• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2. Saran

Dari penjelasan yang ada di setiap bab yang sudah diuraikan sebelumnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis melihat bahwa pergaulan remaja saat ini sangat membutuhkan perhatian agar mereka terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan diri mereka sendiri.

1. Lingkungan pergaulan yang baik dan positif sangat di butuhkan dalam pergaulan para remaja. Pergaulan yang sehat juga di harapkan untuk terhindar dari berbagai hal yang tidak di inginkan. Seperti pergaulan yang sehat tanpa menggunakan narkoba.

2. Orang tua haruslah berperan sebagai teman yang dapat memberikan kenyamanan jangan mematahkan semangat anak dengan marah tanpa tau ada apa dibalik perbuatan yang dilakukan anaknya. Tentunya orang tua haruslah menanamkan ilmu agama yang kuat dirumah sehingga si anak harus memikirkan dua kali untuk yang akan ia lakukan, karena harus memikirkan akibat yang akan di hasilkan. Dan memberikan anak tanggung jawab atas diri mereka sendiri.

3. Hiburan atau liburan memang dibutuhkan untuk menenangkan fikiran dan tenaga, namun para remaja haruslah memanfaatkan hiburan dan liburan yang mereka lakukan dengan sebaik-baiknya sehingga bisa membuat kegiatan hiburan ataupun liburan tersebut menjadi bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan berguna untuk orang lain.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara, hal ini didasarkan atas faktor sejarah terbentuknya Kota Medan yang memiliki cikal bakal dari wilayah kekuasaan Kesultanan Deli pada waktu itu (BPS, 2010:xxxv). Secara spesifik pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Babura, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.Pada awal perkembangannya Kota Medan merupakan sebuah kampung kecil yang bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di jalur pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Deli dan sungai Babura.

Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri" sebagai cikal bakal terbentuknya sebuah kota juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat di pertemuan dua alur sungai (sungai Babura dan sungai Deli) yaitu suatu wilayah yang disebut sebagai Medan Putri.

Tujuan Nienhuys datang ke Deli adalah sebagai rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang Pieter van den Arend & Consortium (Pelzer, 1951).Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsesi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Nienhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat yang termasuk dalam konsesi tanah tersebut (Said, 1977:36-37). Konsesi tanah tersebut yang meliputi Kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman tembakau dan pala pada masa itu, menurut Said (1977:37-38) pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsesi tanah tersebut atau disebut juga perkebunan Deli Mij telah menjadi luas.

Kota Medan sebagai sebentuk wilayah perkotaan memiliki penduduk yang dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan golongan. Komposisi masyarakat

Kota Medan terdiri atas Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Karo, Pak-pak, Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Minangkabau, Tionghoa, India (Tamil, Sikh).

Komposisi masyarakat Kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di Kota Medan. Perbedaan lokasi tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di Kota Medan.

2.1.1. Kota Medan Secara Administrasi

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif,wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

2.2. Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat

kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

2.3. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikan nya menjadi jalur lalu lintas perdagangan.

Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu.Sedang dijadikanya Medan sebagai ibukota Deli juga telah medorong kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota, juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.

2.4. Kota Medan Secara Kultural

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

2.5.

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa. Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar (37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

2.6. Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis, dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan yang lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Secara administrative, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu daerah yang kaya Sumber Daya Alam (SDA), khususnya dibidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungin, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka. Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).

Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2.7. Lokasi Penelitian

Stroom adalah salah satu KTV yang sering di datangi oleh para remaja seperti Station, Jet Plane, Stroom dan sebagainya. KTV yang menjadi pusat perhatian penulis adalah KTV Stroom. Stroom berada dijalan Listrik no 2 Medan, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Stroom berada dilantai 3 di Selecta Building. Kantor-Kantor Pemerintah dan DPRD.Kantor Walikota Medan terletak di Kec. Medan Petisah ini.

Kecamatan Medan Petisah dengan luas wilayahnya 13,16 KM². Kecamatan Medan Petisah yang terdiri dari 17 lingkungan ini adalah daerah pusat perdagangan Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 67.057 jiwa. Di Kecamatan Medan Petisah ini banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan, pasar, pertokoan, perbankan dan show room. Dari Kecamatan ini terdapat produk unggulan yang merupakan industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran Bika Ambon di Jl. Majapahit Medan yang sudah sangat terkenal sebagai oleh-oleh dari Medan. Selain Bika Ambon di Kecamatan Medan Petisah ini juga terdapat industri rumah tangga lainnya seperti anyaman rotan dan konveksi pakaian jadi.

Lokasi penelitian ini adalah di kota Medan Provinsi Sumatera Utara di Jalan Listrik kelurahan Petisah Tengah, yaitu KTV Stroom yang berada di lantai 3 Selecta Building. Selecta Building terdiri dari beberapa kantor seperti Ballroom, kantor Grapari Telkomsel dan kantor asuransi Prudential.

2.7.1. Keadaan Geografis Kelurahan Petisah Tengah Kec. Medan Petisah

Kecamatan Medan Petisah terletak di Pusat Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.

Sebalah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

Sebagai informasi bagi investor dan masyarakat pada Kecamatan Medan Petisah ini terdapat :Museum Bukit Barisan, terletak di Jl. KH. Zainul Arifin, merupakan museum yang menyimpan benda- benda sejarah perjuangan ABRI dan Rakyat di

Sumatera Utara, seperti senjata, obat-obatan, seragam dan pakaian pada waktu Perang KemerdekaanIndonesia, TuguSisterCity., Hotel Best Western (Bintang 4), , Tempat Rekreasi Taman Ria, Lapangan Benteng, Stadion Sepak Bola Kebun Bunga.

Gambar 1

Peta Wilayah Petisah Tengah dan Batas-batasan Wilayah

Sumber : Googlemaps/ diakses pada 06 Oktober 2014 (data diolah oleh penulis)

Tabel 1 Batas Wilayah

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

Sebelah Utara Silalas Medn Barat

Sebelah Selatan Petisah Hulu Medan Baru

Sebelah Timur Kesawan Medan Barat

Sebelah Barat Sei Sikambing Medan Petisah

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

2.7.2. Keadaan Penduduk Kel. Petisah Tengah

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 2

Jumlah Penduduk Petisah Tengah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Usia Pria Wanita

0-12 bulan 15 17 1 – 5 tahun 110 169 6 – 10 tahun 307 369 11 – 15 tahun 301 365 16 – 20 tahun 746 809 21 – 25 tahun 566 600 26 – 30 tahun 536 573 31 – 35 tahun 514 548 36 – 40 tahun 528 580 41 – 45 tahun 514 556 46 – 50 tahun 512 578 51 – 55 tahun 526 611 56 – 60 tahun 460 533 61 – 65 tahun 324 420 66 – 70 tahun 301 380 71 – 75 tahun 272 328 ≥ 75 tahun 50 85 Total 6.582 7.464

Dari hasil data diatas jumlah penduduk Wanita lebih banyak dari penduduk pria. Adanya Urbanisasi dan Migrasi penduduk mengakibatkan terjadinya keledakan penduduk. Jumlah kepala keluarga yang tercatat dikantor Lurah Petisah Tengah adalah 2.656 KK dengan jumlah total seluruh warga yang berjumlah 14.046 orang. Tercatat 8.481 jiwa adalah suku China yang tinggal didaerah ini. Dan hanya 5.565 orang pribumi yang ada di daerah Petisah Tengah.

2.7.3. Keadaan Sosial Budaya Kel. Petisah Tengah

Indonesia terdiri dari bermacam-macam agama dan budaya. Selogan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan berbeda-beda suku agama dan bangsa namun tetap bersatu. Warga Indonesia diharuskan saling menghormati satu sama lain dan saling menghargai antar umat dan sesama. Menghargai perbedaan dan pendapat yang ada.

Tidak sedikit perbedaan suku dan agama membuat lingkungan ataupun hubungan sosial jauh dari perselisihan dan ketimpangan sosail. Mayoritas suku dan agama yang ada di Kelurahan Petisah Tengah adalah China. Keadaan lokasi yang berada di tengah kota dengan dikelilingi oleh perusahan, kantor, pasar, dan sekolah membuat lingkungan ini membuat hubungan antar tetangga menjadi tidak erat, karena selain kesibukan pekerjaan masing-masing hubungan sosial tidak begitu efektif, sehingga kurang efisien.

Tabel 3

Agama atau Kepercayaan

Agama Pria Wanita

Islam 2.290 2.595 Budha 3.156 3.470 Kristen 446 587 Katholik 475 560 Hindu 215 252 Khonghucu - - Jumlah 6.582 7.464

Sumber : Data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013

Dalam era globalisasi, dunia menjadi semakin sempit. Budaya lokal dan budaya nasional akan terhembus oleh budaya universal. Dengan demikian, akan terjadi pergeseran nilai kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Banyaknya ragam budaya yang ada di Nusantara ini membuat Indonesia menjadi semakin beraneka ragam suku budaya. Banyak suku-susku yang ada di Indonesesia dan menyebar luar di berbagai daerah di Indonesia, walaupun daerah tersebut bukannya daerah asli dari suku tersebut.

2.7.4. Keadaan Perekonomian Kelurahan Petisah Tengah

Dari hasil pengambilan data tentang perekonomian atau mata pencarian di kelurahan Petisah Tengah dapat di lihat pada tabel. 4 :

Tabel 4

Mata Pencaharian Pokok

No Jenis Pekerjaan Pria Wanita

1. Pegawai Negeri Sipil 60 orang 75 orang

2. Pedagang Keliling 25 orang -

3. Peternak 3 orang -

4. Montir 10 orang -

5. Dokter Swasta 15 orang 5 orang

6. Bidan Swasta - 2 orang

7. Pembantu Rumah Tangga - 200 orang

8. TNI 5 orang -

9. Polri 15 orang -

10. Pensiunan/PNS/TNI/polri 200 orang 75 orang

11. Pengusaha kecil dan Menengah 500 orang 500 orang

12. Pengacara 10 orang -

13. Notaris 10 orang -

14. Tukang Kusuk 6 orang 6 orang

15. Seniman/ Artis 10 orang -

16. Karyawan Swasta 1.500 orang 1.200 orang

17. Karyawan Perusahaan Pemerintah 300 orang 400 orang

18. Wiraswasta 2.000 orang 1.500 orang

19. Belum Bekerja 1.932 orang 3.507 orang

Total 6.582 orang 7.464 orang

Dari hasil data tentang perekonomian atau pekerjaan di kelurahan Petisah Tengah dapat disimpulkan bahwa pekerjaan terbanyak pada jenis pekerjaan wiraswasta yaitu sebanyak 3.500 orang yang terdiri dari Pria 2.000 orang serta Wanita 1.500 orang. Dan paling sedkit pekerjanya yaitu peternak hanya 3 orang yang terdiri pria 3 orang dan perempuan tidak ada.

2.8. Asal Mula Sejarah Karaoke

Karaoke (berasal dari bahasa Jepang) adalah sebuah bentuk hiburan di mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan lirik yang ditunjuukan pada sebuah layar televisi. Secara etimologis kata karaoke merupakan kata majemuk “kara” yang berarti “kosong” (seperti dalam karate) dan “oke” yang merupakan bentuk pendek dari “orkestra”. Karena kata majemuk ini setengah asing (inggris) dan setengah Jepang, maka ditulis dengan aksara katakana dan bukan kanji. Tempat karaoke yaitu gedung atau ruangan khusus untuk hiburan bernyanyi karaoke.

Suatu malam di awal tahun 70-an, sebuah band yang biasanya mengisi pertunjukan di sebuah bar di kota Kobe Jepang kelabakan. Pasalnya, saat akan mentas, sang gitaris tidak juga muncul, sementara para pengunjung sudah tidak sabar untuk menikmati hiburan. Akhirnya setelah berembuk dengan pemilik bar, muncullah sebuah ide. Mereka tetap menghibur para pengunjung dengan menyanyi tapi diiringi musik yang sebelumnya pernah mereka rekam. Di luar dugaan, hal itu justru mendapatkan antusiasme yang besar dari para pengunjung. Mengapa ? Karena selanjutnya para pengunjungbisa secara bergantian menyanyi

tanpa harus membuat personil band lelah memainkan music secara berulang- ulang.

2.9. Remaja KTV

Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosail yang berlangsung antara usia 10-19 tahun (Santrock, 1993).

KTV dan karaoke keluarga pada umumnya merupakan tempat yang tidak mempunyai perbedaan. KTV sesungguhnya merupakan tempat untuk karaoke seperti biasa. Namun saat ini, beberapa kelompok remaja menjadikan KTV sebagai tempat untuk dugem secara pribadi, karena tamu pengunjung pada room merupakan bagian dari kelompok ataupun teman yang sama. Sehingga saat ini, banyak remaja lebih meminati KTV di bandingkan dengan dugem di club atau pub pada umumnya.

KTV merupakan trend yang lagi di gandrungi oleh para remaja saat ini. KTV di anggap sebagai tempat untuk penghilang stres dan penat serta untuk mengembalikan mood yang hilang. Selain itu KTV di jadikan tempat ajang

Dokumen terkait