DAFTAR PUSTAKA
Brunner T. Dkk, 2013, Kajian Penerapan Arsitektur Modern pada bangunan
Roger‟s Salon, Clinic, Spa and Wellness Center Bandung, Reka Raksa,
Vol : 1, No : 2
D.K Ching, Francis. (2008), Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan. Erlangga .Jakarta
Henry-Russell Hitchcock, Philip Johnson, (1997), TheInternational Style, W.w. Norton dan Company, ISBN 0-393-31518-5
Ikhwanuddin, (2005), Menggali Pemikiran Posmodernisme Dalam Architecture,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Kamurahan S.R, 2014, Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Estetika Desain
Fasade Bangunan Dengan Pendekatan Teori Subyektif, Media Matrasain, Vol 11, No. 2
Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya
Mukhtar dan Widodo, Erna (2000), Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Penerbit Avyrouz, Yogyakarta
Ratnatami, 2005, Aspek Bentuk Arsitektur Bangunan Pasa Makna Fungsi Bangunan Dan Ekspresi Arsitektur Kawasan Koridor, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Riskiani N.J., (2013). Analisis „Fave Hotel Adi Sucipto‟sebagai Bangunan ber-Arsitektur Modern. Jurusan ber-Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Santoso I, Wulandanu B.G, 2011, Studi Pengamatan Tipologi Bangunan pada
Kawasan Kauman Kota Malang, Local Wisdom, Volume: III, Nomor: 2, Halaman: 10 – 26.
Sumalyo, Yulianto. 2005. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan abad XX. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
http://de-arch.blogspot.com/2008/10/konsep-pemikiran-arsitektur-modern.html
BAB III
METODOLOGI
3.1. Jenis Penelitian
Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan cara mengumpulkan data-data primer yang mencakup didalamnya berupa studi literatur dan observasi lapangan yang kemudian dari data-data tersebut diperoleh
data-data mengenai landasan teoritis dan informasi mengenai data-data dari bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City. Selanjutnya data-data
tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Yang mana secara garis besar metode yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi selengkapnya mengenai kondisi fisik dan non fisik.
Pada tahap awal dilakukan dengan mendeskripsikan latar belakang penelitian untuk pengungkapan fakta dilapangan kemudian dirumuskan masalah
yang terjadi untuk menjadi tujuan penelitian. Tahap observasi lapangan dilakukan dalam hal mendapatkan kategorisasi bangunan ruko modern yang menjadi obyek studi pada kawasan tersebut. Selanjutnya dilakukan kajian dengan menggunakan
metode kualitatif. Moleong (2000) mengemukakan bahwa dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
3.2. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah meneliti Karakteristik
Bagya City di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,
Indoneesia.
Variable Sub Variabel Metode Penelitian
Volume
Contoh bangunan arsitektur modern karya arsitek dunia Ludwig Mies Van De Rohe,
Walter Gropius dan
Tampilan Ruko Bangunan Ruko
Survey Visual Keteraturan
Penghindaran Penggunaan Ornamen
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Proses analisis ini dilakukan berdasarkan keterangan dari variabel dan sub
variabel penelitian yang sudah ditentukan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Menganalisa karakteristik arsitektur modern dan nilai estetika pada bangunan ruko yang berada di Citra Land Bagya City yang telah di tentukan di awal penelitian. Dengan menggunakan proses pengumpulan data bangunan ruko
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang diselidiki (Narbuko dan Achmad dalam Ratnatami, 2005)
Menurut Nasution dalam Ratnatami (2005) prosedur pengumpulan data yang didasarkan pada prosedur kualitatif dengan pengumpulan data secara obyektif, peneliti menjadi instrument yang utama dalam penelitian, artinya
observasi dan data-data yang ada, baik data literature maupun dari responden terpilih akan diolah oleh peneliti. Dimana control obyektifitas penelitian
dilakukan melalui teknik observasi.
3.4. Kawasan Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara.bersebrangan dengan jalan Tol Belmera seperti terlihat pada gambar 3.1. dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari
kampus Unimed dan IAIN Sumatera Utara.
Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian Sumber : google map
Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Sumber : (Survey Lapangan, 2015)
3.5. Metode Analisis Data
Menurut Badgan dan Biklen dalam Ratnatami (2005) analisis data adalah
proses mencari dan mengatur secara sisitematis traskip interview, catatan
mempresentasikan temuan penelitian. Secara substansial, ini menunjukan
bahwa didalam analisis data terkandung muatan pengumpulan dan interpretasi data.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data adalah (Mukhtar dan Erna Widodo, 2000 : 129)
1. membuat catatan dan komentar data mentah.
BAB IV
DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN
4.1. Kawasan Penelitian
Studi kasus yang diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki perkembangan pembangunan arsitektur modern. Berdasarkan kreteria pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka
bentuk arsitektur modern yang akan diteliti adalah kawasan bangunan ruko Citra Land Bagya City yang berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, Indonesia seperti pada gambar (4.2. Lokasi Bangunan ruko Citra Land Bagy City) dan berseberangan dengan jalan Tol Belmera dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari kampus Unimed dan IAIN Sumatera
Utara.
4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City
Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Sumber : (survey Lapangan, 2015)
Pada kompleks bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa macam type ruko, beberapa bangunan ruko memiliki tampilan dan bentukan yang berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu
type A, type B, type C. Bangunan ruko type A seperti yang terlihat pada gambar 4.3. memiliki gaya tersendiri pada tampilannya, tidak memiliki banyak warna
pada tampilan dan bangunan ruko type ini memiliki bentukan yang sedikit Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land
Bagya City type C, bangunan ruko type C ini lebih banyak jumlah unitnya dari type ruko
yang lainnya,
Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type A, bangunan ini
tepat berada pada bagian depan site, menghadap jalan. Ruko type A ini lebih
sedikit jumlah unitnya dari pada type yang lainnya
Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bagya City type B, bangunan ini berada di bagian tengah site yang saling
berbeda, dengan penambahan kanopi pada atas bangunan memberikan nilai
estetika.
Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A Sumber : (Data Pribadi, 2015)
Sedangkan pada bangunan type B seperti yang terlihat pada gambar 4.6.
pada bangunan ruko ini terlihat penggunaan bahan maeterial pada tampilannya, pada bagian atas fasade juga diberikan penambahan atap dan memberikan
perbedaan warna pada tampilan sehingga memberikan ciri khas sendiri pada bangunan ruko Citra Land Bagya City.
Gambar 4.6. Gambar Denah dan Tampak Ruko Bagya City Type B Sumber : (Data Pribadi, 2015)
Pada bangunan type C seperti yang terlihat pada gambar 4.8. bangunan
ruko ini hanya memberikan perbedaan pada tampilan yang menggunakan berbagai macam warna agar memberikan irama dan keindahan pada fasade bangunan.
Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga type bangunan ruko Citra Land Bagya City menggunakan material yang sama, hanya perbedaan warna dan bentukan pada fasadenya.
Gambar 4.8. Gambar Dan Denah Ruko Bagya City Type C Sumber : (Data Pribadi, 2015)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisa Prinsip Internasional Style
International Style gaya arsitektur yang mulai mengalami perkembangan di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1920 dan 30-an, istilah International Style pertama kali digunakan pada tahun 1932. Dengan munculnya prinsip-prinsip
International Style (Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran Penggunaan Ornamen) yang menjadi acuan para arsitek pada pendesainan
karyanya.
Arsitek Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru, karya-karya mereka
didasari dengan adanya prinsip-prinsip International Style.
5.1.1 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Walter Gropius
Walter Gropius merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dia merupakan pendiri sekolah Bauhaus bersama Ludwig Mies Van De Rohe dan Le Corbusier. Melalui dengan mendirikan sekolah, pada prinsipnya ia menekankan
5.1.1.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya
Arsitek Walter Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain arsitektur
sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Walter luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap
luar ke dalam bangunan. Pada bagian atap
bangunan Harvard Graduate Center
menggunakan atap datar.
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan diatas ditemukan kesimpulan yang
mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Walter Gropius tersebut pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.
Table 5.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.1.2 Analisa Bersdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter
Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan
dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Denah Bangunan Karya Arsitek Walter Gropius
Prinsip International Style
Keteraturan
juga terlihat dari bentuk juga tampak teratur, dan menggunakan atap datar, pada bentukan denah tidak terlihat penerapan skema simetris pada bangunan Village College.
Keteraturan pada kolom juga terlihat pada denah menggunakan juga terlihat dari bentuk denah bangunan skema simetris dan juga penggunaan atap datar pada bangunan Michael Reese Hospital terlihat jelas pada tampilannya, dapat juga dilihat dari bentuk denah bangunan tersebut. Perletakan jarak antar kolom juga terlihat teratur karena jarak antar kolom juga terlihat teratur pada denah karena
simetris pada bangunan Harvard Graduate Center tidak terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.
KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dapat dilihat dari
penggunaan kolom yang menggunakan modul, terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya. Table 5.2 Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.1.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada
Karya Arsitek Walter Gropius
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain penghindaran
penggunaan ornament dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Tampilan Bangunan Karya
Penghindaran
penggunaan ornament pada bangunan Harvard Graduate Center terlihat jelas pada tampilan bangunannya tidak menggunakan ornament hanya menampilkan dinding kaca pada keseluruhan dindingnya
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Walter Gropius penggunaan ornament
pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.
Table 5.3 Pengindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius
5.1.2 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Ludwig Mies Van De Rohe merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ludwig Mies Van De Rohe bersama Walter Gropius dan Le Corbusier
dikenal luas sebagai para printis arsitektur modern. Ia menjadi warga Negara Amerika pada tahun 1944 dan 30 tahun menjadi seorang seorang arsitek Amerika yang lebih menampilkan struktural. Mies berupaya menetapkan gaya arsitektur
baru yang mampu mewakili zaman modern.
5.1.2.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya
Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies
Ludwig Mies Van De Rohe
Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Bangunan Crown Hall terihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Crown Hall juga
menggunakan atap datar. Bangunan Seagram luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga
menggunakan atap datar.
Bangunan Lake Shore luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap bangunan Seagram Building juga
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Ludwig Mies Van De Rohe diatas ditemukan kesimpulan yang mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Ludwig Mies Van De Rohe tersebut pada bagian dindingnya juga lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.
Table 5.4 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
5.1.2.2 Analisa Berdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies
Van De Rohe
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
untuk melihat pengaruh prinsip International Style.
Denah Bangunan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Prinsip International Style
Keteraturan
Keteraturan penggunaan jendela, penerapan skema simetris, perletakan kolom yang menggunakan modul dan menggunakan atap datar pada bangunan Lake Shore Drive terlihat teratur pada tampilan dan juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut terlihat panjang menekan.
KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Ludwig Mies Van De Rohe dapat
dilihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul dan terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya.
Table 5.5 Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
5.1.2.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada
Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Penghindaran
Tampilan Bangunan Karya
Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe
Penghindaran
penggunaan ornament pada bangunan Crown Hall terlihat jelas pada tampilan bangunannya
penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan Ludwig Mies Van De Rohe lebih dominan menggunakan kaca.
5.1.3 Hasil Analisa Prinsip International Style Pada Bangunan Karya Arsitek
Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe
Berdasarkan dari analisa diatas dapat disimpulkan dari hasil kedua arsitek
international style pada bangunan modern hasil karya Walter Gropius terlihat tidak jauh berbeda dengan bentuk desain bangunan modern karya arsitek Mies
Van De Rohe yang memiliki bentuk dan penggunaan material yang sama.
1. Volume
Terbentuknya volume didasari dengan adanya lantai, dinding, dan atap.
Dari hasil analisa bangunan Walter Gropius Ludwig Mies Van De Rohe pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan
karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.
2. Keteraturan
Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe telihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul, juga terlihat pada
penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan menggunakan atap datar, pada susunan ruang lebih banyak tidak menggunakan
3. Penghindaran penggunaan Ornamen
Dari kesemua bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe hasil analisa penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena
dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan mereka lebih dominan menggunakan kaca dan permainan
warna.
5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Dengan Prinsip
International Style
Dari ketiga prinsip International Style antara lain Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran Penggunan Ornamen telah ditemukan hasil kesimpulan kemudian diterapkan pada bangunan ruko Citra Land Bagya City.
Pada komplek bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa type bangunan ruko, beberapa bangunan ruko tersebut memiliki tampilan dan bentukan
yang berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu type A, type B, dan type C.
5.2.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya
City Type A, Type B, Type C
Dari temuan analisa arsitektur sebagai volume pada prinsip International
Prinsip Internatio
nal Style
Bangunan A Bangunan B Bangunan C
Volume Prinsip pertama pada bangunan ruko type A bagian dinding lebih luar ke dalam bangunan.
Pada bagian atap
bangunan ruko type A
menggunankan atap
datar.
Pada bangunan ruko type B bagian dinding lebih dominan type C bagian dinding lebih dominan
Kesimpulan Dari analisa diatas pada bangunan ruko type A, type B dan type C tersebut tidak jauh berbeda, menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk menampilkan kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari luar ke dalam. Pada bagian atap bangunan ruko type A, type B, dan type C juga terlihat sama pada menggunkan atap datar.
Table 5.7 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City
5.2.2 Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Type A,
Type B, Type C
Dari temuan analisa keteraturan pada prinsip International Style karya
Prinsip Internationa
l Style
Bangunan A Bangunan B Bangunan C
Keteraturan Pada prinsip kedua ini keteraturan pada pengunaan jendela terlihat sangat teratur pada tampilan
bangunan ruko type A, terlihat perletakan bangunan ruko type A terlihat pada
bangunan ruko type B dan juga penggunaan kolom yang terlihat teratur pada denah dan menggunakan atap datar, penerapan skema simetris pada bangunan ruko type B terlihat pada tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut. Pada tampilan bangunan ruko type B ini lebih menambahkan
bangunan ruko type C dan juga pada bangunan ruko type C terlihat pada
tampilannya dan dapat juga terlihat dari bentuk denah bangunan tersebut.
Kesimpulan Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C terlihat pada
5.2.3 Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land
Bagya City Type A, Type B, Type C
Dari temuan analisa penghindaran penggunaan ornamen pada prinsip
International Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.
Prinsip Internationa
l Style
Bangunan A Bangunan B Bangunan C
Penghindara type A terlihat jelas pada tampilan type B terlihat jelas pada tampilan type C terlihat jelas pada tampilan
penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca, penambahan material dan penggunaan warna.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Citra Land Bagya City merupakan bangunan ruko yang terletak di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Berdasarkan dari analisa diatas dapat disimpulkan bangunan ruko Citra Land Bagya City semua bangunan
menerapkan prinsip-prinsip International Style yang ada pada bangunan karya arsitek Walter Gropius dan Mies Van De Rohe yaitu bangunan tersebut memiliki
gaya arsitektur modern.
Pengaruh prinsip-prinsip International Style pada bangunan ruko Citra
Land Bagya City yaitu :
Penerapan prinsip arsitektur sebagai volume pada bangunan ruko Citra
Land Bagya City type A, type B dan type C tersebut tidak jauh berbeda,
menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk menampilkan
kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari luar ke dalam.
Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C dapat dilihat
dalam susunan ruang, bentukan dari denah bangunan, pada perletakan
Pada prinsip ketiga, semua bangunan ruko type A, type B dan type C
penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena
dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca,
penambahan material dan penggunaan warna.
6.2. Saran
Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa saran antara lain :
Harapan penulis melalui penelitian ini diharapkan bangunan ruko Citra Land Bagya City dapat menjadi acuan terhadap penerapan pembangunan tata ruang kota Medan yang berkelanjutan.‟
Sebagai pengetahuan seorang arsitek agar merancang tidak hanya mengutamakan pada bentuk dan fungsi, akan tetapi menerapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Ruko
2.1.1. Defenisi Ruko
Mengenai pengertian ruko (rumah toko), salah satu jenis bangunan yang berasal dari kata rumah dan toko, rumah yang berarti tempat berpenghuni dan
toko berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Ruko
memang merupakan solusi yang cukup baik untuk mengatasi kebutuhan akan rumah tinggal sekaligus juga mengembangkan usaha dari rumah. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015), rumah toko atau biasa sering disebut juga
dengan Ruko adalah sebutan bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya
digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.
Istilah ruko diperkirakan dari bahasa Hokkian nom chu yang berarti “rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di
kota-kota asia tengggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering
dikaitkan dengan budaya mereka (kompas, 2004). Dalam bahasa melayu digunakan istilah kedai yang berarti sembarangan ruangan tempat barang
Di kota Medan bangunan ruko sudah menjadi pemandangan sehari-hari
dan banyak orang yang melakukan akftivitas berbisnis dan dagang di rumah toko tersebut. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015) ruko telah dikenal
diberbagai dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakan sebagai tempat tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan
Negara kepulauan demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun hunian di Timur
tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.
2.1.2. Sejarah Rumah Toko
Fenomena ruko menjadi sebuah subjek penelitian dalam kerangka proses pencarian jati diri budaya arsitektur lokal maupun regional (di era globalisasi). Ruko memiliki ruang-ruang yang relative tipikal, yang dapat secarah mudah
dimanfaatkan untuk bermacam fungsi. Dalam budaya bermukim di Indonesia, pada awalnya kita mengenal “toko” sebagai sebuah konsep tradisional yang
berbeda dengan konsep toko yang ditawarkan oleh konsep pertokoan modern.
Ruko-ruko abad ke-19, dalam kehidupan perkotaan masa itu, membentuk aktivitas di jalan dan menciptakan pusat-pusat keramaian yang secara khas hanya
dapat dijumpai di pecinan. Gaya hidup semacam inilah yang telah menghidupi pusat-pusat keramaian kota-kota di Indonesia selama ratusan tahun hingga keberadaannya kini terancam oleh pusat-pusat perbelanjaan dan
terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke
bangunan-bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan
juga identitas kita.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat
Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa
kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus
menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian
bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah dan toko (Kurniawan, 2015).
2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan
Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap
perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai
salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan,
system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di
Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan
memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang berbentuk melalui kontak
penduduk lokal dengan penjajah.
Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan
menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi
hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat ke timur dan dari utara ke selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan
menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan
baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis (tempel sana tempel
sini). Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah “membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada
Pesatnya pembangunan rumah toko (ruko) sering mendapat perhatian
karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya. Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat
merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan peningkatan kebisingan jalan.
Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan
2.2. Tinjauan Arsitektur Modern
2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern
Arsitektur modern adalah sebuah perkembangan arsitektur dimana ruang
menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah
yang lebih dipentingkan (krier, 1982). Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam
Di masa sekarang banyak rumah toko yang dibangun
dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup
penghuninya. Pada abad ke-20 arsitektur telah dipengaruhi oleh mesin secara total dan dikatakan juga arsitektur sebagi pemuja mesin, pada abad ke-19 secara perlahan telah muncul material-material yang seperti besi, baja, tuang yang sangat
mempengaruhi pengerjaan arsitektur modern. Eksterior rumah dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang berukuran lebar
dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke depan. Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah
modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan diagonal yang sederhana pada dinding eksterior yang luas interior rumah toko modern ditata dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan void di ruang-ruang
publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya arsitektur modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan
ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.
Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis
2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern
Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sumalyo
(2005) mengatakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain : seni, teknik, tata ruang, geografi, sejarah. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan
waktu yang sukar ditentukan batasnya.
Diketahui bahwa arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun
waktu sejak manusia hingga sekarang. Arsitektur modern merupakan perkembangan dari klasik barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan revolusi industry mulai awal abad 19 dengan terjadinya perubahan
besaran-besaran dalam pola hidup dan pola pikir (sumalyo, 2005). Terdapat 3 periode perkembangan arsitektur :
Tahun 1800an
Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai suatu „olah rasa‟ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan
tidak ada rumusnya (Sumalyo, 2005). Pada tahun 1750-an di Perancis, muncul
orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Bagi mereka
demikian, dapat dikatakan bahwa arsitektur Modern berupa ide, gagasan, pikiran
atau pengetahuan dasar tentang arsitektur sudah hadir pada abad ke-18. Dan kemudian, pikiran-pikiran tersebut baru mendapat kesempatan untuk
direalisasikan pada pertengahan abad-19 karena faktor-faktor yang sangat mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut adalah :
Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah
terbagi menjadi dua yaitu arsitektur sebagai kesenian dan arsitektur
sebagai ilmu teknik sipil.
Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan
keseragaman ukuran dan kecepatan membangun.
Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus
Sumber :
Periode 1890 – 1930
Pada masa ini arsitektur modern mengalami puncaknya di Prancis, Jerman, Belanda, Rusian, dan Inggris mulai mengikutinya. Sumalyo (2005) menjelaskan
mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi semacam resolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran, sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui
munculnya berbagai eksperimen seperti : arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science, arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space, arsitektur
sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly, dan arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal.
Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot Sumber :
Periode 1950-1960an
Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan (Sumalyo,
2005) yakni:
-Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern :
a. Segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat
diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya. b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk
mengekspresikan space / ruang.
c. Terjadi produksi massal bahan bangunan oleh pabrik. Hal ini dapat
mempercepat proses pembangunan. Namun, bahan bangunan dapat menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam. Dengan
Gambar 2.5. Bangunan Seagram Sumber :
http://4.bp.blogspot.com/---lez6fXPxg/T4eshVchPyI/AAAAAAAAC48/EZmbaZAVc1Q/s1600/seagram.gif -Tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan Arsitektur Modern :
a. Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ciri individual perancangnya.
Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orange adalah nama biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.
b. Enggan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas berbeda.
c. Karena penekanan perancangan pada ruang, maka desain menjadi polos, simpel, bidang-bidang kaca lebar.
2.2.4 Ciri-ciri Arsitektur Modern
Sejak tahun 1920 selain sangat signifikan dalam gaya bangunan arsitektur modern, juga telah menetapkan reputasi para arsiteknya. Asal dan karakteritik
arsitektur modern sampai saat ini masih diperdebatkan di kalangan arsitek. Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal sosial yang erat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan.
Hal ini menambah pengetahuan makna bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Berikut adalah karakteristik dari
bangunan bergaya arsitektur modern menurut krier (1982) dalam Brunner T. Dkk (2013) :
Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monotone karena
tidak diolah. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam),
merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.
Penggunaan material dan bahan pada bangunan arsitektur modern
tidak terlepas dari unsur fungsional, dimana bahan dan material yang digunakan harus mendukung fungsi bangunan secara keseluruhan.
Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah
beton, baja dan kaca. Misal :
1) Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin 2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis
Ekspresi terhadap sruktur sebagai elemen arsitektur yang memberikan
bentuk kepada tampak bangunan, sehingga menciptakan ruang pada
kulit bangunan. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Skin and Bone. Skin and bone merupakan salah satu ide desain dari langgam arsitektur modern yang mengedepankan kepolosan dan kesederhanaan dalam
olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan. Anti ornamen, menganggap ornamen yang ada pada bangunan tidak
memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur, sehingga ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain.
Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan aslinya. Penekanan Elemen vertikal dan horizontal
masih berhubungan dengan penggunaan ornamen yang dianggap sebagai suatu kejahatan, maka bangunan-bangunan dengan langgam
arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Menyederhanakan
bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu. Semakin sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut.
Bangunan arsitektur modern menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan. Tidak
2.3. Tinjauan International Style
2.3.1. Asal-usul International Style
Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun
1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II. Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson
(1997) yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern. Dasar desain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.
Gambar 2.6. PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927) Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html
Pada abad pertengahan ke-18 ada upaya untuk mencapai pengendalian
dalam arsitektur di masa lalu, kemudian Pada abad ke-19 gaya arsitektur yang mulai berkembang dengan menggunakan produk-produk industri seperti logam
dan beton bertulang. Arsitektur modern yang diketahui sejak dulu sebuah pelajaran seni yang meniru gaya besar pada masa lalu yang merupakan masalah membangun dengan gaya yang dominan. Di Eropa pada sekitar tahun 1900
sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan
menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi.
2.3.2. Tokoh Arsitek International Style
Dari beberapa arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan
gaya lama ke gaya baru. Tokoh arsitek yang mendukung adalah :
No Nama Foto Biografi
1 Alvar Alto Hugo Alvar Henrik Aalto (lahir
di Kuortane, Finlandia, 3 Februari 1898 –
meninggal di Helsinki, Finlandia, 11 Mei 1976 pada umur 78 tahun) adalah arsitek dan
desainer Finlandia yang dijuluki sebagai
"Bapak Modernisme" di negara-negara
Nordik. Karyanya
meliputi arsitektur, furnitur, tekstil dan barang pecah belah. Karier awal Aalto berjalan pada masa industrialisasi Finlandia, sehingga banyak kliennya yang merupakan industralis salah satunya adalah keluarga Ahlström-Gullichsen.
2 Welton Becket
Komisi besar pertama mereka adalah Auditorium Pan-Pasifik pada tahun 1935,
yang memenangkan mereka pekerjaan
perumahan dari James Cagney, Robert Montgomery, dan selebriti film lainnya. Plummer meninggal pada tahun 1939.
3 Le Corbusier Le Corbusier atau yang bernama asli
Charles-Edouard Jeanneret merupakan seorang arsitek asal Swiss yang menekuni aliran desain International Style bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe, Walter Gropius dan Theo van Doesburg. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang perencana tata kota, seniman, penulis dan perancang perabot. Ia juga
terkenal atas kontribusinya dalam
penyebarluasan international style. Le
Corbusier merupakan seorang yang ahli dalam teori-teori desain modern. Ia juga berkontribusi dalam menghasilkan kehidupan yang lebih baik di lingkungan yang padat penduduknya. Karya bangunan-bangunannya tersebar di daerah Eropa, India, Rusia dan merupakan seorang arsitek berkebangsaan
Jerman. Dia merupakan pendiri
Sekolah Bauhaus bersama dengan Ludwig Mies van der Rohe dan Le Corbusier . Walter Gropius adalah anak ketiga dari Walter Adolph Gropius dan Manon Auguste Pauline Scharnweber. Gropius menikah dengan Alma Mahler (1879-1964), janda dari Gustav
Mahler. Dengan bantuan dari
arsitek Inggris, Maxwell Fry, dia
meninggalkan Nazi Jerman pada
tahun 1934 dengan melakukan kunjungan sementara ke Inggris. Dilahirkan di Berlin.
Gropius wafat di Cambridge,
Massachusetts pada tahun 1969. Walter
Gropius belajar arsitektur antara 1903 dan 1907 di Universitas Teknik di Munich dan Berlin. Ia bergabung dengan kantor Peter Behrens pada tahun 1908. Dia menerima posisi di Jerman General Electric Company (AEG) dan akan bertanggung jawab untuk
membantu dalam semua pertimbangan
Ludwig Mies van der Rohe, Dietrich Marcks dan Le Corbousier. Pada tahun 1910 Gropius
meniggalkan perusahaan dan mulai
mendirikan praktek di Berlin selama tiga tahun bersama karyawannya Adolf Meyer.
5 Philip
Johnson
Philip Cortelyou Johnson atau lebih dikenal dengan nama Philip Johnson adalah salah satu arsitek dari Amerika yang sangat berpengaruh dalam dunia Arsitektur. Dengan kacamatanya yang tebal, berbingkai bundar, Philip Johnson adalah tokoh yang paling dikenal di dunia arsitektur Amerika selama beberapa dekade. Philip Johnson (8 Juli 1906 - 25 Januari 2005) lahir di Cleveland, Ohio. Pada awalnya, Philip Johnson bukanlah seorang arsitek, dia bekerja sebagai kritikus, penulis, sejarawan dan seorang direktur museum. Dia meraih gelar A.B. dalam sejarah arsitektur dari Universitas Harvard yang tertarik pada Sejarah dan Filsafat, terutama pada karya Pra-Sokrates.
6 Louis Kahn Salah satu arsitek yang paling berpengaruh
pada abad pertengahan ke-20, Louis Kahn (1901-1974) menyadari bangunan relatif sedikit, namun menahan diri formal dan ekspresi emosional-nya Jonas Salk Institute, Kimbell Art Museum dan Kompleks Modal di Dhaka dianggap sebagai sebuah kemajuan yang terinspirasi dari International Style.
7 Ludwig Mies
van der Rohe
Ludwig Mies van der Rohe (27 Maret 1886 –
17 Agustus 1969) adalah
seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ia
umumnya dipanggil Mies, sesuai nama
belakangnya. Ludwig Mies van der Rohe, bersama Walter Gropius dan Le Corbusier, dikenal luas sebagai para perintis arsitektur
Modern. Ia memulai karya dengan
membangun Riehl House di Potsdam. Pada tahun 1944, ia menjadi warga negara Amerika, menyelesaikan pesangon nya dari asalnya, Jerman. Tiga puluh tahun sebagai seorang arsitek Amerika mencerminkan lebih struktural, pendekatan murni untuk mencapai tujuannya dari arsitektur baru untuk abad
ke-20. Mies, seperti rekan-rekannya
pasca Perang Dunia I, berupaya menetapkan gaya arsitektur baru yang mampu mewakili zaman modern seperti yang dilakukan arsitektur Klasik dan Gothik pada zamannya
arsitektur abad ke-20 yang berpengaruh dengan kejelasan dan kesederhanaan yang
ekstrem. Bangunan-bangunan karyanya
memanfaatkan material modern seperti baja industri dan kaca pelat untuk menentukan ruang interior. Ia berupaya menciptakan arsitektur dengan sedikit kerangka struktur yang diseimbangkan dengan kebebasan ruang terbuka yang mengalir bebas. Ia menyebut bangunan-bangunannya arsitektur "kulit dan tulang". Mies mengambil pendekatan rasional
yang dapat memandu proses kreatif
perancangan arsitektur. Ia sering dikaitkan dengan aforisme "lebih sedikit lebih baik" dan "Tuhan sangat terperinci".
8 Richard
Neutra
Pekerjaan seumur hidup dari arsitek Amerika kelahiran Austria Richard Joseph Neutra
(1892-1970) merupakan upaya untuk
menggabungkan presisi teknis dari
International Style dengan unsur-unsur lain yang lebih organik untuk tradisi arsitektur Amerika. Richard Neutra lahir di Wina pada tanggal 8 April 1892. Dia dilatih di Technische Hochschule, menerima diploma pada tahun 1917. Walaupun ia sangat dipengaruhi oleh bangunan dan tulisan-tulisan dari arsitek Wina kontemporer, Adolf Loos, salah satu pelopor dari gerakan modern di Eropa. Loos diperkenalkan Neutra inovasi terjadi dalam arsitektur Amerika, khususnya percobaan dari Louis Sullivan dan sekolah Chicago. Bunga Neutra dalam arsitektur Amerika tumbuh ketika ia menjadi akrab dengan karya Frank Lloyd Wright.
9 Oscar
Niemeyer
Arsitek Oscar Niemeyer lahir pada tanggal 15 Desember 1907 di Rio de Janeiro, Brasil. Niemeyer mendarat proyek besar pertamanya pada tahun 1941, perencanaan bangunan
untuk Pampulha Kompleks Arsitektur.
10 Frits Peutz Peutz lahir di sebuah keluarga Katolik di Uithuizen di Groningen, sebuah provinsi sebagian besar Protestan di utara Belanda. Pada tahun 1910 ia dikirim ke sekolah asrama Rolduc di Kerkrade di provinsi Katolik Limburg untuk pendidikan yang lebih tinggi. Pada tahun 1914 ia lulus di HBS, jenis lama sekolah tinggi Belanda. Setelah itu ia belajar teknik sipil di Delft. Pada tahun 1916 ia mengubah arsitektur. Pada tahun 1920, saat masih tidak lulus, ia kembali ke Limburg untuk mengendap sebagai arsitek independen di kota Heerlen, di mana industri
pertambangan batubara booming
memberinya banyak tugas. Peutz memainkan peran utama dalam mengubah Heerlen dalam, kota modern yang benar. Pada tahun 1925 ia menerima gelar dalam arsitektur. Sekitar 1.926 anak pertamanya, Victor Peutz lahir, yang menjadi audiolog dan acoustician. Peutz dan istrinya Isabelle Tissen memiliki tiga belas anak bersama-sama. Salah satunya mengikuti jejak ayahnya untuk mendapatkan gelar di bidang teknik sipil dan menjadi seorang arsitek.
11 Gerrit
Rietveld
Rietveld lahir di Utrecht pada tahun 1888 sebagai anak tukang kayu. Dia meninggalkan sekolah pada 11 untuk magang kepada ayahnya dan terdaftar di sekolah malam sebelum bekerja sebagai juru gambar untuk CJ Begeer, perhiasan di Utrecht, dari 1906 ke 1911. Pada saat ia membuka bengkel mebel sendiri pada tahun 1917, Rietveld telah belajar sendiri menggambar, melukis dan model keputusan. Dia kemudian mendirikan bisnis sebagai pembuat lemari. Rietveld dirancang nya Merah dan Blue Chair yang terkenal pada tahun 1917. Berharap bahwa banyak dari furnitur nya akhirnya akan diproduksi secara massal daripada buatan
tangan, Rietveld ditujukan untuk
Gropius diundang Rietveld untuk pameran di
Bauhaus. Ia merancang bangunan
pertamanya, Rietveld Schröder House pada tahun 1924, dalam kerjasama erat dengan pemilik Truus Schröder-Schrader. Dibangun di Utrecht pada Prins Hendriklaan 50, rumah memiliki lantai dasar konvensional, tetapi radikal di lantai atas, kurang dinding tetap melainkan mengandalkan dinding geser untuk membuat dan mengubah ruang hidup. Table 2.1. Tokoh Arsitek International Style
2.3.3. Konsep Internatinal Style
Arsitektur modern telah menemukan beberapa konsepsi yang jelas dari dirinya sendiri sebagai suatu disiplin dan gambar peran baru dalam masyarakat.
Prinsip-prinsip desain baru yang international style dijagokan dapat ditemukan menjadi 3 prinsip, Larson (1993) mengatakan dalam buku menggali pemikiran
posmodernisme dalam arsitektur (2005) dalam pameran MoMA (Museum of Modern Architecture) pada tahun 1932, Hitchcock dan Jhonson menyatakan prinsip-prinsip gaya aarsitektur modern, yaitu volume dari pada massa, regularitas
dari pada simetri aksial dengan geometri dan standarisasi, komposisi aksial tidak diperlukan lagi, dan melarang penggunaan ornament. Prinsip-prinsip ini menjadi
tanda bagi produksi International style. Mereka tidak hanya formula proporsi yang membedakan gaya-gaya yang ada pada masa itu, konsepsi arsitektur yaitu penekeanan pada volume datang untuk menggantikan massa dalam desain
bangunan, keteraturan dan tidak simetri aksial yang berfungsi sebagai sarana utama dalam mendesain bangunan, dan yang terakhir tidak sewenang-wenang
Gaya Internasional yang khas pada umumnya terdiri dari beberapa yaitu :
Bentuknya segi-empat atau penyiku, berbentuk kubus sederhana "segiempat panjang yang menekan", jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan
membentuk suatu garis beraturan, Semua bagian muka bangunan penjuru bersudut 90 derajat dan bertingkat. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson, 1997) mengatakan dalam buku International Style bahwa gaya internasional telah
menjadi jelas dan didefinisikan hanya secara bertahap sebagai tor inovasi yang berbeda di seluruh dunia yang telah berhasil dilakukan percobaan secara paralel.
Berikut beberapa prinsip-prinsip yang ada pada Internasional Style yaitu:
1. Volume
Arsitektur sebagai volume metode kontemporer yang menyediakan
kerangka mendukung, dengan menggunakan kontruksi batu tradisional pada bagian dinding masih sering digunakan dalam kombinasi dengan kontruksi
kerangka. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku International Style, 1997) arsitek yang membangun dalam gaya internasional berusaha untuk menampilkan karakter sejati kontruksi dan menekan jelas
ketentuannya untuk fungsi sehingga seperti detail akan bertentangan dengan efek utama permukaan volume dan juga pada atap datar normal yang memberikan
makna estetika penting.
Dalam arsitektur modern jendela merupakan elemen penting yang
kelereng, dan semen juga menjadi bahan material pada permukaan volume dari
bangunan modern merupakan sebagai tanda dari gaya kontemporer, yang memiliki estetika membentuk dan terus-menerus bahkan menutupi pada
permukaan dinding. Pada permukaan volume dalam menggunakan kayu tampak terlihat mengagumkan akan tetapi bahan ini tidak tahan lama seperti batu atau batu bata.
2. Keteraturan
Mengenai keteraturan dalam prinsip ini pola dari jendela merupakan
komposisi dari arsitektur kontemporer dan membuktikan estetika itu ada pada bangunan kontemporer, karena dalam prinsip kedua ini gaya kontemporer dalam
arsitektur harus dilakukan dengan keteraturan. Dalam desain arsitektur modern juga mengungkapkan karakteristik struktur dan kesamaan oleh penekanan estetika yang beraturan. Sama hal nya seperti prinsip estetika pada permukaan volume
telah dapat dilihat arsitektur tidak lagi memiliki dukungan yang solid pada dinding, bahwa keteraturan tergantung pada khas kerangka yang mendasari kontruksi modern.
Skema simetris dari desain sebenarnya lebih estetis serta teknis karena sebagian besar bangunan kontemporer lebih langsung dinyatakan dalam bentuk
simetris yang akan menjadikan kuat ditandai dengan penekanan pada sumbu nyata baik dari pusatnya. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku International Style, 1997) bahwa tanda arsitek modern yang baik
sering tampak mengikuti persis prinsip dari keteraturan seperti displin estetika
formal dan juga proporsi menurut teori merupakan batu ujian estetika desain modern dalam aplikasi dari prinsip keteraturan arsitek modern yang berbeda dari
yang lain.
3. Penghindaran Penggunaan Dekorasi
Pada prinsip ketiga ini penghindaran terapan penggunaan ornamen horizontal
biasa membedakan gaya arsitek dari masa lalu dan dari abad terakhir, hal ini berperan untuk mempertahankan bangunan yang ada sejak 1800-an seharusnya
tidak dihiasi dengan ornament dikarenakan kegagalan atau banyak ketidakmampuan menciptakan ornament yang tidak valid dalam mengadaptasi
gaya lama dengan kontruksi yang baru. Bahkan sejak abad pertengahan abad ke-18 penggunaan ornament terus menurun dan dianggap suatu kejahatan yang positif dari desain. Beberapa kritikus bahkan akan menjelaskan semua ornament
pada arsitektur masa lalu sebagai kelanjutan detail warisan yang awalnya memiliki arsitek struktural. Huruf juga dianggap sebagai pendekatan ornament
yang digunakan arsitek gaya internasional.
Kontemporer merupakan gaya saat menetapkan standar tinggi tetapi tidak untuk dekorasi. Pada abad ke-19 telah ada yang sangat luar biasa dalam
penggunaan warna dan pada hari awal gaya kontemporer menggunakan semen putih, ketika warna menghadapi perkembangan dalam penggunaan bahan-bahan
memberikan sedikit alasan dalam penggunaan warna mungkin lebih baik dihindari
meskipun kadang-kadang menjadi kesuksesan terkemuka. Pohon dan tanaman rambat menjadi dekorasi lebih lanjut untuk mendatang arsitek modern, dengan
memanfaatkan lingkungan alam sekitar yang menjadi permasalahan utama gaya internasional.
2.3.4. Bangunan Karya Arsitek International Style
Berikut adalah beberapa contoh bangunan karya arsitek terkemuka menurut International Style “Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe” :
Nama Arsitek Gambar Keterangan
Mies van de Rohe
(fungsional)
Gambar 2.8.Farnsworth house, Fox River, Illinois, 1950
Sumber :
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-
Gambar 2.9. Barcelona Pavilion
Gambar 2.10. Barcelona Pavilion Sumber :
http://www.architravel.com/architravel_wp/wp
-content/uploads/2013/05/Barcelona-Pavilion_4-630x268.jpg
Gambar 2.11. Tugendhat House Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/ 24/Villa_Tugendhat-20070429.jpeg
Gambar 2.12. Tugendhat House Sumber : http://www.ronenbekerman.com/wp-content/uploads/2011/09/01_xoio_tugendhat_uebere
ck.jpg
Gambar 2.13. Crown Hall Sumber :
Gambar 2.14. Seagram Building Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/ 01/Seagrambuilding.jpg
Gambar 2.15. Lake Shore Drive Sumber : http://www.e-architect.co.uk/wp-
content/uploads/2010/03/lake-shore-drive-towers-1.jpg Walter Gropius
(tradisional)
Gambar 2.16.Fagus Factory, Alfeld-an-der-Line Sumber :
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-
-Awal pembentukan
ruang adalah
dimulai dari
suasananya, baru
setelah itu beralih
pada fungsi.
Keindahan
ditemukan dari
produk industri
dan bukan dari
alam.
Gambar 2.17. Village College Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/ 36/Maxwell_Fry_Gropius_Impington_Village_Colle
ge_front_2006.jpg
Gambar 2.18. Gropius House Sumber :
http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/fa267/gropiu s/gropius1.jpg
Gambar 2.19. Bauhaus Sumber :
http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building25 72/media/media_60759.jpg
bangunan, sesuai
dengan pola
perletakan ruang
yang urut
berdasarkan
sequence proses
Gambar 2.20. Michael reese hospital Sumber :
http://farm2.static.flickr.com/1189/5162103634_6f43 cc5eeb.jpg
Gambar 2.21. Hardvard graduate center Sumber :
https://farm4.staticflickr.com/3646/3477475296_199 2585f92.jpg
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang, salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota.
Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar,
sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, kegiatan perkonomian di Kota Medan termasuk sangat pesat, pesatnya perekonomian dapat ditunjukan dengan banyaknya lahan yang
dimanfaatkan sebagai ladang bisnis dengan membangun pusat perbelanjaan dan pertokoan. Meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditandai dengan semakin
banyaknya ruko (rumah toko), akan berdampak pada peningkatan mobilisasi penduduk. Dengan seiring perkembangan zaman, perkembangan gaya-gaya arsitektur pada ruko (Rumah Toko) sekarang ini berlangsung secara berkelanjutan
pada desain bangunannya. Bangunan ruko (rumah toko) di kota Medan sekarang ini terlihat bentuk bangunannya yang cantik dan tetap memiliki nilai membuat
peneliti tertarik untuk menganalisis bangunan ruko modern.
Arsitektur modern mulai mengalami peningkatan dikarenakan segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan
murni dan mampu menyempurnakan ekpresi space/ruang. Pada priode ini
penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perencanaan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja tetapi juga hubungan dengan keadaan
lingkungan dimana bangunan tersebut berada.
Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip pada
International Style. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu
menyisipkan hal-hal baru, progresip , hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. Arsitektur dimaksudkan untuk mendorong tujuan-tujuan sosial jangka panjang dan menekankan sosial. Dalam
retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya International memainkan peran formatif dalam evolusi semua aspek arsitektur modern, Arsitektur modern
diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Pertumbuhan dan perluasan International Style ke seluruh penjuru dunia sekarang sejarah kuno, pada akhirnya gaya internasional telah
universal disesuaikan dan diganti dengan yang baru, akan tetapi tindakan ini dianggap sebagai penghianat gerakan modern. Arsitektur modern tidak bermula
dengan revolusi yang tiba-tiba membuang yang pra modern dan menggantinya dengan geometris sebagai satu-satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi
1.2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, maka ditemukan perumusan masalah. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Apakah pengaruh International Sytle dengan bangunan ruko (rumah toko) di Citra Land Bagya City ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari peneltian ini adalah :
1. Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di Citra
Land Bagya City.
2. Mengetahui pengaruh prinsip International Style pada bangunan ruko
(rumah toko) Citra Land Bagya City
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat melalui peneltian ini antara lain :
a. Bagi Arsitek, diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang kota.
b. Bagi akademis, menjadi salah satu bahan literature terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dunia arsitektur dan perencanaan kota mengenai arsitektur modern.
1.5. Batasan Penelitian
Dengan melihat prinsip International Style arsitektur modern, penelitian ini meneliti berdasarkan bangunan karya arsitek International Style. Adapun
tokoh-tokoh arsitek International Style yaitu Alvar Alto, Welton Becket, Le Corbusier, Walter Gropius, Philip Johnson, Louis Kahn, Ludwig Mies van der Rohe, Richard Neutra, Oscar Niemeyer, Frits Peutz, Gerrit Rietveld, dari beberapa arsitek
tersebut disini peneliti hanya melihat dari bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe dan Walter Gropius, kemudian dianalisa dengan melihat pengaruh
dari bangunan karya arsitek berdasarkan prinsip-prinsip International Style tersebut lalu diterapkan dengan bangunan ruko Bagya City.
1.6. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah proses berpikir peneliti dari awal hingga masalah peneliti tersebut dipecahkan dan pada akhirnya diperoleh penemuan dari
Gambar1.1 Kerangaka Berfikir Latar Belakang
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang, salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota. Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar, sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan.
Perumusan Masalah
Apakah pengaruh
International Sytle terhadap bangunan ruko (rumah toko) di Citra Land Bagya City ?
Tinjauan Pustaka
- Tinjauan Ruko
- Tinjauan Arsitektur Modern
- Tinjauan International Style
Hasil / Pembahasan
Tujuan Penelitian
Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di Citra Land Bagya City dan mengetahui pengaruh prinsip International Style pada bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City
Pengumpulan Data kesimpulan
Manfaat Penelitian
Melalui peneltian ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang kota, dan menjadi salah satu bahan literature terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dunia arsitektur dan perencanaan kota, sehingga dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi bahan masukan kepada masyarakat mengenai gaya-gaya arsitektur modern.
Judul Penelitian
ABSTRAK
Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin luas, salah satunya di Indonesia. Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip International Style. Arsitektur modern diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Dalam retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya international menjadi gaya yang sedang trend, para arsitek-arsitek dunia yang setiap karyanya menerapkan prinsip-prinsip International Style. Bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City juga menerapkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur sebagai volume, Keteraturan, Penghindaran penggunaan ornamen. Pada bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca, keteraturan pada atap, susunan jendela dan kolom karena menggunakan grid, dan tidak menggunakan ornament. Sekarang ini banyak bangunan ruko yang menerapkan karakteristik arsitektur modern, dikarenakan lebih mengutamakan keindahan fasade dan mengikuti fungsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bangunan ruko Citra Land Bagya City merupakan bangunan arsitektur modern yang menerapkan prinsip-prinsip International Style.