• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

6.2 Saran

1. Kepada petugas kesehatan kelurahan agar memberikan penyuluhan dan promosi lebih sering lagi kepada masyarakat terutama pasangan usia subur (PUS) tentang alat kontrasepsi MKJP agar pengetahuan dan sikap masyarakat khususnya pasangan usia subur terhadap MKJP menjadi lebih baik dan bersedia memilih MKJP sebagai alat kontrasepsi yang efisien dan efektif. 2. Diharapkan kepada petugas kesehatan maupun Petugas Lapangan KB (PLKB),

dalam memberikan konseling kepada klien agar turut menyertakan suami guna meningkatkan partisipasi suami terhadap keikutsertaan istri dalam ber-KB, agar dapat menyetujui istri dalam memilih MKJP sebagai alat kontrasepsinya. 3. Diharapkan kepada petugas KB harus memiliki skill yang terampil sesuai

dengan standart yang ditetapkan agar tujuan dari Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dapat tercapai.

4. Diharapkan partisipasi masyarakat khususnya PUS yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Medan Denai agar lebih mau membuka diri dan mau menerima informasi dan penyuluhan-penyuluhan dibidang kesehatan khususnya tentang

program KB yang diberikan oleh pihak penyelenggara KB yang ada di wilayah tersebut dan lebih memahami kembali bahwa program KB yang disampaikan tidak bertujuan untuk melawan atau menentang kepercayaan yang sudah dipegang oleh generasi-generasi yang ada sebelumnya.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung atau tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), juga merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme merespon sehingga teori Skinner disebut dengan “S-O-R” atau Stimulus

Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua respon, yaitu :

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Respon yang ditimbulkan relatif tetap. Misalnya, cahaya terang menimbulkan mata tertutup. Respon ini juga mencakup perilaku emosional seperti mendengar berita duka menjadi sedih atau menangis.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut dengan reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon. Misalnya, seseorang melaksanakan tugas dengan baik (respon terhadap tugasnya), kemudian ia memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka orang tersebut melaksanakan tugasnya dengan lebih baik lagi.

Berdasarkan teori S-O-R tersebut, perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perasaan, perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Perilaku tertutup (covert behavior) ini dapat diukur dari pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar. Misalnya, seorang remaja menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik ketika menstruasi dengan mengganti pembalut setelah penuh darah. Contoh tersebut merupakan tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik.

Berikut adalah teori S-O-R :

Bagan 2.1.Teori Stimulus Organisme Respon.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang-orang yang bersangkutan.

Adapun domain perilaku menurut Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) terhadap objek tertentu. Intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut dapat mempengaruhi hasil pengindraan dan pengetahuan seseorang. Sebagian besar, pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

Stimulus Organisme Respon Tertutup :

Pengetahuan

Respon Terbuka : Praktik/Tindakan

b. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Adapun menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2010) adalah sebagai berikut :

1) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus 2) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik.

4) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarak (2007) adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun luar sekolah (baik formal maupun nonformal) yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan ini dapat mengubah sikap dan tata laku seseorang dan kelompok serta mampu mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selain itu, pendidikan mempengaruhi proses belajar, dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi.

Sehingga semakin banyak informasi semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

2) Informasi/ media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Selain itu, informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar.

3) Sosial, budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, orang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh seiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang pengetahuan yang diperoleh dalam masalah yang dihadapi pada masa lalu. Pengelaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan yang profesional dan mengembangkan kemampuan mengambil keputusan sebagai manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial. Selain itu, mereka lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. d. Domain pengetahuan

Adapun tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini adalah cara individu recall (mengingat kembali) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang sangat rendah. Kata kerja yang digunakan adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. orang yang paham terhadap materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (nyata). Aplikasi disini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip pemecahan masalah.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain dari sintesis adalah mampu menyusun formulasi-formulasi baru. Misalnya, dapat merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada. Misalnya, membandingkan anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

e. Indikator pengetahuan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan. Cara mengukur pengetahuan kesehatan yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan tertulis atau angket/kuesioner. Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan” responden

tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden tentang variabel-variabel kesehatan. Misalnya, berapa persen responden tahu tentang cara-cara mencegah penyakit demam berdarah atau berapa persen responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2. Sikap

Sik ap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan emosi dan pendapat seseorang yang bersangkutan. Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak dan predisposisi perilaku (tindakan) (Notoatmodjo, 2010).

3. Tindakan/praktik

Tindakan/praktik merupakan salah satu bentuk perilaku, yaitu perilaku terbuka. Dimana perilaku tersebut dapat dilihat oleh orang lain dalam bentuk tindakan nyata. Tindakan ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Cara mengukur perilaku ini bisa secara langsung terhadap tindakan subjek dalam memelihara kesehatannya. Misalnya, makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizinya. Sedangkan secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

2.2.1. Determinan Perubahan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Beberapa teori mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green.

Dalam teorinya mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh masyarakat, dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :

1. Faktor perilaku (behaviour causes)

2. Faktor diluar perilaku (non-behaviour causes).

Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoadmodjo, 2003) yaitu :

1. Faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan kesehatan. Misalnya; posyandu, puskesmas, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.

3. Faktor penguat, faktor yang memperkuat atau mendorong perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor pendorong (Reinforcing factors), Menurut Green (1980) faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan, sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor, pimpinan

serikat buruh dan keluarga. Faktor – faktor pendorong meliputi petugas kesehatan dan dukungan pasangan.

1. Peran Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi, petugas kesehatan berperan alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam memberikan informasi pelayanan, informasi penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu – ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi (Budiadi,dkk, 2013)

2. Dukungan Pasangan

Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita dan pria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan (control).

Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan gender adalah suami istri diharapkan dapat menjadi motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas (BKKP, 2004).

Hartanto (2007) mengatakan bahwa metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerja sama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian membiayai pengeluaran kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

3. Kader Posyandu

Peran serta atau keikutsertaan kader Pos Pelayanan terpadu melalui berbagai organisasi dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa harus dapat terorganisir dan terencana dengan tepat dan jelas. Beberapa hal yang dapat atau perlu dipersiapkan oleh kader seharusnya sudah dimengerti dan di pahami sejak awal oleh kader posyandu. Karena disadari atau tidak keberadaan posyandu adalah sebuah usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya posyandu yang telah ada dan telah berjalan selama ini mampu lebih di tingkatkan dan dilestarikan (Rachman, 2005)

2.3 Keluarga Berencana

2.3.1 Pengertian

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif – objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak di inginkan, mendapatkan kelahiran yang memang di inginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2007)

2.4 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Metode Kontrasepsi jangka panjang adalah metode untuk menjarangkan kehamilan atau menghentikan masa subur wanita, yang terdiri dari IUD, Implant, MOW dan MOP.

2.5 Jenis – jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

2.5.1 IUD

IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan di pasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri (Niken, 2010)

2.5.2 Mekanisme Kerja IUD

Mekanisme kerja IUD yaitu :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi. 2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk pembuahan.

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati, 2009).

Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari

benang sutra tebal yang dimasukkan kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari plastik yang disebut lippes loop (Niken, 2010).

2.5.3 Efektifitas IUD/AKDR

IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100% tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).

2.5.4 Jenis IUD/AKDR Yang Beredar

Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah :

1. AKDR yang mengandung tembaga, yaitu copper T (CuT 380A) dan nova T 2. AKDR yang berkandungan hormone progesterone, yaitu Mirena.

3. Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR yang telah dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati bentuk lipes loop (Niken, 2010)

2.5.5 Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR

1. Keuntungan

a. Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan. b. Reversible dan sangat efektif.

c. Tidak mengganggu hubungan seksual. d. Metode jangka panjang (8 tahun).

e. Tidak mengganggu produksi ASI.

f. Dapat dipasang segera setelah melahirkan ataupun pasca abortus. 2. Kerugian

a. Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul.

b. Tidak mencegah infeksi menular seksual ( IMS) termasuk HIV/AIDS sehingga wanita memiliki peluang promiskuitas (berganti – ganti pasangan) tidak direkomendasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi ini.

c. Adanya perdarahan bercak selama 1 – 2 hari pasca pemasangan tetapi kemudian akan menghilang.

d. Kemungkinan terlepasnya AKDR. (Niken, 2010)

2.5.6 Waktu Pemasangan IUD

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil 2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan.

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi

5. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono, 2006).

2.6 Implant

Susuk (Implant) adalah suatu alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon ( polydimethyl siloxane ) yang berisi hormon golongan progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian dalam yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

2.6.1 Jenis-Jenis Implant

1. Norplant

Terdiri dari enam batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm , diameter 2,4 mm, berisi 36mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun. 2. Jedena dan Indoplant

Terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.

3. Implanon

Terdiri dari satu batang ilaastik lembut berongga dengan panjang kira –

kira 4,0 cm diameter 2mm, berisi 68mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun (Niken, 2010)

2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Implant

1. Keuntungan

a. Daya guna tinggi.

b. Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan. c. Tidak mempengaruhi ASI.

d. Mengurangi nyeri haid.

e. Tidak mengganggu proses senggama 2. Kerugian

a. Keluhan nyeri kepala.

b. Dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa pendarahan bercak, c. Nyeri payudara.

d. Perasaan mual.

e. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan (Niken, 2010).

2.7 Metode Operasi Wanita

Kontrasepsi ini bisa disebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut tubektomi, yaitu tindakan memotong tuba fallopi. Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturuan dalam jangka panjang sampai seumur hidup.

2.7.1 Efektifitas

1. Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 prempuan selama tahun pertama penggunaan)

2. Efektif 6 – 10 minggu setelah operasi. (Hartanto, 2004)

2.7.2 Jenis

1. Laparotomi 2. Minilaparotomi

2.7.3 Manfaat

1. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding) 2. Tidak bergantung pada factor senggama.

3. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.

4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal. 5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium)(Hartanto, 2004,).

2.7.4 Keterbatasan

1. Harus mempertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.

2. Klien dapat menyesal kemudian hari.

3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum) 4. Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. 5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis

ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi) 6. Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS (Hartanto, 2004)

2.7.5. Indikasi

1. Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup. 2. Umur 30 tahun dengan 3 anak hidup.

2.8 Faktor – Faktor yang memengaruhi dalam pemakaian Metode Kontrasepsi

Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat kontrasepsi secara berkesinambungan dan terus menerus, selain karena mereka memang sudak tidak ingin punya anak lagi atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya adalah keinginan dan kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati nuraninya bukan dari pengaruh orang lain.

Menurut Atikah, dkk (2010) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam memilih metode kontrasepsi antara lain :

1. Faktor Pasangan dan Motivasi antara lain : a. Umur

b. Gaya Hidup

c. Frekuensi Senggama

d. Jumlah Keluarga yang di inginkan

e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu 2. Faktor Kesehatan, meliputi :

a. Status kesehatan b. Riwayat Haid c. Riwayat Keluarga

d. Pemeriksaan fisik dan panggul 3. Faktor metode kontrasepsi, meliputi :

a. Efektifitas b. Efek samping

c. Biaya

Dalam memutuskan metode kontrasepsi yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh :

1. Kepentingan pribadi 2. Faktor kesehatan

3. Faktor ekonomi dan aksesbilitas 4. Faktor budaya

Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia reproduksi klien sehingga diperlukan re-evaluasi terhadap metode apa yang paling baik untuk memenuhi individual kebutuhan klien (Brahm, 2007)

2.9 Kerangka Konsep

Menurut teori Green et. al (1999) dalam Notoatmodjo (2007), kesehatan individu dan mayarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor – faktor diluar perilaku (non perilaku).

Variabel Independen Variabel Dependen

Berdasarkan kerangka konsep dapat di lihat bahwa faktor perilaku ini termasuk dalam hal tindakan pemakaian alat kontrasepsi ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi : Faktor predisposisi, faktor penguat (reinforcing) :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor). Faktor prediposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak.

2. Faktor Penguat (Reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Faktor Reinforcing : 1. Peran Petugas Kesehatan 2. Dukungan Suami 3. Kader Posyandu

penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga.

Dokumen terkait