• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Sebaiknya dipilih sumber tenaga seekor kerbau ketika pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan tenaga kerbau, karena kapasitas lapang efektif rata-rata dengan satu kerbau lebih besar dibanding dengan dua kerbau.

2. Perlu dilakukan analisis biaya pengolahan tanah dalam budi daya tanaman padi untuk mengoptimalkan penggunaan alat pertanian, baik secara tradisional maupun mekanis.

47 DAFTAR PUSTAKA

Bowles JE. 1970. Engineering Properties of Soil and Their Measurement. Highstown: Mc Graw-Hill Inc.

Champagne ET. 2004. Rice Chemistry and Technology. Minnesota: American Association of Cereal Chemists, Inc.

Dahnil F. 2000. Mempelajari Tingkat Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Gelebeg [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dash SK, Das DK. 2006. Performance Evaluation of Bullock Drawn Puddlers. Journal of Agricultural Mechanization in Asia, Africa, and Latin America 37:9-11.

De Datta K. 1981. Principles and practice of Rice Production. New York: John Willey & Sons.

Grist DH. 1965. Rice. Edisi Keempat. London: Longman Group Limited.

Hanafiah KA. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Hutabarat AF. 2006. Mempelajari Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Gelebeg, Garu Sisir dan Bajak Rotari di Leuwikopo, Darmaga Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Koga, K. 1992. Introduction to Paddy Field Engineering. Bangkok: Asian Institute of Technology.

Mohanty M, Painuli DK, Mandal KG. 2004. Effect of Puddling Intensity on Temporal Variation on Soil Physical Conditions and Yield of Rice (Oriza sativa L.) in a Vertisol of Central Indian. Journal of Soil and Tillage Research 76:83-94.

48 Moormann FR, Nico vB. 1978. Rice: Soil, Water, Land. Los Banos: International

Rice Research Institute.

Pitojo S. 2003. Budi daya Padi Sawah Tabela (Tanam Benih Langsung). Jakarta: Penebar Swadaya.

Pramuhadi G. 1998. Studi Optimasi Rasio Kecepatan Linier Pisau Rotari Dan Kecepatan Maju Traktor Pada Pelumpuran Tanah Padi Sawah [tesis]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prihar SS, Ghildyal BP, Painuli DK, Sur HS. 1985. Physical Properties Of Mineral Soils Affecting Rice-Based Cropping System. Di dalam: Swaminathan, editor. Poceeding of Soil Physics and Rice. Los Banos: International Rice Research Institute. hlm. 57-70.

Puspita SI. 2002. Efisiensi Pengolahan Tanah Menggunakan Gelebeg, Garu Sisir dan Bajak Rotari [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sakai J, Sitompul RG, Sembiring EN, Praeko R, Suastawa IN, Mandang T. 1998. Traktor 2–Roda. Bogor: Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Sari DW. 2007. Pengembangan Jasa Pengolahan Tanah Sawah Secara Mekanis di Kabupaten Kuningan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Scheltema W. 1974. Puddling Againts Dry Plowing For Lowland Rice Culture In Surinam: Effect On Soil and Plant, And Interactions With Irrigation And Nitrogen Dress. Wageningen: Center for Agricultural Publishing and Documentation.

Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1993. Engineerig Principles of Agricultural Machines. Michigan: American Society of Agricultural Engineering.

Suastawa IN, Hermawan W, Desrial, Sitompul RG. 2008. Pedoman Praktikum: Alat dan Mesin Budi Daya Pertanian. Bogor: Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

49 Sutanto R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:

Penerbit Kanisius.

Sys C. 1985. Evaluation of the Physical Environment for Rice Cultivation. Di dalam: Swaminathan, editor. Proceeding of Soil Physics and Rice. Los Banos: International Rice Research Institute. hlm. 31-43.

Verma AK, Dewangan ML. 2006. Efficiency and Energy Use in Puddling of Lowland Rice Grown on Vertisols in Central India. Journal of Soil and Tillage Research 90:100-107.

Yudistira A. 2004. Pertumbuhan Padi (Oriza sativa L.) pada berbagai Metode Pelumpuran Tanah di Kabupaten Ciamis dan Pemerintahan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

50 Lampiran 1. Peta wilayah Kelurahan Situgede, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor

51 Lampiran 2. Struktur Lahan Sawah

Menurut Koga (1992), struktur lahan sawah terdiri dari: 1. Bagian pembatas, yang sering disebut pematang

Fungsi dari bagian pembatas ini antara lain adalah: a. Menahan genangan air

b. Sebagai tempat berjalan dari satu petakan ke petakan yang lain di tengah sawah

c. Sebagai pembatas kepemilikan lahan

Kehilangan air berupa rembesan kadang-kadang terjadi melalui bagian pematang ini. Petani biasanya melapisi bagian dalam pematang dengan tanah hasil pelumpuran untuk mengurangi terjadinya rembesan melalui pematang.

Konstruksi bagian pematang ini adalah hal yang penting diperhatikan dalam keteknikan, dan sangat penting untuk mengatur strategi dalam perencanaan untuk mengurangi panjang dan jumlah pembatas petakan karena membutuhkan jumlah biaya dan tenaga pekerja yang lebih besar untuk merawat pembatas yang ada dan juga akan mengurangi jumlah lahan yang dapat ditanami. Gulma yang tumbuh pada bagian pematang juga merupakan suatu masalah. Masalah kemiringan lahan dan kepemilikan lahan petani yang terbatas menjadi penyebab bentuk lahan yang kecil-kecil dan panjangnya jumlah pematang.

2. Lapisan olah tanah

Ketepatan pengaturan tinggi permukaan lapisan olah tanah penting diperhatikan dalam beberapa hal untuk:

a. Penggenangan yang cepat

b. Penggenangan dengan tinggi air yang merata c. Drainase yang baik

Tinggi permukaan yang baik dan merata juga sangat dibutuhkan, terutama untuk sistem budi daya tebar benih langsung atau pelaksanaan sistem pindah tanam dengan alat mekanis. Misalnya di Amerika dan Jepang, beda elevasi yang digunakan adalah maksimal sebesar 5 cm.

52 Lampiran 2. (Lanjutan)

3. Lapisan Dasar

Lapisan dasar dari lahan padi pada umumnya diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:

a. Tipe dengan posisi ketinggian air tanah yang rendah

Dengan tipe ini, permeabilitas air biasanya akan sangat besar. Air biasanya akan ditahan sebuah lapisan kedap air, yang biasanya disebut plowsole (plowpan,hardpan), yang ada di bawah lapisan olah tanah. Masalahnya adalah lapisan plowsole tidak dapat dibentuk di bawah pembatas petakan, jadi akan sangat banyak kehilangan air dari bagian tersebut. Oleh karena itu, lahan padi dengan tipe ini pada lahan yang miring akan mengalami banyak kehilangan air melalui rembesan. Untuk mengurangi rembesan tersebut, petani melumpuri lapisan olah tanah dan melapisi perbatasan petakan dengan lumpur tersebut, sehingga rembesan air dapat dikurangi.

b. Tipe dengan posisi ketinggian air tanah yang tinggi

Sebagian besar lahan padi di dataran rendah memiliki tipe seperti ini. Dengan tipe seperti ini tentu akan lebih mengurangi terbuangnya air melalui rembesan antara pembatas petakan. Namun tentu akan membutuhkan suatu sistem drainase untuk mendukung produktivitas tanaman padi.

53 Lampiran 3. Tujuan dari kegiatan pelumpuran (Koga 1992) dalam persiapan

tanah lahan sawah

1. Pengendalian gulma. Sebelum pelumpuran, petakan lahan biasanya dibajak dan/atau digaru terlebih dahulu. Selama proses-proses pembajakan maupun pelumpuran ini, gulma dan tunggu-tunggul sisa dipotong dan dibajak pada lapisan olah tanah. Genangan air yang terjadi akan mencegah perkecambahan gulma untuk waktu yang cukup panjang.

2. Pembentukan tanah yang lunak. Tanah yang dilunakkan adalah kondisi yang memberi dampak kerusakan yang paling sedikit pada akar tanaman yang dipindahtanamkan dari tempat persemaian. Kerikil-kerikil yang mungkin ada pada lapisan olah akan berpindah sampai ke dasar lapisan tanah pelumpuran.

3. Penyimpanan air. Pelumpuran akan dengan signifikan dapat mengurangi permeabilitas tanah yang dilumpurkan dan kadang-kadang dapat mencegah timbulnya pori-pori yang besar pada lapisan tanah subsoil. Sehingga kebutuhan air selama periode pertumbuhan berkurang dengan sistem pelumpuran.

4. Menjaga kelembaban. Pelumpuran mengubah struktur tanah pada lapisan olah tanah menjadi lapisan yang terdiri dari banyak pori-pori mikro (mikro pori). Oleh karena itu, kapasitas menahan air atau air simpanan pada tanah ketika penyerapan air yang tinggi akan semakin besar, dimana hal ini dapat mencegah penguapan pada lapisan olah tanah ketika mengalami masa kekeringan yang singkat.

5. Meratakan tanah. Permukaan air adalah standar perataan permukaan yang paling mudah diterapkan maupun diterima petani. Lumpur dipindahkan dengan relatif lebih mudah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

54 Lampiran 4. Curah hujan di Kelurahan Situgede dari tahun 1987-2002 (mm)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1987 295 282 404 290 460 218 235 103 50 413 436 231 1988 434 380 344 445 371 148 89 258 86 240 151 397 1989 464 506 281 150 554 254 147 230 255 367 346 444 1990 442 373 193 639 382 212 283 646 288 346 292 358 1991 312 341 574 306 117 125 7 122 215 154 580 439 1992 132 301 445 427 442 193 277 245 268 705 638 471 1993 462 306 513 343 323 330 121 427 202 346 390 410 1994 - - - - 400 220 30 45 45 364 563 414 1995 516 313 304 245 318 470 264 10 335 456 709 213 1996 508 537 504 506 518 138 243 403 342 425 355 308 1997 391 109 230 404 457 51 24 34 136 231 422 357 1998 524 423 773 456 259 369 222 252 225 573 181 135 1999 306 271 98 398 326 229 257 207 123 421 381 234 2000 297 286 98 276 461 227 327 209 378 191 480 79 2001 383 352 276 364 335 340 366 142 445 307 304 70 2002 520 475 434 577 240 345 313 128 118 298 416 385 Sumber : Stasiun Klimatologi BMG Darmaga

Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson dalam Handoko (1995), kriteria yang digunakan dalam menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut:

Bulan Kering (BK) : bulan dengan hujan <60 mm

Bulan Lembab (BL) : bulan dengan hujan antara 60-100 mm Bulan Basah (BB) : bulan dengan hujan >100 mm

Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q, yaitu

Dari perhitungan tersebut dengan menggunakan segitiga Schmidth-Ferguson maka didapatkan 8 tipe iklim dari A hingga H dengan penjelasan sebagai berikut: A Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika

B Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika

C Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, seperti jati.

55 Lampiran 4. (Lanjutan)

E Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana F Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana

G Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang H Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang

Menurut klasifikasi Oldeman dalam Handoko (1995), dalam menentukan klasifikasi iklim, menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Kriteria yang digunakan dalam menentukan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah dengan pengertian sebagai berikut:

Bulan Kering (BK) : bulan dengan curah hujan <100 mm

Bulan Lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 100-200 mm Bulan Basah (BB) : bulan dengan curah hujan >200 mm

Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi lima tipe berdasarkan jumlah bulan basah berturut-turut sedangkan subdivisinya dibagi menjadi 4 berdasarkan jumlah bulan kering berturut-turut, seperti pada tabel berikut ini.

Tipe utama Subdivisi

Tipe Bulan basah berturut-turut Tipe Bulan kering berturut-turut

A > 9 1 < 2

B 7 sampai 9 2 2 sampai 3

C 5 sampai 6 3 4 sampai 6

D 3 sampai 4 4 > 6

56 Lampiran 5. Spesifikasi teknik traktor tangan yang digunakan

A. Traktor tangan

Merk/model : QUICK/G1000 BOXER

Kecapatan : Satu kecepatan maju

Sistem transmisi : Kombinasi gear-chain

Sistem penggerak (kopling utama) : V belt (dua buah) dan tension Sistem pembelok (kopling kemudi) : Dog clutch (empat buah)

Isi minyak pelumas : 5.5 liter

Dimensi traktor tangan dengan roda besi

Panjang : 2750 mm

Lebar : 1130 mm

Tinggi : 1390 mm

Berat dengan bajak tanpa diesel : 212 kg Berat tanpa bajak tanpa diesel : 191 kg

Kapasitas : Lahan sawah : ± 11.6 jam/ha

: Lahan kering : ± 11.8 jam/ha

B. Diesel motor penggerak

Merk : KUBOTA

Model : RD 85 DI-2T

Jenis motor diesel : satu silinder horisontal (empat langkah) Tenaga rata-rata : 7.5 HP/2200 RPM

Tenaga maksimum : 8.5 HP/2200 RPM

Bahan bakar : solar

Sistem starting : engkol

Sistem pendingin : air dengan radiator Isi bahan bakar : 9.8 liter

Isi minyak pelumas : 2.4 liter

57 Lampiran 6. Pengolahan tanah dengan seekor kerbau

Pengamatan pada pengolahan tanah dengan menggunakan seekor kerbau, dilakukan pada sepuluh petak lahan, yaitu dengan hasil sebagai berikut.

1. Lahan 1

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 646 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada lahan 1

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.524 44.0 12.0 0.633 2 0.613 39.0 11.0 0.633 3 0.505 31.0 10.0 0.645 4 0.549 21.0 11.0 0.641 5 0.546 25.0 11.0 0.645 6 0.505 17.0 10.5 0.641 7 0.526 50.0 12.0 0.645 8 0.538 11.0 11.5 0.602 9 0.505 47.0 10.0 0.599 10 0.629 27.0 10.0 0.629 Rata-rata 0.544 31.2 10.9 0.631

58 Lampiran 6. (Lanjutan)

a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.200 jam Total waktu berhenti : 0.100 jam Total waktu bekerja : 1.100 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 5.8730 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.7010 × 10-2 ELP (%) : 124.931

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.633 jam Total waktu berhenti : 0.530 jam Total waktu bekerja : 1.103 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 5.8560 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.6366 × 10-1

ELP (%) : 16.103

2. Lahan 2

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 532 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

59 Lampiran 6. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 2

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.645 24.0 13.0 0.599 2 0.617 22.0 11.0 0.595 3 0.641 27.0 9.5 0.621 4 0.690 23.0 10.0 0.595 5 0.719 16.0 10.5 0.633 6 0.671 14.0 11.0 0.562 7 0.633 34.0 9.0 0.641 8 0.613 22.0 9.5 0.578 9 0.610 31.0 10.5 0.559 10 0.671 14.0 11.0 0.637 Rata-rata 0.651 22.7 10.5 0.602 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.600 jam Total waktu berhenti : 0.241 jam Total waktu bekerja : 1.359 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.9147 × 10-2

KLT (ha/jam) : 5.6255 × 10-2

ELP (%) : 69.589

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.650 jam Total waktu berhenti : 0.070 jam Total waktu bekerja : 1.580 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.3683 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4674 × 10-1 ELP (%) : 9.714

60 Lampiran 6. (Lanjutan)

3. Lahan 3

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 567 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 3

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.513 35.5 12.5 0.629 2 0.556 33.5 11.0 0.617 3 0.476 20.0 11.5 0.595 4 0.505 19.0 11.5 0.671 5 0.543 22.5 10.5 0.538 6 0.518 21.5 13.0 0.637 7 0.529 28.5 13.0 0.645 8 0.532 28.0 13.0 0.508 9 0.513 44.5 13.0 0.599 10 0.503 28.0 12.5 0.664 Rata-rata 0.519 28.1 12.2 0.610 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.133 jam Total waktu berhenti : 0.099 jam Total waktu bekerja : 1.034 jam Lebar implemen : 0.240 m

61 Lampiran 6. (Lanjutan)

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 5.4867 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.4821 × 10-2 ELP (%) : 122.413

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 3.783 jam Total waktu berhenti : 0.357 jam Total waktu bekerja : 3.426 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 1.2639 × 10-1

KLT (ha/jam) : 3.5154 × 10-1

ELP (%) : 35.953

4. Lahan 4

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 648 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

62 Lampiran 6. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 4

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.498 20.0 14.0 0.658 2 0.543 44.0 13.0 0.610 3 0.508 14.0 14.0 0.562 4 0.505 27.0 12.0 0.658 5 0.500 36.0 10.0 0.610 6 0.568 30.0 11.5 0.552 7 0.541 32.0 13.0 0.617 8 0.532 16.0 10.0 0.621 9 0.495 40.0 12.0 0.599 10 0.498 23.0 10.0 0.581 Rata-rata 0.519 28.2 12.0 0.607 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.300 jam Total waktu berhenti : 0.136 jam Total waktu bekerja : 1.164 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 5.5662 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.4814 × 10-2 ELP (%) : 124.206

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.133 jam Total waktu berhenti : 0.086 jam Total waktu bekerja : 1.047 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.1868 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4953 × 10-1

63 Lampiran 6. (Lanjutan)

5. Lahan 5

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 532 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 5

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.506 25.0 11.0 0.570 2 0.511 26.0 10.0 0.592 3 0.506 30.0 11.0 0.621 4 0.481 22.0 11.0 0.616 5 0.506 27.0 12.0 0.616 6 0.539 24.0 10.0 0.616 7 0.539 30.0 11.0 0.616 8 0.457 29.0 12.0 0.592 9 0.549 28.0 12.5 0.577 10 0.563 33.0 9.0 0.577 Rata-rata 0.516 27.4 11.0 0.599 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.800 jam Total waktu berhenti : 0.040 jam Total waktu bekerja : 0.760 jam Lebar implemen : 0.240 m

64 Lampiran 6. (Lanjutan)

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 4.5806 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.4543 × 10-2 ELP (%) : 102.835

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.450 jam Total waktu berhenti : 0.007 jam Total waktu bekerja : 0.443 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 7.8595 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4526 × 10-1

ELP (%) : 22.764

6. Lahan 6

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 348 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

65 Lampiran 6. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 6

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.545 22.0 12.0 0.638 2 0.448 23.0 12.0 0.584 3 0.503 15.0 11.0 0.588 4 0.523 41.0 10.0 0.570 5 0.514 31.0 12.0 0.608 6 0.533 25.0 11.0 0.588 7 0.533 22.0 11.0 0.608 8 0.511 21.0 10.0 0.581 9 0.517 27.0 11.5 0.604 10 0.506 26.0 9.5 0.588 Rata-rata 0.513 25.3 11.0 0.596 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.400 jam Total waktu berhenti : 0.029 jam Total waktu bekerja : 0.371 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 9.3913 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.4348 × 10-2 ELP (%) : 211.764

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.433 jam Total waktu berhenti : 0.009 jam Total waktu bekerja : 0.424 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 8.2151 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4318 × 10-1

66 Lampiran 6. (Lanjutan)

7. Lahan 7

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 943.65 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 7

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.506 32.0 11.0 0.556 2 0.439 25.0 11.0 0.584 3 0.503 35.0 11.0 0.581 4 0.508 27.0 10.0 0.600 5 0.486 27.0 12.0 0.608 6 0.476 37.0 10.0 0.592 7 0.523 19.0 11.0 0.588 8 0.489 18.0 11.0 0.584 9 0.484 35.0 10.9 0.604 10 0.503 41.0 11.0 0.566 Rata-rata 0.492 29.6 10.9 0.586 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.500 jam Total waktu berhenti : 0.009 jam Total waktu bekerja : 0.491 jam Lebar implemen : 0.240 m

67 Lampiran 6. (Lanjutan)

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 7.0900 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.2488 × 10-2 ELP (%) : 166.869

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.500 jam Total waktu berhenti : 0.008 jam Total waktu bekerja : 0.492 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 7.0772 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.3774 × 10-1

ELP (%) : 20.954

8. Lahan 8

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 377 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

68 Lampiran 6. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 8

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.459 36.0 10.0 0.634 2 0.511 20.0 11.0 0.588 3 0.503 18.0 11.0 0.573 4 0.486 27.0 11.0 0.584 5 0.511 28.0 10.0 0.604 6 0.511 33.0 12.0 0.604 7 0.517 24.0 11.0 0.584 8 0.520 36.0 10.0 0.584 9 0.514 27.0 10.5 0.566 10 0.526 23.0 12.0 0.604 Rata-rata 0.506 27.2 10.9 0.593 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.517 jam Total waktu berhenti : 0.013 jam Total waktu bekerja : 0.504 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 7.4818 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.3724 × 10-2 ELP (%) : 171.115

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.600 jam Total waktu berhenti : 0.009 jam Total waktu bekerja : 0.591 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.3847 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4138 × 10-1

69 Lampiran 6. (Lanjutan)

9. Lahan 9

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 255 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 9

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.506 27.0 11.5 0.581 2 0.511 41.0 10.0 0.608 3 0.533 31.0 11.0 0.552 4 0.448 22.0 11.0 0.625 5 0.511 57.0 11.0 0.570 6 0.514 19.0 11.0 0.592 7 0.517 23.0 12.5 0.588 8 0.533 17.0 10.0 0.616 9 0.511 29.0 10.5 0.570 10 0.514 28.0 12.0 0.581 Rata-rata 0.510 29.4 11.1 0.588 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.283 jam Total waktu berhenti : 0.004 jam Total waktu bekerja : 0.279 jam Lebar implemen : 0.240 m

70 Lampiran 6. (Lanjutan)

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 9.1343 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.4050 × 10-2 ELP (%) : 207.363

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.283 jam Total waktu berhenti : 0.005 jam Total waktu bekerja : 0.426 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 9.1553 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.3884 × 10-1

ELP (%) : 27.020

10. Lahan 10

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 213.75 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

71 Lampiran 6. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan satu kerbau pada Lahan 10

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.536 29.0 12.0 0.581 2 0.503 18.0 13.0 0.625 3 0.450 27.0 11.0 0.616 4 0.511 21.0 10.0 0.608 5 0.503 20.0 12.0 0.625 6 0.511 41.0 12.5 0.577 7 0.511 35.0 11.0 0.570 8 0.497 28.0 11.0 0.577 9 0.506 31.0 10.5 0.566 10 0.511 29.0 9.0 0.577 Rata-rata 0.504 27.9 11.2 0.592 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.367 jam Total waktu berhenti : 0.018 jam Total waktu bekerja : 0.367 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.1315 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.3542 × 10-2 ELP (%) : 140.817

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.217 jam Total waktu berhenti : 0.012 jam Total waktu bekerja : 0.205 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 1.0427 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4108 × 10-1

72 Lampiran 7. Pengolahan tanah dengan dua ekor kerbau

Pengamatan pada pengolahan tanah dengan menggunakan dua ekor kerbau, dilakukan pada empat lahan, yaitu dengan hasil sebagai berikut.

1. Lahan 1

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 142.275 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan dua kerbau pada Lahan 1

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.512 26.0 11.0 0.526 2 0.384 21.0 11.2 0.539 3 0.448 25.2 12.5 0.529 4 0.395 30.8 14.2 0.474 5 0.392 18.0 15.0 0.554 6 0.398 28.5 10.0 0.620 7 0.398 21.5 15.0 0.546 8 0.416 13.0 11.0 0.641 9 0.454 25.0 9.8 0.565 10 0.370 23.0 15.0 0.640 Rata-rata 0.417 23.2 12.5 0.563

73 Lampiran 7. (Lanjutan)

a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.467 jam Total waktu berhenti : 0.024 jam Total waktu bekerja : 0.443 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.2139 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.6009 × 10-2

ELP (%) : 89.252

c) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.250 jam Total waktu berhenti : 0.026 jam Total waktu bekerja : 0.224 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.3468 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.2449 × 10-1

ELP (%) : 19.559

2. Lahan 2

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 165.5 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

74 Lampiran 7. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan dua kerbau pada Lahan 2

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.471 15.0 11.0 0.508 2 0.400 16.0 13.0 0.521 3 0.444 19.0 13.0 0.527 4 0.375 29.0 12.0 0.459 5 0.367 38.0 11.0 0.536 6 0.396 34.0 12.0 0.555 7 0.378 21.0 10.5 0.554 8 0.453 21.5 14.0 0.582 9 0.408 15.5 11.0 0.592 10 0.432 20.0 9.5 0.639 Rata-rata 0.412 22.9 11.7 0.547 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.533 jam Total waktu berhenti : 0.018 jam Total waktu bekerja : 0.515 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.3078 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.5635 × 10-2

ELP (%) : 92.825

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 0.533 jam Total waktu berhenti : 0.002 jam Total waktu bekerja : 0.531 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.1145 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.1526 × 10-1 ELP (%) : 9.879

75 Lampiran 7. (Lanjutan)

3. Lahan 3

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 1083.76 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan dua kerbau pada Lahan 3

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.494 17.0 9.0 0.543 2 0.379 18.0 11.0 0.521 3 0.470 13.0 12.0 0.528 4 0.368 17.0 14.0 0.499 5 0.398 34.0 9.5 0.583 6 0.411 22.0 10.0 0.585 7 0.419 23.5 12.5 0.575 8 0.433 19.5 11.0 0.566 9 0.419 32.0 13.0 0.601 10 0.410 21.0 11.0 0.601 Rata-rata 0.420 21.7 11.3 0.560

76 Lampiran 7. (Lanjutan)

a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 3.900 jam Total waktu berhenti : 0.668 jam Total waktu bekerja : 3.232 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.3532 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.6300 × 10-2

ELP (%) : 92.373

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 3.783 jam Total waktu berhenti : 0.357 jam Total waktu bekerja : 3.426 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.1634 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.2269 × 10-1 ELP (%) : 9.803

4. Lahan 4

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 943.65 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

77 Lampiran 7. (Lanjutan)

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan dua kerbau pada Lahan 4

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.391 49.0 13.0 0.342 2 0.395 59.0 14.5 0.308 3 0.413 26.0 13.0 0.386 4 0.427 40.0 12.5 0.455 5 0.376 70.0 16.5 0.518 6 0.391 32.0 13.5 0.353 7 0.433 32.0 12.5 0.408 8 0.391 22.0 12.5 0.389 9 0.397 31.0 13.0 0.392 10 0.388 35.0 11.5 0.391 11 0.397 23.0 11.0 0.362 12 0.415 19.0 13.0 0.383 Rata-rata 0.401 36.5 13.0 0.391 a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.683 jam Total waktu berhenti : 0.115 jam Total waktu bekerja : 1.568 jam Lebar implemen : 0.240 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.0173 × 10-2

KLT (ha/jam) : 3.4652 × 10-2 ELP (%) : 173.652

b) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.650 jam Total waktu berhenti : 0.091 jam Total waktu bekerja : 1.559 jam Lebar implemen : 1.600 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 6.0535 × 10-2

KLT (ha/jam) : 2.2502 × 10-1

78 Lampiran 8. Pengolahan tanah dengan traktor tangan

Pengamatan pada pengolahan tanah dengan menggunakan traktor tangan, dilakukan pada tujuh lahan, yaitu dengan hasil sebagai berikut.

1. Lahan 1

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 805.2 m2 dengan gambaran bentuk seperti pada gambar berikut

Tabel. Hasil pengukuran pada kegiatan pengolahan tanah dengan traktor tangan pada Lahan 1

Titik Pembajakan Pelumpuran Kecepatan kerja (m/det) Lebar Kerja (cm) Kedalaman Olah (cm) Kecepatan kerja (m/det) 1 0.698 20.0 12.0 0.849 2 0.714 35.0 14.0 0.882 3 0.714 40.0 17.0 0.849 4 0.687 31.0 15.0 0.938 5 0.692 33.0 15.0 0.857 6 0.682 35.0 15.0 0.841 7 0.720 25.0 17.0 0.841 8 0.698 45.0 19.0 0.849 9 0.709 58.0 17.0 0.841 10 0.698 38.0 17.0 0.833 Rata-rata 0.701 36.0 15.8 0.858

79 Lampiran 8. (Lanjutan)

a) Pembajakan

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 1.300 jam Total waktu berhenti : 0.277 jam Total waktu bekerja : 1.023 jam Lebar implemen : 0.400 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 7.8705 × 10-2

KLT (ha/jam) : 1.0096 × 10-1

ELP (%) : 77.954

d) Pelumpuran

Dari pengamatan yang dilakukan: Total waktu di lahan : 2.617 jam Total waktu berhenti : 0.335 jam Total waktu bekerja : 2.282 jam Lebar implemen : 1.300 m

Maka berdasarkan perhitungan diperoleh: KLE (ha/jam) : 3.0772 × 10-2

KLT (ha/jam) : 4.0158 × 10-1 ELP (%) : 7.663

2. Lahan 2

Luas lahan yang diolah adalah sebesar 462 m2 dengan gambaran bentuk

Dokumen terkait