• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan pada bagian sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya pelatihan atau diklat tentang soft skills bagi pegawai. Hal ini dilakukan agar seluruh pegawai dapat lebih memahami tentang soft

skills itu sendiri dengan baik sebelum menerapkannya pada orang lain.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan lebih luas dan mendalam, dengan meneliti soft skills.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dan dikelola sepenuhnya oleh perguruan tinggi tersebut dengan tujuan membantu kelancaran pelaksanaan Tri Dharmanya.

Menurut Noerhayati (Noerhayati 1987,1) Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah Suatu unit kerja yang merupakan bagian interval dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda, bertugas membantu perguruan tinggi yang bersangkutan melaksanakan Tri Dharmanya.

Sedangkan Hasugian (Hasugian 2009,79) mengemukakan bahwa Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang dikelola oleh perguruan tinggi yang merupakan bagian dari suatu lembaga induknya yang bersama-sama unit lainnya tetapi dalam peranan yang berbeda. Perpustakaan yang di kelola suatu perguruan tinggi seperti perpustakaan USU. Perpustakaan ini dikelola dibawah Unit Pelaksanaan Teknis yang merupakan perangkat perlengkapan pusat dan sangat penting dalam menunjang kegiatan edukatif di USU.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan yang baik adalah perpustakaan yang selalu mengikuti dinamika pendidikan. Sehubungan dengan itu, perpustakaan perguruan tinggi

harus peka dalam menghadapi dan mentransfer kemajuan informasi yang semakin maju dan canggih agar dapat disajikan serta di manfaatkan. Secara umum, tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk menunjang pelaksanaan kurikulum di perguruan tinggi yang menjadi lembaga induk perguruan tinggi tersebut.

Fungsi utama Perpustakaan Perguruan Tinggi ada empat (Sulistyo-Basuki 1991,107) yaitu:

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan membantu mengembangkan potensi mahasiswa dengan sistem pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum Pendidikan. Proses pengembangan potensi tersebut dapat di capai dengan pemanfaatan informasi yang ada di perpustakaan.

2. Fungsi Informatif

Proses belajar bagi mahasiswa menuntut mahasiswa untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan mengembangkannya dalam tugas individu, kelompok dan terstruktur ataupun pembuatan makalah, masalah informasi bidang studi, masalah kewajiban yang berkaitan dengan tugasnya sebagai warga negara dan masalah peningkatan mutu akademik dapat dipecahkan dengan menelusuri informasi yang ada di perpustakaan.

3. Menunjang Kegiatan Penelitian

Penelitian tanpa bahan pustaka atau informasi dari perpustakaan tidak akan berhasil. Dalam hal ini Perpustakaan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan agar proses penelitian dosen, mahasiswa, dan staf non edukatif dapat dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari perpustakaan. 4. Sebagai Tempat Rekreasi atau Hiburan

Mahasiswa dapat mengandalkan perpustakaan untuk mengurangi ketegangan yang di alami setelah lelah belajar dengan bahan ringan dan menghiburkan seperti koran, komik, dan majalah yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Hoerhayati (Hoerhayati 1987,2) tujuan khusus perpustakaan perguruan tinggi adalah “untuk mendukung, memperlancar, serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program kegiatan perguruan tinggi melalui pelayanan informasi, pengelolaan informasi, pemanfaatan informasi.”

Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Perguruan Tinggi dalam buku pedoman Perpustakaan Tinggi menyatakan

bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah (Direktorat Jendral Perguruan Tinggi 2004, 3) :

1. Fungsi Edukasi.

Perpustakaan merupakan sumber belajar sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang di sediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

2. Fungsi Informasi

Perpustakaan diharapkan mampu menjadi sumber informasi yang mudah di akses oleh pencari dan pengguna informasi.

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang dapat di aplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan inovasi pemustaka. 5. Fungsi publikasi

Perpustakaan selayaknya juga dapat membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh masyarakat universitas yaitu para sivitas akademika dan staf non-akademik.

6. Fungsi Deposit.

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang telah dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi interpretensi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dihasilkan untuk membantu pengguna dalam melakukan tri dharmanya.

Sedangkan menurut Yuven (Yuven 2010, 1), fungsi perpustakaan perguruan tinggi adalah :

1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi 2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi 3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdasan bangsa) 5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dinyatakan bahwa fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang proses belajar-mengajar di

perguruan tinggi, mengelola sumber-sumber informasi dan melayankannya kepada pengguna dalam hal ini perpustakaan melaksanakan berbagai aktivitas sesuai dengan tujuan dan fungsinya terutama kegiatan belajar mahasiswa.

2.1.3 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Menurut buku pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, tujuan perpustakaan berbeda sesuai dengan jenis perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya. Tujuan penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah untuk membantu lembaga induknya dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi penaungnya (Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi 2004,47).

Sebagai unsur penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi, perpustakaan merumuskan tujuannya sebagai berikut :

1. Mengadakan dan merawat buku, jurnal, dan bahan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa, dan staf lainnya bagi kelancaran program pegajaran dan penelitian di perguruan tinggi.

2. Mengusahakan, menyimpan, dan merawat bahan perpustakaan yang bernilai sejarah, yang memiliki kandungan informasi lokal, dan yang dihasilkan oleh sivitas akademika, untuk dimanfaatkan kembali sebagai sumber pembelajaran (learning resources).

3. Menyediakan saran temu kembali untu menunjang pemakaian bahan

perpustakaan.

4. Menyediakan tenaga yang profesional serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan cara penggunaan bahan perpustakaan.

5. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan.

Sedangkan tujuan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia menurut Hasugian (2009:80) „adalah untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Oleh karena itu, koleksi

perpustakaan perguruan tinggi harus benar-benar diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikembangkan bahwa tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika, mendukung serta mempertinggi kualitas pelaksanaan program pendidikan, yang dilaksanakan perguruan tinggi sehingga mencapai visi dan misi perpustakaan perguruan tinggi.

2.2. Skill (Keterampilan)

Skill (keterampilan) ialah kemampuan (ability) untuk mengubah

pengetahuan (knowledge) ke dalam tindakan (action) yang menghasilkan tingkat kinerja yang diinginkan, (Silalahi, 2002).

Skill bisa diartikan sebagai keterampilan atau how-to atau cara untuk

melakukan sesuatu (Leksana, 2003). Landasan dari skills adalah pengalaman dan pembelajaran secara praktek lapangan. Skill memiliki karakter bisa ditransfer dari individu ke individu lainnya melalui proses pembelajaran bertahap. Cara yang paling efektif untuk mentransfer skills adalah dengan mengikutsertakan si pembelajar melakukan tahapan pekerjaan dan membuatnya mempraktekkan tahapan pekerjaan tersebut dalam konteks pelatihan lapangan dan melakukan pengulangan. Praktek dan pengulangan merupakan dua kunci utama bagi seseorang untuk mengakuisisi skills yang baru.

Menurut Sweny dan Towny (dalam Harmein, 2008), manusia jika ditinjau dari segi kemampuannya untuk dapat bekerja dengan baik dan mampu mengembangkan potensinya dapat dibagi ke dalam dua bagian yang terdiri dari:

1. Hard skills merupakan kemampuan akademik yang dimiliki oleh seseorang.

2. Soft skills merupakan kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan

terutama dalam dunia kerja, baik sebagai pekerja (produk/jasa maupun wirausaha).

2.2.1. Hard Skill

Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan

keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmu tertentu (Iqbal, 2012).

Hard skills adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas

yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek yang dipelajari (Basyir, 2011). Sedangkan menurut Utomo (2010), hard skills didefenisikan sebagai penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmu tertentu. Menurut Suharjono (dalam Utomo, 2010), hard skills berhubungan dengan

technical skills yang diterjemahkan dalam dua hal yaitu:

a. Pure technical knowledge or functional skills

b. Skill to improve the efficiency of technology, that is improvement or problem-solving skills.

Hard skills sering juga disebut dengan kemampuan intelektual

(intellectuall ability). Kemampuan intelektual (intellectual ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk menentukan berbagai aktivitas mental-berpikir, menalar dan memecahkan masalah (Robbins, 2008),. Individu dalam sebagian masyarakat menepatkan kecerdasan, dan untuk alasan yang tepat, pada nilai yang tinggi.

2.2.2. Soft Skill

Soft skills merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan

orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (personal skills) yang mampu mengembangkan hasil kerja secara maksimal (Iqbal, 2012).

Soft skills merupakan kesadaran yang membuat seseorang termotivasi dan

pantang menyerah sehingga bisa menempatkan diri di tengah orang lain secara proporsional (Alhadi, 2012). Pengertian lain dari soft skills adalah kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.

Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intense, motivasi, watak dan temperamen orang lain. Kepekaan dan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, menurut Sailah (dalam Widayanti, 2012),

soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

dkk (dalam Novita, 2012), soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, dan sudah dibangun sejak kecil (didikan lingkungan dan keluarga) yang lebih mengutamakan intra dan interpersonal. 2.2.3. Penggolongan Soft Skill

Menurut Ikhsan (dalam Alhadi, 2012) mengatakan bahwa soft skil yang perlu diasah dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori, yaitu :

1. Keterampilan komunikasi lisan dan tulisan (communication skills) 2. Keterampilan bernegosiasi (organizational skills)

3. Kepemimpinan (Leadership)

4. Kemampuan berfikir kreatif dan logis (logic and creative) 5. Ketahanan menghadapi tekanan (effort)

6. Kerja sama tim dan interpersonal (group skills) dan etika kerja (ethics)

Berdasarkan hasil penelitian, menurut Sailah (dalam Widayanti, 2012), atribut soft skills meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Attribut soft skills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Begitu juga dengan penelitian lain, menurut Elfindri, dkk (dalam Novita, 2012), menambahkan bahwa soft skills terdiri dari berbagai macam keterampilan mulai dari talenta yang lengkap, percaya diri, cepat, smart, memiliki keterampilan bahasa dan mendengar.

Menurut Putri (dalam Alhadi, 2012) mengatakan pada dasarnya soft skills terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Kualitas personal

a. Dapat bertanggung jawab

Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melakukan fungsi yang diberikan kepadanya sesuai dengan kemampuan dan arahan, (Flippo, 1994). Sedangkan menurut Kalbers dan Cenker (dalam Sudarno, 2011), tanggung jawab diyakini sebagai komponen karakter pribadi professional yang memiliki peranan penting terhadap prestasi kerja.

b. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri secara bahasa adalah percaya pada kapasitas kemampuan diri dan terlihat sebagai kepribadian yang menunjukkan positif, (Saputro dkk, 2012). Salah satu ciri kepercayaan diri adalah adanya perasaan adekuat atau merasa yakin akan kemampuannya (Afiatin dkk,1998).

c. Mampu bersosialisasi

Menurut Harton dan Hunt (dalam Fatmahwati, 2012), mendefenisikan sosialisasi sebagai proses dimana seseorang internalisasikan norma-norma kelompok tempat hidup sehingga berkembang menjadi satu pribadi yang unik. Sedangkan menurut Stewart (dalam Fatmahwati, 2012), menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses orang memperoleh kepercayaan sikap, nilai dan kebiasaan dalam kebudayaan.

d. Mampu mengatur diri sendiri (self-management)

Manajemen diri adalah suatu prosedur yang menuntut seseorang untuk mengarahkan atau mengatur tingkah lakunya sendiri, (Yunita dkk, 2009),. Gie (dalam Yunita dkk, 2009) mengungkapkan, strategi pertama dan utama dalam manajemen diri atau self management adalah berusaha mengetahui diri sendiri dari segala kelebihan dan kekurangan (kelemahan). Dengan mengenali diri sendiri, seorang individu dapat mengetahui apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam hidup ini.

e. Integritas/kejujuran

Menurut nilai-nilai Kemenkeu, integritas diartikan sebagai berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Menurut Don Galer (dalam Iqbal, 2012) menyatakan bahwa integritas adalah apa yang kita katakan, apa yang kita lakukan dan apa yang kita katakan kita lakukan. Seseorang dikatakan tidak memiliki integritas apabila tidak melakukan apa yang dikatakan. Salah satu aspek dari kejujuran adalah adanya konsistensi antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Integritas dibutuhkan oleh siapa saja, tidak hanya pemimpin namun juga yang dipimpin. Orang-orang menginginkan jaminan bahwa pemimpin mereka dapat dipercaya jika mereka harus menjadi pengikut-pengikutnya. Mereka merasa yakin bahwa sang pemimpin memperhatikan kepentingan setiap anggota tim dan sang pemimpin harus menaruh kepercayaan bahwa para anggota timnya melakukan tugas tanggung-jawab mereka. Pemimpin dan yang dipimpin sama-sama ingin mengetahui bahwa mereka akan menepati janji-janjinya dan tidak pernah luntur dalam komitmennya. Orang yang hidup dengan integritas tidak akan mau dan mampu untuk mematahkan kepercayaan dari mereka yang menaruh kepercayaan kepada dirinya. Mereka senantiasa memilih yang benar dan berpihak kepada kebenaran. Ini adalah tanda dari integritas seseorang. Mengatakan kebenaran secara bertanggung jawab, bahkan ketika merasa tidak enak mengatakannya.

2. Interpersonal skills

Kepemimpinan didefenisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain, baik seseorang atau sekelompok orang, agar berperilaku untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Definisi ini menunjukkan : pertama, ada kegiatan mempengaruhi ialah usaha-usaha untuk membuat orang lain bertindak atau berperilaku. Dalam konteks ini ada orang yang mempengaruhi yang disebut pemimpin (leader), dan ada orang-orang lain (seorang atau sekelompok) yang dipengaruhi yang disebut pengikut (follower). Kedua, ada sasaran yang ingin dicapai yang terdiri atas sasaran antara dan sasaran akhir. Sasaran antara ialah agar pengikut menampilkan perilaku tertentu member kontribusi sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan yang merupakan tujuan kepemimpinan (leadership goals) sebagai hasil (outcome). Dan ketiga, ada situasi, yaitu berhubungan dengan latar belakang pemimpin, pengikut dan lingkungannya. Yang terakhir ini sangat ditekankan oleh para teorisi situasional atau kontingensi.

b. Kemampuan bernegosiasi

Negosiasi atau perundingan adalah proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan tawar menawar. Seseorang berunding untuk menyelesaikan perselisihan, mengubah perjanjian atau syarat-syarat, atau menilai komiditi atau jasa, atau permasalahan yang lain. Perunding yang baik akan tahu bagaimana menanggulangi konflik. Dengan kata lain bahwa negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dua pihak/kelompok atau lebih dengan cara berunding untuk mencapai persetujuan yang sesuai dengan karateristik tertentu melalui beberapa tahapan yang saling bertentangan satu sama lain.

c. Mampu bekerja sama dalam tim

Secara teoritis, kerja tim adalah kemampuan untuk bekerja sama untuk menuju suatu visi dan misi yang sama, kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi. Dalam kerja sama tim, setiap anggota harus memperlihatkan kompetensi yang kuat untuk berkolaborasi dengan karakter, potensi, bakat, pengetahuan, dan motivasi dari masing-masing individu secara efektif. Kerja sama tim harus berlandaskan pada visi yang berfokus pada tujuan, semangat yang tinggi, sikap ingin tahu, rasa percaya diri yang tinggi. Sebuah kerja sama tim harus memiliki landasan moral dan etika yang kuat.

d. Mau berbagi ilmu dengan orang lain.

Menurut Setiarso (2006), berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan salah satu metode dalam knowledge management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman, dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya kepada anggota lainnya.

e. Dapat melayani klien/pelanggan.

Menurut Adhiyanto (2012), pelayanan pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu tindakan dan perlakuan atau cara melayani orang lain untuk

memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya. Tingkat kepuasan konsumen atas suatu pelayanan dapat diukur dengan membandingkan antara harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diinginkannya dengan kenyataan yang diterimanya atau dirasakannya.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang paling penting bagi kelangsungan suatu organisasi. Karena persaingan organisasi yang semakin ketat dan kemajuan teknologi yang semakin pesat maka organisasi harus memiliki SDM yang mampu bersaing dan memiliki kemampuan profesional (knowledge, hard skills, soft skills) yang tinggi sehingga organisasi tersebut mampu bersaing dengan organisasi lainnya.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat sudah

mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi. Pengaruh ini bisa berdampak positif dan negatif pada suatu negara, adanya perubahan sistem pada instansi maupun lembaga pendidikan tidak terkecuali perpustakaan. Komputer menjadi salah satu alat yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada di perpustakaan dengan menggunakan internet sebagai jaringan komunikasi teknologi.

Sekarang ini kita hidup di dunia yang sangat kompetitif dan semakin berkembang membuat setiap organisasi perlu mengembangkan staf mereka untuk meningkatkan keterampilan mereka dengan baik dan dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dunia. Walaupun seorang pegawai tersebut sudah memiliki teknis keterampilan untuk karir, secara signifikan ia memerlukan berbagai soft

skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

pemecahan masalah, atau kemapuan berperilaku yang harus diperoleh untuk menerapkan keterampilan teknis dan pengetahuan di tempat kerja. Hard skills

dapat di klarifikasikan sebagai teknik kerja atau manajemen pekerjaan yang dapat diukur. Sebaliknya, soft skills adalah keterampilan yang melibatkan hubungan antara seseorang dan sosial. hard skills bisa dipelajari dan dilatih secara eksplisit.

Soft skills biasanya dikembangkan melalui pengalaman pribadi dan refleksi diri

sendiri. Ada berbagai organisasi yang menerapkan hubungan antara soft skills yang dimiliki pegawai dapat membawa kesuksesan organisasi secara menyeluruh yang mencerminkan pentingnya soft skills bagi masyarakat saat ini.

Soft skills merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan

orang lain (Interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan hasil kerja secara maksimal. Terdapat banyak komponen dari soft skills diantaranya yaitu : kejujuran, kemampuan berkomunikasi, kemampuan organisasi, tanggung jawab, kemampuan beradaptasi, mampu berlaku adil, dan lain sebagainya.

Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan sangat diperlukan dalam bidang kerja. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki dapat membuat karyawan tersebut bekerja dengan cepat, kreatif, inovatif. Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki tidak hanya hard skills tetapi juga dibutuhkan soft

skills. Perpaduan hard skills dan soft skills yang dimiliki seseorang sangat

diperlukan dalam dunia kerja. Soft skills yang dimilikinya dapat membantunya mudah bergaul dalam lingkungan kerja, karena kejujuran, rasa tanggung jawab, disiplin, percaya diri yang dimiliki seseorang dengan sendirinya akan memudahkan orang tersebut diterima di lingkungan kerja. Secara tidak langsung

pun akan memudahkan orang tersebut mengembangkan skills yang dimilikinya, karena dia merasa lingkungan kerja sangat kondusif.

Penyelenggaraan perpustakaan sebagai sumber belajar merupakan suatu keharusan dan sangat penting dalam pendidikan. Pendidikan tinggi mungkin terselenggara dengan baik jika para dosen dan mahasiswa didukung oleh sumber belajar yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah salah satu unsur penunjang bagi kegiatan akademik di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Perpustakaan USU sebagai fasilitas penunjang utama program Tridharma Perguruan Tinggi memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan suatu perguruan tinggi, sebagaimana dinyatakan dalam UU Sisdiknas pasal 20 ayat 3 menerangkan bahwa kewajiban perguruan tinggi terdiri dari tiga hal yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Peprustakaan USU memiliki peranan yang besar dalam mendukung misi dan tujuan Universitas Sumatera Utara sebagai pusat pendidikan yang mampu bersaing secara global dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan lingkungan kerja, penelitian yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta sebagai pusat konsultasi dan rujukan bagi dunia usaha atau industri. Berkaitan dengan itu, perpustakaan terus berupaya untuk menyelaraskan peranannya dalam mengikuti dinamika perkembangan Universitas Sumatera Utara.

Pustakawan adalah mitra intelektual yang memberikan jasanya kepada pemustaka. Pustakawan harus dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pemustaka. Salah satu kompentensi yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan

adalah menguasai soft skills. Soft skills pada dasarnya merupakan keterampilan non teknikal dan terkait erat dengan kepribadian seseorang yang dapat menjadikan seseorang sebagai karyawan yang baik dan pekerja yang dapat diandalkan. Pustakawan harus dapat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan pemustaka. Agar dapat berkomunikasi dengan baik kepada pemustaka keterampilan dalam menguasai Soft skills sangat diperlukan, penguasaan soft skills harus dikuasai oleh pustakawan profesional, agar kepuasan pemustaka dapat

Dokumen terkait