• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

2.2.3. Klasifikasi Tekanan Darah

Gambar 2.2. Tekanan darah anak laki laki (A) dan perempuan (B) umur 13 – 18 tahun bedasarkan persentil umur.

Klasifikasi tekanan darah

Definisi

Normal Kecil dari persentil 90

Prahipertensi Mulai dari persentil 90 sampai <95, atau jika tekanan darah melebihi 120/80

Hipertensi ≥ Persentil ke 95

Pada anak batasan tekanan darah ditetapkan berdasarkan pola tekanan darah anak sehat. Tekanan darah anak meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Nilai tekanan darah normal ditetapkan berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan dan umur. Anak-anak dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang berada diantara persentil 90 dan 95 dikategorikan sebagai prahipertensi. Namun anak-anak remaja yang mempunyai tekanan darah diatas 120/80 mmHg juga dinyatakan sebagai prahipertensi meskipun masih berada dibawah persentil 90. Penetapan kategori prahipertensi penting untuk melakukan intervensi pencegahan terjadinya hipertensi yang sesungguhnya. Hipertensi pada anak didefinisikan sebagai anak anak dengan tekanan darah besar dari persentil ke 95. (National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) Working Group on Children and Adolescents, 2004)

Faktor risiko terjadinya peningkatan tekanan darah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan, usia dan ras. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas/jarang olah raga, merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Pada anak anak, faktor risiko yang paling sering didapati adalah peningkatan IMT, adanya riwayat keturunan, riwayat diabetes tipe 2 dan kadar kolesterol yang tinggi. (Purwadhono, 2013)

2.3. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah

Terdapat peningkatan tekanan darah pada orang yang mengalami overweight maupun obesitas. Obesitas sendiri telah diasosiasikan secara langsung dengan hipertensi. Beberapa penjelasan yang diberikan antara lain; (1) pelepasan angiotensin dari sel adiposa sebagai substrat untuk sistem renin angiotensin, (2) kenaikan volume darah yang berhubungan dengan peningkatan massa tubuh, dan (3) naiknya viskositas darah dikarenakan pelepasan profibrinogen dan inhibitor aktivator plasminogen 1 oleh sel adiposa. (Lily,L,S, 2011). Aktivitas saraf simpatis, terutama di ginjal, juga meningkat pada orang orang dengan berat badan

berlebih. (Guyton dan Hall, 2008) Anak dengan obesitas memiliki risiko tiga kali lebih besar terkena hipertensi dibandingkan dengan yang tidak (Makmur,N.L, 2008).

Pencegahan dan penanganan obesitas penting dalam menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit vaskular. Penurunan berat dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah dan peningkatan sentsitivitas insulin. Berkurangnya rata rata berat badan sebanyak 9.2 Kg dapat diikuti dengan penurunan tekanan darah sebanyak 6.3/3.1 mmHg. Aktivitas fisik reguler memfasilitasi penurunan berat, penurunan tekanan darah dan mengurangi kemungkinan risiko penyakit kardiovaskular. (Harrison, 2010)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gundogdu (2011), dalam hipertensi akibat obesitas, fungsi ginjal yang abnormal awalnya dikarenakan peningkatan reabsorpsi tubular natrium, yang menyebabkan retensi natrium dan perluasan ekstraseluler. Peningkatan reabsorpsi natrium menghasilkan perubahan pada ginjal yang berhubungan dengan tekanan ginjal, natriuresis dan elevasi tekanan darah. Dengan demikian individu gemuk membutuhkan tekanan darah lebih tinggi untuk mempertahankan natrium dan homeostasis cairan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada negara berkembang, masalah yang ditimbulkan penyakit tidak menular semakin bertambah. Tingkat kesakitan dan kematian akibat penyakit ini menjadi masalah besar pada negara-negara tersebut, seperti halnya di Indonesia. Sebagian besar penyakit tidak menular memiliki beberapa faktor risiko yang sama, yaitu peningkatan indeks massa tubuh (IMT). (World Health Organization / WHO, 2011)

Indeks massa tubuh adalah jumlah yang dihitung dari berat dan tinggi badan anak. Bagi anak anak dan remaja, IMT dapat digunakan untuk mengukur kegemukan tubuh. Pengukuran IMT sepatutnya dilakukan kepada anak anak, karena IMT berasosiasi secara langsung dengan lemak tubuh pada anak anak dan remaja (Gundogdu, 2011). Selain itu, IMT merupakan metode mudah dan murah untuk skrining kategori berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Ada empat kategori IMT untuk anak bedasarkan CDC yaitu berat badan kurang (underweight), berat badan normal (normoweight), berat badan berlebih (overweight) dan obesitas. (Center for Disease Control / CDC, 2011)

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan kandungan lemak di jaringan adiposa. Apabila diukur dengan menggunakan IMT, orang yang menderita obesitas memiliki nilai IMT lebih besar dari 30. Prevalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara yang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memicu peningkatan tekanan darah, kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa penyakit kanker (WHO, 2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 prevalensi gemuk pada anak umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas). (RISKESDAS, 2013)

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 2008). Pada anak dan remaja,

tekanan darah diklasifikasikan bedasarkan persentil umur. Tekanan darah normal pada anak memiliki nilai dibawah persentil 90. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain adalah resistensi perifer, elastisitas pembuluh darah, volume darah dan cardiac output (Winona.edu). Faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah yaitu: asupan protein yang tinggi, kebiasaan minum kopi dan riwayat penyakit keluarga. (Rivami, 2011)

Pada anak dan remaja obesitas dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. Indeks massa tubuh mempunyai hubungan yang bermakna dengan tekanan darah sistolik. Meningkatnya IMT berarti meningkatnya kadar lemak dalam tubuh yang mengakibatkan kandungan lemak dalam darah juga meningkat. Lemak dalam darah ini mengakibatkan dinding pembuluh darah menjadi lebih sempit. Dinding pembuluh darah yang menyempit dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah akibat peningkatan IMT sangat mengkhawatirkan karena dapat memicu terjadinya berbagai komplikasi (Lily, L.S, 2011). Dari prevalensi dan uraian diatas, dapat diperkirakan bahwa efek lebih lanjut dari peningkatan IMT adalah masalah kesehatan dan ekonomi yang tidak dapat dipandang rendah. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan IMT dengan tekanan darah pada anak.

Bedasarkan uraian diatas, penulis melalui makalah ini ingin meneliti apakah terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan tekanan darah pada anak.

Dokumen terkait