• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, agar pemanfaatan ikan teri nasi dapat optimal dan kesejahteraan nelayan kecil tercapai, maka beberapa rekomendasi berikut dapat dijadikan bahan pertimbangan stakeholder di Kabupaten Pekalongan :

1. Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan dan KUD Mino Soyo hendaknya memberikan pengarahan kepada nelayan agar membeli solar di SPDN. Karena sebagian nelayan di Kabupaten Pekalongan, khususnya nelayan yang berlabuh di TPI Wonokerto masih membeli solar di pengecer. Meskipun perbedaan harga tidak terlalu jauh, namun dapat mempengaruhi pendapatan nelayan dalam jangka panjang.

2. KUD Mino Soyo sebagai pengelola SPDN hendaknya selalu menjaga persediaan stok solar di SPDN agar nelayan tidak beralih membeli solar di pengecer.

95 3. Pemerintah atau stakeholder Kabupaten Pekalongan hendaknya memberikan bantuan langsung kepada nelayan, namun dalam pelaksanaannya harus dipastikan bantuan benar-benar digunakan nelayan dalam aktivitas perikanan. Bantuan langsung tersebut dapat berupa dana operasional dalam melakukan

trip karena biaya operasional yang mahal. Harapannya dapat meningkatkan intensitas nelayan membeli solar di SPDN dan mengurangi sistem ijon yang terjadi antara nelayan dan bakul.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan adanya subsidi solar (pembangunan SPDN) terhadap pendapatan nelayan selain nelayan payang gemplo.

96 DAFTAR PUSTAKA

Anna, S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan-Pencemaran. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Anonim. β007. „Potensi Perikanan Tangkap Indonesia Tinggal β0%‟.

http://www.kapanlagi.com/h/old/0000189398.html. diakses pada tanggal 4 Februari 2011.

Anonim. 2009. „Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan‟. http://www.pekalongankab.go.id/web/index.php?option=com_content&tas k=view&id=109&Itemid=147 . diakses pada tanggal 10 maret 2011. Anonim. 2010. „Anchovy Fish : Northern Anchovy (lat. Engraulis mordax),

Striped Anchovy (lat. AnchOA hepsetus). www.fish-fishes.com. diakses pada tanggal 6 Agustus 2011.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. 1997. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. 1998. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. 1999. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β000. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β001. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β00β. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β00γ. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β004. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β005. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

97 BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β006. „Kecamatan Wonokerto Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β007. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β008. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β009. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

BPS [Badan Pusat Statistika] Kabupaten Pekalongan. β010. „Kabupaten Pekalongan Dalam Angka‟. Kerjasama BPS Kabupaten Pekalongan dengan Bappeda Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pekalongan. β010. „Statistik Perikanan Kabupaten Pekalongan‟. DKP Kabupaten Pekalongan. Pekalongan.

Ekawati, Riana. 2010. Penilaian Depresiasi Sumberdaya Ikan Kembung dengan Pendekatan Penurunan Produktivitas di Kabupaten Pandeglang. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Fauzi, Akhmad dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan : untuk Analisis Kebijakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan : Teori dan

Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan : Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gulland, J.A. 1961. Fishing and the Stock of Fish at Iceland. Min. Af:ric. Fish., Fish. Invest. U.K . (Ser.2), 23 (4) : 52 pp.

Pranggono, Hadi. 2003. Analisis Potensi dan Pengelolaan Perikanan Teri di Perairan Kabupaten Pekalongan. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 1 : Statistik Deskriptif. Bumi Aksara. Jakarta.

Hermawan, Maman. 2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil : Studi Perikanan Pantai di Serang dan Tegal. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Iman dan Yusuf. 1993. Teri Nasi dari Pidodo. Majalah Dinas Perikanan No. 23. Dinas Perikanan Propinsi Dati I Jawa Tengah. Semarang.

Lackey, Robert T. β005. „Fisheries : history, science, and management‟. Water Encyclopedia : Surface and Agricultural Water. eds. Jay H. Lehr and Jack Keeley. John Wiley and Sons, Inc. New York. Hal. 121-129.

98 Nontji, Anugrerah. 2005. Laut Nusantara. PT. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Pohan, Jamaludin. 2010. Pengaruh Subsidi Perikanan (Pembangunan SPDN) Terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Cakalang dan Nelayan Kecil (0-20 GT) di Teluk Pelabuhanratu. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Salmah, R. 2010. Analisis Bioekonomi Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Kabupaten Subang. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Simbolon, Domu. 2011. Biologi dan Dinamika Daerah Penangkapan Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan IPB. Bogor.

Tinungki, G.M. 2005. Evaluasi Model Produksi Surplus dalam Menduga Hasil Tangkapan Maksimal Lestari untuk Menunjang Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Walters, C. and R. Hilborn. 1976. Adaptive Control of Fishing System. Journal Fish. Resource. Board Can 33 : 145-159.

99

100 Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Pekalongan

101 Lampiran 2. Alat Tangkap Payang Gemplo

102 Lampiran 3. Analisis Pendugaan Parameter Biologi (r, q, dan K) Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten Pekalongan

dengan Menggunakan Model Walter-Hilborn Tahun Effort (Trip) Produksi

(Ton) CPUE (Ut+1/Ut)-1 Ut (CPUE) Et (Effort)

1997 1.957 78,959 0,04034696 0,164745 0,04034696 1.957 1998 1.152 54,137 0,04699392 0,096258 0,04699392 1.152 1999 2.263 116,584 0,05151745 -0,545435 0,05151745 2.263 2000 1.854 43,417 0,02341802 0,877622 0,02341802 1.854 2001 1.543 67,846 0,04397019 -0,139799 0,04397019 1.543 2002 1.974 74,663 0,03782320 -0,296191 0,03782320 1.974 2003 3.200 85,185 0,02662031 -0,128115 0,02662031 3.200 2004 4.970 115,353 0,02320986 -0,267295 0,02320986 4.970 2005 2.843 48,348 0,01700598 0,293292 0,01700598 2.843 2006 1.904 41,876 0,02199370 0,426370 0,02199370 1.904 2007 1.816 56,970 0,03137115 -0,230957 0,03137115 1.816 2008 1.161 28,010 0,02412575 0,047985 0,02412575 1.161 2009 1.249 31,579 0,02528343 -0,239678 0,02528343 1.249 2010 671 12,899 0,01922355 0,01922355 671 Rata-rata 2.040 61,130

103 Lampiran 4. Hasil Analisis Pendugaan Parameter Biologi (r, q, dan K) Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten

Pekalongan dengan Menggunakan Model Walter-Hilborn SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,581390188 R Square 0,338014551 Adjusted R Square 0,205617461 Standard Error 0,33347651 Observations 13 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0,567828843 0,283914421 2,553036105 0,127128294 Residual 10 1,112065829 0,111206583 Total 12 1,679894672

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0%

Upper 95,0% Intercept 0,918066984 0,421401342 2,178604797 0,054373571 -0,020873713 1,857007682 -0,020873713 1,857008 X Variable 1 -19,7392972 9,203445761 -2,144772481 0,057569843 -40,24585218 0,767257787 -40,24585218 0,767258 X Variable 2 -0,000133053 9,75725E-05 -1,363633014 0,202590507 -0,000350458 8,4352E-05 -0,000350458 8,44E-05 α = 0, 91806698

= -19,7392972 = -0,00013305

104 Lampiran 5. Analisis Rata-rata Biaya Trip Total Nelayan Payang Gemplo di Kabupaten Pekalongan

Res pon den Trip/Ta hun Trip/ Bulan

Biaya Operasional per Trip (Rp) Biaya Tetap (Rp/Tahun) Biaya Variabel (Rp/Bulan)

Biaya Total/Trip (Rp) Perbekal an dan Es (Rp) Solar (Rp) Total Biaya Tetap/T rip (Rp) Kapal (Rp) PAS (Rp) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Tetap/Trip (Rp/Tahun) Mesin (Rp) Alat Tangka p (Rp) Biaya Oli (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Total Biaya Variabel/Tri p (Rp/Bulan) 1 208 17 80.000 100.000 180.000 1.500.000 80.000 1.580.00.0 7.596,15 150.000 100.000 40.000 290.000 16.730,77 204.326,92 2 208 17 100.000 100.000 200.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.596,15 100.000 100.000 45.000 245.000 14.134,62 221.730,77 3 186 16 105.000 75.000 180.000 1.800.000 80.000 1.880.000 10.107,53 150.000 100.000 40.000 290.000 18.709,68 208.817,20 4 163 14 52.000 98.000 150.000 1.200.000 80.000 1.280.000 7.852,76 300.000 100.000 55.000 455.000 33.496,93 191.349,69 5 186 16 90.000 90.000 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 8.494,62 200.000 150.000 36.000 386.000 24.903,23 213.397,85 6 198 17 77.500 112.500 190.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.979,80 200.000 120.000 40.000 360.000 21.818,18 219.797,98 7 166 14 82.500 67.500 150.000 1.000.000 80.000 1.080.000 6.506,02 150.000 80.000 44.000 274.000 19.807,23 176.313,25 8 184 15 80.000 100.000 180.000 1.800.000 80.000 1.880.000 10.217,39 250.000 150.000 57.500 457.500 29.836,96 220.054,35 9 183 15 82.500 67.500 150.000 1.000.000 80.000 1.080.000 5.901,64 200.000 150.000 38.000 388.000 25.442,62 181.344,26 10 198 17 100.000 100.000 200.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.979,80 150.000 80.000 47.500 277.500 16.818,18 224.797,98 11 198 17 80.000 100.000 180.000 1.000.000 80.000 1.080.000 5.454,55 100.000 100.000 45.000 245.000 14.848,48 200.303,03 12 163 14 106.500 73.500 180.000 2.000.000 80.000 2.080.000 12.760,74 200.000 150.000 50.000 400.000 29.447,85 222.208,59 13 183 15 90.000 90.000 180.000 2.000.000 80.000 2.080.000 11.366,12 150.000 80.000 40.000 270.000 17.704,92 209.071,04 14 195 16 110.000 90.000 200.000 1.000.000 80.000 1.080.000 5.538,46 100.000 100.000 50.000 250.000 15.384,62 220.923,08 15 195 16 87.500 112.500 200.000 1.500.000 80.000 1.580.000 8.102,56 100.000 80.000 36.000 216.000 13.292,31 221.394,87 16 166 14 82.000 98.000 180.000 1.000.000 80.000 1.080.000 6.506,02 200.000 90.000 44.000 334.000 24.144,58 210.650,60 17 198 17 105.000 75.000 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.979,80 250.000 150.000 50.000 450.000 27.272,73 215.252,53 18 175 15 80.000 90.000 170.000 1.500.000 80.000 1.580.000 9.028,57 200.000 50.000 50.000 300.000 20.571,43 199.600,00 19 178 15 67.500 122.500 190.000 1.200.000 80.000 1.280.000 7.191,01 180.000 90.000 36.000 306.000 20.629,21 217.820,22 20 186 16 90.000 90.000 180.000 1.200.000 80.000 1.280.000 6.881,72 150.000 100.000 36.000 286.000 18.451,61 205.333,33

105 Lampiran 5. Analisis Rata-rata Biaya Trip Total Nelayan Payang Gemplo di Kabupaten Pekalongan (Lanjutan)

Res pon den Trip/Ta hun Trip/ Bulan

Biaya Operasional per Trip (Rp) Biaya Tetap (Rp/Tahun) Biaya Variabel (Rp/Bulan

Biaya Total/Trip (Rp) Perbekal an dan Es (Rp) Solar (Rp) Total Biaya Tetap/T rip (Rp) Kapal (Rp) PAS (Rp) Total Biaya Tetap (Rp) Total Biaya Tetap/Trip (Rp/Tahun) Mesin (Rp) Alat Tangka p (Rp) Biaya Oli (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Total Biaya Variabel/Tri p (Rp/Bulan) 21 196 16 90.000 100.000 190.000 1.500.000 80.000 1.580.000 8.061,22 150.000 100.000 40.000 290.000 17.755,10 215.816,33 22 204 17 112.500 67.500 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.745,10 200.000 120.000 38.000 358.000 21.058,82 208.803,92 23 172 14 76.500 73.500 150.000 1.000.000 80.000 1.080.000 6.279,07 100.000 50.000 38.000 188.000 13.116,28 169.395,35 24 166 14 75.000 125.000 200.000 1.000.000 80.000 1.080.000 6.506,02 100.000 80.000 40.000 220.000 15.903,61 222.409,64 25 186 16 110.000 90.000 200.000 1.000.000 80.000 1.080.000 5.806,45 100.000 70.000 50.000 220.000 14.193,55 220.000,00 26 198 17 53.000 147.000 200.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.979,80 100.000 100.000 44.000 244.000 14.787,88 222.767,68 27 178 15 67.500 112.500 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 8.876,40 150.000 150.000 36.000 336.000 22.651,69 211.528,09 28 175 15 82.500 67.500 150.000 1.000.000 80.000 1.080.000 6.171,43 100.000 120.000 45.000 265.000 18.171,43 174.342,86 29 172 14 102.500 67.500 170.000 1.500.000 80.000 1.580.000 9.186,05 180.000 100.000 50.000 330.000 23.023,26 202.209,30 30 186 16 80.000 100.000 180.000 2.000.000 80.000 2.080.000 11.182,80 200.000 110.000 50.000 360.000 23.225,81 214.408,60 31 198 17 82.500 67.500 150.000 2.000.000 80.000 2.080.000 10.505,05 220.000 120.000 50.000 390.000 23.636,36 184.141,41 32 195 16 75.000 125.000 200.000 1.300.000 80.000 1.380.000 7.076,92 120.000 70.000 38.000 228.000 14.030,77 221.107,69 33 198 17 80.000 100.000 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 7.979,80 150.000 80.000 55.000 285.000 17.272,73 205.252,53 34 190 16 80.000 100.000 180.000 1.500.000 80.000 1.580.000 8.315,79 120.000 100.000 40.000 260.000 16.421,05 204.736,84 186 16 Rata-rata 207.688,46

106 Lampiran 6. Analisis Biaya Riil Trip Total Nelayan Payang Gemplo Tahun

1997-2010 di Kabupaten Pekalongan (IHK Umum) Biaya Nominal Rp 207.688,46/Trip

Tahun IHK (2007=100) Biaya Rill (Rp/Trip)

1997 45,62 455.248,17 1998 76,46 271.645,23 1999 78,53 264.465,29 2000 55,58 373.674,45 2001 61,72 336.521,40 2002 68,03 305.302,04 2003 70,29 295.476,76 2004 76,18 272.615,45 2005 89,08 233.143,98 2006 94,92 218.807,46 2007 100,00 207.688,46 2008 110,61 187.774,18 2009 116,54 178.212,17 2010 124,16 167.274,86 Rata-rata 269.132,14

107 Lampiran 7. Analisis Harga Riil Ikan Teri Nasi Periode Tahun 2001-2010 di

Kabupaten Pekalongan (IHK Bahan Makanan) Tahun IHK (2007=100) Harga Ikan

(Rp/ton) Harga Riil (Rp/Ton) 1997 38,65 5.817.126,61 15.049.313,90 1998 75,73 11.216.903,41 14.811.551,03 1999 46,15 5.649.294,14 12.240.569,84 2000 50,21 7.876.714,19 15.688.399,70 2001 53,16 12.397.245,23 23.321.996,63 2002 56,09 20.398.390,10 36.366.249,87 2003 51,87 10.424.608,32 20.098.276,90 2004 62,36 11.959.792,98 19.179.561,87 2005 77,09 14.738.644,83 19.119.592,52 2006 89,29 14.632.940,11 16.388.745,84 2007 100,00 12.827.049,32 12.827.049,32 2008 112,01 18.379.864,33 16.409.245,40 2009 124,95 15.743.532,09 12.599.865,62 2010 150,80 20.581.440,42 13.648.170,04 Rata-rata 17.696.327,75

108 Lampiran 8. Analisis Bioekonomi Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan

Kabupaten Pekalongan

Parameter Biologi dan Ekonomi Nilai

Laju Pertumbuhan Alami (r) 0,9180670

Koefisien Kemampuan Tangkap (q) 0,0001331

Daya Dukung Lingkungan (K) 349,5568075

Harga Ikan (p) (Rp/Ton) 17.696.327,75

Biaya (c) (Rp/Trip) 269.132,14

Parameter Rezim Pengelolaan

MSY MEY OA

E (Trip) 3.450 2.322 4.644

h (Ton) 80,229 71,651 70,624

x (Ton) 174,778 231,930 114,303

Rente Ekonomi (Rp) 491.254.534,24 643.062.563,05 0 Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

109 Lampiran 9. Nilai Produksi Aktual, Produksi Lestari, dan Koefisien Laju Degradasi Sumberdaya Ikan Teri Nasi di Perairan

Kabupaten Pekalongan Tahun Et Produksi Aktual (Hat) (ton) Produksi Lestari (Hst) (ton)

Hst/Hat Exp 1+Exp Laju

Degradasi 1997 1.957 78,96 65,218 0,826 2,284 3,284 0,304 1998 1.152 54,14 44,646 0,825 2,281 3,281 0,305 1999 2.263 116,58 70,745 0,607 1,835 2,835 0,353 2000 1.854 43,42 63,074 1,453 4,275 5,275 0,190 2001 1.543 67,85 55,730 0,821 2,274 3,274 0,305 2002 1.974 74,66 65,558 0,878 2,406 3,406 0,294 2003 3.200 85,19 79,812 0,937 2,552 3,552 0,282 2004 4.970 115,35 64,620 0,560 1,751 2,751 0,364 2005 2.843 48,35 77,754 1,608 4,994 5,994 0,167 2006 1.904 41,88 64,132 1,531 4,625 5,625 0,178 2007 1.816 56,97 62,246 1,093 2,982 3,982 0,251 2008 1.161 28,01 44,925 1,604 4,972 5,972 0,167 2009 1.249 31,58 47,588 1,507 4,513 5,513 0,181 2010 671 12,90 28,182 2,185 8,889 9,889 0,101 Rata-rata 2.040 61,130 0,246

110 Lampiran 10. Hasil Simulasi Pengenaan Subsidi Solar dengan Pembangunan SPDN Terhadap Analisis Bioekonomi Sumberdaya

Ikan Teri Nasi di Perairan Kabupaten Pekalongan

Perbandingan Parameter Biologi dan Parameter Ekonomi Ikan Teri Nasi Sebelum dan Setelah Pengenaan Subsidi

Parameter Biologi dan Ekonomi Nilai (Sebelum Subsidi) Nilai (Setelah Subsidi)

Laju Pertumbuhan Alami (r) 0,9180670 0,9180670

Koefisien Kemampuan Tangkap (q) 0,0001331 0,0001331

Daya Dukung Lingkungan (K) 349,5568075 349,5568075

Harga Ikan (p) (Rp/Ton) 17.696.327,75 17.696.327,75

Biaya (c) (Rp/Trip) 269.132,14 259.132,14

Perbandingan Nilai Effort, Hasil Tangkapan, Biomas, dan Rente Ekonomi pada Rezim Pengelolaan MSY, MEY, Open Access

Sebelum dan Setelah Pengenaan Subsidi

Parameter Rezim Pengelolaan

MSY MEY OA

E (Trip) Sebelum Subsidi 3.450 2.322 4.644

h (Ton) Sebelum Subsidi 80,229 71,651 70,624

x (Ton) Sebelum Subsidi 174,778 231,930 114,303

Rente Ekonomi (Rp) Sebelum Subsidi 491.254.534,24 643.062.563,05 0

E (Trip) Subsidi 3.450 2.364 4.728

h (Ton) Subsidi 80,229 72,276 69,227

x (Ton) Subsidi 174,778 229,806 110,056

Rente Ekonomi (Rp) Subsidi 525.754.562,79 666.490.877,51 0

111 Lampiran 11. Data Pendapatan Nelayan, Jumlah Trip, Biaya Trip Total, dan

Dummy antara Nelayan yang Memperoleh Manfaat Subsidi Solar dan Nelayan yang Tidak Memperoleh Manfaat Subsidi Solar

Nama Kapal Pendapatan/Ta hun (Rp) Trip/ Tahu n Pengala man (Tahun) Biaya Total/Trip (Rp/Tahun) Rata-rata Produ ksi/Ta hun (Ton) Subsidi Solar (1=subsi di solar; 0=tidak) SIDO DADI 228.316.774,40 208 40 41.616.507,94 12,10 0 SIDO MULYA 192.642.278,40 208 50 45.330.793,65 9,90 0 ADEM AYEM 216.928.377,60 186 53 37.436.190,48 11,20 1 REMEN ARTHO 167.738.736,00 163 20 30.989.404,76 9,37 0 TAMBAH BAROKAH 204.167.884,80 186 40 38.065.047,62 10,20 1

JAYA SENTOSA BARU 298.842.508,80 198 39 42.255.714,29 15,70 1

BHINNEKA 176.520.150,40 166 35 27.921.200,00 10,05 0 DEWI FORTUNA 214.595.814,40 184 12 38.770.333,33 11,90 1 MUTIARA 200.874.854,40 183 12 33.281.600,00 10,62 0 ARUM SAMUDRA 224.131.881,60 198 20 43.457.857,14 11,90 1 SUMBER MAKMUR 298.842.508,80 198 56 38.798.571,43 15,70 1 GUNA JAYA 178.921.318,40 163 30 35.570.222,22 9,65 0 ARDI SELA 163.210.819,20 183 45 36.803.333,33 8,12 0 SINAR JAYA 2 200.669.040,00 195 28 42.802.500,00 10,00 1 BERKAH LANCAR 200.669.040,00 195 42 42.581.190,48 10,10 1 SRIKANDI 239.156.332,80 166 25 34.572.266,67 13,85 1 MULYO REJEKI 176.588.755,20 198 25 43.318.000,00 8,84 0 BALI ASIL 204.099.280,00 175 20 33.527.083,33 11,00 1 MAJU JAYA 183.174.816,00 178 27 37.492.733,33 10,15 0 TAMBAH HASIL 185.027.145,60 186 38 38.349.066,67 9,86 0 ARUM ADI 188.251.571,20 196 15 41.175.555,56 9,94 0 SENTOSA 195.935.308,80 204 15 41.714.600,00 10,60 0 SINAR MULYA 188.800.409,60 172 30 29.215.428,57 11,02 0 MULYA SENTOSA 165.131.753,60 166 34 35.773.000,00 9,77 0 SINAR JAYA 1 204.167.884,80 186 31 40.083.000,00 10,92 1 SRI PANDAN 230.923.756,80 198 15 43.142.000,00 11,64 0 SUMBER REJEKI 213.703.952,00 178 32 36.202.233,33 11,68 1 SUMBER WARAS 192.093.440,00 175 30 29.356.250,00 10,25 0 TUNGGAL IKA 271.400.588,80 172 34 33.210.333,33 16,25 1 BUDI JAYA 204.167.884,80 186 38 38.203.809,52 10,92 0 MANUNGGAL ABADI 210.548.131,20 198 35 35.277.000,00 10,74 1 BERKAH JAYA 173.913.168,00 195 36 42.649.285,71 9,20 0 SRI REJEKI 163.005.004,80 198 40 39.765.000,00 8,44 0 SUMBER URIP 195.523.680,00 190 28 37.743.650,79 9,97 1

112 Lampiran 12. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Payang Gemplo di Kabupaten Pekalongan Regression Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Pendapatan 19.1244 .15115 34 Jumlah Trip 5.2244 .07147 34 Pengalaman 3.3761 .40742 34

Biaya Trip Total 17.4415 .12417 34

Produksi 2.3780 .16149 34 Dummy .4412 .50399 34 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .984a .968 .962 .02958 1.620

a. Predictors: (Constant), Dummy, Jumlah Trip, Pengalaman, Produksi, Biaya Trip Total b. Dependent Variable: Pendapatan

Uji-t (Menguji Pengaruh Masing-masing Peubah Bebas terhadap Pendapatan) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 (Constant) 14.792 .840 17.612 .000 Jumlah Trip .476 .124 .225 3.828 .001 .336 2.973 Pengalaman .009 .013 .025 .722 .476 .974 1.027 Biaya Trip Total -.009 .072 -.008 -.130 .897 .332 3.015 Produksi .826 .039 .883 21.351 .000 .679 1.472 Dummy .035 .013 .116 2.779 .010 .662 1.511

a. Dependent Variable: Pendapatan

H0 : Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan H1 : Variabel bebas berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

Jika Sig < dari α (5%) maka tolak H0, artinya variabel bebas berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

113

Uji-F (Menguji Model Secara Keseluruhan) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .729 5 .146 166.755 .000a

Residual .024 28 .001

Total .754 33

a. Predictors: (Constant), Dummy, Jumlah Trip, Pengalaman, Produksi, Biaya Trip Total b. Dependent Variable: Pendapatan

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Homoskedastisitas (Uji Park)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 5 .000 1.717 .163a

Residual .000 28 .000

Total .000 33

a. Predictors: (Constant), Dummy, Jumlah Trip, Pengalaman, Produksi, Biaya Trip Total b. Dependent Variable: resid2

H0 : Homoskedastisitas H1 : Heteroskedastisitas

114 2. Uji Kenormalan (Uji Kolmogorov-Smirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 34

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .02724449

Most Extreme Differences Absolute .072

Positive .072

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .420

Asymp. Sig. (2-tailed) .994

a. Test distribution is Normal.

H0 : residual menyebar normal H1 : residual tidak menyebar normal Jika nilai Sig > α (5%) maka terima H0

115 3. Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Tolerance VIF .336 2.973 .974 1.027 .332 3.015 .679 1.472 .662 1.511

116 Lampiran 13. Dokumentasi Penelitian

Jalan Menuju Lokasi TPI Wonokerto Kapal yang Berlabuh di TPI Wonokerto

Suasana Pelelangan di TPI Wonokerto Ikan yang Telah Ditimbang oleh Juru Timbang TPI Wonokerto

Ikan yang telah Ditimbang dan Menunggu untuk Dilelang oleh Petugas

Lelang TPI Wonokerto

Nelayan Payang Gemplo yang sedang Memperbaiki Alat Tangkap Payang

117 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 1 April 1988. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Ramelan dan Mardiyah. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Saraswati V Kalisalak Batang pada tahun 1995, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Kalisalak Batang. Pada Tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Batang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Batang pada tahun 2004. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam berbagai kepanitiaan dan aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) Kabinet Sahabat Ksatria periode 2008/2009 sebagai Staf Bureau of Partnership and Company dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen (BEM FEM) Kabinet Orange Beraksi sebagai Staf Departemen Pengabdian Masyarakat. Selama menempuh studi, penulis mendapatkan beasiswa Supersemar pada tahun 2009.

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor ini mendukung dan berkontribusi dalam pembangunan nasional. Pendapat ini tidak lepas dari kontribusi sektor perikanan dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor perikanan dalam PDB 2010 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 148,159 triliun, dengan presentase 3,13% terhadap PDB Nasional, dan 3,40% terhadap PDB tanpa migas. Jika dilihat dari kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional dapat dikatakan relatif rendah dan tidak menunjukkan potensi perikanan yang melimpah. Dengan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang luas, seharusnya sektor perikanan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar. Hal ini seringkali dikaitkan dengan teknologi yang masih rendah jika dibandingkan dengan nelayan negara lain, faktor cuaca, pelanggaran terhadap aturan, seperti

illegal fishing, dan kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak mendukung pertumbuhan perikanan.

Subsidi merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam memberikan dukungan pada sektor perikanan, khususnya untuk nelayan kecil. Kondisi kesejahteraan nelayan akan semakin menurun jika pemerintah gagal dalam perannya sebagai pengambil kebijakan dalam mendorong ekonomi sektor perikanan. Hal ini akan diperburuk dengan berkurangnya aktivitas nelayan untuk melaut akibat iklim yang tidak menentu dan keadaan perikanan yang sudah dieksploitasi penuh yang dinyatakan oleh FAO, bahwa lebih dari 75% stok ikan

2 dunia sudah dieksploitasi penuh. Akibatnya produktivitas tangkapan menurun dan pendapatan nelayan akan semakin jauh dari kesejahteraan. Untuk itu perlu tindakan pemerintah yang maksimal dalam mencapai kesejahteraan nelayan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan subsidi perikanan tangkap, seperti subsidi BBM (bahan bakar minyak), alat tangkap, penguatan sistem informasi wilayah penangkapan ikan, pemberian insentif untuk penjualan hasil tangkapan, modal yang dapat dengan mudah diakses nelayan, serta pemotongan jalur distribusi input dan output perikanan.

Ketersediaan BBM menjadi penting karena BBM merupakan faktor input

dalam produksi perikanan yang vital, selain ketersediaan alat tangkap dan teknologi, dimana nelayan tidak akan bisa melaut tanpa adanya BBM. BBM yang merupakan faktor input perikanan ini kadang harus didapatkan nelayan dari tengkulak karena persediaan yang terbatas di pasaran, dimana menyebabkan semakin tingginya biaya produksi dari aktivitas perikanan itu sendiri. Kondisi ini diperparah ketika BBM yang dibeli oleh nelayan telah dicampur atau dioplos, sehingga mengakibatkan mesin kapal nelayan menjadi cepat rusak, maka semakin tinggi biaya produksi yang harus ditanggung oleh nelayan. Biaya produksi aktivitas perikanan yang tinggi, dapat ditutup dari hasil produksi nelayan ketika melaut. Namun, kondisinya seringkali hasil produksi memiliki harga yang rendah, tidak sesuai dengan harapan yang menyebabkan semakin rendahnya pendapatan yang diperoleh nelayan.

Program subsidi merupakan salah satu program yang harapannya dapat membantu nelayan dalam hal kebutuhan BBM, sehingga diharapkan dapat mengatasi kemiskinan yang terjadi pada masyarakat pesisir. Program peningkatan

3 kesejahteraan masyarakat pesisir sendiri tidak hanya subsidi BBM. Program subsidi lainnya adalah subsidi alat tangkap, bantuan dalam hal modal, pengembangan kewirausahaan, dan kedai pesisir.

Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada kebijakan pemerintah dalam hal pemberian subsidi BBM (solar) secara tidak langsung. Subsidi BBM ini berupa subsidi dalam hal penyediaan kebutuhan solar bagi nelayan, dimana Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Pertamina dalam penyediaan solar untuk nelayan secara berkelanjutan. Menurut Hermawan (2006), subsidi dalam kegiatan perikanan tangkap yang menggunakan mesin sangat diperlukan. Subsidi tersebut adalah bahan bakar minyak (BBM), seperti solar, minyak tanah, dan pelumas. Jika subsidi tidak diberikan, maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan menurunkan penerimaan atau keuntungan para nelayan.

Subsidi BBM atau bahan bakar minyak merupakan keharusan mutlak karena BBM merupakan input yang membutuhkan biaya yang besar. Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Hermawan (2006), bahwa rata-rata pengaruh faktor BBM terhadap biaya produksi pada usaha perikanan yang mengoperasikan 4 alat tangkap, yaitu payang bugis, jaring rampus, payang gemplo, dan bundes di Kabupaten Tegal sebesar 47,40%. Sejak terjadi kenaikan harga BBM (solar) dari harga rata-rata Rp 2.300 per liter di tingkat nelayan menjadi Rp 4.300 per liter, biaya BBM untuk usaha perikanan meningkat menjadi 59,11%. Hal ini menunjukkan sebenarnya diperlukan subsidi perikanan terutama BBM yang pada umumnya merupakan faktor terbesar dari biaya produksi. Sehingga harapannya dengan adanya subsidi BBM, nelayan dapat meningkatkan hasil produksinya

4 karena stok BBM yang selalu tersedia dan nelayan dapat mengurangi biaya produksi perikanan.

Isu subsidi perikanan selama ini menjadi perdebatan diantara negara maju dan negara berkembang, dimana subsidi perikanan sebagai penyebab sumberdaya perikanan berada pada kondisi over exploited. Pada akhirnya menyebabkan sumberdaya perikanan dalam kondisi krisis dan tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka panjang. Menurut Fauzi (2005), kapasitas perikanan global sudah mencapai lebih dari 250% dari yang dibutuhkan untuk mencapai perikanan yang berkelanjutan. Subsidi juga dianggap sebagai faktor yang dapat mendistorsi perdagangan. Laporan dari sumber resmi seperti APEC, OECD, dan WTO, memperkirakan bahwa subsidi perikanan sudah mencapai US$ 15 hingga US$ 20 miliar per tahun. Kondisi ini menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan masyarakat pesisir, seperti kemiskinan dan degradasi sumberdaya perikanan yang pada akhirnya menyebabkan pengangguran. Subsidi perikanan yang dilakukan oleh negara-negara maju menjadi tidak fair berkaitan dengan ekstrasi sumberdaya karena armada perikanan negara berkembang harus bersaing dengan armada perikanan negara maju yang memperoleh subsidi. Oleh karena itu, WTO menghendaki subsidi perikanan harus dikurangi (Fauzi, 2005).

Kondisi ini menjadi sulit bagi Indonesia, di lain pihak harus mengikuti peraturan WTO sebagai lembaga dunia yang mengatur perdagangan internasional. Di lain pihak Indonesia harus memperhatikan kondisi nelayan sebagai pelaku dalam sektor perikanan, dimana sebagian besar nelayan Indonesia adalah nelayan kecil yang masih membutuhkan subsidi. Hal ini mengingat masih rendahnya produksi perikanan pada nelayan kecil yang disebabkan tidak menentunya hari

5 melaut karena cuaca yang tidak mendukung dan ketidakpastian suplai BBM, modal yang rendah, peralatan tangkap yang terkadang tidak sesuai dengan daerah tangkapan, dan teknologi serta inovasi perikanan yang kurang. Melihat kondisi tersebut, menunjukkan masih pentingnya subsidi bagi nelayan Indonesia, khususnya nelayan kecil untuk meningkatkan hasil produksi yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan nelayan.

TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Wonokerto merupakan salah satu tempat pendaratan ikan di Kabupaten Pekalongan yang memiliki SPDN (Solar Packed Dealer Nelayan) sebagai bentuk subsidi solar bagi nelayan. SPDN yang dibangun di sekitar lokasi TPI memudahkan nelayan untuk memperoleh solar sebagai input

dalam kegiatan perikanan dan harapannya dapat membantu nelayan untuk meningkatkan pendapatannya dalam jangka panjang. Penelitian ini mengkaji bagaimana pengaruh subsidi solar dengan pembangunan SPDN di TPI Wonokerto terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo. Harapannya dengan kajian ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh subsidi solar bagi nelayan payang gemplo di TPI Wonokerto. Pengkajian stok sumberdaya ikan dilakukan dengan analisis bioekonomi untuk mengetahui jumlah tangkapan lestari dan keuntungan optimum yang dapat diperoleh nelayan sebelum dan setelah subsidi solar. Penelitian juga mengkaji bagaimana laju degradasi sumberdaya ikan, sehingga secara keseluruhan dapat diketahui pengaruh subsidi terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri nasi dan pendapatan nelayan payang gemplo.

6 1.2 Perumusan Masalah

Sektor perikanan merupakan sektor yang unik jika dibandingkan dengan sektor lainnya, seperti pertanian maupun pertambangan. Dimana dalam sektor perikanan dihadapkan pada karakteristik yang common property dan open access, sehingga dalam pengelolaannya lebih sulit dilakukan. Orang dapat dengan bebas memanfaatkan sumberdaya perikanan ini karena sifatnya yang open access, sehingga pemanfaatannya dapat menimbulkan degradasi pada sumberdaya perikanan tersebut.

Perlu adanya suatu kebijakan pemerintah yang dapat meningkatkan kesejahteraan para pelaku sektor perikanan. Kebijakan ini dapat berupa subsidi perikanan, seperti alat tangkap dan BBM, penguatan modal, dan perlunya inovasi dalam perikanan. Dengan adanya subsidi ini harapannya produksi dapat meningkat dan akhirnya pendapatan juga meningkat. Namun, subsidi perikanan menjadi sebuah isu yang menyebabkan sumberdaya perikanan mengalami degradasi. Dampak subsidi yang dianggap positif untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, di sisi lain menyebabkan dampak negatif terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan. Hal ini diperkuat oleh berbagai sumber resmi, seperti APEC, OECD, dan WTO, bahwa subsidi perikanan menyebabkan degradasi sumberdaya karena dengan adanya subsidi perikanan laju penangkapan akan semakin besar yang mengakibatkan sumberdaya perikanan menjadi over exploited (Fauzi, 2005). Namun, melihat kondisi nelayan Indonesia yang masih dibawah garis kesejahteraan, maka subsidi menjadi suatu keharusan untuk membantu nelayan dalam meningkatkan pendapatannya.

7 Pada penelitian ini difokuskan pada subsidi perikanan di TPI Wonokerto,

Dokumen terkait