• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Untuk mempertahankan dan melestarikan kelangsungan tradisi hidup yang rukun di kalangan masyarakat desa Cigugur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Setidaknya peranan pemerintah khususnya Departemen agama dalam hal ini mempunyai tugas dan tanggung jawab sekaligus memberikan pengarahan atau membina para tokoh maupun penganutnya dalam meningkatkan pemahaman dan penghayatan ajaran agama yang mereka anut dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan. Serta memberikan pemahaman yang berorientasi pluralis hendaknya mulai ditanamkan, dengan demikian masyarakat desa Cigugur yang majemuk memahami dan menghargai keberadaan orang lain.

2. Satu hal yang selama ini dilupakan adalah pemanfaatan potensi lokal untuk menagani setiap masalah yang timbu antara pemeluk agama yang berbeda agama, baik masalah internal maupun masalah eksternal umat beragama. Keharmonisan yang terdapat pada masyarakat desa Cigugur merupakan satu bukti bahwa tanpa banyak campur tangan orang lain, mereka tetap bisa menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dan tetap damai. Oleh sebab

itu perlunya penyadaran terhadap nilai-nilai gotong royong dan kerjasama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tubuh masyarakat

3. Bagi pembelajaran Sosiologi, sebagai bahan pengayaan terutama mengenai konsep-konsep kerukunan antar umat beragama dan interaksi sosial. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

4. Pemerintah harus ikut berperan dalam menjaga kerukunan dalam kemajemukan agama yang terjadi di Cigugur. Seperti memperkenalkan Cigugur kepada masyarakat luas dan menjadikan Cigugur sebagai daerah tujuan wisata adat sebagai upaya dalam melestarikan kepercayaan dan adat yang ada di Cigugur.

83 Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005

Achmad, Nur, Pluralitas Agama Kerukunan dalam Keragaman, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2001

AG, Muhaimin, Damai di Dunia Damai untuk Semua Perspektif Berbagai

Agama, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

Departemen Agama RI, 2004

Agama dan Keagamaan PUSLITBANG kehidupan beragama Bagian Proyek peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, 2003

Ahmad, S. Beni, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia 2008

Ali, Muhamad, Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan,

Menjalin Kebersamaan Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS, 2008

Al-Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antaragama, Jakarta: Ciputat Press, 2003

Bahri, Syamsul, Peranan Agama dan Adat dalam Melestarikan Kerukunan Antar

Umat Beragama, Vol XI, No. 1 Januari-Juni 2001

Banawiratma, J.B, Zainal Abidin Bagir, Dialog Antarumat Beragama Gagasan

dan Praktik di Indonesia, Jakarta: PT Mizan Publika, 2010.

Bajari, Atwar, “Mengolah Data Dalam Penelitian Kualitatif”, 2013, (http://atwarbajari.wordpress.com/2009/04/18/mengolah-data-dalam-penelitian-kualitatif, Pada Hari Sabtu 2 Februari 2013)

Bertand, Jacques, Nasionalisme dan Konflik Etnis di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012

Budiyono, AP, Membina Kerukunan Hidup Antar Umat Beriman 2, Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kansius, 1983.

Creswell, John W, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010

Daulay, M. Zainudin, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di

Indonesia, Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi, Malang: Yayasan Asih Asah Asuh, 1990

Haq, Hamka, Jaringan Kerjasama Antarumat Beragama: Dari Wacana ke Aksi

Nyata, Jakarta: Titahandalusia Press, 2002.

Hidayat, Komarudin, Psikologi Beragama Menjadikan Hidup Lebih Ramah dan

Santun, Jakarta: PT Mizan Publika, 2010

Jones, Pip, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme Hingga

Post-Moderenisme, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009

Jasmadi, Membangun Relasi Antar Umat Beragama, (Refleksi Pengalaman Islam

di Indonesia), Vol.5, No. 2, Juli 2010.

Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006.

Konflik Sosial Bernuansa Agama Di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI

Badan LITBANG

LEMHANAS RI, Membangun Kerukunan Umat Beragama Guna Terwujudnya Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Dalam Rangka Ketahanan Nasional, Jurnal Kajian LEMHANAS RI, edisi 14, Desember, 2012.

Meuraxa, Musbir Ibrahim, Etika Islam dalam Kebijakan Pembinaan Kerukunan

Umat Beragama, Vol XI, No. 1, 2001

Mufid, Ahmad Syafii, Dialog Agama dan Kebangsaan, Bandung: Grasindo, 2008

Monografi Kelembagaan Agama di Indonesia, Jakarta: Proyek Pembinaan

Kerukunan Hidup Beragama Departemen Agama RI, 1983.

Marzuki, Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Wacana Masyarakat Madani: Analisis Isi Piagam Madinah dan Relevansinya Bagi Indonesia,

Mudjiraharjo, “Jenis Dan Metode Penelitian Kualitatif”, 2013. (Http://Mudjiarahardjo.Com/Materi-Kuliah/215.Html?Task=View Pada Hari Senin 28 Januari 2013)

Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Darussalam: GI, 1983

Perwiranegara, Alamsyah Ratu, Pembinaan Kerukunan Hidup Antar Umat

Sawunggalih, Mustafid, “Menyusur Agama Djawa Sunda Dari Cigugur, 2012”, (Www.Nusantaraislam.Blogspot.Com Di Akses Selasa, 29 Januari 2013) Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005 Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan

Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta:

Kencana, 2011

Suaedy, Ahmad, Dialog: Kritik dan Identitas Agama, Yogyakarta: DIAN (Dialog Antar Iman di Indonesia) dengan Penerbit Pustaka Pelajar, 1994.

Suryana, Toto, Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 9, No. 2, 2011

Sulaiman, Yudi, Pembinaan Kesadaran Pluralisme Agama Dikalangan

Narapidana Lembaga Permasyarakatan Anak di Blitar, Skripsi pada

STAIN Kediri, 2004.

Suyanto, Bagong, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif

Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2005

Sudjangi dan Harisun Arsyad, Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam

Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat Indonesia, Jakarta:

Departemen Agama RI BALITBANG Agama, 1992-1993

Sunarto, Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993.

Taher, Elza Peldi, Merayakan Kebebasan Beragama Bunga Rampai 70 Tahun

PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN

Hari/Tanggal : Waktu pengamatan :

No Aspek yang

Diamati Selalu Sering

Kadang-kadang

Tidak

Pernah Keterangan

1 Sikap ramah dan terbuka terhadap sesama dan terhadap orang asing. 2 Toleransi antar umat beragama 3 Gotong-royong

dan kerja sama dalam aktivitas sosial masyarakat. 4 Hidup saling menjaga dan melengkapi antar sesama. 5 Mengadakan dialog antar umat beragama 6 Berkontribusi dalam kegiatan perayaan hari besar keagamaan pada pemeluk agama lain 7 Terjadinya konflik antar umat beragama 8 Memtuskan suatu perkara dengan musyawarah dan mufakat. 9 Terbuka dalam menerima perubahan

Hari/Tanggal : 03 Juli 2013 Waktu pengamatan : 10.00-15.00 WIB

No Aspek yang Diamati Selalu Sering Kadang-kadang

Tidak

Pernah Keterangan

1 Sikap ramah dan terbuka terhadap sesama dan terhadap orang asing.

√ 2 Toleransi antar umat

beragama

√ 3 Gotong-royong dan kerja

sama dalam aktivitas sosial masyarakat.

√ 4 Hidup saling menjaga dan

melengkapi antar sesama.

√ 5 Mengadakan dialog antar

umat beragama √ Minimal satu tahun sekali ketika perayaan upacara Seren Tahun 6 Berkontribusi dalam

kegiatan perayaan hari besar keagamaan pada pemeluk agama lain

7 Terjadinya konflik antar umat beragama

√ 8 Memtuskan suatu perkara

dengan musyawarah dan mufakat.

√ 9 Terbuka dalam menerima

perubahan

A. Latar Belakang Informan Nama : Umur : Agama : Pendidikan : Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? 4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? 4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? 4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? 4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat

beragama pada masyarakat Cigugur?

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Profesi :

Hari dan tanggal :

Tempat :

B. Berita Wawancara

1. Kepercayaan penghayat di Cigugur disebutnya Agama Djawa Sunda atau Sunda Wiwitan? Mengapa? Perbedaanya?

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

3. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Cigugur?

4. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? 5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda

agama?

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

A. Latar Belakang Informan

Nama : Kento Subarman

Umur : 65 Tahun

Agama : Sunda Wiwitan

Pendidikan : SPG

Profesi : Pensiunan / petani Hari dan tanggal : Rabu, 03 Juli 2012

Tempat : Rumah Bapak Kento Subarman

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Sudah 65 Tahun, Karena saya lahir dan besar di Cigugur. 2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Kondisi Masyarakat Cigugur sangatlah harmonis dan mereka hidup teratur tanpa adanya petentangan yang sangat signifikan.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? Manusia mempunyai rasa cinta dan kasih terhadap sesama. Manusia diciptakan beragam merupakan kodrat dari Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu kita harus benar-benar menerima kodrat itu dengan hidup rukun dan teratur.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Cigugur?

Salah satunya pembangunan Rumah Peribadatan

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

Karena mempunya filosofis dasar yang sama, jadi akhirnya walaupun berbed tapi tidak mempermasalahkan perbedaannya, tapi bagaimana kita saling pengertian walaupun kita tidak sepengetahuan tapi kita pengertian

diyakini itu tdk ada yang mengharuskan utntuk menghalalkan hal hal yang tidak sesuai dgn sifat kemanusiaan.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Satu tahun sekali ada acara seren tahun, kegiatan-kegiatan olahraga karang taruna, memang sudah biasa berdampingan kecuali kegiatan-kegiatan internal agama. Kegiatan yang bersifat umum tdk ada batas tdk ada mayoritas dan minoritas. Karna kerukunan itu sudah terbentuk dgn sendirinya di daerah ini.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

Sama dalam konteks mananya dulu? Kalo dalam artian setiap agama mengharapkan pengikutnya itu menjadi insan yang baik itu saya rasa semua agama sama. Tapi masalah metode, akidah dan yang lainnya tdk bisa dikatakan sama.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

Saya merasa prihatin kenapa bisa terjadi. Sedangkan ketenangan itu hanya akan dapat kita rasakan atau terbangun jika satu sama lain saling menghormati. Dengan kondisi seperti itu baik yang kuat maupun yang lemah tidak akan merasa nyaman.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

Selama saya hidup disini belum pernah terjadi.

10. Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Semua menyesuaikan. Mereka selalu hidup rukun dan berdampingan. 11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur?

Umur : 44 tahun

Agama : Sunda Wiwitan

Pendidikan : SMP

Profesi : Petani

Hari dan tanggal : Kamis, 04 Juli 2012

Tempat : Rumah Mang Didi

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur?

Sejak anak-anak saya tinggal disini, karena saya dilahirkan disini. 2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Akur-akur saja. Kita selalu menghormati satu sama lain.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? Umat beragama harus saling menghargai dan tidak menganggap agamanya yang paling benar.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Cigugur?

Ketika umat islam sedang merayakan hari raya idul fitri, agama lain selalu menghormati bahkan turut memeriahkan perayaan tersebut, dan begitupun sebaliknya.

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

Didalam masyarakat Cigugur, masyarakatnya bisa rukun karena kita saling mengerti, saling memahami bahkan saling membantu, seperti ketika sedang terkena musibah masyarakat saling membantu, yang punya uang membantu uang, yang punya tenaga membantu tenaga, yang punya beras membantu beras, contoh lain dalam membangun rumah, masyarakat Cigugur saling membantu satu sama lain, bahkan dalam membuat rumah

Dengan mengedepankan sikap kekeluargaan sehingga tidak terjadi pertentangan.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

Semua agama pasti mengajarkan kebaikan.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

Mungkin mereka menganggap bahwa agama mereka yang paling benar. 9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh

suku, ras atau agama?

Setahu saya tidak pernah ada.

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Sangat baik dan selalu bekerja sama.

11.Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur? Tetap hidup rukun, tetap damai, tetap seperti sekarang ini tanpa adanya konflik antar pemeluk agama.

Umur : 50 tahun

Agama : Katolik

Pendidikan : SMA

Profesi : Wiraswata/mantan Biarawati

Tempat : Rabu, 03 Juli 2012

Hari dan tanggal : Rumah Ibu Uum

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? Sejak lahir udah di Cigugur

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Selama ini masyarakat cigugur hidup rukun berdampingan satu sama lain. Dalam hal kehidupan sehari-hari kita selalu mengedepankan etika dan kesopanan dalam proses berinteraksi. Ikatan kekeluargaan pun sangat tercermin didalam kehidupan bermasyarakat warga Cigugur.

3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama? Kerukunan bukanlah suatu proses yang datang dari satu aturan yang dipaksakan tetapi terjadi melalui suatu proses yang berlangsung secara alamiah. Hal ini mungkin tercipta ketika ada sikap saling menerima didalamnya.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Cigugur?

Dalam hal upacara kematian, tradisi masyarakat Cigugur selalu memberikan bantuan ketika mereka sedang berta’jiah. Bantuan itu bisa berupa beras, uang atau kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.

kehidupan, tingkah laku maupun tradisi, karena kalo bisa dibilang Cigugur merupakan pusatnya dari Sunda Wiwitan, kami pun sebagai warga Cigugur menghormati Pangeran Djati, apalagi saya yang memang kebetulan dekat dengan keluarga paseban, bagi warga Katolik kita sangat menghormati keluarga paseban, karena dahulu Pangeran Tedjabuana dimana Ayahanda dari Pangeran Djatikusumah adalah seorang Katolik, jadi kita saling menghormati, apalagi dengan kerukunan, kita juga saling menghormati, saling bahu membahu untuk mewujudkannya. Karena itu merupakan jalan terang menuju kedamaian dan kasih.

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur?

Kita selalu mengadakan dialog antar umat beragama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dari agama masing-masing.

7. Bagaimana Anda memandang terhadap pernyataan yang mengatakan bahwa semua agama itu sama?

Kami meyakini apa yang kami imani dan kami tidak menghakimi apa yang mereka imani

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

Mereka tidak memahami apa sebenarnya agama yang mereka yakini dan mereka menganggap bahwa agama merekalah yang paling benar sehingga bagi mereka agama diluar itu adalah tidak benar.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

Seingat saya dulu pernah ada, tapi saya lupa kronologisnya. Meskipun demikian, apabila terjadi hal semacam itu maka tokoh-tokoh agama atau tokoh masyarakat segera menyelesaikannya dengan musyawarah sehingga tidak berdampak besar dan meluas.

dengan kondisi masyarakat cigugur yang beranekaragam.

11. Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur? Yang pasti kerukunan seperti ini harus tetap terpelihara sampai kapanpun.

Umur : 44 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Perguruan Tinggi

Profesi : Guru SMP 02 Cigugur, ketua DKM Mesjid Tempat : Mushola Dusun Cipager, Cigugur

Hari dan tanggal : Selasa, 02 Juli 2013

B. Berita Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Cigugur? Saya lahir dan besar disini.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Masyarakat cigugur hidup berdasarkan ikatan kekeluargaan yang erat. 3. Bagaimana pandangan Anda terhadap kerukunan antar umat beragama?

Hidup berdampingan tanpa terjadi pertikaian yang menimbulkan dampak yang sangat membahayakan bagi pemeluk agama itu sendiri.

4. Apa bentuk-bentuk kegiatan yang mencerminkan kerukunan antar umat beragama pada masyarakat Cigugur?

Seperti halnya saling membantu jika ada warga yang sedang mengadakan pesta pernikahan, mereka saling membantu tanpa pandang bulu atau tanpa membeda-bedakan agama yang dianut.

5. Mengapa Masyarakat Cugugur hidup rukun meskipun mereka berbeda agama?

Hubungan erat kekeluargaan sehingga jarang terjadi konflik

6. Bagaimana upaya membina kerukunan umat beragama di Cigugur? Dengan diadakannya dialog

itu berbeda. Lalu yang perlu kita lakukan adalah bagaimana mensosialisasikan perbedaan-perbedaan disetiap agama yang kita yakini. Dengan demikian orang diluar agama yang kita anut akan mengetahui batasan-batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap diri kita. Dengan ini munculah keterbukaan diantara pemeluk agama yang kemudian sikap saling menghormati dan menghargai akan terjadi.

8. Bagaimana pandangan Anda terhadap konflik yang dilatar belakangi suku, ras atau agama?

Kita jangan selalu menyalahkan agama sebagai penyebab konflik itu terjadi. Lebih jauh kita harus menganalisa apa yg sebenarnya yg melatar belakangi konflik tersebut. Seperti halnya ada intervensi dari oknum yang ingin mengadu domba sehingga konflik itu bisa menguntungkan untuk mereka. Karena memang konflik yang dilatar belakangi agama ini syarat dengan kepentingan.

9. Apakah di Cigugur pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh suku, ras atau agama?

Konflik sebetulnya ada tapi tidak disebarluaskana.

10.Bagaimana hubungan masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang yang ada di Cigugur?

Sampai saat ini terlihat bail-baik saja dan mereka hidup rukun berdampingan.

11.Apa harapan Anda kedepan terhadap kehidupan Masyarakat Cigugur? Tetap hidup rukun berdampingan satu sama lain tanpa membeda-bedakan agama yang dianut.

Umur : 49 Tahun

Agama : Sunda wiwitan

Pendidikan : SMA

Profesi : Wakil Pupuhu Adat

Tempat : Paseban Tri Panca Tunggal Hari dan tanggal : Kamis, 04 Juli 2013

B. Berita Wawancara

1. Kepercayaan penghayat di Cigugur disebutnya Agama Djawa Sunda atau Sunda Wiwitan? Mengapa? Perbedaanya?

Yang mengatakan Agama Djawa Sunda itu sesungguhnya pihak kolonialisme Belanda, memang menstigma komunitas dibawah asuhan bimbingan pangeran madrais distigmasisasi oleh kroninya ratu raja wilhemina. Jadi bukan dari internal yang memproklamirkan agama jawa sunda, itu dalam rangka etisi politik devide et impera, yang sesungguh ya sunda wiwitan kemudian disebutnya agama jawa sunda untuk menciptakan pola pikir, sunda wiwitan mendirikan agama baru.

2. Bagaimana kondisi kehidupan Masyarakat Cugugur?

Masyarakat di Cigugur tetap bisa berdampingan dengan rukun walaupun berbeda agama, karena memang itu yang diajarkan oleh leluhur Sunda

Dokumen terkait