• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAAN

5.2. Saran

Desain instrumen pendeteksi kadar air secara keseluruhan perlu peninjauan kembali, seperti halnya pada bagian media penyimpanan bahan. Pada instrumen pendeteksi ini perlu adanya pengkalibrasian ulang sensor RH, dikarenakan hal ini bila digunakan pada suatu medium yang lebih besar akan mudah untuk melihat pengaruh yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Blundell, S. J., and K. M. Blundell. 2006. Concept in Thermal Physics. Oxford University Press US. New York.

Brock, F.V., and S. J. Richardson. 2001. Meteorogical Measurement System. Oxford University Press US. New York.

Broker, D.B., F.W. Bakker-Arkem and C.W. Hall. 1981. Draying Cereal Grains. The AVI Pub. Co., Inc.,Westport, Connecticut.

Chapman, V.J., and D.J. Chapman. 1980. Seaweeds and Their Uses. Third Edition, London- New York.

Dallas-Maxim Semiconductor. 2010. DS1307 64 x 8, Serial, I2C Real-Time Clock. http://datasheets.maxim-ic.com/en/ds/DS1307.pdf. [31 Juli 2010]. Electronics. 2010. Skema charger battery. http://www.skema

elektronika.com/power/supplies/schematics/1.html [31 Juli 2010]. Fontes, J. 2005. Humidity Sensors. In. J.Wilson (ed.). Sensor Technology

Handbook. Elsevier. Oxford : 271-285.

Henderson, S.M. and R.L. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. The AVI Pub. Co., Inc.,Westport, Connecticut.

Hall, C.W. and D.C. Davis. 1979. Processing Equipment for Agricultural Products. The AVI Pub. Co., Inc.,Westport, Connecticut.

Innovative Electronics. 2010. DT-AVR Low Cost Micro System.

http://www.innovativeelectronics.com/index_indo.php [ 18 Juli 2010]. Istini, S. dan Suhaemi. 1998, Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut, Lembaga

Oseanografi Nasional. Jakarta.

Kenny, T. 2005. Sensor Fundamentals. In. J.Wilson (ed.). Sensor Technology Handbook. Elsevier. Oxford :1-20.

Mubarak, M., 1999. PercobaanPenanaman Rumput Laut Euchema spinosium di Pulau Samaringa Kepulauan Manui. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian, Poso. Sulawesi Tengah. Ritter, M. 2007. Air Temperature Patterns.

http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/uwsp_lectures/lecture_at mospheric_temperature.html. [14 Juli 2010].

Roveti, D. K. 2001. Choosing a Humidity Sensor: A Review of Three

Technologies. http://www.sensorsmag.com/articles/0701/54/main.shtml. [2 Juli 2010].

Sensirion. 2010. SHT1x/SHT7x Humidity and Temperature Sensor. http://www.sensirion.com/images/getFile?id=25. [31 Juli 2010].

Sokhansanj, S. dan D.S. Jayas, 1995. Draying of Foodstuffs . In. A.S. Mujumdar (ed.). Handbook of Industrial Drying. Vol. 1. Marcel Dekker, Inc., New York : 589-625.

Warsito S. 1987. Teknik Ukur dan Piranti Ukur. Penerbit PT. Elex Media Komputido. Jakarta.

Webopedia. 2003. What is Microcontroller?.

http://www.webopedia.com/TERM/m/microcontroller.html [31 Juli 2010]. Wikipedia. 2010. Adaptor AC-DC.

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Adaptor.jpg [ 2 Mei 2009]. Winarno F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Yunus, A. 2003. Rancang Bangun Alat Pengukur Suhu dan Salinitas Digital Berbasis Mikrokontroler 89C51. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Zamacona, J. R. D., G. Calva, M. A. B. Saucedo, J. Castillo, dan S. Quintana. 2004. Meteorogical Unit for Didactic Uses (UMUD). Journal of Applied Research and Technology. Vol. 2(003) : 255-260.

Lampiran 1. Contoh perhitungan konversi nilai digital menjadi besaran fisik.

Apabila didapat nilai digital sebesar“1001’0011’0001”, maka dirubah menjadi bilangan desimal maka, hasilnya akan menjadi :

+

Untuk mengonversi nilai sensor menjadi besaran fisik diperlukan persamaan (1), maka hasilnya menjadi:

Misalkan suhu lingkungan sebesar 27,8°C, maka menggunakan persamaan (3), RH terkompensasi suhu adalah :

Lampiran 2. Kode pemrograman inisialisasi Mikrokontroler ATmega32.

'Inisialisasi Mikrokontroler

$regfile = "m32def.dat" ' Mikrokontroler ATmega32

$hwstack= 128 ' Ruang untuk Hardware Stack

$swstack = 128 ' Ruang untuk Software Stack

$framesize = 128 ' Ruang untuk Frame

$crystal = 4000000 ' Clock Eksternal (4 Mhz) $baud = 9600 ' UART Baudrate 9600 bps

$external Waitms ' menggunakan rutin waitms

$lib"mcsbyte.lbx" ' rutin untuk konversi 'Library DS1307

$lib"ds1307clock.lib" ' library DS1307 $lib"i2c_twi.lbx" ' hardware TWI 'Konfigurasi Pin SDA dan SCL I2C

ConfigSda = PORTC.1 ConfigScl = PORTC.0 'Alamat of ds1307

ConstDs1307w = &HD0 ' Alamat tulis DS1307

ConstDs1307r = &HD1 ' Alamat baca DS1307

ConfigClock = User ' Waktu menggunakan DS1307

DimWeekdayAsByte ' Inisialisasi Variable weekday

'Definisi Port untuk SHT11 SckAliasPORTA.6

DataoutAliasPORTA.7

DatainAliasPINA.7

DDRA =&B11111111 'Semua port A sebagai Output

ConfigPINA.6 = Output 'SCK

Lampiran 3. Kode pemrograman inisialisasi variabel, konstanta, dan deklarasi sub program.

'Variable Kontrol Sampling Interval Dim A As Byte

Dim D As Byte

Dim Z As Byte 'interval sampling

Dim Y As Byte Dim V As Byte 'Variabel SHT11 Dim Ctr As Byte Dim Dataword As Word Dim Command As Byte Dim Dis As String * 7 Dim Calc As Single Dim Calc2 As Single Dim Calc3 As Single Dim Rhlinear As Single Dim Rhlintemp As Single Dim Tempc As Single Dim Tempf As Single Dim Dp As Single Dim H As Single 'Konstanta SHT11 Const C1 = -4 Const C2 = 0.0405 Const C3 = -0.0000028 Const T1c = .01 Const T2 = .00008 Const T1f = .018 Const C4 = .4343 Const C5 = 17.62 Const C6 = 243.12

'Definisi Port Card Insertion dan indikator LED

Redled Alias PORTA.5

Ins Alias PORTA.4 Config PINA.4 = Input Config PORTA.5 = Output Dim Mmc_stat As Bit Dim Btemp1 As Byte 'Deklarasi Sub Program

Declare Sub Getsht11() 'memebaca data dari SHT11

Declare Sub Getdatetime() 'membaca tanggal dan waktu

Declare Sub Gethumi() 'menghitung RH dan Dewpoint

Declare Sub Logging() 'Merekam ke SD card

Declare Sub Settime() 'menentukan waktu

Lampiran 4. Kode pemrograman inisialisasi SD card dan membaca file konfigurasi pengguna.

'Rutin Deteksi SD card While Ins = 1

Redled = 1

Print "Card Not Detected" Wait 1 Wend Redled = 0 Waitms 200 Redled = 1 Waitms 200 Redled = 0 'Inisialisasi SD card $include "Config_MMC.bas" $include "Config_AVR-DOS.BAS" Mmc_stat = 0 If Gbdriveerror = 0 Then Btemp1 = Initfilesystem(1) If Btemp1 = 0 Then Mmc_stat = 1

Print "SD Card Ready" Else

Print "SD Card Error" Print "Error Code: " ; Btemp1 End If

End If Wait 1

'Inisialisasi awal waktu, tanggal dan interval sampling Dim _buff As String * 20

Dim S As String * 2 Dim Ff As Byte 'membaca baris pertama Ff = Freefile()

Open "SETTING.INI" For Input As #2 ' membuka file SETTING.INI Line Input #2 , _buff

S = Mid(_buff , 12 , 2) 'membaca interval sampling Z = Val(s)

'apabila 0 < interval < 59, maka interval akan menjadi 5 menit If Z > 0 And Z < 59 Then

Z = Z Else Z = 5

End If Redled = 1

'membaca baris kedua

Line Input #2 , _buff

If _buff = "SETTIME" Then ' mengatur jam dan tanggal Print "Set Time and Date"

Line Input #2 , _buff ' Membaca baris waktu S = Mid(_buff , 8 , 2) _hour = Val(s) S = Mid(_buff , 11 , 2) _min = Val(s) S = Mid(_buff , 14 , 2) _sec = Val(s) Call Settime()

Line Input #2 , _buff ' Membaca baris tanggal S = Mid(_buff , 8 , 2) _day = Val(s) S = Mid(_buff , 11 , 2) _month = Val(s) S = Mid(_buff , 14 , 2) _year = Val(s) Call Setdate() Call Getdatetime()

Print _day ; "/" ; _month ; "/" ; _year ; " " ; _hour ; ":" ; _min ; ":" ; _sec : Elseif _buff = "NOSETTIME" Then ' Membiarkan Waktu dan tanggal Print "Not set Time and Date"

Call Getdatetime()

Print _day ; "/" ; _month ; "/" ; _year ; " " ; _hour ; ":" ; _min ; ":" ; _sec : End If

Waitms 500 Close #2 Waitms 500

'menghapus file SETTING.INI Kill "SETTING.INI"

'membuat file SETTING.INI baru

Open "SETTING.INI" For Append As #2 Print #2 , "Interval : " ; Z

Print #2 , "NOSETTIME" Print #2 , "Time : hh:mm:ss" Print #2 , "Date : dd-mm-yy" Close #2

Print "SETTING.INI has been modified" Redled = 0

Lampiran 5. Kode pemrograman membuat nama file acak berdasarkan tanggal dan waktu.

Dim Filestr As String * 11 Call Getdatetime()

Filestr = Str(_day)

Filestr = Filestr + Str(_month) Filestr = Filestr + Str(_year) Filestr = Filestr + Str(_hour) Filestr = Filestr + Str(_min) Filestr = Filestr + ".txt"

Print "Logging to File : " ; Filestr

Print "Sampling Interval : " ; Z ; " Minutes": Waitms 10

Lampiran 6. Kode pemrograman looping utama.

'Rutin Utama Menulis ke SD card

If Mmc_stat = 1 Then

Open Filestr For Append As #1 Print #1 , "; "Suhu(C)" ; " " ; "RH" ; Call Logging() Call Getdatetime() A = _min Y = A + Z V = _sec

'Looping utama menulis ke SD card

Do D = 59 - Y Call Getdatetime()

If _min = 59 And _sec = V Then Y = Z - D

Elseif _min = Y And _sec = V Then Call Getdatetime() Call Logging() A = _min Y = A + Z End If Wait 1 Loop

Lampiran 7. Lokasi pengambilan data skala lapang.

(Stasiun Lapang Kelautan, Pelabuhan Ratu, Sukabumi)

Lampiran 8. Dokumentasi klasifikasi tiga perlakuan pengeringan rumput laut.

(a) Rumput laut sebelum dan sesudah pengeringan secara terbuka.

Lampiran 8. Lanjutan.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Garut, pada 7 November 1986 dari ayah yang bernama H. Apud Mahpudin dan ibunda bernama (Alm) Hj. Aas Hadjariah, S.Sos. Penulis merupakan anak kandung keenam dari enam bersaudara.

Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis pada tahun 1998 di SD Negeri Kiansantang Garut. Penulis kemudian melanjutkan sekolah pendidikan tingkat menengah di SMP Negeri 2 Garut dan lulus pada tahun 2001. Pada pendidikan tingkat atas penulis melanjutkan di SMA Negeri 1 Tarogong Kidul Garut dan lulus pada tahun 2004. Semasa SMA penulis aktif di organisasi OSIS. Setelah lulus dari SMA penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah penulis tidak hanya aktif dalam bidang akademik namun juga organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) periode 2008/2009. Penulis juga pernah membantu dosen yang diamanahkan sebagai asisten laboratorium mata kuliah Dasar-dasar Instrumentasi Kelautan tahun ajaran 2008/2009.

Dalam menyelesaikan masa studi di Institut Pertanian Bogor, penulis juga membuat skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Instrumen Pendeteksi Kadar Air Rumput Laut Berbasis Mikrokontroler”.

RANCANG BANGUN INSTRUMEN PENDETEKSI KADAR

AIR RUMPUT LAUT BERBASIS MIKROKONTROLER

ARIF RAHMAN HAKIM

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

RINGKASAN

ARIF RAHMAN HAKIM. Rancang Bangun Instrumen Pendeteksi Kadar Air Rumput Laut Berbasis Mikrokontroler. Dibimbing oleh INDRA JAYA.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September 2010. Pembuatan alat dan perancangan instrumen serta kalibrasi alat pendeteksi kadar air rumput laut dilakukan di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kalibrasi dan pengujian instrumen dilakukan dalam uji skala Laboratorium, sedangkan untuk uji lapang dilakukan di Stasiun Lapang Kelautan (SLK) Pelabuhan Ratu, Sukabumi.

Dalam pembuatan alat perangkat keras terdiri dari 5 bagian utama, yaitu: modulasi mikrokontroler ATmega32, modulasi sensor SHT11, modulasi LCD, modulasi DS1307, serta modulasi catu daya. Perancangan desain instrumen mempergunakan software Google SketchUp pro 7. Seluruh komponen yang sudah terangkai dimasukkan ke dalam casing dengan jenis bahan akrilik, dimana fungsi casing berguna untuk melindungi seluruh komponen. Alat pendeteksi ini bekerja menggunakan catu daya adaptor dengan tegangan 12 volt. Perancangan firmware dilakukan menggunakan bahasa pemrograman BASIC yang dibuat menggunakan perangkat lunak BASCOM-AVR 1.11.9.0. Firmware tersebut diunduh ke mikrokontroler Atmega32 menggunakan konektor AVROSPII. Dalam pengujian instrumen skala laboratorium dilakukan selama 2 jam untuk mengetahui kinerja dari intrumen dan interval pengambilan data per menit. Selanjutnya penelitian ini, dilakukan pengujian skala lapangan untuk pengukuran parameter dengan metode pengeringan rumput laut serta membandingkan hasil pengovenan laboratorium dengan instrumen yang sedang dikembangkan.

Hasil pengujian instrumen dalam skala laboratorium dibuat sebuah grafik. Pengolahan data dilakukan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Hasil dari menganalisisa data menunjukan bahwa kinerja dan sensitivitas alat pendeteksi dapat dikatakan bekerja dengan baik.

Pada uji coba skala lapang data yang diperoleh dibuat dalam grafik dengan perbandingan terhadap waktu. Grafik data hasil pengukuran akan dibandingkan terhadap data hasil pengovenan di laboratorium, nilai dari kedua pengukuran tersebut dapat dilihat dalam grafik model pendugaan korelasi kadar air dan kelembaban relatif (RH) dari alat dengan tiga perlakuan pengeringan. Selisih terbesar RH dari semua hari pengamatan adalah sebesar 2,4%, sedangkan selisih suhu udara terbesar sebesar 2,0°C. Dalam mencari model pendugaan korelasi antara kadar air dan kelembaban relatif (RH) dengan berbagai pendekatan, baik secara linear, eksponensial, dan logaritmik sehingga yang memiliki pendekatan lebih baik diperoleh persamaan Y=2,325x-84,17 dan nilai koefisien determinasi 0,176 hal ini dapat dijelaskan bahwa korelasi antara kedua parameter tersebut dapat bersifat linear.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis tinggi. Rumput laut digunakan secara umum oleh masyarakat nelayan dan petani rumput laut sebagai bahan makanan, obat-obatan tradisional, dan sumber pendapatan masyarakat pesisir. Namun seiring dengan berkembangnya IPTEK dewasa ini, komoditas rumput laut dapat dikembangkan dalam berbagai macam industri misalnya tekstil, kosmetik, serta kefarmasian.

Proses pengolahan komoditas rumput laut, baik secara tradisional maupun modern tidak lepas dari adanya kandungan kadar air di dalamnya. Kadar air yang cukup tinggi pada rumput laut cenderung mempercepat kerusakan dari sisi bentuk, tekstur, cita rasa serta mengurangi nilai jual di pasar. Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui proses pengeringan. Pengeringan rumput laut yang dilakukan oleh para petani masih mempergunakan pengolahan secara tradisional dengan cara penjemuran di atas para-para, dengan tujuan mengurangi kandungan airnya. Namun kendala yang dihadapi oleh pengolah rumput laut adalah belum adanya alat yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kadar air dengan cara yang sederhana dan hemat biaya.

Kegiatan penelitian ini adalah merancang bangun instrumen pendeteksi kadar air rumput laut berbasis mikrokontroler. Adapun salah satu bentuk inovasi dalam pengembangan teknologi yang berkaitan dengan kadar air adalah instrumen pengukur kelembaban relatif udara lingkungan.

1.2. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun instrumen pendeteksi kadar air rumput laut berbasis mikrokontroler. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, diharapkan instrumen ini memiliki akurasi yang cukup baik, dimensi sederhana, mudah digunakan dan hemat akan daya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput laut

Rumput laut (Seaweed) merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Rumput laut tersebut merupakan anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (Chapman dan Chapman, 1980). Sumberdaya ini biasanya ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang.

Pembudidayaan rumput laut sangat baik untuk dikembangkan di wilayah pesisir Indonesia. Salah satu spesies rumput laut yang mempunyai potensi untuk dikembangkan yaitu rumput laut spesies Euchema cotonnii sp. Pada kenyataannya untuk rumput laut spesies Euchema cottonni sp. mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan internasional yaitu sebagai penghasil ekstrak karaginan sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi (Istini dan Suhaemi, 1998).

Secara umumnya rumput laut dapat tumbuh di daerah pantai bersubtrat pasir dan karang mati. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari habitat rumput laut, antara lain : (a) dasar pasir yang tidak tercampur lumpur, (b) arus yang cukup kuat, (c) suhu dan salinitas yang cukup tinggi, (d) rumput laut tumbuh pada kedalaman laut berkisar antara 20-30 meter (Mubarak, 1999).

2.2. Kadar air

Air dalam suatu bahan berdasarkan keadaannya dapat dibedakan menjadi air bebas dan terikat. Air bebas adalah air yang terdapat pada permukaan bahan, sedangkan untuk air yang terikat adalah air yang terdapat di dalam bahan tersebut.

Air merupakan kandungan penting pada bahan makanan dan semua bahan makanan yang mengandung air memiliki jumlah yang berbeda-beda. Banyaknya air dalam suatu bahan akan menentukan kesegaran dan daya awet bahan sehingga air dalam bahan menentukan komposisi yang menentukan kualitas bahan tersebut.

Menurut Henderson dan Perry (1976), menyarankan agar kadar air bahan bisa dinyatakan dalam basis basah atau basis kering. Kadar air basis basah adalah perbandingan antara bobot air dalam bahan terhadap bobot bahan, sedangkan kadar air basis kering adalah perbandingan antara berat air bahan terhadap berat keringnya yaitu berat bahan dikurangi berat airnya.

Bahan yang disimpan dalam suatu media akan menyerap air bila berada di lingkungan yang kelembabannya tinggi dan akan melepaskan kandungan air bila RH lingkungannya rendah (Hall dan Davis, 1979), sehingga kadar air bahan akan ditentukan oleh RH lingkungannya.

Proses penentuan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu metode pengeringan (dengan oven biasa), metode destilasi, metode kimia, dan metode khusus (kromotografi nuclear magnetic reconance/NMR).

2.2.1. Kadar air keseimbangan

Kadar air keseimbangan di definisikan sebagai kadar air pada saat tekanan uap air dalam bahan seimbang dengan tekanan parsial uap air yang berada dalam lingkungan (Heldman et al, 1981), sedangkan RH pada saat tercapainya kadar air keseimbangan disebut kelembaban relatif keseimbangan. Oleh sebab itu kadar air keseimbangan bisa dipengaruhi oleh RH dan suhu lingkungan. Hal tersebut yang akan menjadi suatu acuan untuk tercapainya tujuan penelitian ini sebagai mana untuk membantu pencarian korelasi antara kadar air dengan RH.

Konsep dari kadar air keseimbangan sangat diperlukan dalam menganalisis sistem penyimpanan dan pengeringan, karena kadar air keseimbangan merupakan faktor yang menentukan tingkat kadar air minimum dari tercapainya suatu kondisi pengeringan tertentu. Dengan demikian kadar air keseimbangan dipengaruhi oleh kelembaban relatif (RH) dan suhu lingkungan.

Menurut Broker et al, (1981) bahwa ada dua cara atau metode untuk dapat menentukan kadar air keseimbangan yaitu metode statis dan dinamis. Dalam uji metode statis biasanya mempergunakan larutan kimia untuk menjaga kemantapan RH lingkungannya. Sedangkan metode dinamis mempergunakan dari pergerakan udara karena lebih cepat tapi kendalanya adalah untuk pengendalian RHnya. Pada umumnya metode dinamis dipakai untuk analisis sistem pengeringan.

2.2.2. Kadar air bahan pangan

Kadar air bahan merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen (%). Kadar air termasuk salah satu karakteristik penting pada bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citra rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan termasuk yang menentukan kesegaran daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).

Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas pangan dan daya simpan dari bahan pangan tersebut. Bahwa dalam penentuan kadar air dari bahan pangan sangat penting dalam proses pengolahan maupun produksi sehingga harus mendapatkan penanganan yang tepat. Secara umum untuk penentuan kadar air bahan dapat diperoleh dengan metode pengovenan, dimana terdapat perbedaan

antara berat bahan contoh sebelum dan sesudah dikeringkan. Kegiatan penelitian ini yang termasuk mempergunakan salah satu cara dengan metode pengovenan yang dilakukan laboratorium, untuk memperoleh nilai kadar air sebenarnya.

Prosedur metode pengovenan pada laboratorium adalah sebagai berikut, cawan porselin sebagai tempat bahan contoh (sample), pada awalnya dikeringkan terlebih dahulu diperkirakan ± 5 jam pada suhu 105˚C, kemudian di dinginkan dalam wadah desikator selama ± 30 menit dan ditimbang hingga beratnya tetap. Bahan contoh ditimbang terlebih dahulu sebesar ± 2 g (Wc) dan disimpan kembali dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 100-105˚C selama ± 5 jam atau beratnya tetap (Wb). Cawan yang berisi bahan contoh di dinginkan dalam desikator selama ± 30 menit kemudian ditimbang hingga beratnya tetap (Wa), perumusan kadar air dapat dihitung dengan persamaan :

Kadar air (%) = X100% .……(1)

dimana :

Kadar air (%) : Kandungan air dalam bentuk persen %, Wa : Berat sampel akhir,

Wb : Berat sampel pengeringan, Wc : Berat sampel awal.

2.3. Kelembaban udara

Brock and Richardson (2001) menyatakan bahwa RH merupakan rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan uap air aktual e terhadap tekanan uap jenuh es pada suhu udara T tertentu, sementara menurut Zamacona (2004) menyatakan bahwa RH adalah nilai persentase tekanan uap air jenuh yang dapat menggambarkan tekanan uap sebenarnya, dengan pengertian lain bahwa rasio

kelembaban udara di atmosfer pada saat ini dengan kelembaban maksimum yang mampu ditampung oleh atmosfer. Kelembaban relatif (RH) menggunakan satuan persen (%) dan dihitung dengan cara persamaan berikut :

RH (%) = …….(2)

dimana :

RH (%) : Kelembaban relatif campuran udara-air (%), p(H2O) : Tekanan parsial uap air dalam campuran,

p*(H2O) : Tekanan uap jenuh air pada temperature tersebut dalam campuran.

Menurut Wexler (1970) dalam Brock dan Richardson (2001), ada 6 cara mengukur kelembaban berdasarkan prinsip-prinsip fisika, yaitu : (1) penghilangan uap air dari udara basah, (2) penambahan uap air kedalam udara basah, (3) RH kesetimbangan penyerapan dari uap air, (4) pencapaian kesetimbangan dari uap menjadi cairan atau uap benda padat, (5) pengukuran parameter fisika dari uap air, dan (6) melalui reaksi kimia. Sehingga untuk mempermudah dalam pengukuran dirancang suatu alat kelembaban biasa yang disebut hydrometer, alat pengukur ini sering dipergunakan dalam pengukuran kelembaban udara di lingkungan. Dimana Hydrometer tersebut dikembangkan melalui metode kesetimbangan penyerapan dari uap air, dimana kandungan uap air yang diserap menyebabkan perubahan nilai parameter elektris seperti hambatan atau kapasitansi.

Konsep dari alat hydrometer akan dipergunakan dalam penelitian ini dengan memodifikasi dari bentuk aplikasi sebelumnya dan perumusan masalah yang telah direncanakan akan menjadi persoalan yang perlu dipecahkan. Sehingga harapan dari kegiatan penelitian ini untuk dapat mengurangi kekurangannya.

2.4. Suhu udara

Menurut Blundell dan Blundell (2006), menyatakan bahwa suhu merupakan ukuran panas atau dinginnya benda. Dapat dikatakan bahwa suatu benda lebih panas apabila memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan benda lain yang lebih dingin. Bahang dari suatu benda akan selalu mengalir ke benda yang lebih dingin. Dari sudut pandang pergerakan elektron, suhu merupakan salah satu unsur dengan perpindahan elektron. Dalam keadaan ideal, atom dalam suatu materi memiliki elektron yang berorbit pada orbit tertentu. Jika ada unsur energi dari luar yang mempengaruhi atom, maka elektron akan berpindah level ke orbit lain (eksitasi).

Akan tetapi keadaan tersebut tidak akan bertahan lama, karena elektron akan kembali ke orbitnya dan akan memberikan kembali energi dalam bentuk yang lain seperti panas, cahaya, dan radiasi lain.

Suhu udara adalah jumlah bahang yang terkandung di udara (Ritter, 2007).

Dokumen terkait