• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

5.2 Saran

Menurut kesimpulan yang telah penulis jabarkan, penulis juga memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kita harus membangun dan memotivasi diri kita sendiri agar lebih menghargai dan mencintai kebudayaan kita. Sehingga kebudayaan kita tidak akan punah, sebagaimana mestinya nenek moyang kita telah mewariskan kebudayaan ini agar kebudayaan ini kita lestarikan.

2. Sebagai bahan masukan, pemerintah harus lebih memperhatikan alat musik tradisional yang kita miliki khususnya alat musik gendang

singanaki yang pada saat ini sudah jarang dan hampir punah.

3. Untuk peneliti berikutnya, penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan pedoman untuk ke depannya supaya penelitian ini tidak selesai sampai disini saja.

4. Diharapkan untuk generasi selanjutnya terkhusus untuk kebudayaan Karo agar dapat menyadari bahwa sangat penting kebudayaan ini dilestarikan agar tidak diambil oleh Negara lain.

5. Sebaiknya pembekalan magang dilakukan secara profesional sehingga terjadi keseragaman konsep tentang magang khususnya untuk jurusan Etnomusikologi.

BAB II

BIOGRAFI BAPAK HASAN BASRI BARUS

DALAM KONTEKS BUDAYA KARO DI SIMATERA UTARA

2.1 Pengertian Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, bios yang memiliki arti hidup, sedangkan graphien adalah tulis.Di dalam biografi juga terdapat fakta-fakta kehidupan seseorang serta peran pentingnya. Dan meliputi informasi yang bersifat penting namun dikisahkan dengan lengkap serta dituliskan dengan gaya cerita yang baik dan benar. Lewat biografi juga, kita dapat menemukan keteranganarti dari sebuah tindakan atau sebuah misteri yang melingkupi hidup seseorang, dan merupakan sebuah penjelasan mengenai tindakan atau perilaku hidup seseorang.Biografi juga bercerita tentang tokoh sejarah, namun tak jarang juga bercerita tentang manusia yang masih hidup.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan dari perjalanan hidup seseorang yang bersumber kepada subjek rekaan atau kisah nyata. Bahan utama yang digunakan untuk membuat biografi ini berupa benda-benda, misalnya buku harian, surat-surat, kliping, dan, koran. Bahan pendukung untuk membuat biografi antara lain, buku referensi, buku sejarah yang memaparkan peranan manusia dalam biografi tersebut.

Sebelum membuat biografi, ada beberapa pertanyaan yang harus ditujukan kepada seseorang yang ingin dijadikan sumbernya yaitu : (a) Kejadian apa yang membuat perubahan dari kehidupan orang yang dimaksud atau yang ditujukan.

(b) Apa yang membuat seseorang itu menjadi menarik untuk dibahas. (c) Apakah orang tersebut dapat mengatasi masalah dalam hidupnya sendiri. (d) Apakah orang tersebut terkait dengan kejadian yang lebih buruk atau lebih baik ataupun hidup dan mati, mengapa dan bagaimana. Ada 4 hal yang harus dicermati dalam membuat biografi yaitu :

1. Judul biografi

2. Hal yang menarik serta yang paling mengesankan untuk ditampilkan dalam Kehidupan tokoh yang diceritakan

3. Hal yang paling mengagumkan dan mengharukan yang muncul dalam Kehidupan tokoh yang diceritakan

4. Hal yang dapat dijadikan contoh atau patut untuk diteladani dari kehidupan tokoh

2.2 Alasan Dipilihnya Bapak Hasan Basri Barus

Dalam penulisan ini, penulis memilih Bapak Hasan Basri Barus sebagai objek penelitian bagi penulis, disebabkan oleh beliau mampu membuat alat musik

gendang singanaki secara manual dan beliau juga dapat memainkan alat musik

tersebut antara lain:

1. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang mampu Membuat gendang sendiri.

2. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang masih eksis dalam musik masyarakat Karo

2.3 Biografi Bapak Hasan Basri Barus

Gambar 1 : Bapak Hasan Basri Barus Dokumentasi Octica Tampubolon

Biografi dari Bapak Hasan Basri Barus dideskripsikan dalam aspek : latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, dan kehidupan sebagai pembuat alat musik khususnya gendang singanaki.

Gambar 2:Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis Dokumentasi Octica Tampubolon

2.4 Latar Belakang Keluarga

Bapak Hasan Basri Barus lahir di Pertumbuken, Desa Bunuraya, Kecamatan Tiga Panah, 01 Januari 1970.Beliau adalah anak dari almarhum J. Barus dan Siti Mariam Sembiring.Beliau merupakan anak ke dua (2) dari empat (4) bersaudara.Beliau lahir dari keturunan seorang petani.Beliau mendapat pengalaman bermain alat musik gendang singanaki dari teman-temannya.

2.5 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Hasan Basri Barus menyelesaikan pendidikannya selama 12 tahun yaitu :

1. SD NEGERI 040518 Desa Pertumbuken Kecamatan Barus Jahe (kelas 1 SD-6SD)

2. SMP MadrasahMTSN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

3. SMA Madrasah Aliyah Negeri MAN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat Setelah menyelesaikan studi pendidikannya, Bapak Hasan Basri Barus masuk ke dunia musik khususnya pemain gendang Karo, dan melanjutkan hidup di Medan dan melanjutkan hidup sebagai pemain dan pembuat alat musik gendang Karo dan menetap di Medan.

2.6 Berumah Tangga

Bapak Hasan Basri Barus menikah pada tanggal 2 Juni 2012, dan beliau menganut agama islam, suku dari beliau adalah suku Karo, sedangkan Istri dari Bapak Hasan Basri Barus ini bernama Efrida Tanjung, S.pd. dan agama yang diyakini dari istri beliau adalah agama islam, sukunya Padang Pariaman. Istri beliau ini berasal dari Sumatera Barat, Padang.Dan Ibu Efrida ini merantau ke Medan hingga akhirnya bertemu dengan beliau.Mereka menikah dan tinggal di Medan.Dari pernikahan mereka juga dikaruniai 4 orang anak.Anak mereka dua putri dan dua putra. Nama-nama dari ke empat anak itu adalah :

1. Nurul Husnah Barus (putri) lahir pada tanggal 25 Maret 1997 2. Chairul Alih Barus (putra) lahir pada tanggal 18 Juli 2000 3. Balkis Humaerah Barus (putri) lahir pada tanggal 10 Juni 2010

4. Mohammad Difan Rizky Barus (putra) lahir pada tanggal 21 September 2014

2.7 Bapak Hasan Basri Barus Sebagai Pembuat Alat Musik

Bapak Hasan Basri Barus berkecimpung membuat gendang Karo selama 2 tahun. Dan gendang singanaki yang dibuat Bapak Hasan Basri Barus ini banyak diminati oleh masyarakat, penggual, dan mahasiswa. Gendang singanaki yang telah dibuat Bapak Hasan Basri Barus sebanyak 30 alat musik khususnya gendang

singanaki. Sama halnya sebagai pembuatinstrumen musik Karo, Bapak Hasan

Basri Barus juga mampu membuat alat musik budaya Karo seperti, gendang

singanaki dan gendang singindungi, kulcapi, sarune.Bapak Hasan Basri Barus

selalu meminta pendapat dari teman-temannya.

2.8 Bapak Hasan Basri Barus sebagai pemusik tradisional

Bapak Hasan Basri Barus pernah juga belajar dari senior-seniornya yang berada di Berastagi.Berawal dari tahun 2003 beliau sebagai pemain alat musik

gong.Dan pada tahun 2005, beliau mulai meniti karirnya sebagai pemain kulcapi

dan gendang singanaki.Seiring dengan banyaknya acara-acara masyarakat Karo dan juga acara-acara budaya nasional, beliau selalu berpatisipasi dalam acara budaya Karo.Awalnya beliau mulai penaasaran untuk memainkan alat musik

gendang singanaki.Beliau juga pernah tampil dalam acara Taman Mini Indonesia,

dan juga sudah beberapa kali tampil dalam acara tahunan Festival Danau Toba.Dan terakhir beliau mengikuti acara itu pada tahun 2013 di Tuktuk, Samosir.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.Kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka ragam dan didalam tulisan ini penulis hanya terfokus pada seni musiknya saja.Danmusik juga merupakan media untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui bunyi yang berbentuk unsur dasarnya berupa irama, melodi, dan harmoni.Pada masyarakat Karo pada umumnya musik dikenal sebagai pengiring dalam berbagaiupacara adat, hiburan,dan pertunjukan. Alat musik yang digunakan salah satunya yaitu gendang singanaki.Dalam hal ini, penulisjugameneliti tentang alat musik gendang singanaki.Alat musik ini termasuk di dalam klasifikasi alat musik pukul (membranofon).Alat musik ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu, tutup atas dan tutup bawah.Gendang

Singanaki, badan gendang singanaki,dan nali sebagai penghubung tutup atas dan

tutup bawah.Pembuatan gendang singanaki di produksi secara manual atau buatan tangan manusia sendiri.

Gendang Singanaki adalahalat musik yang memiliki membran

(membranophone) yang berbentuk double konis(single head conical

drum).1

1

single head conical drumbersisi satu yang berbentuk konis

Keistimewaan dari gendang singanaki ini adalah memiliki gerantung

jenis bunyi yaitu :tang, cek,dan kok. Gendang singanaki juga berperan sebagai pembawa pola ritem repetitif (diulang-ulang) yang berguna untuk penanda pulsa dasar bagi gendang singindungi. Gendang singanaki dimainkan dengan cara ensambel. Ada beberapa alat musik yang termasuk bagian dari ensambel alat musik gendang singanaki yaitu : sarune, gendang singanaki, gendang

singindungi, penganak, dan gung. Dari kelima alat musik ini nama ensambelnya

adalah Telu Sedalanen Lima Seperangkat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang gendang singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus. Penelitian ini dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul“Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Barus di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ”. 1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik pembahasan didalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus

2. Bagaimana teknik dasar dalam memainkan gendang singanaki?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Barus

2. Untuk mengetahui teknik dasar dalam memainkan gendang

singanakibuatan Bapak Hasan Basri Barus

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Gendang singanaki.

3. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gendang

Singanaki di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah wawasan kita agar kita dapat mengetahui alat-alat musik tradisional.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1Konsep

Konsep merupakan rangkaian ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwakongkrit (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991:431). Studi disebut juga dengan kajian (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia). Kajian merupakan dari kata”kaji” yang berarti mengkaji, mempelajari,

memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Organologi adalah salah satu cabang ilmu dalam Etnomusikologi yang mengkaji jenis-jenis alat musik. Ketika berbicara tentang kajian Organologi, aspek yang dibahas adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk hiasannya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) Menurut beliau Organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dari alatmusik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya.Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Kajian Organologis Gendang SinganakiBuatan Bapak Hasan BasriBarusadalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatannya,cara memainkan, dan fungsi dari alat musik tersebut.Selanjutnya istilah dari membranophone adalah klasifikasi alat musik yang ditinjau dari selaput kulit atau plastik. (klasifikasi alat musik oleh Curt Sachs dan Hornbostel,1961).

1.4.2 Teori

Teori merupakan pendapat yang di kemukakan mengenai suatu peristiwa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian.

Dalam tulisan ini, penulis berpedoman pada teori yang di utarakan oleh Susumu Kashima (1978:174) terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA (Asia Performing Traditional Art), bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua sudut pandang yakni Studi Struktural dan Studi Fungsional. Yang dimaksud dengan Studi Struktural adalah studi yang berkaitan dengan pengamatan, pengukuran, perekaman, atau pencatatan bentuk, ukuran besar dan kecil, kontruksi serta bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan alat musik tersebut.

Sedangkan Studi Fungsional adalah memperhatikan fungsi dari alat musik dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain: membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut.Penulis juga menggunakan beberapa teori yang digunakan dalam teknik permainan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl(1963: 98 ) yaitu :

” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.”

Sedangkan mengenai klasifikasi alat musik gendang singanaki dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya.

Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

2. Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

3. Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit, 4. Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Yang termasuk ke dalam klasifikasi gendang singanaki adalah double conis

drum single head.Selain itu, setiap alat musik yang kita teliti harus diukur, di

deskripsikan, dan digambarkan dengan skala atau di foto, prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan masalah teoritis perlu dicatat.

Selain masalah deskripsi alat musik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan Etnomusikologi. Adakah alat musik yang dikeramatkan?Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatannya?

Gendang singanaki disebut juga double conical drums dan gendang singanaki terbuat dari kayu pohon nangka. Kedua sisinya berbentuk konis terdapat

membran yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depan/atas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah (tidak dipukul) disebut

pantil gendang.

Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm, dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yangbersangkutan, (Koentjaraningrat 1997:16). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif2

Penulis hanya menjadikan buku dan artikel-artikel dari internet menjadi informasi tentang pembuatan gendang singanaki. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat, dan pengamatan penulis secara langsung sebagai bahan referensi dalam penelitian. Berdasarkan deskripsi teoritis

.

3

Penulis juga mengukur, mengambil foto bagian eksternal maupun internalnya.Seterusnya penulis memperhatikan dekorasi, pengecatan, warna.Penulis juga bertanya bagaimana persepsi pemain musik, seniman musik Karo, dan masyarakat Karo mengenai gendang singanaki. Semua yang yang telah diuraikan di atas penulis akan menyajikan konsep dasar sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan.

Nettl (1964) mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu pekerjaan lapangan (field

word) dan pekerjaan laboratorium (desk work).Alan P. Merriam juga mengatakan

bahwa etnomusikologi adalah disiplin lapangan dan disiplin laboratorium, yakni data yang dikumpulkan dari lapangan oleh penyidik pada akhirnya di analisis di laboratorium, dan dari hasil kedua metode menjadi pusat studi akhir.

2Deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.

3Deskripsi teoritis adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan, sikap, dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud dan tujuan tertentu.

dipertanyakan Alan P. Merriam mengenai alat musik yang penulis teliti dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajaribuku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet, dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Kemudian mencari teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membahas tulisan ini dan memperoleh pengaturan awal mengenai apa yang akan diteliti.

Studi pustaka ini bertujuan untuk mencari informasi dan menambah data-data yang di butuhkan dalam penulisan, penyesuaian dan pengamatan yang sudah ada mengenai objek penelitian di lapangan.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan (field work) dan melakukan observasi langsung ke daerah penelitian ke rumah Bapak Hasan Basri Barus dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat Karo yang ada di Kota Medan sebagai narasumber lainnya.

1.5.2.1 Wawancara

Adapun teknik wawancara yang dilakukan penulis ialah melakukan dengan tiga cara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat untuk melakukan wawancara (1985 : 139) yaitu :

1. Wawancara berfokus (focused interview) adalah pertanyaan yang selalu berpusat Kepada pokok permasalahan.

2. Wawancara bebas (casual interview) adalah pertanyaan yang selalu beralih dari satu pokok permasalahan ke pokok permasalahan yang lain.

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat wawancara secara bebas ataupun tertuju dari satu topik ke topik lain dan materinya tetap berkaitan dengan topik penelitian. Penulis melakukan wawancara langsung terhadap informan dalam hal ini Bapak Hasan Basri Barus sebagai informan kunci, dan beberapa informan lainnya.

Wawancara adalah alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi, serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya : mempuyai kemampuan yang cukup besar untuk menggali masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia hidupnya. Wawancara juga dapat digunakan untuk menangkap aksi-reaksi orang dalam bentuk ekspresi dalam pembicaraan-pembicaraan sewaktu tanya-jawab sedang berjalan.Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sekaligus dapat mengecek dan sebagai bahan ricek ketelitian dan kemantapannya.Untuk pemotretan dan perekaman wawancara, penulis menggunakan kamera sebagai alat rekam sedangkan untuk pengambilan gambar digunakan kamera.

1.5.2.2 Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi:1995). Observasi dapat dilakukan dengan cara tes, kusioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. 1.5.3 Kerja Laboratorium

Untuk melakukan kerja laboratorium penulis juga mengumpulkan data-data dari hasil kerja lapangan yang didapat dari objek penelitian penulis dengan data dan informasi yang didapat dari beberapa informasi baik secara tulisan maupun secara lisan.Dan penulis mendeskripsikan data tersebut menjadi bahan tulisan karya ilmiah. Dari penelitian yang telah penulis teliti, penulis juga melihat teknik pembuatan dari alat musik gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus walaupun penulis hanya memperhatikan beliau dalam proses pembuatan

gendang singanaki tersebut.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah lokasi yang merupakan tempat tinggal narasumber Bapak Hasan Basri Barus di Jalan Tali Air, Lingkungan IV Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Selain dari melihat lokasi penelitian tempat pembuatan gendang singanaki Karo,

Penulis juga harus secara langsung melihat tempat lokasi penelitian, dimana saja gendang singanaki buatan dari Bapak Hasan Basri Barus ini.Dari hasil pembuatan gendang singanaki buatan beliau, alat musik yang dibuat beliau juga sering digunakan untuk para pemain gendang singanaki yang ada di kawasan Medan dan sekitarnya.

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, teknik memainkan, dan fungsi dari gendang singanaki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan narasumber data Bapak Hasan Basri Barus, yaitu pembuatan alat musik Karo serta mengetahui seluk-beluk tentang instrumen gendang singanaki di Kecamatan Medan Tuntungan.Teori yang digunakan Curt Sach dan Hornbostel. Alat pengumpul data yang paling utama digunakan adalah dengan melakukan observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Penelitian ini mengambil lokasi di rumah Bapak Hasan Basri Barus yang berada di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan alat musik gendang singanaki dilakukan dengan empat bagian tahapan, yang pertama membuat badan gendang, tahapan kedua membuat tutup atas dan tutup bawah gendang singanaki, tahapan ketiga membuat tarik gendang (nali gendang), dan tahap yang terakhir proses penyatuan bahan-bahan. Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi masyarakat.

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

BUATAN : BAPAK HASAN BASRI BARUS

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H

NAMA : Octica Tampubolon NIM : 110707025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

BUATAN : BAPAK HASAN BASRI BARUS SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H

NAMA : OCTICA TAMPUBOLON NIM : 110707025

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Bebas Sembiring, M.Si Drs. PerikutenTarigan, M.Si. NIP 195703131992031001 NIP 195804021987031003

SkripsiinidiajukankepadapanitiaujianFakultasIlmuBudaya USU Medan, untukmemenuhisalahsatusyaratUjianSarjanaSenidalambidangilmu, Etnomusikologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Medan, 2015 DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA DEPARTEMEN Drs.MuhammadTakari,M.Hum.,Ph.D. NIP. 196512211991031001

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Dokumen terkait