• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian penggunaan prinsip kesantunan berbahasa orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga, maka saran yang diperoleh sebagai berikut.

1. Peneliti atau penulis khususnya dalam bidang bahasa, agar dalam melakukan penelitian secara menyeluruh, agar dapat dirasakan oleh pembaca dan peneliti pada khususnya.

2. Penelitian lebih lanjut terkait kesantunan berbahasa masih perlu dilakukan dan dikembangkan, karena masih banyak yang belum terungkap melalui penelitian ini.

3. Penggunaan prinsip kesantunan dalam tuturan orang tua dan anak merupakan suatu bentuk yang telah dirancang sedemikian rupa dan mengalami pengeditan agar dapat diterima oleh pembaca. Maka sangat baik apabila peneliti selanjutnya juga meneliti penyimpangan kesantunan.

4. Para pembaca, penelitian singkat ini semoga dapat dijadikan bahan referensi tentang kesantunan dan sekaligus penambah wawasan tentang fenomena bahasa dalam masyarakat.

54

DAFTAR PUSTAKA

Asri. 2013. Humor Seksualitas dalam Bahasa SMS (Short Message Service): Kajian Sosiopragmatik Berdasarkan Kesantunan Berbahasa. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Sulawesi Tengah: Balai Bahasa Sulewesi Tengah.

Brown, Penelope & Levinson, Stephen C. 1978. Universals in Language Usage : Politeness Phenomena. in Goody, Esther N,ed. Questions and Politeness : Strategies in Social Interaction Cambridge. University Press, 56-310. Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Adul. 2007. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

George, Yule. 2006. Pragmatik (Edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gunarwan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta: Kajian Sosiopragmatik. PELBA 7: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya:Ketujuh”. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Haliday, Michael. 1976. Cohesion in English. London, Newyork: Longman. Hidayat. 2006. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.

Kusno, Ali. 2014. Kesantunan Bertutur oleh Orang Tua kepada Anak di

Lingkungan Rumah Tangga. Dinamika Ilmu Volume 14. Kalimantan Timur: Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Kesantunan. (Terjemahan oleh M.D.D Oka). Jakarta: Universitas Indonesia.

Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terjemahan oleh M.D.D Oka). Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).

55

Mahsum. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Miles, Matthew B. dan A. Micheal Huberman. 2007. Analisis Data Kualitataif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI-Press.

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narwoko dan Suyanto, 2004 (http:// 4.bp.blogspot.com/2015/04/ pengertian-keluarga-menurut-para-ahli.html).

Norhidayah, Siti. 2014. Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Keluarga Masyarakat Banjar Di Kecamatan Banjar Selatan. Jurnal Bahasa Sastra dan Pembelajarannya (JBSP) Volume 5. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.

Nurjamily, Wa ode. 2015. Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan Keluarga (Kajian Sosio Pragmatik). Jurnal Humanika. No. 15. Volume 3. Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pratama, Randi. 2018. Telaah Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Tapango. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar. Rahman, Anita. 2017. Kesantunan Berbahasa Indonesia Masyarakat dan Polisi

pada Pemeriksaan Lalulintas Kepolisian Polres Gowa. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana UNM Makassar.

Rahardi, Kunjana. 2011. PRAGMATIK: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: ERLANGGA.

Sailan, Zalili. 2014. Pidato Ilmiah: Solidaritas dan Kesantunan Berbahasa (Telaah Pragmatik). Kendari.

Suparno. 2008. Kesantunan Berbahasa Indonesia dan Implikasinya dalam Pendidikan. Jembatan Merah: Jurnal Ilmiah Pengajaran Bahasa dan Sastra Volume 2 1-7. Surabaya: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Tarigan. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: ANGKASA.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Zamzani, dkk. 2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Berbahasa Indonesia

Penelitian Hibah Bersaing (Tahun Kedua). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

57

Lampiran I : Data penggunaan Maksim tuturan orangtua dan anak dalam

lingkungan keluarga

No. Kode

Data Konteks Peristiwa Tutur Maksim Indikator Maksim

1 01160718

Tuturan Ibu dan Anak di atas dituturkan pada saat seorang Ibu menyampaikan kepada anaknya bahwa Ibu sudah mempersiapkan uang untuk anaknya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dahnia (mama) : “Kalau lulus mako nanti, sudahmi kusiapkan uang untuk ongkos kuliahmu” Uswatun (anak) : “Iye kah mak, adami uangta’” Dahnia (mam) : “Setiap bulan mama menabung untuk keperluanmu dan adekmu untuk melanjutkan sekolah tahun depan” Kebijaksanaan Penggunaan maksim kebijaksanaan

ditunjukan pada tindak tutur “setiap bulan mama menabung untuk keperluanmu dan adekmu untuk melanjutkan sekolah tahun depan”. Tindak tutur Ibu tersebut di samping meyakinkan anaknya tergambar kebijaksanaan Ibu dengan menyisihkan sebagian uang yang diberikan suami kepadanya. Ibu memilih menyimpan uang itu demi kepentingan Anak-anaknya

melanjutkan

pendidikan. Gambaran tersebut mengarah pada maksim kebijaksanaan. 2 28180718 6170718 Tuturan antara menantu dan mertua di atas dituturkan pada saat si menantu melihat Ibu mertuanya sedang membeli ikan. Tutran terjadi pada malam hari saat makan malam

Sri (menantu) :“apa kita’ beli ma?”

Nuraidah

(menantu) :“mau ja’ beli ikan” Sri (menantu) : “Berapa itu ma?” Nuraidah

(menantu) : “25 ribu ji”

Sri (menantu) : “jangan maki ambil uang ma, nanti saya yang bayar” Nuraidah (menantu) : “Iye nak, terimakasih nah nak” Sri (menantu) : “jangan maki berterimakasih ma ai, wajarji Kedermawanan Penggunaan maksim kedermawanan pada tuturan ini ditunjukan pada kalimat “Jangan maki ambil uang ma, nanti saya yang bayar”. tuturan menantu terlihat penggunaan wujud kesantunan maksim kedermawanan yang tampak dengan memaksimalkan kerugian dirinya.

Tuturan antara Ayah dan dan Uswatun di atas termasuk santun. Pada tuturan Ayah ”Kalau sudah maki makan,

di ruang makan. Ayah menyuruh Uswatun

kalau saya yang bayar” Nurhady (ayah) : “Kalau sudah maki makan, pergi ki sholat dulu nak” Uswatun (Anak) : “Iye, sudah ma tadi sholat pak” Nurhady (Ayah) : “Oh, Iye pale nak”

pergi ki sholat dulu nak” mematuhi maksim kedermawanan karena penutur

memaksimalkan kerugian dan

lanjutan lampiran I

untuk sholat setelah makan siang.

meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Pemaksimalan kerugian terjadi karena penutur memberi tahu mitra tutur dengan bahasa yang halus untuk mengerjakan sholat selesai makan malam.”

3 17170718

Tuturan antara Ummi dan Mertua ini dituturkan pada saat Ummi melihat menantu sepupunya itu selalu baik dan perhatian dengan mertuanya.

Ummi : ”Beruntung sekaliki’ punya menantu yang baik sekali sama orang tua”

Nuraidah (mertua) : “Iye, baik sekali memang ini menantuku tidak perhitungan orangnya” Penghargaan Penggunaan maksim penghargaan ditunjukan oleh kalimat Ummi“Beruntung sekaliki’ punya menantu yang baik sekali sama orang tua”.Tetapi terdapat juga pada kalimat Nuraidah (mertua) “Iye, baik sekali memang ini menantuku tidak perhitungan orangnya” bahwa mertua memuji perbuatan menantunya 4 07170718 Tuturan antara Mertua dan Menantu ini dituturkan pada saat menantunya mengantarkan sayur untuk Ibu mertuanya.

Nuraidah (mertua) :”Apalagi dibeli itu untuk mama nak?” Sri (menantu) : ”Sayur ma, masa ikanji dibeli sayurnya tidak ada” Nuraidah (mertua) : ”Baiksekaliki’ nak, macam-macam mu Kesederhanaan Penggunaan maksim kesederhanaan ditandai dengan tuturan Sri (menantu) :”ndaji juga tante, kebetulan adaji uang”dan diperkuat dengan pernyataan pada tuturan Ummi : ”Itu, bicaramu saja selalu ki merendah”. Dalam

59

tawarkanka”

Ummi :

”Seandainyapunyak a juga menantu yang baik kaya kita”

Sri (menantu) : ”ndaji juga tante, kebetulanadajiuang Ummi : ”Itu, bicaramu saja selaluki merendah” tuturan Ummi mengatakan bahwa keponakannya itu selalu bicara dengan merendahkan dirinya sendiri tanpa menuturkan perkataan yang tinggi atau menyombongkan diri. lanjutan lampiran I 5 11170718 18170718

Tuturan antara Ibu dan Anak ini dituturkan pada saat mereka sedang membicarakan mengenai rencana Anak dalam mengambil jurusan ke perguruan tinggi. Tuturan tersebut terjadi pada pagi hari saat Ibu sedang menyimpan di ruang tamu. Ibu meminta pendapat Ayah untuk memindahkan meja di dekat lemari agar kelihatan lebih luas.

Dahnia (Mama) :”Nak, kalau kuliah maki nanti mauki ambil jurusan apa?” Uswatun (Anak) :”Mau ka ambil jurusan akutansi, kah lulusan SMK akutansi ja” Dahnia (Mama) :”kalau jurusan akutansi mu ambil, pasti lebih cepatki dapat kerja Nak”

Dahnia (Ibu) :” Bagaimana kalau ini meja sa simpan di dekat lemari mi saja di?”

Nurhady (Ayah) :” Iye, bisa ji juga supaya kelihatan luas i”

Pemufakatan

Penggunaan maksim pemufakatan ditunjuukan oleh tuturan Dahnia (Mama) :”kalau jurusan akutansi mu ambil, pasti lebih cepatki dapat kerja Nak” pada pernyataan ini secara tidak langsung telah mematuhi maksim pemufakatan, yaitu memaksimalkan kesetujuan diantara mereka. Dari pernyataan ini Ibu tidak langsung menyatakan bahwa ia setuju dengan jurusan yang hendak dipilih oleh anaknya namun dilihat dari tuturannya yang tampak jelas bahwa si Mama menyetujui jurusan yang akan dipilih anaknya tersebut dengan mengatakan bahwa kalau anaknya mengambil jurusan akutansi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan.

Tuturan tersebut menandakan adanya kecocokan pendapat antara Ibu dengan Ayah. Percakapan tersebut mematuhi maksim pemufakatan karena penutur meminta

pertimbangan/saran dari mitra tutur. Data di atas menunjukkan tuturan yang dilakukan oleh dua

lanjutan lampiran I

orang peserta tutur dengan status berbeda, Ayah memiliki status yang lebih tinggi sedangkan Ibu sebagai anak memiliki status yang lebih rendah dari segi kekuasaan. Jadi, dari tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mampu memaksimalkan rasa senang pada mitra tutur.

6 05170718

Tuturan antara Ibu dan Anak ini dituturkan pada saat si Ibu terkejut melihat anaknya mencuci pakaian kotor yang sangat banyak dengan keadaan yang panas dan berkeringat Dahnia (mama) : ”Astaga, kepana banyak sekali cucianmu Nak? Kasihan sekali anakku sampe-sampe keringatan begitu” Uswatun (anak) :”Cucian yang kemarin ini ma, itumi nah banyak

sekali” Kesimpatian

Penggunaan maksim kesimpatian ditunjukan oleh tuturan Dahnia (mama) : ”Astaga, kepana banyak sekali cucianmu Nak? Kasihan sekali anakku sampe-sampe

keringatan begitu” pada tuturan ini terdapat penggunaan kata „astaga dan kasihannya‟ digunakan untuk memaksimalkan rasa simpati melihat Anaknya mencuci dengan keadaan berkeringat. Maksim kesimpatian yang terdapat dalam tuturan ini karena ekspresi si Mama yang seolah-olah ikut merasakan gerah melihat anaknya yang berkeringat.

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Afdal. Dilahirkan di AralleKecamatan

Aralle, Kabupaten Mamasa pada tanggal 10 Juni 1996. Anak kelima dari tujuh bersaudara buah hati dari pasangan Ayahanda Nurhady T dan Ibunda Dahnia Yusuf M. Sekarang bertempat tinggal di Kelurahan Darma, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar. Pendidikan yang penulis tempuh di SDN 001 Mamasa (2004-2009), SMP Negeri 1 Aralle (2009-2012), SMK DDI PolewaliMandar (2012-2015).Padatahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dokumen terkait