• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

Pelabuhan Ajibata adalah salah satu pelabuhan penyeberangan di Danau Toba.

Keberadaan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata telah membawa dampak yang begitu

besar terhadap perkembangan masyarakat, bukan hanya masyarakat di Ajibata saja,

tetapi daerah-daerah yang berada di sekitarnya.

Dalam menjaga keberadaan dan perkembangan Pelabuhan Ajibata diharapkan

adanya kerjasama masyarakat dan pemerintah. Dengan begitu dapat dipastikan

keberlangsungan dan perkembangan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata tidak akan

habis dimakan zaman, melainkan semakin berkembang. Kebersihan menjadi tugas

bersama masyarakat dan pemerintah. Hal ini yang menjadi salah satu factor penting

untuk menarik perhatian wisatawan yang datang.

Masyarakat diharapkan mempertahankan adat-istiadat setempat dan menyaring

setiap pengaruh kebudayaan yang datang dari luar. Supaya terjalin keseimbangan di

tataran masyarakat itu sendiri. Dengan ini ketertiban dan keamanan akan terwujud

untuk semakin memajukan perkembangan pelabuhan Ajibata sekaligus wilayah

BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA TAHUN 1972-1992

2.1 Letak Geografis

Kecamatan Ajibata adalah sebua

Provinsi

tahun 1972 – 1992, Ajibata merupakan kecamatan yang masuk dalam wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Toba Samosir baru diresmikan pada

tanggal 9 Maret 1999. Kecamatan Ajibata meliputi Desa Pardamean, Desa

Parsaoran, Desa Motung, Desa Lumban Sirait dan Desa Lumban Gurning.

Sebelumnya Ajibata hanya merupakan desa yang termasuk dalam Kecamatan

Lumban Julu, Kabupaten Tapanuli Utara.

Di Ajibata terdapat pelabuhan menuju Pulau Samosir dan Balige. Di

Ajibata terdapat ada dua pelabuhan reguler dan pelabuhan ferry yang

menyeberangkan mobil, barang dan orang dari dan ke

Kecamatan Ajibata terletak pada 2°32’ – 2°40’ Lintang Utara, 98°56’ –

99°04’ Bujur Timur,908 meter diatas permukaan laut.Kecamatan Ajibata

memiliki batas- batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Simalungun

Sebelah Selatan : Kecamatan Lumbanjulu

Sebelah Barat : Danau Toba

Sebelah Timur : Sipandan, Muara Nauli, Samosir

Kecamatan Ajibata terdiri1 Kelurahan dan 9 Desa yaitu :

1.Kelurahan Parsaoran Ajibata

2 .Desa Pardamean Ajibata

3.Desa Pardomuan Ajibata

4.Desa Horsik

5.Desa Sigapiton

6.Desa Sirungkungon

7.Desa Motung

9.Desa Parsaoran Sibisa

10.Desa Dolok Parmonangan

Kecamatan Ajibata mempunyai luas wilayah seluas 72,8 Km², dengan

perincian Pardamean Sibisa adalah merupakan desa dengan wilayah terluas yaitu

16,0 Km2 atau 21,98% dari total luas Kecamatan Ajibata. Di sekitar Pelabuhan ini

terdapat pasar yang digunakan masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan

perdagangan. Desa Parsaoran Sibisa,Desa Pardamean Sibisa,Desa Dolok

Parmonangan dan Desa Motung adalah desa yang memiliki lahan pertanian yang

potensial. Karena desa-desa ini berada tepat di daerah perbukitan Kecamatan

Ajibata dan digunakan oleh penduduk Ajibata untuk mengolah berbagai macam

produk pertanian. Desa Horsik, Desa Sigapiton, Desa Sirungkungon adalah desa

yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan dan dahulu belum mempunyai

akses transportasi darat oleh karena berada di seberang tepi danau dan harus

melewati bukit terjal untuk mencapai desa tersebut, sedangkan Desa Pardomuan

dan Desa Pardamean adalah desa yang digunakan oleh masyarakat untuk

bermukim, yang dahulu masih menggunakan material tradisional dalam

pembuatan tempat tinggal mereka.

Ajibata merupakan salah satu wilayah di kabupaten Tapanuli Utara yang

memiliki peluang sebagai destinasi pariwisata Danau Toba. Melalui Ajibata

luar yang berpotensi sebagai turis. Melihat peluang wisata yang cukup dominan

yaitu Danau Toba yang cukup luas. Beberapa rute bisa dilalui jika ingin

mengunjungi tempat sekitar Danau Toba. Transportasi yang biasa digunakan

adalah transportasi darat dan transportasi danau. Melihat peluang dari segi jarak

dan waktu, hal yang paling efektif dan efisien adalah dengan menggunakan rute

danau. Selain mengefisienkan waktu para turis lokal maupun mancanegara bisa

melihat objek wisata yang terlihat nyata di sekitar Danau Toba, diantara nya

adalah objek wisata Batu Gantung Hal ini tentu saja bisa menambah pendapatan

masyarakat sekitar.

2.2 Penduduk

Ajibata merupakan kecamatan yang penduduknya beranekaragam suku

diantaranya: Batak ,Jawa, Minangkabau ,dan Melayu. Suku Batak adalah suku

mayoritas di kecamatan tersebut. Suku Batak terbagi beberapa Etnis yaitu: Toba,

Mandailing ,Angkola, Simalungun, Pakpak dan Karo. Suku Batak Toba adalah

satu bagian dari Suku mayoritas menetap di kecamatan Ajibata. Suku-suku

pendatang adalah Simalungun, Karo dan Mandailing. Kedatangan mereka

disebabkan oleh karena usaha untuk mencari lapangan pekerjaan baru. Faktor

keterbatasan lahan yang tidak luas dan sekaligus karena kesuburan alam wilayah

Simalungun sudah berkurang menyebabkan mereka tertarik untuk migrasi ke

2.3 Mata Pencaharian

Masyarakat Ajibata sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani.

Mereka sangat tergantung pada tanah atau lahan pertanian yang akan dijadikan

sebagai usaha untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Pada Periode penelitian,

daerah kecamatan Ajibata merupakan daerah yang kurang subur,dan semua hasil

pertanian, perkebunan serta peternakan sepenuhnya habis untuk konsumsi oleh

keluarga sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi masalah

perekonomiannya. Pertumbuhan penduduk lama kelamaan menyebabkan tekanan

terhadap lahan pertanian dan tanah yang dimiliki.

Sebagian masyarakat melakukan kegiatan perdagangan, karena pada masa

tersebut masyarakat Ajibata belum mempunyai pasar sebagai lokasi untuk

melakukan kegiatan perdagangan. Mereka juga melakukan semacam Barter6

untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat sehari-hari. Seperti masyarakat

di Desa Horsik7

membawa beberapa ekor ikan mujahir dan ditukarkan dengan

umbi kayu (gadong) yang dibawa oleh orang desa Motung. Kegiatan ini

dilakukan di sekitar tepi danau yang masih seadanya untuk tempat bertemunya

perantaraa

7Desa Horsik berada di sebelah utara kecamatan Ajibata dan hanya menggunakan kapal kayu kecil sebagai alat transportasi

masyarakat Ajibata dan luar Ajibata, dan juga ini menjadi cikal bakal

terbentuknya pasar dan pelabuhan di kecamatan Ajibata.8

Mayoritas penduduk Ajibata beragama Kristen Protestan. Mereka

umumnya anggota jemaat di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

Sebagian ada juga yang menjadi jemaat di dalam Huria Kristen Indonesia (HKI).

Sebagian kecil lainnya beragama Katolik dan Islam. Pada periode penelitian,

toleransi antar umat beragama pun dapat terjalin dengan sangat baik. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai kegiatan adat masyarakat yang tidak terpengaruh oleh agama

yang mereka anut. Seperti kegiatan Satti-satti 2.4 Religi

9

8Wawancara dengan J.Rumahorbo. di Parapat, 25 September 2016

9Satti-satti adalah kegiatan menari secara tradisional yang memiliki unsur kekerabatan di

dalamnya karena dilakukan dengan cukup meriah di satu kampung ke kampung yang lain secara bergantian. Ada sumbangan simpatisan dari pihak yang mengunjungi ke yang dikungjungi

yang biasa dilakukan oleh seluruh pemuda di hari Natal dan Tahun Baru. Masyarakat tanpa membedakan agama

terlibat dalam kegiatan tahunan tersebut. Mereka ikut memberi sumbangan dan

turut merayakan acara dengan penuh sukacita. Fasilitas dalam menunaikan ibadah

masih sangat terbatas. Hanya terdapat satu gereja yaitu gereja HKI ( Huria Kristen

Indonesia) Ajibata. Oleh karena itu mayoritas masyarakat pun harus ke daerah

Parapat untuk menunaikan ibadah nya. Begitu juga dengan penduduk yang

beragama Katolik dan Islam. Mereka harus menuju Kota Parapat untuk

2.5 Pendidikan

Pada masa ini tingkat pendidikan masyarakat masih belum begitu baik.

Berbagai faktor mempengaruhi diantaranya fasilitas yang tersedia dan tingkat

perekonomian yang belum begitu baik. Pola pikir masyarakat terhadap pendidikan

juga belum begitu antusias.

Sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan.Hal ini sangat

ditentukan oleh sarana dan prasana yang mendukung.Di Ajibata terdapat hanya

beberapa sekolah dasar.

Daftar sekolah dasar di Ajibata:

Hal ini karena pada masa itu masyarakat masih kurang peduli akan

kualitas jenjang pendidikan yang mereka tempa. Ajibata juga hanya memiliki satu

sekolah pendidikan pertama (SMP) yang terdapat di Desa Sijambur. Oleh karena

itu para pelajar yang sudah menamatkan sekolah menengah pertama melanjutkan

ke sekolah menengah atas yang ada di Girsang Sipangan Bolon yang berada di

Parapat. Sebagian ada juga yang berinisiatif melanjutkan sekolah ke Pematang

Siantar.

2.6 Budaya

Ajibata memiliki ragam budaya yang diwariskan para leluhur.Budaya

tersebut telah menggambarkan falsafah hidup masyarakat dalam bertindak,

bertutur, dan berperilaku. Kekayaan nilai budaya ini menjadi suatu kebanggaan

tersendiri buat masyarakat. Dahulu masyarakat Ajibata masih menganut

kepercayaan animisme yang masih kental akan falsafah hidup Adat Toba. Hal ini

dapat dilihat pada masa sekarang dengan di berbagai pelestarian adat-istiadat di

daerah Ajibata seperti Tortor Tunggal Panaluan merupakan salah satu tortor

ritual yang sangat sakral antara manusia dengan Mulajadi Nabolon (Tuhan yang

Maha Kuasa), yang dahulu kala dipagelarkan dengan tujuan untuk menolak bala, meminta dan menolak hujan.

Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual

dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel

musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik

tradisional yang paling sering dimainkan.

Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan

milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan

mengangkat pemimpin yang baru, saat membentuk perkampungan maupun ketika

akan melakukan aktifitas lainnya. Setelah berkembangnya waktu, situasi dapat

berubah, sebagian budaya tersebut hilang karena menyesuaikan dengan kondisi,

akan tetapi sebagian tetap bertahan.

2.7 Bahasa

Berdasarkan variasi dialek bahasa, seluruh Etnik Batak Toba dapat

dikategorisasikan ke dalam empat wilayah, yaitu : Silindung, Humbang, Toba,

dan Samosir. Mereka secara umum menggunakan Bahasa Batak Toba dengan

penekanan dan intonasi yang sedikit berbeda.Variasi dialek dalam bahasa Batak

Toba tersebut hanyalah mengandung sedikit perbedaan.Pada umumnya, perbedaan

itu mencakup intonasi dimana wilayah Tapanuli Utara termasuk menggunakan

pemakaian Bahasa Batak Toba yang lebih “halus”.

Berbeda dengan daerah Samosir sebagai daerah yang paling sering di

kunjungi para wisatawan. Bahasa Batak Toba yang mereka gunakan sedikit lebih

halus dari bahasa yang tigunakan oleh masyarakat Ajibata.Seperti penggunaan

kata le, anggia, ito dan bahasa batak yang sopan masih kerap kita dengar pada

masyarakat ini.

Akan tetapi meskipun ada pengurangan dan penambahan kata-kata yang

penggunaan bahasa yang halus akan kita jumpai misalnya dalam situasi sosial

pada aktivitas adat istiadat.11

Terlepas dari variasi dialek bahasa, bahwa bahasa yang digunakan di

dalam kehidupan bermasyarakat di kecamatan Ajibata adalah bahasa ibu, yaitu

bahasa Batak Toba selain Bahasa Indonesia.Bahasa yang digunakan masyarakat

untuk berkomunikasi sehari hari adalah Bahasa Batak Toba.Bahasa Indonesia

digunakan ketika ingin berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal karena

dianggap sebagai orang yang hendak melakukan kunjungan wisata.12

11 Sopandu Manurung. ”Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial”, skripsi, belum diterbitkan, Universitas Sumatera Utara,2016.

12Wawancara dengan Tigor Manurung,di Ajibata, 20 September 2016

Selain itu

Bahasa Indonesia digunakan di dalam aktivitas belajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja terdiri dari area daratan dan

perairan yang dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bersandarnya kapal-

kapal guna terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang

dari suatu moda transportasi (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya.

Pelabuhan juga dapat dijadikan sebagai pintu gerbang yang dapat memperlancar

hubungan antar daerah, pulau bahkan antar negara. Pelabuhan sebagai titik simpul

yang merupakan suatu jembatan antar daratan dan lautan sebagai sarana aktivitas

manusia memerlukan suatu perencanaan yang efisien sehingga menghasilkan

keseimbangan diberbagai sektor kehidupan masyarakat. Sektor-sektor tersebut

meliputi sektor sosial, sektor ekonomi, sektor teknologi dan administrasi. Semua

sektor tersebut saling berkesinambungan satu sama lainnya.1

Pelabuhan merupakan suatu tempat atau daerah yang terletak di pinggir

pantai atau danau. Di sekitar pelabuhan ada beberapa penduduk yang bertempat

tinggal di pinggir pantai atau sungai. Kemudian daerah ini mengalami

perkembangan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke

1Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Bandung : Ganesha Exact, 1995, hal.10-11.

tahun, kebutuhan penduduk yang semakin meningkat untuk mencari nafkah

hidupnya mereka ada yang bertani, berniaga, ataupun sebagai penjual jasa.2

Para penduduk yang berada di sekitar pantai saling membutuhkan satu

sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kebutuhan masyarakat

membutuhkan suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai kegiatan pemenuhan

kebutuhan hidup mereka. Dalam kegiatan tersebut masyarakat memilih tepi

pantai. Tepi pantai ini berkembang menjadi daerah Bandar perdagangan yang

sering disebut sebagai pelabuhan. Pelabuhan juga mendukung pembangunan dan

peran serta dari masyarakat setempat.3

Demikian juga yang terjadi di Ajibata. Pelabuhan Ajibata adalah

Pelabuhan menuju Pulau Samosir. Di Ajibata terdapat dua pelabuhan yaitu reguler

untuk kapal-kapal kayu tradisional pengangkut penumpang dan pelabuhan ferry

yang menyeberangkan mobil, barang, dan orang dari dan ke

Terdapat hubungan antara pelabuhan

dengan kota yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk bertransaksi

maupun bersosialisasi dalam hal memajukan perkembangan pelabuhan itu. Oleh

karena kemajuan suatu pelabuhan maupun kota itu sendiri tidak bisa dilepaskan

dari kegiatan perdagangan maupun penyeberangan.

Pelabuhan disini tidak hanya sebagai tempat bersandarnya moda transportasi

kapal. Akan tetapi, menjadikan Pelabuhan Ajibata sebagai pusat kegiatan

pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat.

2Abbas Salim,Managemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1995, hal. 3.

Sejak tahun 1972 Pelabuhan Ajibata dikelola secara permanen dan

membawa keuntungan bagi perdagangan, pertanian dan pendidikan. Keberadaan

pelabuhan ini sangat menunjang perekonomian ataupun perdagangan bagi

perkembangan Kecamatan Ajibata dan didukung dengan sarana transportasi darat

untuk memperlancar kegiatan pelabuhan, seperti pengangkutan hasil pertanian

serta turun naiknya penumpang dari kapal yang berlabuh untuk berbagai

kepentingan.

Ada dua hal yang disumbangkan oleh pelabuhan untuk meningkatkan

perekonomian nasional yaitu berupa pajak yang diberikan kepada pemerintah

pusat atau daerah. Demikian juga secara langsung berupa perolehan pendapatan

pada jenis-jenis usaha lain yang dapat dikelola oleh masyarakat di lokasi

pelabuhan. Begitu juga tumbuhnya usaha-usaha lain di daerah pelabuhan yang

digerakkan oleh adanya aktivitas pelabuhan dan pada gilirannya akan memberikan

nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar atau belakang pelabuhan.4

4Elfrida Gultom, Refungsionalisasi Pengaturan Pelabuhan untuk Meningkatkan Ekonomi

Nasional, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal,5-6

Kegiatan ekonomi yang berlangsung di sekitar pelabuhan Ajibata sejak

tahun 1972 hingga tahun 1992 memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

sekitar khususnya masyarakat Desa Pardamean, Desa Parsaoran, Desa Motung,

Desa Lumban Sirait, dan Desa Lumban Gurning. Desa-desa ini terletak di

Kecamatan Ajibata. Ada yang berfungsi sebagai awak kapal, pedagang, buruh

Pada umumnya masyarakat di sekitar pelabuhan lebih dominan mengisi

lapangan pekerjaan baik itu sabagai karyawan, buruh, pedagang maupun pemberi

jasa lainnya dan sebagian berasal dari luar daerah pelabuhan. Pelabuhan Ajibata

memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat baik itu dalam bidang

perekonomian, pendidikan, sosial serta perkembangan pembangunan di Ajibata.

Pembangunan yang ada tidak terlepas dari peran aktif atau andil

masyarakat Ajibata dengan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.Pertumbuhan

pembangunan bagi daerah Ajibata dapat memperbaiki keadaan sarana ekonomi

dan sosial di daerah tersebut. Pembangunan pelabuhan juga dipengaruhi oleh

perkembangan pariwisata yang ada di Parapat. Hal ini dapat dilihat dari

perpindahan kapal-kapal reguler yang menuju ke Samosir dari pelabuhan Tigaraja

menjadi Pelabuhan Ajibata.

Uraian di atas merupakan alasan penulis sehingga tertarik untuk meneliti

pelabuhan penyeberangan Ajibata sebagai pendorong perkembangan ekonomi

pada masyarakat sekitarnya.

Disini penulis memberi batasan waktu penelitian antara tahun 1972 sampai

dengan tahun 1992. Tahun 1972 dipilih dengan alasan pada tahun tersebut

pertama kali Pelabuhan Ajibata digunakan sebagai tempat penyedia transportasi

kapal di Danau Toba untuk kegiatan penyeberangan ke Onan Runggu dan Tomok.

Tahun 1992 dipilih sebagai waktu akhir penelitian karena pada tahun ini

merupakan awal pembangunan dermaga ferry penyeberangan yang dapat

pelabuhan Ajibata menjadi semakin ramai dan meningkatkan aktifitas pasar yang

1.2 Rumusan Masalah

Dalam melakukan sebuah penelitian, rumusan masalah menjadi landasan

dari topik yang dibahas. Hal inilah yang nantinya akan diungkapkan dalam

pembahasannya. Rumusan masalah dianggap penting karena didalamnya terdapat

konsep yang akan dibawa dalam penelitian dan menjadi alur dalam penulisan.

Adapun permasalahan dalam tulisan yang berjudul PELABUHAN

PENYEBERANGAN AJIBATA TAHUN (1972-1992) adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang dibangunnya Pelabuhan Penyeberangan Ajibata

pada tahun 1972?

2. Bagaimana perkembangan Pelabuhan Ajibata tahun 1972-1992?

3. Bagaimana dampak Pelabuhan Ajibata terhadap masyarakat sekitar Kecamatan

Ajibata tahun 1972-1992?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Setelah mengetahui apa yang menjadi pokok permasalahan yang akan

dikembangkan, maka yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apa yang

menjadi tujuan dalam melakukan penulisan ini serta manfaat apa yang dapat

dipetik.

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui latar belakang dibangunnya Pelabuhan Penyeberangan Ajibata

2. Menjelaskan perkembangan Pelabuhan Penyeberangan Ajibata tahun

1972-1992.

3. Menjelaskan dampak Pelabuhan Penyeberangan Ajibata terhadap masyarakat

sekitar Kecamatan Ajibata 1972-1992.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi peneliti dalam menghasilkan

karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna

terhadap bidang akademis, terutama dalam studi Ilmu Sejarah guna membuka

ruang penulisan berikutnya.

2.Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang potensi

Pelabuhan Ajibata dalam peningkatan kehidupan di bidang sosial maupun

ekonomi.

3.Menambah wawasan pembaca mengenai kehidupan masyarakat di Pelabuhan

Ajibata.

1.4 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan karya tulis dan

dokumen yang relevan dengan objek penelitian. Hal ini sebagai sumber informasi

ataupunacuan dan perbandingan dalam permasalahan yang dikaji dalam penelitian

sarana aktifitas manusia. Agar perdagangan di pelabuhan mengalami kemajuan

perlu pengaturan dan pengolahan yang baik dan efisien. Dengan pengolahan yang

baik dan efisien, pelabuhan dapat memberikan pelayanan bagi pengguna jasa

pelabuhan.

Abbas Salim dalam Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan (1995),

menjelaskan kegiatan yang dilakukan di pelabuhan. Hal ini untuk kelancaran

operasi dalam mencapai efisiensi yang lebih matang, dengan teraturnya

pengelolaan pelabuhan memberikan pelayanan terhadap pelanggannya. Dalam

memberikan penggunaan fasilitas pelabuhan yang tepat terhadap kapal untuk

memakai jasa perairan. Penulis menggunakan buku ini untuk memahami

bagaimana pentingnya pelayanan terhadap aktivitas pelabuhan secara umum.

Singgih Tri Sulistiyono dalam Pengantar Sejarah Maritim Indonesia

(2004) menjelaskan bahwa ada hubungan antara pelabuhan dengan kota

pelabuhan dan daerah dalam mendukung aktivitas pelabuhan itu. Perkembangan

suatu pelabuhan maupun kota itu sendiri tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan

perdagangan dan pelayaran. Penulis menggunakan buku ini untuk mendapat

gambaran bagaimana konsep maritim sehingga peneliti dapat memahami

pelabuhan yang menjadi objek penelitian.

Bambang dalam Pelabuhan (1996), menjelaskan pelabuhan sebagai daerah

perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas

terminal laut. Hal ini meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau

pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan raya atau saluran pelayaran

darat. Tipe-tipe dalam pelabuhan mempunyai fungsi-fungsi tersendiri. Antara lain

adalah dari segi penyelenggaraan, pengusahaannya, fungsi dalam perdagangan

nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya. Seperti halnya

untuk mencapai semua itu ada beberapa faktor yang perlu diketahui misalkan

kemudahan dalam menggunakan fasilitas pelabuhannya serta fungsi.

Penulis menggunakan buku ini untuk mendapatkan informasi tentang

faktor-faktor pendukung dari pelabuhan di suatu daerah dan memberikan beberapa

dampak terbentuknya pelabuhan tersebut.

S. Kramadibrata dalam Perencanaan Pelabuhan (1995) menjelaskan

pelabuhan sebagai titik simpul yang merupakan suatu jembatan antar daratan dan

lautan. Pelabuhan juga sebagai sarana aktivitas manusia memerlukan suatu

perencanaan yang efisien sehingga menghasilkan keseimbangan di berbagai

sektor kehidupan masyarakat. Sektor-sektor tersebut meliputi sektor sosial, sektor

ekonomi, sektor teknologi dan administrasi. Semua sektor saling

berkesinambungan satu sama lainnya. Buku ini memberikan pemahaman bagi

penulis tentang perencanaan yang efisien untuk pembangunan sebuah pelabuhan

1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah

penting. Metode sejarah dapat diartikan sebagai proses menguji dan menganalisa

secara kritis atas rekaman dan peninggalan masa lampau.5

5Louis Gootschalk, Understanding History, Mengerti Sejarah, (Terj) Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985, hlm. 103.

Untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai bahan penulisan yang relevan dengan

Dokumen terkait