• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Setelah melakukan pengamatan di lapangan dan menganalisa data maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan penelitian untuk mengukur dan menetapkan nilai koefisien satuan pekerjaan untuk item-item pekerjaan yang sama pada jenis proyek yang berbeda.

2. Perlu adanya penyempurnaan analisa SNI terbaru pada analisa harga satuan karena hingga saat masih mengacu pada SNI 2008.

3. Pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding batumerah harus intensif, karena berdasarkan pengamatan di lapangan tebal tipisnya plesteran ditentukan dari kerapihan pasangan batu merah.Apabila pasangan batu merah tidak rata, maka berpotensi menyebabkanpemakaian bahan yang banyak untuk pekerjaan plesteran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang menentukan besarnya harga dari satuan pekerjaan adalah indeks satuan kerja dimana harga satuan pekerjaan diperoleh dari perkalian nilai indeks satuan pekerjaan dengan harga standar dari suatu pekerjaan, misalnya upah seorang tukang pasang batu diperoleh dari perkalian indeks satuan kerja untuk tukang pasang batu dikali dengan harga standard tukang perhari untuk saat itu. Untuk saat ini nilai dari indeks satuan kerja telah ditetapkan nilainya dalam Standard Nasional Indonesia.

Untuk mendapatkan nilai dari harga satuan kerja, maka harus diketahui dahulu pengertian dari indeks satuan kerja tersebut dan metode yang digunakan untuk meneliti dimana dalam pembuatan tugas akhir ini metode yang digunakan adalah metode Time and Motion Study.

Selain itu juga hal-hal yang perlu dijelaskan adalah penjabaran dari jenis pekerjaan yang akan diteliti pada proyek rehab berat gedung induk I inspektorat provinsi sumatera utara, yaitu :

1. Pekerjaan pasangan dinding. 2. Pekerjaan plesteran.

2.1 Indeks Satuan Kerja

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan disusun sebagai acuan dasar yang seragam para pelaksana pembangunan gedung dan perumahan dalam menghitung besarnya harga satuan berbagai pekerjaan untuk bangunan gedung dan perumahan. Pelaksana pembangunan gedung dan perumahan yang

dimaksudkan adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan Gedung dan Perumahan yaitu para perencana, konsultan, kontraktor maupun perseorangan dalarn memperkirakan biaya bangunan.

Tata cara perhitungan ini memuat indeks satuan kerja yang terdiri dari indeks bahan bangunan dan indeks tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tiap satuan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan yang bersangkutan. Indeks satuan kerja adalah faktor pengali atau koefisien sebagai dasar perhitungan

biaya bahan dan upah kerja. Seperti yang tersebut pada pengertiannya, maka indeks satuan kerja terdiri atas 2 bagian yaitu :

1. Indeks bahan.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan bahan bangunan untuk setiap satuan jenis pekerjaan. Dalam hal ini, indeks bahan memiliki ketetapan tersendiri sesuai dengan jenis bahan bangunannya.

2. Indeks tenaga kerja.

Yaitu indeks kuantum yang menunjukkan kebutuhan waktu untuk mengerjakan setiap satuan jenis pekerjaan oleh seorang pekerja proyek bangunan. Maksudnya adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja untuk dapat menyelesaikan satu jenis pekerjaan tidaklah selalu penuh dalam satu hari kerja.

Adapun perhitungan untuk mendapatkan nilai dari indeks satuan kerja untuk seorang pekerja dalam mengerjakan satuan pekerjaan yaitu dengan membagikan lamanya pekerja tersebut menyelesaikan pekerjaanya ( c ) dengan lamanya jam kerja dalam sehari yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 7 jam kerja dengan satuan Orang Hari ( OH ).

=

7 ( OH )

Keterangan :

= Indeks satuan kerja ( Orang Hari / OH )

c = lamanya menyelesaikan pekerjaan ( jam atau menit ).

2.2 Metode “Time and Motion Study

Pada awalnya time dan motion study digunakan hanya untuk hal-hal yang sangat spesifik dan dalam ruang lingkup yang sangat sempit. Kedua bidang studi tersebut pertama kali ditemukan dan dikembangkan masing-masing oleh Frederick Taylor untuk Time study dan Gilbreths untuk Motion Study yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Walaupun dikembangkan dan ditemukan dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pada awalnya hanya time study dan penurunan insentif upah buruh yang lebih berkembang dibandingkan dengan motion study. Keinginan untuk mendapatkan metode kerja yang lebih baik menggema pada kurun waktu 1930an yang kemudian mengakibatkan perkembangan keilmuan teknik industri untuk menglombinasikan time study dengan motion study yang dapat menghasilkan metode kerja yang lebih baik dan lebih dekat dengan kata ideal. ( Dewiagustiyani, 2013 )

Wignjosoebroto (1995) Motion study and time study adalah suatu pembelajaran sistematis dari sistem kerja dengan tujuan mengembangkan sistem dan metode yang lebih baik. Dalam perkembangannya kemudian keduanya dipandang sebagai suatu kesatuan yang dikenal dengan nama Time and Motion Study atau studi waktu dan gerakan. Istilah lain yang kemudian hari kerap juga

digunakan untuk hal ini adalah Methods Engineering. Pada tahap awal dari Methods Engineering adalah menentukan estimasi waktu yang akan dikerjakan oleh pekerja dalam menjalankan tugas pada suatu stasiun kerja.

Buruh atau pekerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan besarnya biaya dalam anggaran suatu pekerjaan proyek. Produktivitas dari pekerja akan mempengaruhi biaya naik, biaya turun dan besarnya keuntungan. Karena itu dibutuhkan teknologi yang dapat memacu produktivitas kerja dan kualitas. Metode time and motion study dapat dijadikan alat untuk mengukur dan membuktikan produktivitas kerja dalam bentuk waktu standard.

Dalam penggunaan metode time and motion study akan diperoleh waktu standard seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu jenis pekarjaan dalam satuan besaran tertentu misalnya waktu standard dalam menyelesaikan pekerjaan 1 m³ pasangan batu.

Menurut Marvin E. Mundel, istilah Time and motion itu sendiri dapat diartikan atas dua hal, yaitu:

a. Motion study

Aspek motion study terdiri dari deskripsi, analisis sistematis dan pengembangan metode kerja dalam menentukan bahan baku, desain output, proses, alat kerja, tempat kerja, dan perlengkapan untuk setiap langkah dalam suatu proses, aktivitas manusia yang mengerjakan setiap aktivitas itu sendiri. Tujuan metode motion study adalah untuk menentukan atau mendesain metode kerja yang sesuai untuk menyelesaikan sebuah aktivitas.

Aspek utama time study terdiri atas keragaman prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan dengan standar pengukuran waktu yang ditetapkan, untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi aktivitas (Ciptani, 2008)

Menurut Yuliarto (2009) Time and Motion Study dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja.Metode yang digunakan dalam penentuan kebutuhan tenaga kerja (helper) ini adalah dengan menggunakan metode pengukuran waktu jam henti. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Prinsip dari metode ini adalah pengukuran waktu dimana waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebelum melakukan pengukuran waktu terlebih dahulu menguraikan pekerjaan menjadi elemen-elemen atau stasiun kerja, kemudian memilih helper untuk menghitung waktu kerjanya. Helper yang dipilih merupakan pegawai yang memiliki kemampuan rata-rata dalam pekerjaannya, yaitu tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Pengukuran waktu yang digunakan adalah dengan teknik pengukuran langsung yaitu pengukuran waktu kerja yang dilakukan oleh peneliti secara langsung ditempat objek penelitian.

Terdapat dua macam teknik pengukuran time and motion study, yaitu: a. Pengukuran waktu secara langsung.

Cara pengukurannya dilaksanakan secara langsung yaitu dengan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dan mencatat waktu yang diperlukan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja menjadi elemen-elemen kerja yang sedetail

mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Cara pengukuran langsung ini dapat menggunakan metode jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work Sampling).

1. Stopwatch Time Study.

Stopwatch time study merupakan metode yang paling sesuai dengan pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard. Seorang ahli Universitas Sumatera Utara Fredrich W. Taylor mulai menggunakan stopwatch dalam pekerjaannya sejak tahun 1880 dan metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penetapan waktu standard terutama dalam dunia industri karena penggunaanya yang sangat sederhana.

Dalam pengerjaannya,metode ini menggunakan alat hitung waktu seperti stopwatch. Beberapa jenis stopwatch yang dapat digunakan adalah :

a. Snapback b. Continuous c. Three watch d. Digital

e. TMU ( time-measured unit )

Proses pengerjaan dari metode ini sangatlah sederhana. Seorang peneliti hanya perlu mengukur lamanya waktu kerja dari seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan kemudian mencatatnya, begitu juga untuk pekerjaan berikutnya sampai didapat data yang akan dijadikan sebagai waktu standard.

2. Work Sampling.

Work sampling merupakan metode yang mempelajari kinerja dari pekerja berdasarkan lamanya jam kerja. Cara pengambilan datanya dengan observasi langsung terhadap pekerja kemudian membuat suatu kesimpulan dari kinerja orang tersebut. Misalnya dalam rentang waktu 2 jam seorang pekerja bekerja dengan maksimal tetapi setelah 1 jam berikutnya intensitas bekerjanya menurun mugkin dia membutuhkan istirahat dengan mengnurunkan ritme kerjanya dan setelah itu kinerjanya meningkat lagi dan begitu seterusnya sampai berakhir jam Universitas Sumatera Utara kerja. Dari sini dapat diambil kesimpulan seberapa besar produktivitas dari pekerja tersebut.

b. Pengukuran waktu secara tidak langsung.

Cara pengukurannya dengan melakukan penghitungan waktu kerja dimana pengamat tidak berada di tempat pekerjaan yang diukur. Cara pengukuran tidak langsung, ini dengan menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined Time System).

1. Time Standard ( waktu standard ).

Waktu standard merupakan bagian yang sangat penting sebagai informasi dalam perencanaan suatu pekerjaan.

Waktu standard dapat berguna untuk :

1. Menentukan jumlah alat atau mesin yang dibutuhkan. 2. Menentukan jumlah pemakaian orang.

3. Menentukan anggaran biaya.

waktu.

5. Menentukan keseimbangan tugas dan alur kerja dari tip bidang dan peralatan. 6. Menentukan gerak kerja individu dan mengidentifikasi permasalahan dalam

suatu pekerjaan.

7. Pembayaran dapat ditetapkan berdasarkan gerak kerja.

8. Mengevaluasi pemakaian biaya dan memilih metode yang baik. 9. Mengatur pengeluaran untuk tenaga kerja.

Waktu standard adalah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dengan beberapa kondisi:

1. Pekerja yang berkompeten dibidangnya.

Pekerja yang berkompeten dibidangnya sangatlah dibutuhkan. Pengalaman kerja seorang pekerja akan menentukan kualitas dari pekerja tersebut dan lamanya bekerja dibidang yang digeluti merupakan tolak ukur dalam menilai pengalaman seorang pekerja. Dibutuhkan waktu untuk menyesuiakan antara pekerja dan jenis pekerjaan, misalnya menjadi operator mesin traktor, crane, ekskavator dan banyak peralatan berteknologi tinggi yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya dan menyesuaikan diri. Kesalahan terbesar dalam pekerjaan sering dilakukan oleh pekerja yang pengalaman kerjanya masih sedikit. Oleh karna itu, aturan yang baik dalam menerima tenaga kerja harus dimulai dengan seleksi, pelatihan teori dan pelatihan lapangan.

2. Langkah normal.

Dalam penetapan waktu standard untuk suatu jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja sebaiknya masih dalam kondisi waktu kerja yang

normal yaitu waktu kerja yang tidak pada kondisi keterlambatan jadwal pekerjaan yang menyebabkan pekerja bekerja dalam kondisi tekanan.

3. Spesifikasi tugas.

Yang dimaksud dengan spesifikasi tugas adalah penjelasan detail dari pekerjaan yang diberikan. Hal-hal yang harus dimasukkan dalam penjelasan tugas adalah :

a. Metode kerja yang digunakan. b. Spesifikasi dari material. c. Peralatan yang digunakan.

d. Letak material masuk dan material keluar.

e. Ketentuan tambahan seperti keselamatan kerja, kualitas kerja dan perawatan. Waktu standard hanya baik digunakan jika sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan di atas. Apabila terdapat perubahan karena factor tertentu, maka waktu standard harus berubah juga.

2. Predetermined Time Standard System ( PTSS )

PTSS merupakan teknik dalam menetapkan perencanaan waktu dengan meninjau langkah-langkah kerja yang akan dilakukan. Teknik PTSS digunakan ketika waktu standard dibutuhkan selama merencanakan program kerja yang baru. Pada tahap perencanaan program kerja yang baru, hanya data yang sederhana atau data perkiraan yang ada dan perencana harus menggambarkan kebutuhan dalam pemakaian alat, perlengkapan dan metode kerja. Seorang perencana harus dapat mendesain jaringan kerja yang menggambarkan langkah-langkah pekerjaan. Beberapa jaringan kerja harus didesain, waktu kerja dan total dari pelaksanaan

pekerjaan harus sudah diperkirakan. Perkiraan waktu kerja ini dapat digunakan untuk menentukan peralatan yang digunakan dan kebutuhan tenaga kerja.

Kriteria-kriteria yang harus terpenuhi pada aktivitas pengukuran time and motion study adalah aktivitas tersebut harus dilaksanakan secara ulang dan seragam, isis atau macam pekerjaan tersebut harus homogen, hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung dan pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya (Wignjosoebroto, 1995).

Untuk memperoleh hasil yang optimal, maka dalam melaksanakan pengukuran time and motion study harus mempertimbangkan banyak faktor antara lain kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang diukur (Universitas Kristen Petra, 2009).

2.2.1 Pengamatan dan Pengukuran

Menurut Universitas Kristen Petra (2009) ada tiga metode yang digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan stopwatch, yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (countinuos timming), pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back) dan pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing).

Pada pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing), maka pengamat kerja akan menekan tombol stopwatch pada saat elemen kerja pertama dimulai, dan membiarkan jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau

siklus kerja selesai. Waktu yang dipakai sebenernya merupakan waktu dari masing-masing elemen kerja yang diperoleh dari pengurangan pada saat pengukuran waktu selesai dilakukan.

Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back), jarum penunjuk stopwatch akan selalu dikembalikan ke porsi nol pada setiap akhir elemen kerja yang diukur. Setelah pencatatan pengukuran untuk elemen berikutnya.

Selanjutnya, pengukuran secara akumulatif akan menggunakan dua atau tiga stopwatch yang akan bekerja secara bergantian. Metode ini memberikan keuntungan dalam hal pembacaan data akan lebih mudah dan lebih teliti karena jarum stopwatch tidak dalam keadaan bergerak pada kondisi tersebut.

2.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan

Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa/beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran, yang kemudiandikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan

didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.

Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.

2.3.1. Analisa Harga Satuan Upah

Upah merupakan suatu imbalan yang harus diberikan oleh kontraktor kepada pekerja sebagai balas jasa terhadap hasil kerja mereka. Upah juga merupakan salah satu faktor pendorong bagi manusia untuk bekerja karena mendapat upah berarti mereka akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemberian upah yang sesuai dengan jasa yang mereka berikan akan menimbulkan rasa puas, sehingga mereka akan berusaha atau bekerja lebih baik lagi.

Analisa upah pekerjaan ialah, menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.(Bachtiar Ibrahim, 1993).

Kebutuhan tenaga kerja adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk suatu volume pekerjaan tertentu yang dapat dicari dengan menggunanakan rumus :

∑ Tenaga Kerja = Volume Pekerjaan x Koefisen analisa tenaga kerja

Tingkatan dan tugas tenaga kerja pada masing – masing pekerjaan dapat kami jelaskan sebagai berikut :

1) Pekerja, jenis tenaga kerja ini berada pada tingkatan tenaga kerja terendah sehingga upah dari pekerja juga termasuk yang paling rendah. Tugas dari pekerja membantu dalam persiapan bahan atau pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan khusus.

2) Tukang, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, seperti tukang kayu, tukang batu, tukang besi. Keahlian seorang tukang sangat berpengaruh besar terhadap pelaksanaan kerja suatu proyek.

3) Kepala Tukang, adalah tenaga kerja yang bertugas mengepalai tukang lainnya untuk suatu bidang pekerjaan, misalnya kepala tukang batu, kepala tukang kayu, kepala tukang besi.

4) Mandor, jenis tenaga ini adalah tenaga kerja yang mempunyai tingkatan paling tinggi dalam suatu pekerjaan yang bertugas mengawasi jalannya pekerjaan dan memantau kinerja tenaga kerja yang lain.

1) Upah Borongan

Upah Borongan adalah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja ditentukan berdasarkan kesepakatan antar pekerja dengan yang memberikan pekerjaan pada saat belum dimulai pekerjaan (R.Soetarno, 1986 : 875).

2) Upah per potong/ upah satuan

Upah per potong atau upah satuan adalah besar upah yang akan ditentukan dengan banyaknya hasil produksi yang dicapai oleh pekerja dalam waktu tertentu. Keuntungan dari cara pembayaran upah ini bahwa pekerja akan berusaha segiat-segiatnya mengejar penghasilan yang besar sehingga perusahaan berproduksi (R.Sotarno,1986 : 875).

Menurut Saksono, 2001:41 yang mengatakan bahwa jenis upah yang banyak dimanfaatkan di perusahaan-perusahaan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

1) Upah menurut waktu

Merupakan sistem pengupahan yang paling tua, dimana hasil pekerjaan tidak merupakan ukuran khusus yaitu pekerja di bayar menurut waktu yang dihabiskan, misalnya perjam, per hari, per bulan, per tahun, misalnya :

a. Hari orang standar (standar man day)

Satuan upah dalam 1 hari kerja dan disingkat h.o atau m.d., dimana 1 h.o. (m.d) = upah standar dalam 1 hari kerja. Pekerja standar adalah pekerja terampil yang dapat mengerjakan satu jenis pekerjaan saja misalnya pekerja gali, pekerja kayu, tukang batu, tukang kayu, mandor, kepala tukang, dan lain-lain.

b. Jam orang satndar ( standar man hour)

Pemberian upah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan jam kerja efektif dan diberikan kepada tenaga yang bekerja sungguh sungguh dan tidak boleh lengah seperti pekerja pabrik, pekerja konstruksi, dan lain-lain.

c. Bulan orang standar ( standar man month)

Pemberian upah untuk bulanan seperti pelaksana lapangan, manajer prroyek, dan lain-lain.

2) Upah menurut hasil kerja

Dengan sistem ini tenaga kerja dibayar untuk jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan tanpa menghiraukan jumlah waktu yang dipergunakan.

a) Upah menurut standar waktu

Dengan sistem ini upah dibayarkan berdasarkan waktu yang telah distandarisasi guna menyelesaikan suatu pekerjaan.

b) Upah menurut kerja sama pekerja dan pengusaha

Sistem ini meliputi pembagian keuntungan yang pembayarannya dilakukan kemudian sebgai tambahan atau kombinasikan dengan sistem pembayaran upah yang telah disebutkan di atas.

Menurut Heid J. Rachman dan Suad Husnan, 2002 : 139 bahwa diantara berbagai faktor penting yang mempengaruhi tingkat upah adalah :

1) Penwaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penwaran melimpah cenderung turun.

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya orgaanisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya upah. Adanya serikat buruh yang kuat, yang berarti posisi “bargaining” karyawan juga kuat.

3) Kemampuan untuk membayar

Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi. Tingginya upah akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan akhirnya akan mengurangi keuntungan. Walau kendala biaya produksi sampai mengakibatkan kerugian perusahaan, maka jelas perusahaan akan tidak mampu memenuhi fasilitas karyawan.

4) Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi pekerjaan. Semakin tinggi prestasi karyawan seharusnya semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi biaya ini dinyatakan sebagai produktivitas.

5) Biaya Hidup

Di kota – kota, dimana biaya hidup tinggi, upah juga cenderung tinggi. Bagaimnapun tampak dari biaya hidup merupakan bataspenerimaan upah dari para karyawan.

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan –peraturannya juga mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bahwa dari tingkat upah yang akan dibayarkan.

2.3.2. Analisa Harga Satuan Bahan

Bahan yang disebut disini jenisnya tergantung pada item pekerjaannya (material pokok) dan metodenya ( material penunjang). Bahan bangunan dapat berupa bahan dasar (raw material) yang harus diproses proyek, atau berupa bahan jadi/setengah jadi yang tinggal dipasang saja pada saat pekerjaan di laapangan. Dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu proyek, faktor waste bahan sangat penting untuk dikendalikan. Yang dimaksud dengan waste bahan dalah sejumlah bahan yang dipergunakan / telah dibeli, tetapi tidak menambah nilai jual dari produknya.

Ada beberapa waste, yaitu antara lain :

 Penolakan oleh owner karena tidak memenuhi syarat.

 Kerusakan karena kelemahan dalam handling atau penyimpanan.

Dokumen terkait