• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI KESIMPULAN

6.2. Saran

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa saran antara lain :

 Harapan penulis melalui penelitian ini diharapkan bangunan ruko Citra Land Bagya City dapat menjadi acuan terhadap penerapan pembangunan tata ruang kota Medan yang berkelanjutan.‟

 Sebagai pengetahuan seorang arsitek agar merancang tidak hanya mengutamakan pada bentuk dan fungsi, akan tetapi menerapkan prinsip-prinsip nilai estetika pada tampilan bangunan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Ruko 2.1.1. Defenisi Ruko

Mengenai pengertian ruko (rumah toko), salah satu jenis bangunan yang berasal dari kata rumah dan toko, rumah yang berarti tempat berpenghuni dan toko berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Ruko memang merupakan solusi yang cukup baik untuk mengatasi kebutuhan akan rumah tinggal sekaligus juga mengembangkan usaha dari rumah. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015), rumah toko atau biasa sering disebut juga dengan Ruko adalah sebutan bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Istilah ruko diperkirakan dari bahasa Hokkian nom chu yang berarti “rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di kota-kota asia tengggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering dikaitkan dengan budaya mereka (kompas, 2004). Dalam bahasa melayu digunakan istilah kedai yang berarti sembarangan ruangan tempat barang dagangan ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga ruko melewati harinya sebelum etalase atau meja panjang diperkirakan oleh Lombard dalam (Kurniawan, 2015).

Di kota Medan bangunan ruko sudah menjadi pemandangan sehari-hari dan banyak orang yang melakukan akftivitas berbisnis dan dagang di rumah toko tersebut. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015) ruko telah dikenal diberbagai dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakan sebagai tempat tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan Negara kepulauan demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun hunian di Timur tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.

2.1.2. Sejarah Rumah Toko

Fenomena ruko menjadi sebuah subjek penelitian dalam kerangka proses pencarian jati diri budaya arsitektur lokal maupun regional (di era globalisasi). Ruko memiliki ruang-ruang yang relative tipikal, yang dapat secarah mudah dimanfaatkan untuk bermacam fungsi. Dalam budaya bermukim di Indonesia, pada awalnya kita mengenal “toko” sebagai sebuah konsep tradisional yang berbeda dengan konsep toko yang ditawarkan oleh konsep pertokoan modern.

Ruko-ruko abad ke-19, dalam kehidupan perkotaan masa itu, membentuk aktivitas di jalan dan menciptakan pusat-pusat keramaian yang secara khas hanya dapat dijumpai di pecinan. Gaya hidup semacam inilah yang telah menghidupi pusat-pusat keramaian kota-kota di Indonesia selama ratusan tahun hingga keberadaannya kini terancam oleh pusat-pusat perbelanjaan dan perumahanperumahan modern yang menggunakan kapital besar. Tanpa langsung disadari, hilangnya toko-toko ini mengakibatkan matinya lorong-lorong kota dan

terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke bangunan-bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan juga identitas kita.

Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah dan toko (Kurniawan, 2015).

2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan

Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal abad ke-20, khususnya dia area pecinan. Ruko pada pecinan ini didesain dengan

system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang berbentuk melalui kontak penduduk lokal dengan penjajah.

Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat ke timur dan dari utara ke selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis (tempel sana tempel sini). Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah “membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada bangunan-bangunan “ruko” yang terdapat di kota-kota Indonesia.

Pesatnya pembangunan rumah toko (ruko) sering mendapat perhatian karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan peningkatan kebisingan jalan.

Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan

2.2. Tinjauan Arsitektur Modern 2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern

Arsitektur modern adalah sebuah perkembangan arsitektur dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan (krier, 1982). Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata.

Di masa sekarang banyak rumah toko yang dibangun dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup penghuninya. Pada abad ke-20 arsitektur telah dipengaruhi oleh mesin secara total dan dikatakan juga arsitektur sebagi pemuja mesin, pada abad ke-19 secara perlahan telah muncul material-material yang seperti besi, baja, tuang yang sangat mempengaruhi pengerjaan arsitektur modern. Eksterior rumah dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang berukuran lebar dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke depan. Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan diagonal yang sederhana pada dinding eksterior yang luas interior rumah toko modern ditata dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan void di ruang-ruang publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya arsitektur modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.

Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis

Sumber : http://tipsproperti.com/wp-content/uploads/2013/11/Desain-Arsitek-Ruko-Dealer-Mobil-Modern-Minimalis.jpg

2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern

Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sumalyo (2005) mengatakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain : seni, teknik, tata ruang, geografi, sejarah. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar ditentukan batasnya.

Diketahui bahwa arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun waktu sejak manusia hingga sekarang. Arsitektur modern merupakan perkembangan dari klasik barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan revolusi industry mulai awal abad 19 dengan terjadinya perubahan besaran-besaran dalam pola hidup dan pola pikir (sumalyo, 2005). Terdapat 3 periode perkembangan arsitektur :

 Tahun 1800an

Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai suatu „olah rasa‟ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan tidak ada rumusnya (Sumalyo, 2005). Pada tahun 1750-an di Perancis, muncul orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Bagi mereka ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia arsitektur, apa yang dilakukan oleh orang-orang Perancis ini adalah sebuah perubahan. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa arsitektur Modern berupa ide, gagasan, pikiran atau pengetahuan dasar tentang arsitektur sudah hadir pada abad ke-18. Dan kemudian, pikiran-pikiran tersebut baru mendapat kesempatan untuk direalisasikan pada pertengahan abad-19 karena faktor-faktor yang sangat mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut adalah :

 Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah terbagi menjadi dua yaitu arsitektur sebagai kesenian dan arsitektur sebagai ilmu teknik sipil.

 Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan keseragaman ukuran dan kecepatan membangun.

Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus

Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/-59Lq8L25QkA/Ten0FGyJ- aI/AAAAAAAACsI/hZATqZGxEac/s1600/most-beautiful-building-4th-Majolica-House-Wina-Austria.jpg

 Periode 1890 – 1930

Pada masa ini arsitektur modern mengalami puncaknya di Prancis, Jerman, Belanda, Rusian, dan Inggris mulai mengikutinya. Sumalyo (2005) menjelaskan mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi semacam resolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran, sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai eksperimen seperti : arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science, arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space, arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly, dan arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal.

Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot Sumber :

 Periode 1950-1960an

Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan (Sumalyo, 2005) yakni:

-Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern :

a. Segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya. b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk

mengekspresikan space / ruang.

c. Terjadi produksi massal bahan bangunan oleh pabrik. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan. Namun, bahan bangunan dapat menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam. Dengan kata lain, arsitektur menjadi sangat demokratis.

Gambar 2.5. Bangunan Seagram Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/---lez6fXPxg/T4eshVchPyI/AAAAAAAAC48/EZmbaZAVc1Q/s1600/seagram.gif -Tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan Arsitektur Modern :

a. Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ciri individual perancangnya. Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orange adalah nama biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.

b. Enggan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.

c. Karena penekanan perancangan pada ruang, maka desain menjadi polos, simpel, bidang-bidang kaca lebar.

d. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang tidak menyatu dengan lingkungan.

2.2.4 Ciri-ciri Arsitektur Modern

Sejak tahun 1920 selain sangat signifikan dalam gaya bangunan arsitektur modern, juga telah menetapkan reputasi para arsiteknya. Asal dan karakteritik arsitektur modern sampai saat ini masih diperdebatkan di kalangan arsitek. Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal sosial yang erat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan.

Hal ini menambah pengetahuan makna bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Berikut adalah karakteristik dari bangunan bergaya arsitektur modern menurut krier (1982) dalam Brunner T. Dkk (2013) :

 Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monotone karena tidak diolah. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam), merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.

 Penggunaan material dan bahan pada bangunan arsitektur modern tidak terlepas dari unsur fungsional, dimana bahan dan material yang digunakan harus mendukung fungsi bangunan secara keseluruhan. Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Misal :

1) Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin 2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis

 Ekspresi terhadap sruktur sebagai elemen arsitektur yang memberikan bentuk kepada tampak bangunan, sehingga menciptakan ruang pada kulit bangunan. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Skin and Bone. Skin and bone merupakan salah satu ide desain dari langgam arsitektur modern yang mengedepankan kepolosan dan kesederhanaan dalam olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan.  Anti ornamen, menganggap ornamen yang ada pada bangunan tidak

memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur, sehingga ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain. Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan aslinya. Penekanan Elemen vertikal dan horizontal masih berhubungan dengan penggunaan ornamen yang dianggap sebagai suatu kejahatan, maka bangunan-bangunan dengan langgam arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu. Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut. Bangunan arsitektur modern menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan. Tidak memiliki suatu ciri individu dari seorang arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya.

2.3. Tinjauan International Style 2.3.1. Asal-usul International Style

Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun 1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II. Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson (1997) yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern. Dasar desain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.

Gambar 2.6. PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927) Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html

Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930) Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html

Pada abad pertengahan ke-18 ada upaya untuk mencapai pengendalian dalam arsitektur di masa lalu, kemudian Pada abad ke-19 gaya arsitektur yang mulai berkembang dengan menggunakan produk-produk industri seperti logam dan beton bertulang. Arsitektur modern yang diketahui sejak dulu sebuah pelajaran seni yang meniru gaya besar pada masa lalu yang merupakan masalah membangun dengan gaya yang dominan. Di Eropa pada sekitar tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi.

2.3.2. Tokoh Arsitek International Style

Dari beberapa arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru. Tokoh arsitek yang mendukung adalah :

No Nama Foto Biografi

1 Alvar Alto Hugo Alvar Henrik Aalto (lahir

di Kuortane, Finlandia, 3 Februari 1898 –

meninggal di Helsinki, Finlandia, 11 Mei 1976 pada umur 78 tahun) adalah arsitek dan

desainer Finlandia yang dijuluki sebagai

"Bapak Modernisme" di negara-negara

Nordik. Karyanya

meliputi arsitektur, furnitur, tekstil dan barang pecah belah. Karier awal Aalto berjalan pada masa industrialisasi Finlandia, sehingga banyak kliennya yang merupakan industralis salah satunya adalah keluarga Ahlström-Gullichsen.

2 Welton Becket

Becket lahir di Seattle, Washington dan lulus dari University of Washington program Arsitektur pada tahun 1927 dengan gelar Bachelor of Architecture (B.Arch.). Dia menetap di Los Angeles pada tahun 1933 dan membentuk kemitraan dengan nya University of Washington sekelas Walter Wurdeman dan Angelean arsitek Charles F. Plummer.

Komisi besar pertama mereka adalah Auditorium Pan-Pasifik pada tahun 1935,

yang memenangkan mereka pekerjaan

perumahan dari James Cagney, Robert Montgomery, dan selebriti film lainnya. Plummer meninggal pada tahun 1939.

3 Le Corbusier Le Corbusier atau yang bernama asli

Charles-Edouard Jeanneret merupakan seorang arsitek asal Swiss yang menekuni aliran desain International Style bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe, Walter Gropius dan Theo van Doesburg. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang perencana tata kota, seniman, penulis dan perancang perabot. Ia juga

terkenal atas kontribusinya dalam

penyebarluasan international style. Le

Corbusier merupakan seorang yang ahli dalam teori-teori desain modern. Ia juga berkontribusi dalam menghasilkan kehidupan yang lebih baik di lingkungan yang padat penduduknya. Karya bangunan-bangunannya tersebar di daerah Eropa, India, Rusia dan Amerika.

4 Walter

Gropius

Walter Gropius (lahir 18 Mei 1883 –

meninggal 5 Juli 1969 pada umur 86 tahun) merupakan seorang arsitek berkebangsaan

Jerman. Dia merupakan pendiri

Sekolah Bauhaus bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe dan Le Corbusier . Walter Gropius adalah anak ketiga dari Walter Adolph Gropius dan Manon Auguste Pauline Scharnweber. Gropius menikah dengan Alma Mahler (1879-1964), janda dari Gustav

Mahler. Dengan bantuan dari

arsitek Inggris, Maxwell Fry, dia

meninggalkan Nazi Jerman pada

tahun 1934 dengan melakukan kunjungan sementara ke Inggris. Dilahirkan di Berlin.

Gropius wafat di Cambridge,

Massachusetts pada tahun 1969. Walter

Gropius belajar arsitektur antara 1903 dan 1907 di Universitas Teknik di Munich dan Berlin. Ia bergabung dengan kantor Peter Behrens pada tahun 1908. Dia menerima posisi di Jerman General Electric Company (AEG) dan akan bertanggung jawab untuk

membantu dalam semua pertimbangan

estetika perusahaan termasuk produk, iklan dan bangunan. Ketika itu ia bekerja di bawah di AEG bahwa ia akan diperkenalkan kepada

Ludwig Mies van der Rohe, Dietrich Marcks dan Le Corbousier. Pada tahun 1910 Gropius

meniggalkan perusahaan dan mulai

mendirikan praktek di Berlin selama tiga tahun bersama karyawannya Adolf Meyer.

5 Philip

Johnson

Philip Cortelyou Johnson atau lebih dikenal dengan nama Philip Johnson adalah salah satu arsitek dari Amerika yang sangat berpengaruh dalam dunia Arsitektur. Dengan kacamatanya yang tebal, berbingkai bundar, Philip Johnson adalah tokoh yang paling dikenal di dunia arsitektur Amerika selama beberapa dekade. Philip Johnson (8 Juli 1906 - 25 Januari 2005) lahir di Cleveland, Ohio. Pada awalnya, Philip Johnson bukanlah seorang arsitek, dia bekerja sebagai kritikus, penulis, sejarawan dan seorang direktur museum. Dia meraih gelar A.B. dalam sejarah arsitektur dari Universitas Harvard yang tertarik pada Sejarah dan Filsafat, terutama pada karya Pra-Sokrates.

6 Louis Kahn Salah satu arsitek yang paling berpengaruh

pada abad pertengahan ke-20, Louis Kahn (1901-1974) menyadari bangunan relatif sedikit, namun menahan diri formal dan ekspresi emosional-nya Jonas Salk Institute, Kimbell Art Museum dan Kompleks Modal di Dhaka dianggap sebagai sebuah kemajuan yang terinspirasi dari International Style.

7 Ludwig Mies

van der Rohe

Ludwig Mies van der Rohe (27 Maret 1886 –

17 Agustus 1969) adalah

seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ia

umumnya dipanggil Mies, sesuai nama

belakangnya. Ludwig Mies van der Rohe, bersama Walter Gropius dan Le Corbusier, dikenal luas sebagai para perintis arsitektur

Modern. Ia memulai karya dengan

membangun Riehl House di Potsdam. Pada tahun 1944, ia menjadi warga negara Amerika, menyelesaikan pesangon nya dari asalnya, Jerman. Tiga puluh tahun sebagai seorang arsitek Amerika mencerminkan lebih struktural, pendekatan murni untuk mencapai tujuannya dari arsitektur baru untuk abad

Dokumen terkait