• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Faktor-faktor lingkungan kerja sangat mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik kita, sehingga diperlukan analisis langsung untuk mengetahui seberapa besar keluhan karyawan jika mengalami kelalaian akibat melanggar faktor-faktor tersebut.

BAB VI

RINGKASAN

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu menajeman yang mengatur aktivitas di dunia kerja. Jika terjadi kelalaian dalm aktivitas kerja, maka akan menyebabkan kecelakaan yang dapat menggangu kondisi fisik dan non-fisik karyawan. Hal inilah yang diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan dan apa akibat kelalaian dari insiden tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mempelajari tentang faktor-faktor lingkungan kerja.

Faktor lingkungan kerja di laboratorium menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan di dalam perusahaan. Begitu banyak penjelasan mengenai faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium. Namun, secara khusus faktor-faktor lingkungan kerja terbagi menjadi faktor kimia yang dipengaruhi oleh komposisi bahan, MSDS bahan, dan sifat dari bahan kimia. Dari hal tersebut tentunya kita dapat mengidentifikasi kelalaian apa saja yang mempengaruhi kondisi fisik dan non-fisik kita ketika menggunakan bahan kimia tersebut. Faktor biologi dipengaruhi oleh sifat bahan, kondisi fisik karyawan terutama dalam hal alergi. Faktor ergonomi berhubungan dengan kenyamanan karyawan dalam bekerja, peoses, dan kondisi fisik karyawan, serta kondisi lingkungan kerja. Sedangkan faktor psikososial berpengaruh terhadap kondisi sosia, psikologi, dan ineteraksi dalam lingkungan kerja.

Faktor-faktor lingkungan kerja juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter karyawan. Dengan menciptakan karakter yang baik, maka kondisi lingkungan kerja akan berjalan serasi, harmonis, dan positif. Salah satu kerakter yang harus ditanamkan di lingkungan kerja laboratorium adalah motivasi, manajemen kerja, perspektif yang baik, kedisiplinan, dan atitude yang baik.

BAB VII

STUDI KASUS

1. Bagaimana peran faktor ergonomi dalam lingkungan kerja? Jawab:

Peran faktor ergonomi dalam hal ini adalah meningkatkan efektifitas kerja yang dihasilkan oleh sistem kerja dengan tetap memandang manusia sebagai pusat sistem untuk mempertahankan dan meningkatkan unsur kenyamanan dan kesehatan.

2. Sebagai calon engineer, khususnya Teknik Kimia, mengapa faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari?

Jawab:

Teknik Kimia merupakan salah satu ilmu industri yang sangat penting untuk dipelajari. Karena ilmu teknik kimia berperan dalam proses, quality cotrol, pemanfaatan limbah, dan cost pabrik. Karena juga berhubungan dengan quality control sehingga pembelajaran mengenai laboratorium juga sangat penting. Dimana, sebagai calon engineer kita harus mengetahui bahan-bahan apa saja yang akan digunakan pada proses di industri tersebut. Disamping itu, spesifikasi bahan juga berperan penting karena hal ini berguna untuk menangani bahan tersebut agar memrlukan proses yang lancar dengan memperhatikan faktor-faktor apa saja jika terjadi kalalaian penggunaan bahan baku tersebut dan apa akibatnya. Dari sinilah faktor-faktor lingkungan kerja di laboratorium penting untuk dipelajari.

32

3. Diketahui suatu pabrik kimia mengalami kebakaran, jika hal itu terjadi maka bagaimana cara pencegahannya? (minimal 3)

Jawab:

Dalam kasus ini ada berbagai cara untuk menggulangi kebakan, salah satungya adalah:

a. Pengendalian Setiap Bentuk Energi :

1) Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/ perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran (pemanasan, percikan api, nyala api atau ledakan);

2) Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.

b. Penyediaan Sarana Deteksi, Alarm, Pemadam Kebakaran Dan Sarana Evakuasi:

1) Menganalisa ruangan / tempat kerja, untuk menentukan jenis detektor, alarm, alat pemadam dan sarana evakuasi yang sesuai dengan kondisi ruangan/tempat kerja;

2) Melakukan perencanaan dan pemasangan peralatan;

3) Membuat prosedur pemakaian peralatan dan sarana pemadam kebakaran; 4) Membuat tanda pemasangan peralatan pemadam kebakaran dan sarana

evakuasi;

5) Melakukan pelatihan penggunaan peralatan pemadam dan sarana evakuasi;

6) Melakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.

c. Pembentukan Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja :

1) Menghitung jumlah tenaga kerja yang berada di tempat kerja/ perusahaan. 2) Membentuk unit penanggulangan kebakaran, sesuai dengan jumlah tenaga kerja dan tingkat resiko bahaya kebakaran, besar, sedang atau kecil. Setiap 25 pekerja minimal ada 2 petugas peran kebakaran, tempat kerja yang

33

mempunyai lebih dari 300 orang atau mempunyai tingkat resiko berat, perlu adanya regu pemadam, tempat kerja yang memiliki 100 orang tenaga kerja perlu dan mempunyai, tingkat resiko bahaya sedang dan besar perlu adanya coordinator penanggulangan kebakaran.

3) Bagi tempat kerja yang mempunyai tingkat resiko besar bahaya kebakaran, maka perlu ada fire safety supervisor.

4. Jelaskan sifat-sifat bahan baku kimia yang ada di laboratorium? Jawab:

a. Bahan kimia berbahaya

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan).

Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi : b. Bahan kimia mudah meledak

Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang keras.

c. Bahan kimia mudah terbakar

Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu, Akan menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.

34

e. Bahan kimia korosif

Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan.

f. Bahan kimia radioaktif

Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan tubuh manusia.

Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan. f. Bahan kimia oksidator

Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil, mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :

– Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida, Periodat, Persulfat.

– Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat. – Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.

35

Bahan kimia reaktif

Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya, disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi.

Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :

– Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

– Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun serta bersifat korosif.

h. Bahan reaktif terhadap air

Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :

– Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca) – Logam Halida (Alumunium tibromida) – Oksida logam anhidrat (CaO)

36

Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).

i. Gas bertekanan

Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar yang diklasifikasikan menjadi:

Tabel 7.1 Klasifikasi Gas dan Bahayanya

GAS Penggunaan Bahaya

Asetilen Gas bakar Mudah terbakar,

aspiksian

Ammonia Bahan baku pupuk Beracun

Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah terbakar

Hidrogen Hidrogenasi, gas

karier

Mudah terbakar dan meledak

Nitrogen Gas pencuci,

membuat udara inert

Aspiksian

Klor Klorinasi Beracun, korosif

37

terbakar

5. Bagaimana cara identifikasi bahan kimia di laboratorium? Jawab

Bahan-bahan kimia adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan atau proses kerja serta sisa sisa proses produksi dan atau proses kerja. Potensi bahaya kimia yang memungkinkan terjadi di lingkungan kerja akibat penggunaan bahan kimia dalam proses produksi atau proses kerja. Ada dua cara praktis yang dapat digunakan untuk mengenal bahaya bahan kimia di tempat kerja, yakni :

a. Membaca Diangram Alir Produksi

Dengan melihat secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam suatu industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak berlanjut ke proses berikutnya.

b. Melakukan Survey Bahan – Bahan Kimia di Tempat Kerja

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya potensial dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja. Jadi di dalam survey ini harus mencatat dan melakukan inventarisasi terhadap semua bahan yang digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses sampai akhir proses.

DAFTAR PUSTAKA

Almustofa R. 20014. Pengaruh Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai Perum Bulog Divisi Regional Jakarta). Skripsi. Universitas Diponegoro: Semarang.

Agus, Hudoyono J. 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal Kedokteran Meditek. Vol. 17. No. 43. Januari-April 2011. Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta.

Arianto, D. A. N. 2014. Pengaruh Kedisiplinan, Lingkungan Kerja dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Pengajar. Jurnla Economia. Vol. 9. No.2. Oktober 2013. Universitas Nahdlatul Ulama: Jepara.

Arief, L. M. 2015. Lingkungan Kerja Faktor Kimia dan Biologi. Higiene Industri. Universitas Esa Unggul: Tangerang.

Christofora, D. K., Rina Oktaviana, Erna Yuliawati. 2014. Aplikasi Nordic Body Map Untuk Mengurangi Musculoskeletal Disorder Pada Pengrajin Songket. Jurnal Ilmiah Tekno. Universitas Bina Darma, Palembang.

Dahlawy, A. D. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan P.T. ANTAM Tbk., Unit Bisinis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor. Skripsi. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Grahanintyas, D. Sritomo W., dan Effi L. 2012. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja (Studi Kasus: Pabrik Teh Wonosari PTPN XII). Jurnal Teknik POMITS. Vol.1.No.1. ITS: Surabaya.

Hati, S. W. 2014. Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pembelajaran di Laboratorium Program Studi Teknik Mesi Politeknik Negeri Batam. Prosiding SNE “Pembangunan Manusia Melalui Pendidikan dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015”. Politeknik Negeri Batam: Riau.

Hendri, E. 2015. Pengaruh Lingkugan Kerja Fisik dan Non-fisik Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada P.T. Asuransi Wahana Tata Cabang Palembang. Jurnal Media Wahana Ekonomika. Vo.9 No.3, Oktober 2012. Universitas PGRI: Palembang.

International Labour Organization. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Untuk Produktivitas. SCORE: Jakarta.

Muchtaridi. 2015. Keselamatan Kerja di Laboratorium. Universitas Pandjajaran: Bandung.

Nigam, N. C., A. K. Maheswari, N. P. Rao. 2011. Safety and Health in Chemical Industry. Indian Farmers Fertiliser Cooperative Ltd., Aonla Unit.

Nisa, A. Z., dan Tri Martiana. 2013. Faktor yang Memepengaruhi Keluhan Kelelahan pada Gigi di Laboratorium Gigi Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol. 2.No. 1. Jan-Jun 2013: 61-66. Universitas Airlangga: Surabaya.

Norianggono, Y. C. P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik Terhadap Kinerja Karyawan: Studi pada P.T. Telkom Area III Jawa-Bali Nusra di Surabaya). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 8. No.2. Maret 2014. Universitas Brawijaya: Malang.

Nuraga, W. Fatma L., L. Meily K.2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerjaan yang Terpajan Dengan Bahan Kimia di Perusahaan Industri Otomitif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat. Jurnal MAKARA, Kesehatan. Vol. 12. No. 2. Desember 2008: 63-69. Universitas Indonesia: Depok.

Potu, A. 2013. Kepimipinan, Motivasi, dan Lingkungan Kerja Pengaruh Terhadap Kinerja Karyawan pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku Utara di Manado. Jurnal EMBA. Vol. 1. No.4. Desember 2013. Hal 1208-1218. Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Putra, E. D. L. 2011. Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan.

Ramadon, S. Yanti S., dan Desi K. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Produktivitas Kerja. Universitas Hassanudin:Makassar.

Setyanto, R. H., A.A. Subiyanto, dan Wiryanto. 2011. Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik Kerja Terhadap Waktu Penyelesaian Pekerjaan (Studi Laboratorium). Jurnal EKOSAIN. Vol. III. No.2, Juli 2011. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Sholihah, Q., Kuncoro Wahyudi, Dan Rahmi Fauziah. 2014. Predisposition Factors Analysis Hygienic And Healthy Behaviour Of Family Order In Lontar Pulau Laut Barat Kotabaru, South Kalimantan, Indonesia. International Journal of Academic Research. Januari 2014. EBSCO Information Service.

Sitepu H. K., Buchari, Mangara M. T. 2014. Identifikasi Tingkat Bahaya di Laboratorium Perguruan Tinggi (Studi Kasus Laboratorium di Lingkungan Departemen Teknik Industri Unversitas Sumatera Utara). Simposium Nasional RAPI XIII. ISSN 1412-9612. Unversitas Sumatera Utara: Medan.

Tresnaningsih, E. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Analisis Kesehatan. Pusat Kesehatan Kerja. SETJEN DEPKES RI: Jakarta.

Widiastuti, R. 2011. Studi Ergonomi Kognitif Untuk Mengetahui Penrunan Produktivitas Kerja Akibat Kenaikan Tingkat Kebisingan. Universitas Sarjanawinata: Yogyakarta.

Wignjosoebroto, S., Arief Rahaman,dan Dwi Pramono. 2013. Perancangan Lingklungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Back Injury dan Tingkat Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut (Studi Kasus P.T. Atak Indometal Ngingas Waru-Sidoarjo). ITS: Surabaya.

Wignjosoebroto, S. 2013. Evaluasi Ergonomis dalam Proses Perancangan Produk. Laboratorium Ergonomis dan Pernacangan Kerja. ITS: Surabaya.

Yunanda, M. A. 2013. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi pada Perum Jasa Tirta I Malang Bagian Laboratorium Kualitas Air). Universitas Brawijaya: Malang.

INDEKS

A Analisa: 10; 32 Ambang Batas: 4; 24; 26; 27. B Bahaya: 5; 13; 14; 18; 19; 23; 24; 25; 26; 27; 32; 33; 34; 35; 36. Biologi: 7; 15; 29; 30. C Cahaya 4; 5; 6; 25. D Dampak: 10; 12; 13. Dermatitis: 13; 14. Disiplin: 15; 21; 22; 23. E

Ergonomi: 15; 16; 20; 30; 31. Efisien: 1; 5; 15; 16; 18; 22. Efektivitas: 18; 31.

F

Faktor Kerja: 16

Faktor Lingkungan Kerja: 2; 3; 8; 9; 10; 11; 13; 17; 18; 22; 29. Fisik dan Non-Fifik: 1; 4; 6; 9; 11; 14; 16; 20; 21; 23; 26; 29; 30.

G Gas: 17; 23; 24; 25; 33; 34; 35; 36. H Hipertensi: 6. I Intensitas: 4; 14; 21. Industri: 2; 3; 5; 15; 23; 25; 31; 35; 36.

J Janin: 6. Jurnal: 3; 8; 9; 10; 11; 19. K Kimia: 6; 7; 10; 13; 14; 19; 20; 23; 24; 25; 26; 27; 28; 29; 30; 31; 32; 33; 34; 35; 36. Kasus: 2; 5; 9; 27; 32. K3: 1; 2; 3; 9; 10; 11; 18; 29; 30. L Laboratorium: 2; 3; 5; 8; 10; 11; 13; 15; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; 29; 30; 31; 33; 36. Lingkungan: 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10; 11; 12; 13; 15; 17; 18; 19; 21; 22; 23; 29; 30; 31; 32; 36. M Motivasi: 1; 17; 21; 22; 23; 29.

N Non-Fisik: 4; 9; 10; 12; 15; 16. O Organisasi: 1; 15; 19; 21. P Psikologi: 1; 7; 9; 11; 16; 22; 29; 30. Psikososial: 16; 17; 19; 29; 30. Persfektif: 23 Q Quality Control: 33. R Risiko: 5; 17; 18. S

Sehat: 7; 14; 19; 22; 24; 25; 26. Stress: 13; 20. T Tenaga Kerja: 4; 5; 7; 14; 20; 26; 34. U Usaha: 4; 7; 14. V Value attainment: 16. Virus: 19. W Wujud: 19 Z

Zat: 4; 6; 21.

Dokumen terkait