• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Djafar, Fadlin. 1988. “ Studi Deskriptif Kontruksi dan Dasar Pola Ritem

GendangMelayu Sumatera Timur,” Skripsi S-1, Departemen

Etnomusikologi,Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Group, the Diagram. 1976. Musical Instruments of The World-An Illustraated

Encyclopedia. New York. Facts On File, Inc.

Hood, Mantle, 1982. The Etnhomusicologist. Ohio. The Kent State University Press.

Hornbostle, Erich M. Van and Curt Sachs. 1961. Classification of Musical

Instrument, Translate from the original German bg Antonie Banesand Klaus

P. Wachsman.

Koentcaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi Musik. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat (ed), 1997. Metode-metode penelitian masyarakat.Jakarta:

Gramedia.

Merriam, Alan P. 1964. The Antropology of Music.Illionis : North-western University Press.

Moleong, L.J, 1990. Penelitian Metodologi Kualitatif, Jakarta, Rosda Karya. Nettle, Bruno. 1964. Theory and Method Of Ethnomusicology. New York: The

Free Press-A Division Old Mc Milan publishing, Co, Inc.

Pusat Pembinaan Bahasa, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, PenerbitBalai Pustaka.

Pusat Pembinaan Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, PenerbitBalai Pustaka.

Putri, Ayu T. 2014. Kajian Organologis Kendang Sunda Buatan Kang Asep

Permata Bunda Di Medan Polonia.Skripsi Sarjana S-1, Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sebayang,VanesiaAmelia. 2011. Dalan Gendang: Analisis Pola Ritem

DalamAnsambel Gendang Lima Sendalanen Oleh Tiga Musisi Karo.

Sinulingga, Jakup Pranata. 2013. Studi Organologis Gendang Galang Pada

(2)

Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. Skripsi Sarjana S-1, Departemen

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Tobing, Jackry Oktora. 2014. Kajian Organologis Alat Musik Gambus Buatan

Bapak Syahrial Felani. Skripsi Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Sumatera Utara.

Waskito, Agung 1992. “ Gendang Indung Karo Gugung : Kaji Hubungan dan

Sora Tang-Tih “, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi FakultasSastra,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sumber : fitrilestar.blogspot.co.id/2013/03/defenisi-kesenian.html

(3)

BAB III

PROSES PEMBUATAN GENDANG SINGANAKI

3.1 Klasifikasi Gendang Singanaki

Penulis juga mengklasifikasikan bagian dari gendang singanaki ini, supaya penulis dapat mengetahui bagian-bagian atau susunan dari gendang

singanaki.Untuk mengklasifikasikan gendang singanaki ini, penulis juga

menggunakan teori Curt Sach dan Hornbostel (1914) yaitu sistem pengklasifikasian jenis alat musik berdasarkan penggetar bunyinya. Sistem pengklasifikasian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Idiofon (alat musik itu sendiri sebagai penggetar utama bunyi),

2. Aerofon (udara sebagai penggetar utama bunyi),

3. Membranofon (kulit atau membran sebagai penggetar utama bunyi),

4. Kordofon (senar atau dawai sebagai penggetar utama bunyi),

Dari penjelasan di atas alat musik gendang singanaki ini termasuk dalam kategori alat musik pukul karena sumber penggetar bunyinya berasal dari kulit atau membran.Penulis juga memberikan bentuk klasifikasi dengan memperhatikan karakteristik dari organologisnya atau bagian dari gendang singanaki sehingga penulis mudah untuk mendeskripsikan alat musik. Untuk mengetahui bagian dari

gendang singanaki ini Curt Sach berpendapat bahwa klasifikasi gendang terdiri

(4)

footed drums, goblet drums, kettle drums, handle drums, dan frame

drums.Gendang singanaki termasuk ke dalam klasifikasi double conis drum.

3.2 Konstruksi gendang

Bagian- bagian dari gendang singanaki ini adalah :

1. Tutup gendang, adalah bagian atas yang menutupi babah gendang.

2. Bingke tutup gendang terbuat dari bambu, dibentuk lingkaran dengan benang

sebagai pengikatnya. Kemudian dilapisi dengan kulit napuh(sejenis kancil). Diameter tutup gendang singanaki 6 cm.

3. Baloh gendang, terbuat dari kayu parira(Artocarpus integra sp). Panjang dari

badan gendang ini 45 cm. Untuk badan gendang singanaki, panjang konis

pertama adalah 7 cm dan konis kedua adalah 38 cm.

4. Nali gendang (disebut juga dengan tarik gendang) terbuat dari kulit sapi yang

berumur tidak terlalu tua dan muda. Tarik gendang ini memiliki panjang 9 m, lebar 0,4 cm dan tebal 1.5 mm. Tarik gendang ini juga melintasi sekeliling kedua tutup atasmempuyai sepuluh lubang nali pada setiap tutup (posisi tali pada lubang nali ada hubungannya dengan bingke dan pinggir kulit nampak tutup atas. Pemasangan tali dengan pola yang berbentuk huruf V yang saling bersambungan seperti ini VVVVVVVV. Fungsi dari tarik gendang ini berfungsi sebagai pengikat dan mengetatkan kedua tutup.

5. Pantil gendang, bagian bawah konis (konis kedua).Pantil gendang ini juga

(5)

6. Segerantung, gendang kecil yang terdapat dari sisi gendang singanaki.

Seluruh bagian dan bahan tidak berbeda dengan gendang singanaki. Perbedaannya terdapat pada ukuran dari tutup gendang yang berdiameter 5,2cm, pantil gendang berdiameter 4,5 cm, panjang badan gerantung 11, 5 cm dan panjang tarik gendang adalah 2 m.

7. Palu-paluterbuat dari kayu jeruk purut. Alat pukul untuk gendang singanaki

ini keduanya sama panjang, baik dari besarnya ataupun bentuknya. Panjang

palu-palu 14 cm. (Waskito, 1992).

Gambar 3 : Bagian-bagian gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

Tutup gendang/babah gendang

Bingke tutup gendang

Baloh gendang

Nali gendang

Segerantung

(6)

Gambar 4 : Palu-palu

Dokumentasi Octica Tampubolon

Gambar 5 : Ukuran gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

(7)

3.3 Bahan Baku Yang Digunakan 3.3.1 Kayu Parira

Kayu parira digunakan pada usia10 tahun.Kualitas kayu dilihat dari pemuaian kayunya dan seberapa tinggi pemuaian kayu tersebut.Oleh karena itu, apabila pemuaian kayu, terlalu tinggi maka setelan gendang pun dapat berubah-ubah.

Gambar 6 : Kayu Parira Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.2 Bambu (Buluh Ergen)

Bambu(buluh ergen)digunakan untuk bingke penutupatas dan bawah gendang yang dibentuk sesuai dengan ukuran lubang atas dan bawah, dan diikat menggunakan benang.Bingkeyang sudah dibentuk lingkaran akan dilapisi kulit

(8)

Gambar 7 : Bambu (buluh ergen) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.3 Kulit lembu untuk tali gendang (nali gendang)

Kulit lembu yang sudah dikeringkan, dipotong secara perlahan menyerupai

nali dimana akan digunakan sebagai pengikat badan resonator dan bingke

gendang. Kulit lembu yang biasanya dibuat untuk pengikat gendang adalah kulit

lembu yang sudah dewasa supaya daya tahan kulit juga lama dan juga suara yang dihasilkan juga bagus.

(9)

3.3.4 Kulit Napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh(sejenis kancil) digunakan sebagai membran gendang singanaki

dimana telah melalui beberapa proses mulai dari penyembelihan, penjemuran, perendaman, sampai dengan pengikisan/penghalusan.

Gambar 9 : Kulit Napuh (sejenis kancil) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.3.5 Batang Jeruk Purut (Rimo Mukur)

(10)

Gambar 10: Batang Jeruk Purut(rimo mukur) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4 Peralatan Yang Digunakan

3.4.1 Gergaji

Gergaji yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus ini adalah gergaji manual, penggunaannya dengan menggunakan kekuatan otot. Gergaji berfungsi sebagai alat pemotong kayu parira, dan juga untuk memotong bambu sebagai bingke tutup

gendang,digunakan untuk memotong batang jeruk purut(rimo mukur) untuk

(11)

Gambar 11 : Gergaji Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.2 Pisau (rawit)

Pisau (rawit) adalah alat tajam yang bertangkai sebagai alat pengiris bahan dalam pembuatan gendang singanaki. Alat ini digunakan untuk mengikis/memperhalus

kulit napuh agar tidak merusak kulit napuh pada saat dibuat menjadi tutup

gendang.

(12)

3.4.3 Kelut

Kelut merupakan alat tusuk yang digunakan untuk pemasangan kulit napuh pada

bingke tutup gendang.Cara menggunakan kelut :kelut dimasukkan ke dalam

bingke tutup dan dari sisi kulit napuh supaya dapat menghasilkan bingke penutup

gendang.

Gambar 13 : Kelut

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.4 Pahat

Pahat adalah alat yang digunakan untuk memahat lubang resonator dan untuk memperbesar lubang resonator. Pahat juga dibagi menjadi dua bagian yaitu : pahat besar dan pahat kecil. Kegunaan dari pahat besar dan pahat kecil ini sama-sama digunakan untuk memahat lubang resonator dan memperbesar lubang.

Gambar14 : Pahat

(13)

3.4.5 Gunting

Alat yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus untuk memotong kulit napuh dan membentuk kulit napuh menjadi membran gendang singanaki.

Gambar 15 : Gunting Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.6 Bor

Bor adalah alat yang digunakan untuk melubangi lubang resonator.

Gambar 16 : Bor

(14)

3.4.7 Kertas Pasir

Kertas pasir adalah alat yang digunakan untuk memperhalus baloh gendang dan untuk memperhalus proses pembuatan palu-palu pada saat palu-palu selesai dibentuk.

Gambar 17 : Kertas Pasir Dokumentasi Octica Tampubolon

3.4.8Meteran

Meteran adalah alat yang digunakan untuk mengukur dengan satuan dasar ukuran panjang 39,37 inci. Meteran ini digunakan pada saat mengukur bahan-bahan yang digunakan oleh Bapak Hasan Basri Barus.

(15)

3.4.9 Spidol

Alat yang digunakan Bapak Hasan Basri Barus untuk menandai diameter yang dibentuk dan dilubangi.

Gambar 19 : Spidol Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5 Pembuatan badan gendang

Tahap pertama, pembuatan badan gendang dilakukan dengan cara memotong bagian setengah dari kayu parira yang dijadikan sebagai gendang

singanaki. Setelah dipotong kayu parira diambil bagian yang mau dibuat jadi

(16)

Gambar 20 : Pembuatan badan gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.1 Proses pengeboran pada gendang

(17)

Gambar 21 : Proses pengeboran lubang pada gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.2 Proses pemahatan lubang resonator

(18)

Gambar 22 : Proses pemahatan lubang resonator Dokumentasi Octica Tampubolon

3.5.3 Menghaluskan baloh gendang

Tahap keempat, Pada proses ini, badan gendang sudah mencapai proses akhir yang dibutuhkan, tinggal menghaluskan kembali dengan menggunakan kertas pasir. Apabila badan gendang itu halus maka akan lebih nyaman lagi bagi para pemain gendang singanaki dalam memainkannya. Kalau tidak, maka serabut

(19)

Gambar 23 : Menghaluskan baloh gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.6 Proses pembuatan bingke tutup

(20)

Gambar 24 : Proses pembuatan bingke tutup

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.6.1 Hasil akhir pembuatan bingke tutup

Setelah bingke tutup dibentuk, ukurannya juga harus disesuaikan dengan besarnya

baloh gendang (tutup gendang) kemudian dibuat tanda sebagaimana besarnya

lingkaran daribingke tersebut. Dan diikat dengan menggunakan benang nilon (benang tukang).

(21)

3.7 Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh (sejenis kancil) yang sudah dikeringkan terlebih dahulu direndam

supaya pada saat dikikis lebih lembut.

Gambar 26 : Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.1 Membuat lingkaran pada kulit napuh (sejenis kancil)

Tujuan membuat tanda lingkaran ini supaya sesuai dengan lubang gendangnya agar tidak kebesaran.

(22)

3.7.2 Proses pengikisan kulit napuh (sejenis kancil)

Kulit napuh (sejenis kancil) yang sudah dikeringkan, dikikis lagi supaya

menghilangkan bulu sehingga dapat menghasilkan suara yang lebih baik.

(23)

3.7.3 Merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil)

Setelah kulit napuh(sejenis kancil) selesai dikikis, maka langkah berikutnya adalah melakukan pemotongan pinggiran kulit napuh supaya pada saat pemasangan membran tidak susah.

Gambar29:merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.4 Kulit napuh (sejenis kancil) dibentuk membuat bingke tutup

Kulit napuh (sejenis kancil) dilekatkan ke bingke penutup, sehingga menjadi

(24)

Gambar 30 :Kulit Napuh (sejenis kancil) dibentuk membuat

bingke penutup

Dokumentasi Octica Tampubolon

3.7.5 Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil)

Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil) terlebih dahulu yang dilakukan memasukkan kulit napuh (sejenis kancil) tersebut ke dalam bingke tutup dengan menggunakan alat kelud.

(25)

3.7.6 Hasil akhir dari pembuatan tutup gendang

Hasil akhir dari pembuatan tutup gendang ini dilakukan dengan cara memasukkan

kulit napuh (sejenis kancil) ke bingke tutup sehingga kulit napuh tersebut menjadi

membran atau pemukul untuk gendang singanaki.

(26)

3.7.7 Membuat tanda lubang pada tutup gendang

Membuat tanda lubang pada tutup gendang berfungsi untuk memasukkan nali gendang ke baloh gendang.

(27)

3.7.8 Penandaan untuk pembuatan lubang tali gendang

Penandaan garis pada bingke tutup ini berfungsi untuk memasukkan nali gendang ke bingke penutup.Dan penandaan garis pada bingke tutup ini sebanyak 10 tanda.

Gambar 34 : Penandaan untuk pembuatan lubang tali gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8 Pembuatan lubang tali

(28)

Gambar 35 : Pembuatan lubang tali Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.1 Pembentukan lubang nali gendang

(29)

Gambar 36 : Pembentukan lubang nali gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.2 Proses memasukkan nali gendang ke bingke tutup

(30)

Gambar 37: Proses memasukkan nali gendangke bingke tutup Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.3 Proses pengikatan nali gendang

(31)

Gambar 38: Proses pengikatan nali gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.4 Proses pemasangan tutup

Nali gendang (sejenis kancil) dimasukkan ke bingke tutup secara teratur dan

(32)

Gambar 39: Proses pemasangan tutup Dokumentasi Octica Tampubolon

3.8.5 Merekatkan nali ke baloh gendang

(33)

Gambar 40: Merekatkan nali ke badan gendang Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9 Proses pembuatan palu-palu

Bahan yang digunakan untuk membuat palu-palu adalah batang jeruk purut (rimo mukur).Tahap pertama yang dilakukan: membelah bagian-bagian tertentu dari batang jeruk purut (rimo mukur) sehingga batang jeruk purut (rimo

mukur) tersebut dapat dibuat menjadi palu-palu (alat pemukul) dari gendang

(34)

Gambar 41 : Proses membelah batang jeruk purut (rimo mukur) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9.1 Memotong Batang jeruk purut (rimo mukur)

(35)

Gambar 42 : Memotong batang jeruk purut (rimo mukur) Dokumentasi Octica Tampubolon

3.9.2 Proses penghalusan palu-palu

(36)
(37)

BAB IV

TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK GENDANG SINGANAKI PADA MASYARAKAT KARO

4.1 Posisi memainkangendang singanaki

Gambar44: Posisi kaki dan tangan Dokumentasi Octica Tampubolon

(38)

pangkal paha pada kaki kiri. Kemudian gendang tersebut diletakkan dengan posisi babah gendang mengarah diagonal ke sisi kanan pemain. Dan posisi gerantung berada di sebelah kiri gendang. Dan dimainkan dengan palu-palu di tangan kiri pemain, sementara gendang dimainkan dengan posisi palu-palu di tangan kanan pemain.

4.2 Warna Bunyi

Setiap suku bangsa mempunyai persepsi yang berbeda terhadap bunyiyang dianggap musikal maupun cara menghasilkan bunyi tersebut (Merriam, 1964: 3). Yang menjadikendala penulis dalam bagian ini bagaimana mengukur bunyi yang dianggap benar-benar musikal dan yang dianggap tidak musikal oleh masyarakatnya.

Setelah mengamati persepsi masyarakat Karo mengenai warna bunyi dari

gendang singanaki, ternyata persepsi mereka berdasarkan onomatope. Onomatope

(39)

Ada 3 mengenai warna bunyi yang dihasilkan oleh gendang singanaki, menurut Bapak Hasan Basri Barus menyatakan warna bunyi gendang ini ada 3 yaitu:

a. warna bunyi “tang” dibunyikan dengan menggunakanpalu-palu gendang dengan gaya pukulanpalu-palu sebelah tangan kanan tanpa ada penahanan pukulan

b. warna bunyi “cek” dibunyikan dengan menggunakanpalu-palu gendang dengan gaya pukulan ditahan pada membran gendang yang dipukul oleh

palu-paluyang disebelah tangan kanan.

c. Warna bunyi “kok” dibunyikan dengan dipukul olehpalu-palu sebelah tangan kiri pada gendang segerantung, biasanya hanya sebagai tempo saja.

Penyaji

Bapak Hasan Basri Barus

(40)

Gambar 45 : warna bunyi tang Dokumentasi Octica Tampubolon

(41)

Gambar 47: warna bunyi kok Dokumentasi Octica Tampubolon

4.3 Pola Ritem

Polaritem yang dimaksud penulis disini adalah pola irama dari

gendangsinganakiyang dimainkan ketika mengiringi baik itu lagu, tari, maupun

upacara ritual. Dalam menganalisis pola ritem, penulis melakukan pendekatan yang dikemukakan oleh Netll (1964) yakni: dalam menganalisis ritem maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola dasar ritem. Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh Netll penulis menggunakan teknik transkripsi analisis.

(42)

ritmis dari setiap nada. Simbol-simbol yang terdapat dalam sistem notasi barat bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada yang sulit untuk ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai dengan kebutuhan yang penulis inginkan. Sebagai bahan transkripsi pola dasar ritem penulis mengambil satu lagu yang dimainkan dengan pola ritem Simalungen Rayat. Alasan penulismengambil lagu ini karena dapat dimainkan dengan tempo yang berbeda dan melihat variasi yang terjadi dari setiap lagu pola ritemnya.Dalam penyajiannya gendang ini biasanya dimainkan bersama dengan ensambel musik telu sendalanenlima seperangkat.Akan tetapi, yang penulis hanya mentranskripsikan pola dasar gendang singanaki saja. Gendang singanakidimainkan biasanya tanpa vokal, tetapi gendang singanaki memiliki

ketentuan kapan masuk untuk memulai dalam satu lagu.Pada umumnya gendang

singanaki dimainkan setelah masuknya gung atau penganak.

Variasi-variasi yang muncul dari siklus pola ritem dasar pada permainan

gendang singanaki tidak terlalu bebas seperti singindungi, walapun demikian pasti

ada perbedaan dari setiap pemain gendang atau karena karakter dan suasana hati pemain gendang.

Berikut adalah hasil variasi repetisi pola dasar ritem yang ditulis oleh penulis dan ditranskrip olehDavid Simanungkalit.

Peletakkan posisi notasi disesuaikan dengan jenis suara yang dihasilkan oleh

gendang singanaki. Peletakkan notasi pada gendang singanaki adalah sebagai

(43)

SIMALUNGEN RAYAT

Diolah dengan menggunakan software : Sibelius

Penjelasan Transkripsi : Pola Ritem Simalungen Rayat

1. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya tang di letakkan di bawah garis:

Gendang singanaki

Gendang singanaki

(44)

2. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya kok di letakkan di atas garis : 3. Untuk suara gendang singanaki yang bunyi suaranya cek di letakkan di tengah

garis :

Motif Pola Ritem Simalungen Rayat :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

4.4Nilai Ekonomi Pada Alat Musik Gendang Singanaki

(45)
(46)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini,penulis menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang masing-masing memiliki ciri khas dan gaya sendiri. Begitu juga dengan gendang singanaki pada kebudayaan Karo yang sampai saat ini masih dipertahankan keutuhannya oleh masyarakatnya. Di dalam pengerjaan skripsi ini, penulis menggunakan metode kerja deskriptif kualitatif .

Metode kerja deskriptif kualitatif merupakan suatu teknik penelitian yang mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung.Dalam kebudayaan masyarakat Karo selalu terkait dengan penggunaannyasecara fungional dan kebutuhan masyarakat tersebut dengan memperhatikan pelaku kesenian yang turut mendukung pelestarian alat musik

gendang singanaki. Dan dalam proses pembuatan gendang singanaki ini penulis

hanya fokus kepada Kajian organologis nya saja.

(47)

mengutamakan kualitas bunyi yang dihasilkan serta ketahanan dari gendang

singanaki tersebut.

Dalam memainkan alat musik gendang singanaki ini, harus menguasai teknik permainan dari alat musik gendang singanaki dan setiap pukulan yang dimainkan haruslah benar-benar cocok dengan lagu yang akan dimainkan. Dan akibat kemajuan teknologi gendang singanaki sudah jarang digunakan khususnya di Kabupaten Karo, karena masyarakat Karo kebanyakan sudah menggunakan keyboard sebagai pengiring ensambelnya.

5.2 Saran

Menurut kesimpulan yang telah penulis jabarkan, penulis juga memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kita harus membangun dan memotivasi diri kita sendiri agar lebih menghargai dan mencintai kebudayaan kita. Sehingga kebudayaan kita tidak akan punah, sebagaimana mestinya nenek moyang kita telah mewariskan kebudayaan ini agar kebudayaan ini kita lestarikan.

2. Sebagai bahan masukan, pemerintah harus lebih memperhatikan alat musik tradisional yang kita miliki khususnya alat musik gendang

singanaki yang pada saat ini sudah jarang dan hampir punah.

(48)

4. Diharapkan untuk generasi selanjutnya terkhusus untuk kebudayaan Karo agar dapat menyadari bahwa sangat penting kebudayaan ini dilestarikan agar tidak diambil oleh Negara lain.

(49)

BAB II

BIOGRAFI BAPAK HASAN BASRI BARUS

DALAM KONTEKS BUDAYA KARO DI SIMATERA UTARA

2.1 Pengertian Biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, bios yang memiliki arti hidup, sedangkan graphien adalah tulis.Di dalam biografi juga terdapat fakta-fakta kehidupan seseorang serta peran pentingnya. Dan meliputi informasi yang bersifat penting namun dikisahkan dengan lengkap serta dituliskan dengan gaya cerita yang baik dan benar. Lewat biografi juga, kita dapat menemukan keteranganarti dari sebuah tindakan atau sebuah misteri yang melingkupi hidup seseorang, dan merupakan sebuah penjelasan mengenai tindakan atau perilaku hidup seseorang.Biografi juga bercerita tentang tokoh sejarah, namun tak jarang juga bercerita tentang manusia yang masih hidup.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan dari perjalanan hidup seseorang yang bersumber kepada subjek rekaan atau kisah nyata. Bahan utama yang digunakan untuk membuat biografi ini berupa benda-benda, misalnya buku harian, surat-surat, kliping, dan, koran. Bahan pendukung untuk membuat biografi antara lain, buku referensi, buku sejarah yang memaparkan peranan manusia dalam biografi tersebut.

(50)

(b) Apa yang membuat seseorang itu menjadi menarik untuk dibahas. (c) Apakah orang tersebut dapat mengatasi masalah dalam hidupnya sendiri. (d) Apakah orang tersebut terkait dengan kejadian yang lebih buruk atau lebih baik ataupun hidup dan mati, mengapa dan bagaimana. Ada 4 hal yang harus dicermati dalam membuat biografi yaitu :

1. Judul biografi

2. Hal yang menarik serta yang paling mengesankan untuk ditampilkan dalam Kehidupan tokoh yang diceritakan

3. Hal yang paling mengagumkan dan mengharukan yang muncul dalam Kehidupan tokoh yang diceritakan

4. Hal yang dapat dijadikan contoh atau patut untuk diteladani dari kehidupan tokoh

2.2 Alasan Dipilihnya Bapak Hasan Basri Barus

Dalam penulisan ini, penulis memilih Bapak Hasan Basri Barus sebagai objek penelitian bagi penulis, disebabkan oleh beliau mampu membuat alat musik

gendang singanaki secara manual dan beliau juga dapat memainkan alat musik

tersebut antara lain:

1. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang mampu Membuat gendang sendiri.

2. Beliau sebagai salah satu seniman Karo di Sumatera Utara yang masih eksis dalam musik masyarakat Karo

(51)

2.3 Biografi Bapak Hasan Basri Barus

Gambar 1 : Bapak Hasan Basri Barus Dokumentasi Octica Tampubolon

(52)

Gambar 2:Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis Dokumentasi Octica Tampubolon

2.4 Latar Belakang Keluarga

(53)

2.5 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Hasan Basri Barus menyelesaikan pendidikannya selama 12 tahun yaitu :

1. SD NEGERI 040518 Desa Pertumbuken Kecamatan Barus Jahe (kelas 1 SD-6SD)

2. SMP MadrasahMTSN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat

3. SMA Madrasah Aliyah Negeri MAN Tanjung Pura, Kabupaten Langkat Setelah menyelesaikan studi pendidikannya, Bapak Hasan Basri Barus masuk ke dunia musik khususnya pemain gendang Karo, dan melanjutkan hidup di Medan dan melanjutkan hidup sebagai pemain dan pembuat alat musik gendang Karo dan menetap di Medan.

2.6 Berumah Tangga

Bapak Hasan Basri Barus menikah pada tanggal 2 Juni 2012, dan beliau menganut agama islam, suku dari beliau adalah suku Karo, sedangkan Istri dari Bapak Hasan Basri Barus ini bernama Efrida Tanjung, S.pd. dan agama yang diyakini dari istri beliau adalah agama islam, sukunya Padang Pariaman. Istri beliau ini berasal dari Sumatera Barat, Padang.Dan Ibu Efrida ini merantau ke Medan hingga akhirnya bertemu dengan beliau.Mereka menikah dan tinggal di Medan.Dari pernikahan mereka juga dikaruniai 4 orang anak.Anak mereka dua putri dan dua putra. Nama-nama dari ke empat anak itu adalah :

(54)

4. Mohammad Difan Rizky Barus (putra) lahir pada tanggal 21 September 2014

2.7 Bapak Hasan Basri Barus Sebagai Pembuat Alat Musik

Bapak Hasan Basri Barus berkecimpung membuat gendang Karo selama 2 tahun. Dan gendang singanaki yang dibuat Bapak Hasan Basri Barus ini banyak diminati oleh masyarakat, penggual, dan mahasiswa. Gendang singanaki yang telah dibuat Bapak Hasan Basri Barus sebanyak 30 alat musik khususnya gendang

singanaki. Sama halnya sebagai pembuatinstrumen musik Karo, Bapak Hasan

Basri Barus juga mampu membuat alat musik budaya Karo seperti, gendang

singanaki dan gendang singindungi, kulcapi, sarune.Bapak Hasan Basri Barus

selalu meminta pendapat dari teman-temannya.

2.8 Bapak Hasan Basri Barus sebagai pemusik tradisional

Bapak Hasan Basri Barus pernah juga belajar dari senior-seniornya yang berada di Berastagi.Berawal dari tahun 2003 beliau sebagai pemain alat musik

gong.Dan pada tahun 2005, beliau mulai meniti karirnya sebagai pemain kulcapi

dan gendang singanaki.Seiring dengan banyaknya acara-acara masyarakat Karo dan juga acara-acara budaya nasional, beliau selalu berpatisipasi dalam acara budaya Karo.Awalnya beliau mulai penaasaran untuk memainkan alat musik

gendang singanaki.Beliau juga pernah tampil dalam acara Taman Mini Indonesia,

(55)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana untuk mengekspresikan apa yang kita rasakan, dari dalam diri kita.Kesenian dalam Suku Karo sangat beraneka ragam dan didalam tulisan ini penulis hanya terfokus pada seni musiknya saja.Danmusik juga merupakan media untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui bunyi yang berbentuk unsur dasarnya berupa irama, melodi, dan harmoni.Pada masyarakat Karo pada umumnya musik dikenal sebagai pengiring dalam berbagaiupacara adat, hiburan,dan pertunjukan. Alat musik yang digunakan salah satunya yaitu gendang singanaki.Dalam hal ini, penulisjugameneliti tentang alat musik gendang singanaki.Alat musik ini termasuk di dalam klasifikasi alat musik pukul (membranofon).Alat musik ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu, tutup atas dan tutup bawah.Gendang

Singanaki, badan gendang singanaki,dan nali sebagai penghubung tutup atas dan

tutup bawah.Pembuatan gendang singanaki di produksi secara manual atau buatan tangan manusia sendiri.

Gendang Singanaki adalahalat musik yang memiliki membran

(membranophone) yang berbentuk double konis(single head conical

drum).1

1

single head conical drumbersisi satu yang berbentuk konis

Keistimewaan dari gendang singanaki ini adalah memiliki gerantung

(56)

jenis bunyi yaitu :tang, cek,dan kok. Gendang singanaki juga berperan sebagai pembawa pola ritem repetitif (diulang-ulang) yang berguna untuk penanda pulsa dasar bagi gendang singindungi. Gendang singanaki dimainkan dengan cara ensambel. Ada beberapa alat musik yang termasuk bagian dari ensambel alat musik gendang singanaki yaitu : sarune, gendang singanaki, gendang

singindungi, penganak, dan gung. Dari kelima alat musik ini nama ensambelnya

adalah Telu Sedalanen Lima Seperangkat.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang gendang singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus. Penelitian ini dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul“Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Barus di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan ”. 1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan sebelumnya, pokok permasalahan yang menjadi topik pembahasan didalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus

2. Bagaimana teknik dasar dalam memainkan gendang singanaki?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

(57)

1. Untuk mengetahui proses dan teknik pembuatan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Barus

2. Untuk mengetahui teknik dasar dalam memainkan gendang

singanakibuatan Bapak Hasan Basri Barus

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memenuhi syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Gendang singanaki.

3. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah referensi mengenai gendang

Singanaki di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah wawasan kita agar kita dapat mengetahui alat-alat musik tradisional.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1Konsep

(58)

memeriksa, mempertimbangkan secara matang, dan mendalami. Organologi adalah salah satu cabang ilmu dalam Etnomusikologi yang mengkaji jenis-jenis alat musik. Ketika berbicara tentang kajian Organologi, aspek yang dibahas adalah ukuran dan bentuk fisiknya termasuk hiasannya, bahan dan prinsip pembuatannya, metode dan teknik memainkan, bunyi dan wilayah yang dihasilkan, serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik tersebut.

Seperti yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124) Menurut beliau Organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan ilmu pengetahuan dari alatmusik itu sendiri antara lain : teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif, dan variasi sosial budaya.Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Kajian Organologis Gendang SinganakiBuatan Bapak Hasan BasriBarusadalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatannya,cara memainkan, dan fungsi dari alat musik tersebut.Selanjutnya istilah dari membranophone adalah klasifikasi alat musik yang ditinjau dari selaput kulit atau plastik. (klasifikasi alat musik oleh Curt Sachs dan Hornbostel,1961).

1.4.2 Teori

(59)

Dalam tulisan ini, penulis berpedoman pada teori yang di utarakan oleh Susumu Kashima (1978:174) terjemahan Rizaldi Siagian dalam laporan APTA (Asia Performing Traditional Art), bahwa studi musik dapat dibagi kedalam dua sudut pandang yakni Studi Struktural dan Studi Fungsional. Yang dimaksud dengan Studi Struktural adalah studi yang berkaitan dengan pengamatan, pengukuran, perekaman, atau pencatatan bentuk, ukuran besar dan kecil, kontruksi serta bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan alat musik tersebut.

Sedangkan Studi Fungsional adalah memperhatikan fungsi dari alat musik dan komponen yang menghasilkan suara, antara lain: membuat pengukuran dan pencatatan terhadap metode memainkan alat musik tersebut, metode pelarasan dan keras lembutnya suara bunyi, nada, warna nada, dan kualitas suara yang dihasilkan oleh alat musik tersebut.Penulis juga menggunakan beberapa teori yang digunakan dalam teknik permainan gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus, penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Nettl(1963: 98 ) yaitu :

” Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik dari apa yang kita dengar, dan kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.”

Sedangkan mengenai klasifikasi alat musik gendang singanaki dalam penulisan ini penulis mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya.

Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu:

(60)

2. Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

3. Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit, 4. Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Yang termasuk ke dalam klasifikasi gendang singanaki adalah double conis

drum single head.Selain itu, setiap alat musik yang kita teliti harus diukur, di

deskripsikan, dan digambarkan dengan skala atau di foto, prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan masalah teoritis perlu dicatat.

Selain masalah deskripsi alat musik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan Etnomusikologi. Adakah alat musik yang dikeramatkan?Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Apakah proses pembuatan alat musik melibatkan waktu pembuatannya?

Gendang singanaki disebut juga double conical drums dan gendang

singanaki terbuat dari kayu pohon nangka. Kedua sisinya berbentuk konis terdapat

membran yang terbuat dari kulit binatang. Sisi depan/atas atau bagian yang dipukul disebut babah gendang, sisi belakang/bawah (tidak dipukul) disebut

pantil gendang.

Kedua alat musik ini memiliki ukuran yang kecil, panjangnya sekitar 44 cm, dengan diameter babah gendangnya sekitar 5 cm, sedangkan diameter pantil

(61)

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yangbersangkutan, (Koentjaraningrat 1997:16). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif2

Penulis hanya menjadikan buku dan artikel-artikel dari internet menjadi informasi tentang pembuatan gendang singanaki. Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat, dan pengamatan penulis secara langsung sebagai bahan referensi dalam penelitian. Berdasarkan deskripsi teoritis

.

3

Penulis juga mengukur, mengambil foto bagian eksternal maupun internalnya.Seterusnya penulis memperhatikan dekorasi, pengecatan, warna.Penulis juga bertanya bagaimana persepsi pemain musik, seniman musik Karo, dan masyarakat Karo mengenai gendang singanaki. Semua yang yang telah diuraikan di atas penulis akan menyajikan konsep dasar sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan dilaksanakan.

Nettl (1964) mengatakan ada dua hal yang esensial untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi, yaitu pekerjaan lapangan (field

word) dan pekerjaan laboratorium (desk work).Alan P. Merriam juga mengatakan

bahwa etnomusikologi adalah disiplin lapangan dan disiplin laboratorium, yakni data yang dikumpulkan dari lapangan oleh penyidik pada akhirnya di analisis di laboratorium, dan dari hasil kedua metode menjadi pusat studi akhir.

2Deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa

kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.

3Deskripsi teoritis adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena atau

(62)

dipertanyakan Alan P. Merriam mengenai alat musik yang penulis teliti dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajaribuku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet, dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Kemudian mencari teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam membahas tulisan ini dan memperoleh pengaturan awal mengenai apa yang akan diteliti.

Studi pustaka ini bertujuan untuk mencari informasi dan menambah data-data yang di butuhkan dalam penulisan, penyesuaian dan pengamatan yang sudah ada mengenai objek penelitian di lapangan.

1.5.2 Kerja Lapangan

Penulis melakukan kerja lapangan (field work) dan melakukan observasi langsung ke daerah penelitian ke rumah Bapak Hasan Basri Barus dan mencari narasumber dari tokoh masyarakat Karo yang ada di Kota Medan sebagai narasumber lainnya.

1.5.2.1 Wawancara

(63)

1. Wawancara berfokus (focused interview) adalah pertanyaan yang selalu berpusat Kepada pokok permasalahan.

2. Wawancara bebas (casual interview) adalah pertanyaan yang selalu beralih dari satu pokok permasalahan ke pokok permasalahan yang lain.

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat wawancara secara bebas ataupun tertuju dari satu topik ke topik lain dan materinya tetap berkaitan dengan topik penelitian. Penulis melakukan wawancara langsung terhadap informan dalam hal ini Bapak Hasan Basri Barus sebagai informan kunci, dan beberapa informan lainnya.

(64)

1.5.2.2 Observasi

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi:1995). Observasi dapat dilakukan dengan cara tes, kusioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. 1.5.3 Kerja Laboratorium

Untuk melakukan kerja laboratorium penulis juga mengumpulkan data-data dari hasil kerja lapangan yang didapat dari objek penelitian penulis dengan data dan informasi yang didapat dari beberapa informasi baik secara tulisan maupun secara lisan.Dan penulis mendeskripsikan data tersebut menjadi bahan tulisan karya ilmiah. Dari penelitian yang telah penulis teliti, penulis juga melihat teknik pembuatan dari alat musik gendang singanaki buatan Bapak Hasan Basri Barus walaupun penulis hanya memperhatikan beliau dalam proses pembuatan

gendang singanaki tersebut.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah lokasi yang merupakan tempat tinggal narasumber Bapak Hasan Basri Barus di Jalan Tali Air, Lingkungan IV Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Selain dari melihat lokasi penelitian tempat pembuatan gendang singanaki Karo,

(65)

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, teknik memainkan, dan fungsi dari gendang singanaki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan narasumber data Bapak Hasan Basri Barus, yaitu pembuatan alat musik Karo serta mengetahui seluk-beluk tentang instrumen gendang singanaki di Kecamatan Medan Tuntungan.Teori yang digunakan Curt Sach dan Hornbostel. Alat pengumpul data yang paling utama digunakan adalah dengan melakukan observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Penelitian ini mengambil lokasi di rumah Bapak Hasan Basri Barus yang berada di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan alat musik gendang singanaki dilakukan dengan empat bagian tahapan, yang pertama membuat badan gendang, tahapan kedua membuat tutup atas dan tutup bawah gendang singanaki, tahapan ketiga membuat tarik gendang (nali gendang), dan tahap yang terakhir proses penyatuan bahan-bahan. Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi masyarakat.

(66)

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

BUATAN : BAPAK HASAN BASRI BARUS

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : Octica Tampubolon NIM : 110707025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

(67)

KAJIAN ORGANOLOGIS GENDANG SINGANAKI

NAMA : OCTICA TAMPUBOLON NIM : 110707025

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Bebas Sembiring, M.Si Drs. PerikutenTarigan, M.Si. NIP 195703131992031001 NIP 195804021987031003

(68)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, 2015

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA DEPARTEMEN

(69)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera Utara, Medan.

Panitia Ujian : Tanda Tangan

(70)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2015

Octica Tampubolon

(71)

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, teknik memainkan, dan fungsi dari gendang singanaki.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan narasumber data Bapak Hasan Basri Barus, yaitu pembuatan alat musik Karo serta mengetahui seluk-beluk tentang instrumen gendang singanaki di Kecamatan Medan Tuntungan.Teori yang digunakan Curt Sach dan Hornbostel. Alat pengumpul data yang paling utama digunakan adalah dengan melakukan observasi,wawancara,dokumentasi, dan studi kepustakaan.

Penelitian ini mengambil lokasi di rumah Bapak Hasan Basri Barus yang berada di Jalan Tali Air Lingkungan IV Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penelitian ini, proses pembuatan alat musik gendang singanaki dilakukan dengan empat bagian tahapan, yang pertama membuat badan gendang, tahapan kedua membuat tutup atas dan tutup bawah gendang singanaki, tahapan ketiga membuat tarik gendang (nali gendang), dan tahap yang terakhir proses penyatuan bahan-bahan. Penelitian ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman maupun acuan bagi masyarakat.

(72)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala cinta kasih, berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tabah dan sabar. Skripsi ini berjudul “ Kajian Organologis Gendang Singanaki Buatan Bapak Hasan Basri Barus “ Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada DepartemenEtnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu di kantor Fakultas Ilmu Budaya.

2. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketua Departemen

Etnomusikologi Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi.

3. Kepada Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Sekretaris Departemen

(73)

4. Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih

kepada Dosen Pembimbing I, yaitu Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si yang telah membimbing penulis dan selalu memberikan arahan yang terbaik buat penulis baik dalam mengajar mahasiswa/i di Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU).

5. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing II,

yaitu Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si yang juga memberikan arahan dan nasehat yang terbaik buat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada

seluruh Dosen Departemen Etnomusikologi, yaitu Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Ibu Dra. Rithaony Hutajulu,M.A., Bapak Torang Naiborhu, M.Hum, Ibu Dra. Frida Deliana Harahap, M.Si., Bapak Drs. Kumalo Tarigan,M.A., Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A., Bapak Drs. Irwansyah,M.A., terutama untuk ilmu yang penulis peroleh selama proses belajar mengajar di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (FIB USU), sampai selesainya tugas akhir penulis.

7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua Informan, yaitu

(74)

8. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Daulat Tampubolon dan Mama Errnawaty Siallagan yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang dan bersusah payah membiayai, mendoakan, dan mendukung serta memberikan semangat yang sangat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada saaudara/i penulis yang tersayang Humuntal Alvin Zeiro Tampubolon dan Sarah Freshima Tampubolon yang selalu memberikan nasehat dan dukungan untuk inspirasi dalam tulisan ini.

9. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan

stambuk 2011 (CCB.com) di Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara (USU), yaitu Trifose, Stefani, Siti, Agnes, Deby, Lisken, Lestari, Aprillia, Aprindo, David, Jose, Leony, Mahyun, Egi, Talenta, Slamet, Mona, Riri, Sopandu yang selalu setia dalam keadaan suka maupun duka selama perkuliahan dan sampai selesainya skripsi ini.

10.Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kakak dan Abang senior yang ada di Etnomusikologi yaitu : Yoseni, Ruth, Verawaty, Tumpak, Supriyadi, dan, Denata yang telah memberikan motivasi serta arahan yang berguna buat penulis.

(75)

ini.Oleh Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.Penulis juga sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan imu untuk pengetahuan dalam bidang Etnomusikologi.Terlebih lagi buat mereka yang menginginkan informasi khususnya gendang singanaki.

Medan, Oktober 2015

(76)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...i

KATA PENGANTAR …… .………...ii-v DAFTAR ISI ……….… .vi-viii DAFTAR GAMBAR ………...ix-x BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Pokok Permasalahan………... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ………... 2

1.3.1 Tujuan Penelitian………. 2

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 3

1.4 Konsep dan Teori………... 3

1.4.1 Konsep YangDigunakan………....… 3

1.4.2 Teori Yang Digunakan……… 4

1.5 Metode Penelitian……….. 7

1.5.1 Studi Kepustakaan ………. 8

1.5.2 Kerja Lapangan………...… 8

1.5.2.1 Wawancara……… 8

1.5.2.2 Observasi………...9

1.5.3 Kerja Laboratorium... 10

1.5.4 Lokasi Penelitian………... 10

BAB II BIOGRAFI BAPAK HASAN BASRI BARUS DALAMKONTEKSBUDAYA KARO DI SUMATERA UTARA 2.1 Pengertian Biografi………... 11

2.2 Alasan Dipilihnya Bapak Hasan Basri Barus………... 12

2.3 Biografi Bapak Hasan Basri Barus………... 13

2.4 Latar Belakang Keluarga………... 14

2.5 Latar Belakang Pendidikan………... 15

2.6 Berumah Tangga………... 15

(77)

BAB III PROSES PEMBUATAN GENDANG SINGANAKI…... ……17

3.1 Klasifikasi Alat Musik Gendang Singanaki………... ……17

3.2 Kontruksi Gendang Singanaki……... ……18

3.3 Bahan Baku Yang Digunakan…………..……….... ……21

3.3.1 Kayu Parira...21

3.3.2 Bambu (Buluh Ergen)……...22

3.3.3 Kulit Lembu untuk tali gendang……...22

3.3.4 Kulit Napuh (sejenis kancil)...23

3.3.5 Batang Jeruk Purut (Rimo Mukur)……...24

3.4 Peralatan Yang Digunakan……….…...24

3.4.1Gergaji……...24

3.5 Proses Pembuatan Gendang………...29

3.5.1 Proses pengeboran pada gendang…...30

3.5.2 Proses pemahatan lubang resonator...31

3.5.3 Menghaluskan badan gendang...32

3.6 Proses pembuatan bingke tutup...33

3.6.1 Hasil akhir pembuatan bingke tutup...34

3.7 Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)...35

3.7.1 Membuat lingkaran pada kulit napuh...35

3.8 Pembuatan lubang tali...41

3.8.1 Pembentukan lubang tali gendang...42

3.8.2 Proses memasukkan nali gendang...43

3.8.3 Proses pengikatan nali gendang...44

3.8.4 Proses pemasangan tutup...45

3.8.5 Merekatkan nali ke baloh gendang...46

3.9 Proses pembuatan palu-palu...47

3.9.1 Memotong batang jeruk purut(rimo mukur)...48

(78)

BAB IV TEKNIK MEMAINKAN DAN FUNGSI MUSIK GENDANG SINGANAKI PADA MASYARAKAT KARO…51

4.1 Posisi Memainkangendang singanaki………...… ……51

4.2 Warna Bunyi…………... …….52

4.3 Pola Ritem………... ……55

4.4 Nilai Ekonomi pada gendang singanaki……….. ……59

BAB V PENUTUP……… ……60

5.1 Kesimpulan………... ……60

5.2 Saran……….... ……61

DAFTAR PUSTAKA………...…… ……63

(79)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bapak Hasan Basri Barus………...13

Gambar 2 : Bapak Hasan Basri Barus bersama penulis………..14

Gambar 3 : Bagian-bagian gendang………...19

Gambar 4 : Palu-palu………...20

Gambar 5 : Ukuran gendang………20

Gambar 6 :Kayu Parira………..………….21

Gambar 7 : Bambu (buluh ergen)………...22

Gambar 8 : Kulit lembu untuk tali……….23

Gambar 9 :Kulit napuh (sejenis kancil)………..23

Gambar 10 :Batang Jeruk Purut (rimo mukur)……….24

Gambar 11 :Gergaji……….25

Gambar 12: Pisau (rawit)………..25

Gambar 13: Kelut………...26

Gambar 14:Pahat………...26

Gambar 15:Gunting………27

Gambar 16:Bor……...27

Gambar 17 :Kertas Pasir………...…....28

Gambar 18 :Meteran………...28

Gambar 19 :Spidol………...29

Gambar 20 :Pembuatan badan gendang………....30

Gambar 21 :Proses pengeboran lubang pada gendang…………..31

Gambar 22 : Proses pemahatan lubang resonator……….32

Gambar 23 :Menghaluskan baloh gendang…...33

Gambar 24 : Proses pembuatan bingke tutup………...34

Gambar 25 :Hasil akhir pembuatan bingke tutup………...34

Gambar 26 :Proses pengolahan kulit napuh (sejenis kancil)...35

Gambar 27 :Membuat lingkaran pada kulit napuh (sejenis kancil)....35

Gambar 28 : Proses pengikisan kulit napuh (sejenis kancil)………..36

Gambar 29 :Merapikan pinggiran kulit napuh (sejenis kancil)……...37

Gambar 30 :Kulit napuh (sejenis kancil) dibentuk ……….38

Gambar 31 :Pemasangan kulit napuh (sejenis kancil)……...39

Gambar 32 : Proses pembuatan bingke tutup……...39

Gambar 33 : Membuat tanda lubang pada tutup gendang…………...40

Gambar 34 :Penandaan untuk pembuatan lubang tali……….41

Gambar 35 : Pembuatan lubang tali...42

Gambar 36 :Pembentukan lubang nali gendang...43

Gambar 37 : Proses memasukkan nali gendang ke bingke tutup…....44

Gambar 38 : Proses pengikatan nali gendang………45

Gambar 39 : Proses pemasangan tutup………...46

(80)

Gambar 42 : Memotong batang jeruk purut (rimo mukur)………….49

Gambar 43 :Proses penghalusan palu-palu...50

Gambar 44 :Posisi kaki dan tangan...51

Gambar 45 : Warna bunyi tang...54

Gambar 46 : Warna bunyi cek...54

Gambar

Gambar 5 : Ukuran gendang Dokumentasi Octica Tampubolon
Gambar 10: Batang Jeruk Purut(rimo mukur) Dokumentasi Octica Tampubolon
Gambar 11 : Gergaji
Gambar 15 : Gunting
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini, penulis memilih Lape Sitepu sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah: (a)

Dalam tulisan ini, penulis memilih Lape Sitepu sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah: (a)

Nada yang terdapat pada alat musik Suling yaitu dari nada

Dalam tulisan ini, penulis memilih Lape Sitepu sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah: (a)

Bapak Ropong Tarigan Sibero merupakan seorang yang masih bisa membuat alat musik balobat, tetapi beliau sudah berumur 85 tahun, Ropong Tarigan bukan hanya membuat balobat

Balobat adalah salah satu jenis alat musik yang dipakai dalam bentuk solo instrumen dan juga digabungkan dalam ensambel musik tradisional Karo.. Balobat merupakan alat musik

Bapak Baji Sembiring Pelawi merupakan pembuat alat musik Gendang Indung. dan Gendang Anak di Desa Seberaya, beliau sangat tekun dalam

Pekerjaan : Pemain Musik dan Pengrajin alat musik Karo sepeti surdam, keteng-keteng dan gendang indung dan gendang anak2. Alamat : Desa Seberaya, Kecamatan Tiga