosial masyarakat maupun pemerintah dalam menunjukkan kepedulian bersama untuk menangani persoalan kemiskinan ini.

(21)

kemiskinan ini, pemerintahan SBY-JK juga tidak mau ketinggalan, bukti nyata dari kepedulian SBY-JK adalah terlihat pada program “Bantuan Langsung Tunai”. Hal ini mulai terlaksana melalui ‘Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 2005’, tentang “Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga-Rumah Tangga Miskin di Indonesia”. Dalam petunjuk teknis penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), tujuan dari program ini dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga yang masuk kedalam kategori sangat miskin, dan hampir miskin. BLT diberikan Rp. 100.000,-/bulan. Kriteria penerima BLT sesuai dengan yang ditentukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Penerima BLT adalah rumah tangga yang memiliki kriteria : a. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m2 per

orang

(22)

c. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama-sama dengan orang lain

d. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik e. Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak

terlindungi, sungai dan air hujan

f. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah

g. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam seminggu

h. Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun

i. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari

j. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik

k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 6600.000 per bulan

(23)

m. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual minimal Rp. 500.000 seperti sepeda motor baik kredit maupun non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

(sumber : Depkominfo, 2008)

(24)

Melalui program yang kemudian dikenal sebagai “Bantuan Langsung Tunai” (BLT) ini pemerintah menyediakan dana bantuan bagi sekitar 15,5 juta Rumah Tangga Miskin. Besarnya dana adalah Rp100.000 per keluarga per bulan dan diberikan setiap tiga bulan.

Pada penyaluran tahap pertama yang direalisasikan sejak 1 Oktober 2005 pemerintah menyediakan dana sebesar Rp 4,6 triliun. Penyaluran dana kepada Rumah Tangga Miskin dilakukan oleh PT Pos Indonesia melalui kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Dalam pelaksanaan program ini tidak ditemukan adanya acuan atau pedoman umum yang berisi penjelasan menyeluruh tentang program bagi semua pihak yang berkepentingan. Acuan yang tersedia hanya berupa buku petunjuk parsial seperti petunjuk pendataan Rumah Tangga Miskin dan petunjuk pendistribusian Kartu Kompensasi BBM (KKB) yang persebarannya cenderung terbatas dikalangan internal BPS (Badan Pusat Statistik). Akibatnya, terdapat perbedaan pemahaman antar pihak terkait tentang pelaksanaan program. Instansi yang berperan dalam pelaksanaan Program BLT adalah Departemen Sosial, BPS, dan PT Pos Indonesia. Pemerintah Daerah (Pemda) pada awalnya tidak dilibatkan secara serius. Namun, dengan perkembangan pelaksanaan program pihak Pemda dan seluruh jajarannya sering diminta membantu proses pencairan dana dalam rangka meredam gejolak sosial.

(25)

Dari sudut deskriptif analisis kondisional dapat dikatakan bahwa program BLT adalah wujud dari sebuah masalah diseluruh pemerintahan negara-negara seperti Indonesia. Dimana kemiskinan adalah suatu masalah yang sangat penting dan genting untuk diperhatikan dan ditangani secara secara serius (sinar-harapan, 2007).

Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) diselenggarakan Oktober 2005 dalam rangka kebijakan pelindungan sosial (social protection) sebagai dampak pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Mekanisme yang dilakukan merupakan asistensi sosial (social assistance) yang ditujukan untuk membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi, dan meningkatkan tanggung jawab sosial bersama. Kebijakan ini juga disinergikan dengan kebijakan pemberdayaan masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Kredit Usaha Kecil dan Menengah (KUKM), sehingga skema perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. melalui BLT dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat , mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.

(26)

penurunan angka kemiskinan dari 16,7% pada tahun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Dimana target tersebut dianggap tercapai jika daya beli penduduk terus ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan. Wujud nyata dari orientasi RPJM ini dan didorong oleh membengkaknya subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) akibat dari meningkatnya harga minyak mentah di pasar Internasional, yang tentu pula mempengaruhi harga BBM dalam negeri sejak awal Maret 2005, kemudian mempengaruhi juga kenaikan harga barang-barang pokok sehari-hari (sembako), yang pada gilirannya memperlemah daya beli masyarakat.

Bantuan Langsung Tunai tahap pertama diselenggarakan pada Oktober 2005 dan tahap kedua diselenggarakan pada Juni 2008. Pengucuran tahap dua BLT mengambil nama lain, Sumbangan langsung Tunai (SLT). Perbaikan yang kentara yakni pada mekanisme pengambilannya. Jika BLT tahap pertama dilakukan dan diselenggarakan oleh perangkat desa dan/atau petugas BPS. Maka pada tahap kedua, pemerintah menunjuk Departemen Pos dan Giro untuk memanfaatkan seluruh kantor pos yang tersedia di daerah-daerah sebagai tempat pengambilan. Selain perpindahan tempat, dulunya di balai desa atau kantor kelurahan, pengambilan BLT harus juga memiliki surat keterangan khusus tentang status keluarganya. Dan hasilnya cukup menggembirakan, anomali sosial yang terjadi pada BLT tahap satu relatif berkurang pada pengucuran keduanya.

(27)

perangkat pemerintah desa, RT, RW, dan karang taruna serta melibatkan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), advokasi pemerintah daerah, dan Depdagri.

Disatu sisi, kebijakan BLT ini mungkin akan memberikan dampak positif bagi masyarakat miskin. Dengan BLT, kenaikan biaya hidup yang diakibatkan oleh kenaikan BBM secara langsung maupun dampak kenaikan harga kebutuhan pokok akibat kenaikan BBM, akan sedikit tertutupi dengan adanya dana “cuma-cuma” yang diberikan oleh pemerintah. Akan tetapi disisi yang lain kebijakan BLT ini memiliki dampak negatif yakni kebijakan ini akan berdampak negatif pada perilaku dan karakter masyarakat. Kebijakan ini sangat riskan menciptakan karakter masyarakat yang selalu dimanja dan menjadi bangsa “peminta-minta”. Selain itu, permasalahan efektifitas dan efisiensi kebijakan ini juga sangat diragukan, apalagi kalau kita melihat bahwa landasan kenaikan BBM adalah kondisi defisit keuangan negara yang semakin membengkak.

(28)

(biaya pemenuhan kebutuhan dasar dan input produksi) masyarakat miskin dengan nominal dana BLT yang diberikan, kebijakan ini akan berdampak signifikan. Apalagi, pemerintah tidak bisa menjamin efisiensi dan efektifitas penggunaan dana BLT yang diberikan kepada masyarakat.

Selain itu, dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan BLT tersebut tidak mampu memberikan dampak positif pada peningkatan produktifitas masyarakat miskin, melainkan kecenderungannya memberikan dampak negatif pada penurunan produktifitas.

Di satu sisi masih banyak adanya keluarga/rumah tangga yang sama miskinnya tetapi tidak mendapatkan BLT (undercoverage). Di sisi lain, ditemukan juga beberapa keluarga/rumah tangga mampu yang menerima BLT (leakage). Tidak ada ketentuan yang mengatur penggunaan dana BLT. Artinya, penerima dapat menggunakan dana untuk keperluan apa pun. Dalam kenyataannya, umumnya penerima menggunakan dana BLT untuk membeli beras dan minyak tanah, membayar listrik dan biaya kontrak rumah, serta melunasi utang. Selain itu, ada juga beberapa penerima yang menggunakan dana untuk biaya kesehatan dan sekolah. Hanya sedikit yang memanfaatkan dana untuk modal usaha. Setelah pembagian KKB dan pencairan dana, banyak anggota masyarakat mengajukan keberatan karena tidak memperoleh BLT. Padahal mereka telah didata atau selama ini termasuk keluarga/Rumah Tangga Miskin dalam program penanggulangan kemiskinan lainnya.

(29)

Kecamatan Kramatwatu dan dari hasil wawancara dengan beberapa kepala desa dan staf di Kecamatan Kramatwatu , terdapat beberapa permasalahan yang menjadi keluhan masyarakat miskin terkait dengan pelaksanaan program BLT tersebut, antara lain sebagaimana diuraikan di bawah ini

Sebagian besar kelurahan di Kecamatan Kramatwatu belum mampu menerapkan kriteria penerima BLT berdasarkan kriteria nasional, (sumber : hasil wawancara denga sekretaris kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu) yang berasal dari rumah tangga miskin menurut Tim Koordinasi Pusat Pemberian Subsidi Langsung Tunai. Dasar penentuan penerima BLT lebih menggutamakan data penerima BLT tahun sebelumnya, yang juga berdasarkan atas pertimbangan RT/RW setempat yang dinilai cukup mengetahui kondisi perekonomian warganya.

(30)

evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria pemerataan dan ketepatan.

Kedua, masih ditemukannya beberapa kelurahan yang belum menerapkan kriteria penerima BLT berdasarkan atas kriteria nasional. Hal tersebut disebabkan karena minimnya sosialisasi kriteria program kepada pihak kelurahan. Kurangnya sosialisasi menyebabkan beberapa kelurahan tidak mengetahui apa yang menjadi syarat penerima BLT secara nasional, melainkan lebih menggunakan data lain yang dinilai cukup menunjang untuk menentukan kriteria penerima BLT, seperti mengacu kepada data yang digunakan oleh tim kader posyandu setempat, atau lebih mempercayakan persoalan teknis penentuan penerima BLT kepada RT/RW setempat yang lebih didasarkan pada pemikirannya saja (sumber : hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini termasuk kedalam kriteria evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria responsibilitas.

(31)

Keempat, dalam pembagian pun petugas merasa kesulitan karena tidak sedikit warga di Kecamatan Kramatwatu yang menerima BLT tidak mempunyai identitas diri yang digunakan sebagai tanda bukti pengambilan dana bantuan pemerintah tersebut. Dan penerima BLT ini tidak bisa diwakilkan kepada saudara atau orang lain, harus dengan orang yang bersangkutan tersebut yang sesuai dengan data yang ada pada petugas Kecamatan Kramatwatu dan PT. Pos di Kecamatan Kramatwatu (sumber: hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini termasuk kedalam kriteria evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria efisiensi.

Kelima, warga di Kecamatan Kramatwatu juga mengeluhkan dana bantuan pemerintah ini, karena ketika kebijakan ini sudah selesai dan tidak ada tahap ketiga, maka warga akan kembali merasakan kesulitan karena tidak mendapat bantuan lagi dari pemerintah, sebagian besar warga menginginkan adanya keterampilan khusus yang diberikan pemerintah sehingga warga tidak hanya mendapatkan dana bantuan secara cuma-cuma tetapi juga modal yaitu keterampilan khusus untuk dijadikan usaha dan menyambung kehidupan mereka (sumber: hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan, Kasi Kessos Kecamatan Kramatwatu), Masalah ini termasuk kedalam kriteria evaluasi kebijakan munurut Dunn dalam kriteria efektivitas dan ketepatan.

(32)

upaya-upaya yang ditekankan pada adanya perbaikan-perbaikan secara fundamental sehingga berdasarkan atas latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan judul “ Evaluasi Program Bantuan langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu (studi

kasus periode 2008-2009”.

1.2Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang masalah, maka peneliti dapat melakukan identifikasi masalah yang terdapat dalam pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai yakni sebagai berikut :

1. Masih belum diterapkannya kriteria penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) secara merata di sejumlah kelurahan di Kecamatan Kramatwatu. 2. Aparatur setempat kurang mensosialisasikan tentang bantuan pemerintah

ini, sehingga banyak warga yang tidak mengerti tentang prosedurnya. 3. Di beberapa desa di Kecamatan Kramatwatu masih banyak yang tidak

(33)

4. Program Bantuan Langsung Tunai hanya sebatas memberikan dana yang bertujuan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Tanpa memberikan keterampilan khusus kepada masyarakat.

5. .Adanya pemotongan dana Bantuan Langsung Tunai dari setiap warga. Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu, maka peneliti melakukan batasan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut : Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu

1.3Perumusan Masalah

Dari beberapa masalah yang dikemukakan dalam identifikasi masalah, maka langkah peneliti selanjutnya adalah menetapkan masalah yang akan diteliti dalam rumusan masalah ini, adalah : Bagaimanakah evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan Kramatwatu?

1.4Tujuan Penelitian

(34)

1.5Kegunaan Penelitian

Dalam hal ini penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti, baik secara teoritis maupun praktis. Secara lebih detail penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat secara teoritis :

a. Memperbanyak khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia akademis khususnya ilmu admunistrasi negara.

b. Mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh selama dalam perkuliahan.

c. Sebagai bahan pemahaman untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara praktis :

a. Dapat memperoleh manfaat bagi diri peneliti yaitu untuk dapat memperkaya ilmu yang dimilikinya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kebijakan publik.

(35)

1.6Sistematika Penulisan

Dalam upaya untuk mempermudah cara pemahaman isi skripsi dan menyajikan uraian yang lebih jelas, terarah serta tidak menyimpang dari tujuan penulisan, maka sistematika penulisannya disusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga ke masalah yang paling spesifik. Latar belakang masalah diuraikan secara faktual dan logis.

1.2Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah adalah mengidentifikasi dikaitkan dengan tema/topik/judul dan fenomena yang kan diteliti. penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan diteliti. pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah-masalah yang akan diajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti. pembatasan masalah dapat diajukan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.

1.3Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.

1.4Tujuan Penelitian

(36)

dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian dan rumusan masalah sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.5Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis temuan penelitian.

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan tentang hierarki penulisan skripsi dalam penelitian ini

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi teori

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dana bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. deskripsi teori berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kependudukan, dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang kan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. 2.2 Kerangka Berpikir

(37)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis dirumuskan berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakana, proses pengumpulan, dan teknik penentuan kualitas instrumen (validitas dan realibiltasnya).

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Penjelasan tentang wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penetapan besar sampel, dan teknik pengambilan sampel serta rasionalisasinya.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknik analisis dan disertai rasionalisasinya. Teknik analisis data harus sesuai dengan sifat data yang diteliti.

3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

(38)

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Deskripsi obyek penelitian menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian, struktur organisasi dari populasi/sampel yang telah ditentukan, serta hal lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. 4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan, baik data kualitatif maupun data kuantitatif.

4.3 Pengujian Persyaratan Statistik

Melakukan pengujian terhadap persyaratan statistik dengan menggunakan uji statistik tertentu.

4.4 Pengujian Hipotesis

Melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik analisis statistik yang sudah ditentukan semua, seperti korelasi dan atau regresi, baik sederhana maupun ganda. Masing-masing hipotesis diuji dalam subjudul sendiri.

4.5 Interprestasi Hasil Penelitian.

Melakukan penafsiran terhadap hasil skhir pengujian hipotesis. 4.6 Pembahasan

(39)

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan

Penyimpulan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas, dan mudah dipahami. Kesimpulan penelitian sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis penelitian.

5.2Saran-saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti, baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

(40)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Dekripsi Teori

2.1.1 Konsep Kebijakan Publik

Anderson memberikan pengertian kebijakan publik seperti yang dikutip oleh Islamy (1997:19) bahwa kebijakan adalah : “public policies are those pollcles develoved by go verenmental boodles and officals”.

Anderson mengemukakan bahwa dalam mempelajari kebijakan negara seyogyanya diarahkan kepada apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Disamping itu konsep tersebut juga membedakan antara kebijakan dan keputusan yang mengandung arti pemilihan antara sejumlah alternatif yang tersedia.

Kebijakan negara dalam berbagai literatur banyak diartikan secara beragam, dan tidak satupun definisi yang benar-benar memuaskan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sebagian besar definisi yang dikemukakan oleh para ahli dipengaruhi oleh masalah-masalah tertentu yang ingin dikaji oleh para analisis kebijakan bersangkutan.

Selanjutnya menurut Islamy, implikasi dari pengertian kebijakan publik menurut Anderson di atas bahwa :

(41)

2. Kebijakan itu merupakan benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang pemerintah bermaksud akan melakukan sesuatu.

3. Kebijakan negara itu bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk tindakan pemerintahan mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

4. Kebijakan itu berisi tindakan atau pola-pola tindakan pemerintah.

5. Kebijakan pemerintah setidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundanga-undangan yang bersifat memaksa (otokratif).

Kebijakan adalah rangkaian asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan prinsip, atau maksud garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu. Contoh : kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan bangsanya.

(42)

Terminologi kebijakan publik dalam Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia menunjuk pada serangkaian peralatan pelaksanaan yang lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek anggaran dan struktur pelaksanaan. Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran tentang tingkat kepatuhan negara kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya. Dapatkah publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian persoalan yang ingin diselesaikan dan prioritasnya, dapatkah publik memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi kebijakan publik yang akan dilahirkan. Begitu juga pada tahap pelaksanaan, dapatkah publik mengawasi penyimpangan pelaksanaan, juga apakah tersedia mekanisme kontrol publik, yakni proses yang memungkinkan keberatan publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan berpengaruh secara signifikan. Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis, merupakan cerminan pendapat umum (opini publik).

(43)

yang dalam kesehariannya terlibat dalam urusan-urusan politik dan sistem politik dan dianggap sebagian besar warga sistem politik itu sebagai pihak yang bertanggung jawab atas urusan-urusan politik tadi dan berhak untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu sepanjang tindakan-tindakan tersebut masih berada dalam batas-batas peran dan kewenangan mereka.

Hakikat kebijakan negara menurut Solihin sebagai jenis tindakan yang mengarah pada tujuan yang dapat diperinci kedalam beberapa kategori, yakni :

1. Policy demams (tuntutan kebijakan) ialah tuntutan atau desakan yang diperuntukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang dilakukan oleh faktor-faktor lain, baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri, dalam sistem politik untuk melakukan tindakan tertentu atau sebaliknya tidak berbuat sesuatu terhadap masalah tertentu.

2. Policy decisions (keputusan kebijakan) ialah keputusan-keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan untuk memberikan keabsahan, kewenangan atau memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan negara. Dalam hubungan ini termasuk di dalamnya keputusan-keputusan untuk menciptakan status (ketentuan-ketentuan dasar), mencanangkan peraturan-peraturan, misalnya tentang disiplin pegawai negeri sipil.

(44)

Termasuk dalam hal ini ialah ketetapan-ketettapan MPR, keputusan Presiden, Dekrit Presiden, Peraturan-peraturan administratif dan keputusan-keputusan peradilan.

4. Policy output (keluaran kebijakan) ialah menerapkan wujud kebijakan negara yang paling dapat dilihat dan dirasakan karena menyangkut hal-hal yang nyatanya dilakukan guna merealisasikan apa yang telah digariskan dalam keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan.

5. Policy outcomes (hasil akhir kebijakan) adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah, baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya tindakan atau tindak adanya pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah tertentu yang ada dalam masyarakat.

(45)

dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.

Definisi kebijakan menurut Eulau dan Prewitt, dalam Thoha (2004 : 61), kebijakan publik dirumuskan sebagai suatu keputusan yang akan disifati oleh adanya perilaku yang konsisten dan pengulangan pada bagian dari keduanya yakni bagi orang-orang yang membuatnya dan bagi orang-orang yang melaksanakannya.

Dari beberapa definisi kebijakan publik yang telah dipaparkan oleh beberapa tokoh tersebut maka yang dimaksud dengan kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang memiliki tujuan untuk meyelesaikan suatu permasalahan dalam suatu lingkungan tertentu atau negara oleh para aktor pembuat kebijakan yang berada dalam dilingkungan tersebut.

2.1.2 Evaluasi Kebijakan

2.1.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

(46)

Evaluasi kebijakan merupakan :

“Kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Oleh karena itu, evaluasi merupakan kegiatan pemberian nilai atas sesuatu “fenomena” di dalamnya terkandung pertimbangan nilai (value judgment) tertentu.” (Mustofadijaja, 2002:45). Fenomena yang dinilai tergantung kepada konteksnya. Manakala konteksnya kebijakan publik, maka fenomena yang dinilai menurut Mustofadijaja (2002:46) adalah berkaitan dengan “tujuan, sasaran kebijakan, kelompok sasaran (target groups) yang ingin dipengaruhi, berbagai instrumen kebijakan yang akan digunakan, responsi dari lingkungan kebijakan, kinerja yang dicapai, dampak yang terjadi, dan sebagainya”. (Widodo,2007:111)

Evaluasi kebijakan publik dimaksudkan untuk melihat atau mengukur tingkat kinerja pelaksanaan suatu kebijakan publik yang latar belakang dan alasan-alasan diambilnya sesuatu kebijakan, tujuan dan kinerja kebijakan, berbagai instrumen kebijakan yang dikembangkan dan dilaksanakan, responsi kelompok sasaran dan lainnya serta konsistensi aparat, dampak yang timbul dan perubahan yang ditimbulkan, perkiraan perkembangan tanpa kehadirannya dan kemajuan yang dicapai kalau kebijakan dilanjutkan atau diperluas. Evaluasi kebijakan bisa saja mempersoalkan pada tataran “abstrak” berupa pemikiran, teori, ataupun paradigma yang mendasari suatu kebijakan apabila dipandang perlu.

Evaluasi kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat “membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan /atau target kebijakan publik yang ditentukan (Muhadjir, (1996) dalam

(47)

Dalam bukunya Agustino, (2006:118), kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :

1. Seberapa jauh kebutuhan, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu telah dicapai.

2. Apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies

sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan hak asasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan.

3. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam bagian ini elevator kebijakan harus dapat memberdayakan

output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan. Ketajaman penglihatan ini yang diperlukan oleh publik ketika melihat hasil evaluasi kebijakan, sehingga fungsinya untuk memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya menjadi realisasi dari perwujudan right to know bagi warga masyarakat.

(48)

atau diatasi. Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan yang dapat dijabarkan disini, yaitu:

1. Evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan melingkupi :

a. Seberapa jauh kebutuhan, nilai, dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan kebijakan/program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu telah tercapai.

b. Apakah tindakan yang yang telah ditempuh oleh

implementing agencies sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan-persoalan hak azasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. Hal ini diperlukan oleh para evaluator kebijakan karena jangan sampai tujuan dan sasaran dalam kebijakan publik terlaksana, tetapi ketika itu diimplementasikan banyak melanggar kehidupan warga.

c. Bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Dalam bagian ini evaluator harus dapat memberdayakan output dan outcome yang dihasilkan dari suatu implementasi kebijakan.

2. Evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

3. Evaluasi kebijakan berfungsi juga memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Sifat evaluasi menurut Dunn, (2003:608) yaitu :

1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan program. Evaluasi terutama merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program, dan bukan sekedar usaha untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi.

(49)

seluruh masyarakat, untuk menyatakan demikian, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk memecahkan masalah etrtentu.

3. Orientasi masa kini dan masa lampau. Evaluasi kebijakan diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil di masa depan. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan (ex post). Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi dilskukan (ex ante).

4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan. Evaluasi mempunyai kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus cara.

Dalam bukunya Nugroho, (2003:187-203) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan publik secara umum terdiri dari 3 hal, yaitu :

1. Evaluasi formulasi kebijakan publik. Secara umum, evaluasi formulasi kebijakan publik berkenaan dengan apakah formulasi kebijakan publik telah dilaksanakan :

a. Menggunakan pendekatan yang sesuai dengan masalah yang hendak diselesaikan, karena setiap masalah publik memerlukan model formulasi kebijakan publik yang berlainan.

b. Mengarah kepada permasalahan inti, karena setiap pemecahan masalah harus benar-benar mengarah kepada inti permasalahannya.

(50)

d. Mendayagunakan sumber daya yang ada secara optimal, baik dalam bentuk sumber daya waktu, dana, manusia, dan kondisi lingkungan strategis.

2. Evaluasi implementasi kebijakan publik. Mengikuti Prof. Sofyan Effendi, tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengitahui variasi dalam indikator-indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab dua pertanyaan pokok, yaitu :

a. Bagaima kinerja implementasi kebijakan publik ? jawabannya berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dari outcome) terhadap variabel independen tertentu.

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu ? jawabannya berkenaan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi kebijakan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang mempengaruhi (variabel

outcome) dari implementasi kebijakan.

(51)

lingkungan kebijakan publik memberikan sebuah deskripsi yang lebih jelas bagaimana konteks kebijakan dirumuskan dan konteks kebijakan diimplementasikan.

Menurut Lester dan Stewart, dalam Agustino (2006 : 185) evaluasi ditunjukan untuk melihat sebagian-sebagian kegagalan suatu kebijakan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.

Winarno, dalam Nugraha (2002 : 183-184) mengatakan bahwa : “Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauhmana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konsituennya. Evaluasi kebijakan publik harus dipahami sebagai suatu yang bersifat positif. Evaluasi bertujuan untuk mencari kekurangan dan menutup kekurangan. Menurut Winarno sesungguhnya evaluasi kebijakan publik mempunyai tiga lingkup makna, yaitu evaluasi perumusan kebijakan, evaluasi implementasi kebijakan, dan evaluasi lingkungan kebijakan”.

Menurut Jones, dalam Widodo (2007 : 113) mengartikan evaluasi kebijakan merupakan suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil-hasil kebijakan pemerintah yang mempunyai perbedaan-perbedaan yang sangat penting dalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik pengukurannya, dan metode analisisnya.

(52)

Hasil dari penilaian tersebut apakah sesuai dengan tujuan maupun target yang menjadi sasaran dan dapatkah hasil tersebut memberikan manfaat.

2.1.2.2 Kriteria Evaluasi Kebijakan

Dunn, menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan (2003 : 610) sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kriteria Evaluasi

Tipe Kriteria Pertanyaan

Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? Efisiensi Seberapa banyak usaha yang perlukan untuk

mencapai hasil yang diinginkan?

Kecukupan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

Perataan Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok-kelompok yang berbeda?

Responsibilitas Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferansi atau nilai kelompok-kelompok tertentu?

Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai?

1. Efektifitas (effectiveness)

Efektifitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan.

(53)

2. Efisiensi (effeciency)

Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi, yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.

3. Kecukupan (adequacy)

Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternative kebijakan dan hasil yang diharapkan.

4. Perataan (equity)

Kriteria perataan erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya (misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha secara adil didistribusikan. Kebijakan yang dirancang untuk mendistribusikan pendapatan, kesempatan pendidikan, atau pelayanan publik kadang-kadang direkomendasikan atas dasar kriteria kesamaan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi (misalnya, rasio biaya-laba mungkin unggul dibanding program-program lain) namun mungkin ditolak karena menghasilkan distribusi biaya dan manfaat yang tidak merata. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa kondisi. Mereka yang membutuhkan tidak menerima pelayanan sesuai dengan jumlah mereka, mereka yang paling tidak mampu membayar dibebani bagian biaya yang tidak proporsional, atau mereka yang paling menerima manfaat tidak membayar ongkos.

5. Responsibilitas (responsiveness)

Responsibilitas berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsibilitas adalah penting karena analis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

(54)

6. Ketepatan (appropriateness)

Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan dengan rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Sementara semua kriteria lainnya tidak mempersoalkan tujuan (misalnya, tidak mempertanyakan nilai efisiensi, dan perataan) kriteria ketepatan mempertanyakan apakah tujuan tersebut tepat untuk suatu masyarakat.

2.1.2.3 Pendekatan Evaluasi Kebijakan

Secara spesifik Dunn (2003 : 611-619) mengembangkan tiga pendekatan untuk penelitian evaluasi atau evaluasi kebijakan yaitu :

1. Evaluasi semu

Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode dekriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan, tanpa berusaha untuk menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasil-hasil tersebut terhadap individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan.

(55)

2. Evaluasi Formal

(56)

3. Evaluasi keputusan teoritis

Evaluasi keputusan teoritis (Decision - Theoretic Evaluation) adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan secara eksplisit dinilai oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu dan evaluasi formal di sisi lainnya, adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari pelaku kebijakan baik yang tersembunyi atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan dan target dari para pembuat kebijakan dan administrator merupakan salah satu sumber nilai, karena semua pihak yang mempunyai andil dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan target di mana kinerja nantinya akan di ukur.

(57)

2.1.3 Bantuan Langsung Tunai

2.1.3.1 Pengertian

Bantuan Langsung Tunai (BLT) adalah bantuan langsung berupa uang tunai sejumlah tertentu untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Sedangkan pengertian RTS adalah rumah tangga yang masuk kedalam kategori sangat miskin, dan hampir miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT) diberikan Rp. 100.000,-/bulan. Kriteria yang yang digunakan adalah kriteria yang telah ditentukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

Penerima BLT adalah rumah tangga yang memiliki kriteria : a. Luas lantai bangunan tempat tinggal, kurang dari 8 m2 per

orang

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester c. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau

bersama-sama dengan orang lain

d. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik e. Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak

terlindungi, sungai dan air hujan

f. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah

g. Hanya mengkonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam seminggu

(58)

i. Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari

j. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik

k. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 6600.000 per bulan

l. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah, tidak tamat SD atau hanya SD

m. Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual minimal Rp. 500.000 seperti sepeda motor baik kredit maupun non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

(sumber : Depkominfo, 2008)

(59)

2.1.3.2 Tujuan

Tujuan dari program Bantuan langsung Tunai (BLT) bagi rumah tangga sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah :

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

2.1.3.3 Dasar Hukum

Pelaksanaan penyaluran Bantuan langsung Tunai kepada rumah tangga sasaran didasarkan pada Instruksi Presiden Republik Indonesia No.3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran.

2.1.3.4 Mekanisme dan Tahapan Kegiatan

(60)

1. Sosialisasi Program Bantuan Langsung Tunai, dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, Departemen Sosial, bersama dengan Kementerian/Lembaga di Pusat bersama-sama Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, Aparat Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Karang Taruna, Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA)), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.

2. Penyiapan data rumah tangga sasaran dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS Pusat). Daftar nama dan alamat yang telah tersedia disimpan dalam sistem database BPS, Departemen Sosial dan PT Pos Indonesia.

3. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat rumah tangga sasaran dari BPS Pusat ke PT Pos Indonesia.

4. Pencetakan Kartu Kompensasi BBM (KKB) Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga sasaran berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.

5. Penandatanganan Kartu Kompensasi BBM (KKB) oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia.

6. Pengiriman Kartu Kompensasi BBM (KKB) ke kantor Pos seluruh Indonesia.

(61)

8. Penerima program keluarga harapan juga akan menerima BLT-RTS, sehingga dimasukkan sebagai rumah tangga sasaran yang masuk dalam daftar.

9. Pembagian Kartu Kompensasi BBM (KKB) kepada rumah tangga sasaran oleh petugas kantor Pos dibantu aparat desa/kelurahan, Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat, serta aparat keamanan setempat jika diperlukan.

10.Pencairan BLT-RTS oleh rumah tangga sasaran berdasarkan KKB di kantor Pos atau di lokasi-lokasi pembayaran yang telah ditetapkan. Terhadap Kartu Kompensasi BBM (KKB) penerima dilakukan pencocokan dengan Daftar Penerima (Dapem), yang kemudian dikenal sebagai KKB duplikat.

11.Pembayaran terhadap penerima Kartu Kompensasi BBM (KKB) dilakukan untuk periode Juni s.d Agustus sebesar Rp. 300.00,- dan periode September s.d Desember sebesar Rp. 400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi kewenangan dari PT. Pos Indonesia.

(62)

13.Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT-RTS oleh tim terpadu.

14.Pelaporan bulanan oleh PT. Pos Indonesia kepada Departemen Sosial.

Mekanisme dan tahapan administrasi diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerjasama antara Depsos, PT Pos Indonesia dan PT. BRI, serta Peraturan Dirjen perbendaharaan. Dalam pelaksanaan penyaluran BLT-RTS, akan dilaksanakan pemutakhiran data (updating) terhadap data rumah tangga sasaran oleh BPS dan mitra yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia. Hasil pemktahiran data tersebut akan digunakan untuk penajaman sasaran program BLT-RTS tahun 2009, Program Raskin, Program BOS, Program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Askeskin dan Program Keluarga Harapan (PKH), serta Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dengan demikian, pada masa yang akan datang akan tercipta sistem database kemiskinan yang terpadu dan lintas sektor dengan taget sasaran yang sama untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, keberlanjutan dan keterpaduan penanggulangan kemiskinan.

2.1.3.5 Organisasi Pelaksana

(63)

pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan program Bantuan Langsung Tunai untuk rumah tangga sasaran.

Penyaluran BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok masing, sehingga masing-masing lembaga bertanggung-jawab terhadap kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerjasama ini dimaksudkan untuk mempercepat proses poenyaluran dana BLT-RTS kepada kelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal. Untuk meningkatkan sinergi pelayanan yang maksimal, maka masing-masing lembaga saling berkoordinasi.

(64)

Gambar 2.1

STRUKTUR ORGANISASI

PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

Pusat

Provinsi

Kab/Kota

Kec & Desa/Kel DEPSOS

Tim Pengarah UPP-BLT Pusat

Tim Pengendalian Terpadu Tim Koordinasi Pusat

BRI & PT Pos Indonesia

Dinas Sosial Provinsi UPP-BLT Provinsi

Tim Koordinasi Provinsi

Dinas Sosial Kab/kota UUP-BLT Kab/kota

Tim Koordinasi Kab/kota BRI & PT Pos Indonesia

Kecamatan

UPP-BLT Kab/kota Kantor / Petugas Pos

(65)

2.2 Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini dimana peneliti membahas tentang Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kecamatan Kramatwatu (Studi kasus periode tahun 2008). Maka untuk mempermudah memahami alur berfikir peneliti menggambarkan kerangka berfikirnya sebagai berikut :

Gambar 2.2

Kerangka Berfikir

Feedback

Evaluasi teori William Dunn

1. Efektifitas 2. Efisiensi 3. Kecukupan 4. Perataan 5. Responsibilitas 6. Ketepatan Implementasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) Program

(66)

2.3 Hipotesis

Dalam bukunya Ulber Silalahi (2010 : 160), Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh karena itu, hipotesis selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative) dan dalam pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain. Jadi, hipotesis adalah pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan kemudian hipotesis dapat diferivikasi hanya setelah hipotesis diuji secara empiris. Tujuan pengujian hipotesis ialah untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran atau untuk menerima atau menolak jawaban tentatif. Berdasarkan atas rumusan masalah yang telah peneliti buat sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil hipotesis awal yakni :

Ho : µ ≥ 65%

Ho : “Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai di Kecamatan

Kramatwatu (studi kasus periode 2008-2009) mencapai angka minimal

(67)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut

Cresweel , dalam Silalahi (2010 : 77) mengartikan penelitian kuantitatif

merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada

pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan

angka, dan dianalisis oleh prosedur statistik untuk menentukan apakah

generalisasi prediktif teori tersebut benar. Penelitian deskriptif adalah sangat

penting untuk tiap disiplin ilmu, khususnya pada tahap awal

perkembangannya, meskipun hal ini dapat bervariasi. Pentingnya penelitian

deskriptif sangat jelas menonjol dalam ilmu-ilmu sosial. Penelitian deskriptif

menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting

sosial, atau hubungan (Silalahi, 2010 : 27). Sementara, digunakan pendekatan

metode deskriptif kuantitatif dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi dan

klarifikasi mengenai masalah yang sedang diteliti, dengan jalan

mendeskripsikan variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang

(68)

3.2 Instrumen Penelitian

Seperti telah diketahui, untuk menjawab problematika penelitian

dalam mencapai tujuan dan membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan

dalam rancangan penelitian, diperlukan data. Untuk memperoleh data yang

dimaksud, seorang peneliti biasanya menggunakan instrumen untuk

mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan suatu skala atau

instrumen pengumpulan data dalam proses penelitian sangat penting karena

kondisi data tergantung alat (instrumen) yang dibuat (Idrus, 2009 : 99).

Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket dengan jumlah

variabel sebanyak satu variabel, dan menggunakan skala Likert dalam

pengukuran jawaban dari para responden. Dengan skala Likert, maka variabel

yang akan diukur akan dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen

dalam bentuk pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen memiliki tingkatan

nilai dari sangat positif sampai sangat negatif.

Sehingga, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban dari

setiap instrumen diberi skor, yakni sebagai berikut.

Tabel 3.1

Skoring item instrumen

Pilihan Jawaban Skor

(69)

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tentang kebijakan,

tepatnya evaluasi kebijakan sehingga alat ukur yang digunakan untuk

mengukurnya adalah produk kebijakan itu sendiri yakni program Bantuan

Langsung Tunai (BLT). Untuk dapat mengukurnya maka harus dicari terlebih

dahulu indikator dari evaluasi kebijakan, dimana peneliti menggunakan teori

William Dunn untuk menentukan indikator dari evaluasi kebijakan tersebut.

Berikut ini adalah indikator dari Evaluasi Program Bantuan Langsung

Tunai (BLT).

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian dari Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai

Variabel Penelitian

Indikator Indikator No. Item

Istrumen

Evaluasi Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Efektifitas • Kepuasan penerima BLT terhadap kualitas subsidi BLT;

• Manfaat program BLT terhadap beban masyarakat miskin

1,2,3,4,5

Efisiensi • Kemampuan daya beli dan

kesesuaian dana subsidi BLT;

• Proses

pendistribusian BLT.

(70)

Kecukupan • Pemenuhan kebutuhan ekonomi;

• Kecukupan dan kuantitas BLT

11,12,13,14,15

Perataan • Pemerataan pembagian dana subsidi BLT;

• Penyampaian informasi program BLT.

16,17,18,19,20

Responsibilitas • Pemahaman rumah tangga miskin terhadap pengurangan dana BLT;

• Pengetahuan rumah tangga miskin akan kriteria penerima BLT.

21,22,23,24,25

Ketepatan • Ketepatan penerima BLT terhadap kriteria program BLT;

• Ketepatan program BLT terhadap masyarakat miskin

26,27,28,29,30

3.2.1 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dapat digunakan dalam penelitian ini merupakan

data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data Primer, yaitu data yang langsung diperoleh peneliti melalui

angket (kuesioner), wawancara (interview), dan observasi

(71)

b. Data Sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh peneliti,

namun diperoleh melalui orang lain maupun dokumen seperti, hasil

penelitian yang relevan, laporan dan catatan-catatan perusahaan atau

melalui informan yaitu, masyarakat yang memberikan keterangan

dan informasi kepada peneliti.

Sedangkan sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian

ini adalah :

a. Responden, yaitu masyarakat Kecamatan Kramatwatu yang menjadi

penerima manfaat program Bnatuan Langsung Tunai (BLT) yang

dilibatkan secara langsung dalam kegiatan penelitian ini untuk

memperoleh gambaran atas materi yang dijadikan objek penelitian.

b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Metode observasi merupakan serangkaian pengumpulan data

yang dilakukan secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian

melalui mata, telinga, dan perasaan dengan melihat fakta-fakta fisik dari

obyek yang diteliti dan mendapat masukan dari pihak-pihak terkait di

(72)

langsung di lapangan dicatat dan dirangkum untuk dijadikan data

sekunder sebagai data pendukung primer yang diperoleh dari hasil

jawaban responden melalui angket.

b. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara

langsung dengan responden baik secara terstruktur maupun tidak

terstruktur untuk mendapatkan gambaran serta informasi yang

dibutuhkan sebagai data sekunder guna mendukung data primer yang

telah peneliti dapatkan sebelumnya melalui angket.

c. Metode Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. Tipe pertanyaan dalam angket

dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni, pertanyaan terbuka, adalah

pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan

jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal dan pertanyaan

tertutup, yakni pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau

mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban

dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan metode angket dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan

pertimbangan keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga dan biaya

(73)

menjawab dengan cepat serta dapat memudahkan peneliti dalam

melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul.

d. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini untuk

mendapatkan gambaran yang tepat terhadap penelitian ini menurut

beberapa para ahli, yakni dengan cara mempelajari dan membaca

buku-buku, literatur, serta karya ilmiah yang pernah dibuat dan

dipublikasikan sebagai bahan referensi yang ada keterkaitan dengan

penulisan penelitian ini.

3.2.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Secara mendasar, validitas merupakan keadaan yang

menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu

mengukur apa yang akan diukur (Arikunto, 1995 : 219). Hasil

penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang di

teliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data itu (mengukur) valid. Valid diartikan bahwa

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Maka dari itu untuk menguji instrumen penelitian

ini agar data yang didapat valid, maka peneliti menggunakan rumus

(74)

K ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ m in 0, 0, 0, 0, 0, Keterangan : Ko Ju Ju Ju

² Ju

² Jum

Ju

Menur

memberikan

nterval koefis

00 ─ 0,199 20 ─ 0,399 40 ─ 0,599 60 ─ 0,799 80 ─ 1,000

oefisien Kor

umlah Skor D

umlah Skor D

umlah Hasil K

umlah Skor y

mlah Skor y

umlah Sampe rut Sugiyono interpretasi sien korelasi = Sang = Kur = Sed = Terc = Sang relasi Produc Dalam Sebar Dalam Sebar

Kali Skor X

yang Dikuad

yang Dikuadr

el

o (Sugiono,

i

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Evaluasi
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pelaksanaan BLT secara keseluruhan, nantinya pemerintah diharapkan memberikan laporan pertanggung jawaban oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehingga bisa diketahui

Hasil penelitian ini adalah bahwa pertanggungjawaban pidana terhadap penyimpangan Dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dilakukan oleh aparat pamong desa pada wilayah

Suatu ciri pokok dari pendekatan kebutuhan dasar adalah tekanan pada pendekatan kebutuhan dasar seluruh penduduk. Dengan demikian diharapkan dapat mendorong

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan berkat-Nya kepada penulisan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

Ada dua indikator dalam aspek ini, Indkator pertmana dalam aspek ini adalah standar dan sasaran kebijakan, yaitu kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajaran guna menambah pengetahuan dan wawasan untuk mengetahui secara langsung pengembangan dari pengaruh

Penelitian ini sejalan dengan Agus Subroto2008 yang menyatakan bahwa alokasi dana desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap bantuan langsung tunai di katakana seperti berikut

iv ABSTRAK SOSIALISASI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI DANA DESA BLT-DD DI DUSUN 2 DESA SIDOMULYO KECAMATAN SIBIRU- BIRU OLEH: ADEGITA MIRANDA NPM:71190612027 PROGRAM STUDI: