BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
a. Untuk mencegah kekosongan barang yang meningkatkan resiko penolakan resep maka pengelolaan persediaan barang harus diutamakan dengan mengontrol kartu stok secara ketat.
b. Tata letak ruang racik sebaiknya tidak berada di lorong antara ruang penyimpanan obat dan ruang makan.
c. Diberikan pengarahan kepada petugas peracikan akan pentingnya menjaga kesehatan selama dalam waktu bekerja misalnya selama proses peracikan hendaknya petugas menggunakan masker dan jas laboratorium.
d. Kebersihan fasilitas apotek perlu diperhatikan termasuk kebersihan toilet dan mushola, dengan membersihkan secara periodik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
e. Sebaiknya, dilakukan pendataan tanggal kadaluarsa setiap sediaan obat baik OTC maupun ethical untuk mencegah timbulnya resiko yang tidak diinginkan,
Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat Diserahkan tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 992 Tahun
1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1997). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004.Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.(2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta :
Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia
Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta : Pemerintah Republik
Indonesia
Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 5 tentang Psikotropika. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia .(2009).Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah RI. (2009) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
PT Kimia Farma Tbk. (2012a). Sejarah.
http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_0_0#. [Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.07].
PT Kimia Farma Tbk. (2012b). Visi dan Misi
Perusahaan.http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_2.
[Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.27].
PT Kimia Farma Apotek.(2012). Dewan
Direksi.http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php?option=com_conten
t&task=view&id=377&Itemid=44 [Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.47].
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek
PT. KIMIA FARMA APOTEK Direktur Utama Direktur Operasional Direktur Keuangan dan SDM Manager KFA BM I BM II BM III, dst
Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Bisnis Manajer Jaya I
BISNIS MANAGER JAYA I
LOGISTIK DAN PENGADAAN ADMINISTRASI DAN KEUANGAN APOTEK PELAYANAN II APOTEK PELAYANAN III, dst APOTEK PELAYANAN I
Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42
BISNIS MANAJER JAYA 1
MANAJER APOTEK PELAYANAN (APA) APOTEKER PENDAMPING SUPERVISOR KOORDINATOR LAYANAN PAGI KOORDINATOR LAYANAN MALAM KORDINATOR LAYANAN SORE RESEP SWALAYAN ASISTEN APOTEKER JURU RESEP ADMINISTRASI KASIR PETUGAS SWALAYAN
Lampiran 9. Alur Pelayanan Penerimaan Resep
Penerimaan Resep
Resep Resep
Tunai Kredit
Skrining resep dan Pemeriksaan kelengkapan
Pemberian Harga . resep & administrasi
Pasien membayar di Resep diberi nomor &
kasir dan diberi nomor harga, dibayar dengan
resep. syarat sesuai perjanjian
kerja sama.
Bagian peracikan & penyiapan obat.
Obat racikan diracik & obat jadi disiapkan.
Pemberian etiket & pemeriksaan.
Penyerahan obat
Obat diterima oleh pasien/pelanggan diberi informasi obat dan konseling.
Resep disimpan oleh Resep disimpan oleh
petugas Petugas
Proses Penagihan yang dilakukan setiap bulan.
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK KIMIA FARMA
AMPERA RAYA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DINNY CHAIRUNISA 1306343504
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
DEPOK JUNI 2014
DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ...iii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Proses Pembuatan Studi Kelayakan ... 3 2.1.1 Penemuan Gagasan ... 3 2.1.2 Evaluasi... 4 2.1.3 Rencana Pelaksanaan ... 6 2.1.4 Pelaksanaan ... 6 2.2Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan ... 6 2.2.1 Penilaian Aspek Manajemen ... 6 2.2.2 Penilaian Aspek Pasar ... 8 2.2.3 Penilaian Aspek Keuangan ... 10 2.3 Analisis Break Event Point ...12
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ... 15
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 15 3.2 Metode Pelaksanaan ... 15
BAB 4. HASIL STUDI KELAYAKAN DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1Hasil Studi Kelayakan Apotek Kimia Farma Ampera Raya ... 16 4.1.1 Aspek Teknis ... 16 4.1.2 Aspek Pasar ... 19 4.1.3 Analisis Manajemen ... 19 4.1.4 Aspek Keuangan ... 20 4.1.5 Penilaian dengan Analisis IRR ... 26 4.1.6 Analisis BEP ... 27 4.2 Pembahasan ... 28
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29 5.2 Saran ... 29
DAFTAR ACUAN ... 30
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Titik BEP ... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Total Transaksi Penjualan 15 Apotek di wilayah BM Jaya I
Periode Januari – Februari 2014 ... 20
Tabel 4.2 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Cilandak Timur ... 21
Tabel 4.3 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Bangka ... 21
Tabel 4.4 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Ragunan ... 21
Tabel 4.5 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Pejaten Barat ... 22
Tabel 4.6 Total Potensi Pasar per Bulan Apotek Kimia Farma Ampera Raya . 22
Tabel 4.7 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Keluhan Kesehatan... 23
Tabel 4.8 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Swamedikasi ... 23
Tabel 4.9 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Rawat Jalan ... 23
Tabel 4.10 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Rawat Inap ... 23
Tabel 4.11 Potensi Demografis Apotek Kimia Farma Ampera Raya ... 24
Tabel 4.12 Target Omset per Bulan dan per Tahun ... 24
Tabel 4.13 Rincian Biaya Administrasi per Tahun ... 25
Tabel 4.14 Analisa Laba Rugi ... 26
Tabel 4.15 Cash Inflow df1 = 25% ... 26 Tabel 4.16 Cash Inflow df2 = 35% ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi dan Bangunan Apotek Kimia Farma Ampera Raya ... 31 Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Ampera Raya ... 32 Lampiran 3. Rincian Dana Investasi yang Dibutuhkan ... 33 Lampiran 4. Komposisi Penjualan Apotek Kimia Farma Ampera Raya ………35 Lampiran 5. Jalur Ritel Obat di Indonesia ... 39 Lampiran 6. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari
Transaksi UPDS ………..………….. 40
Lampiran 7. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari
Transaksi OTC ………41
Lampirn 8. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran perbekalan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.Selain fungsi tersebut, apotek juga merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya atau barang yang diperdagangkan terdiri dari perbekalan kefarmasian, yang meliputi obat dan bahan obat, serta perbekalan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apotek mempunyai dua fungsi yaitu pelayanan kesehatan dan bisnis atau perusahaan. Apotek adalah bisnis, sedangkan profesi apoteker sebagai penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Atas dasar inilah, pendirian suatu apotek juga harus memerhatikan potensi bisnis di lokasi pendirian apotek.
Oleh karena itu, untuk pembentukan suatu apotek, perlu dilakukan suatu penelitian terlebih dahulu untuk melihat kelayakan apotek tersebut untuk didirikan. Studi kelayakan apotek atau disebut juga analisis proyek apotek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu apotek dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek apotek agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu.
Studi kelayakan apotek merupakan metode penjajakan gagasan suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi ini dilakukan agar apoteker pengelola apotek dapat menentukan alokasi sumber daya (resources) perusahaan sebaik mungkin ke dalam setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan dalam apotek untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengukur tingkat keuntungan sumber yang akan digunakan dalam menjalankan usaha apotek. Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan untuk merintis usaha baru maupun dalam mengembangkan usaha yang sudah ada.
Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal
maupun internal apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Faktor internal adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh apotek, seperti manajemen, SDM, pembelian, penjualan, dan keuangan, sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan apotek dan berasal dari luar, misalnya pola pembelian dari pelanggan, perubahan gaya hidup, kondisi sosial masyarakat, dan peraturan pemerintah terkait apotek.
Kimia Farma sebagai perusahaan yang bergerak di bidang apotek akan selalu memperluas bisnisnya melalui pembukaan cabang apotek baru. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, studi kelayakan adalah bagian dari perencanaan pendirian suatu apotek. Oleh karena itu, penulis diberi kesempatan untuk melakukan studi kelayakan untuk pendirian Kimia Farma Ampera Raya di Jalan Ampera Raya No. 75, Kemang, Kelurahan Ragunan, Jakarta Selatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya studi kelayakan pada PKPA ini adalah untuk:
a. Mengetahui potensi pasar dan perkiraan omset penjualan dari apotek yang akan didirikan
b. Menganalisis perhitungan penjualan untuk apotek dalam mencapai Break Event
Poin (BEP), Return On Investment (ROI) dan Payback Period (PP)
c. Menentukan kelayakan lokasi baru yang menjadi target pendirian Apotek Kimia Farma untuk didirikan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembuatan Studi Kelayakan
Dalam membuat studi kelayakan pendirian suatu apotek, terdapat lima tahapan berantai yang harus dilakukan, yaitu: Penemuan Gagasan, Penelitian Lapangan, Evaluasi, Rencana, Pelaksanaan.
2.1.1 Penemuan Gagasan
Tahapan pertama yang dilakukan adalah penemuan gagasan. Gagasan merupakan pemikiran dari keinginan atau angan-angan yang akan dilaksanakan. Gagasan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Gagasan sesuai dengan angan-angan dan keinginan agar pelaksanaan gagasan tersebut tetap fokus dan memiliki visi dan misi yang jelas. (contohnya: pembukaan sebuah praktek bersama praktek dokter dalam pembuatan klinik sehingga harus pintar dalam pembagian tugas (profesi)).
2. Gagasan harus menguntungkan baik pihak pembuat gagasan maupun pihak lain yang akan bekerjasama.
3. Gagasan harus sesuai dengan sumber daya yang dimiliki 4. Gagasan sebisa mungkin aman dan beresiko kecil
Gagasan dapat muncul atau dihasilkan melalui media cetak yang sesuai dengan bidang usaha dan profesi yang digeluti, contohnya media cetak untuk Apoteker di Indonesia adalah Medisina dari IAI. Gagasan juga dapat muncul melalui survei skala kecil yang secara personal dibuat untuk mendapatkan gagasan baru. Selain itu, gagasan dapat timbul melalui pengalaman kerja misalnya pada saat melihat suatu sistem dalam pekerjaan tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan gagasan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Sumber gagasan lainnya dapat berasal dari diskusi dan pertukaran pikiran dengan rekan sejawat satu profesi maupun lain profesi sehingga dapat melihat dari berbagai sudut pandang yang akan menghasilkan suatu gagasan baru.
Gagasan dapat muncul atau dihasilkan melalui media cetak yang sesuai dengan bidang usaha dan profesi yang digeluti, sebagai contoh media cetak untuk apoteker dan farmasis di Indonesia adalah Medisina dari IAI, atau yang berasal
dari Amerika seperti US Pharmacistm Pharmacy Times dan lain lain. Gagasan juga dapat muncul melalui survey skala kecil yang secara personal kita buat untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang lain. Gagasan juga dapat muncul melalui pengalaman kerja misalnya pada saat melihat suatu sistem dalam pekerjaan kita tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan gagasan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Dan yang terakhir adalah, gagasan dapat muncul melalui diskusi dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan sejawat satu profesi maupun lain profesi. Hal ini membuka wawasan sudut pandang sehingga dapat melihat dari berbagai sudut pandang dan kacamata orang lain yang akan menghasilkan suatu gagasan.
Setelah memutuskan gagasan apa yang diinginkan untuk dilakukan, tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan penelitian lapangan. Gagasan yang telah diputuskan atau didiskusikan akan memberikan gambaran prespektif usaha yang perlu dilanjuti dengan penelitian lapangan. Dalam melakukan penelitian lapangan dibutuhkan data-data berupa analisis data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal (sesuai hasil survey), seperti nilai strategis sebuah lokasi harus sesuai fakta (kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, daya beli, pelayanan kesehatan lain di sekitar lokasi), data kelas konsumen, peraturan yg berlaku dan tingkat persaingan di daerah tersebut.
2.1.2 Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dengan cara:
1. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari:
a. Data lingkungan disekitar lokasi (faktor eksternal): apakah hasil analisis terhadap data eksternal yang ada saat ini memberikan gambaran yang baik atau tidak bagi perusahaan di masa mendatang, seperti:
1) Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran) 2) Tingkat keuntungan yang akan diperoleh
3) Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi yang ditetapkan
b. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (faktor internal): apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan, seperti:
1) Kemampuan keuangan 2) Ketersediaan tenaga kerja 3) Ketersediaan produk
4) Kemampuan pengelolaan (manajemen)
2. Membuat usulan proyek, yang meliputi pendahuluam, analisis teknis, analisis pasar, analisis manajemen, dan analisis keuangan
a. Pendahuluan, mengenai:
1) Latar belakang, munculnya gagasan
2) Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu gagasan tersebut
b. Analisis teknis, mengenai:
1) Peta lokasi dan lingkungan sekitarnya:
• Lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru
• Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target seperti: situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktik dokter, apotek pesaing
2) Desain interior dan eksterior:
Warna, bentuk gedung, dan billboard harus dapat memberikan identitas tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing dan dapat menarik perhatian konsumen. Lingkungan fisik suatu apotek merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan. Rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan, barang yang dipajang (over the counter) dan pembagian tempat untuk golongan barang, diperlukan agar apotek mendapat laba dalam operasionalnya.
Dalam tingkat yang beragam, semua apotek bergantung pada konsumen yang berkunjung, dan keputusan untuk memasuki apotek bergantung pada kesan konsumen akan bagian luar apotek. Keunikan bagian depan apotek dan penggunaan pintu masuk yang unik dan kreatif, tanda-tanda khusus bagian luar, dapat membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan. Beberapa hal yang menarik konsumen ke sebuah apotek mencakup perlengkapan tetap, tata
cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau, suara, suhu, lebarnya lorong, kebersihan, moderinasi, bermacam-bermacam barang dagangan, pajangan harga dan pegawai.
c. Analisis pasar d. Analisis manajemen e. Analisis keuangan
2.1.3 Rencana Pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas:
1. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja 2. Mengurus izin
3. Membangun dan merehabilitasi gedung 4. Merekrut karyawan
5. Menyiapkan barang dagangan dan sarana pendukung 6. Memulai operasional
2.1.4 Pelaksanaan
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan dibuat suatu format yang isinya mengenai:
1. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan 2. Mencatat setiap penyimpanan
3. Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
2.2 Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan
2.2.1 Penilaian Aspek Manajemen
Penilaian terhadap aspek manajemen operasional antara lain dapat meliputi beberapa rencana:
1. Strategi manajemen
Strategi manajemen yakni suatu strategi yang akan digunakan untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan datang (future condition) dalam suatu periode waktu tertentu.
Strategi manajemen tersebut antara lain mengenai: a. Visi: cita-cita, yang akan dicapai oleh pendiri atau pemiliknya b. Misi: beban tugas utamanya
c. Strategi: siasat untuk mencapai tujuan
d. Program kerja: cara-cara untuk memperoleh sasaran
e. Standar Prosedur Operasional (SPO): tata cara (langkah-langkah) melaksanakan suatu kegiatan dan berlaku sebagai peraturan
2. Bentuk dan tata letak bangunan
Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Bentuk bangunan sebaiknya dapat menggambarkan: 1) Identitas perusahaan untuk membentuk opini konsumen
2) Nuansa (physical evident) baik interior ataupun eksterior sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani
3) Kemudahan untuk dikembangkan
b. Sistem tata letak (lay out) dapat memberi:
1) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutasi barang. 2) Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk produk over the
counter).
3) Estetika, rapi, teratur dan tersusun dengan baik.
c. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang. Dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh lingkungan. Bentuk dan desain interior maupun eksterior apotek yang akan dibangun disesuaikan dengan target konsumen. Bentuk apotek dapat dibuat minimalis dan fasilitas tambahan tidak perlu jika tidak dibutuhkan. Untuk konsumen yang banyak membeli produk OTC dapat ditempatkan produk OTC lebih banyak dan mudah dilihat sehingga menunjukkan banyak variasi yang tersedia.
3. Jenis produk yang akan dijual
Persediaan merupakan elemen penting dalarn perusahaan retail. Penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa
hal yaitu :
a. Target konsumen, bila target konsumennya masyarakat menengah-atas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas.Apabila kita sudah menetapkan untuk membuat apotek untuk masyarakat kelas menengah, maka jenis produk yang kita persiapkan adalah produk dengan harga yang dapat dijangkau, seperti obat-obat generik. Sebaliknya apabila kita menargetkan untuk masyarakat kelas atas, maka jenis produk yang ditawarkan dapat mengikuti selera masyarakatnya. Hal ini dikarenakan konsumen kelas atas tidak ragu membeli produk walaupun dengan harga yang cukup mahal.
b. Jumlah dan jenis (lini, item) produk kebutuhan konsumen. Umumnya konsumen yang berasal dari kelas menengah-atas meminta perhatian yang lebih dari penjual. Karena itu, lini dan jumlah itemnya harus terisi agar kelengkapannya terjaga. Tersedianya produk fast moving dapat membangun opini publik bahwa barang dagangan yang ada di apotek tergolong lengkap.
2.2.2 Penilaian Aspek Pasar
Dalam menilai aspek pasar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu :
1. Bentuk Pasar
Bentuk pasar terdiri dari berbagai macam, antara lain dapat berupa: a. Persaingan sempurna :
1) Jumlah penjual dan konsumennya tidak terbatas
2) Harganya ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand).
3) Tidak ada hambatan masuk (entry barrier) Contoh: pasar industri, sembako, buah b. Persaingan monopolistis
1) Jumlah penjual dan konsumennya banyak 2) Harga ditentukan oleh promosi
3) Tidak ada entry barrier
Contoh: pasar industri, restaurant, salon c. Monopoli, yaitu :
2) Mempunyai posisi tawar yang dominant, sehingga dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker).
3) Entry barriernya tinggi. Contoh: PLN, Telkom d. Oligopoli, yaitu : 1) Penjualnya sedikit
2) Harga ditentukan oleh kualitas produk, pelayanan, promosi 3) Entry barriernya tinggi
Contoh: pasar industri otomotif, handphone
2. Potensi Pasar
Potensi pasar adalah banyaknya pembeli di suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P).
Q = n x P
3. Target Pasar
Target pasar adalah jenis konsumen yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota masyarakat.
b. Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN.
c. Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter dispensing.
Dalam suatu studi kelayakan, pemilihan target pasar akan mempengaruhi penyiapan pemilihan produk, pemilihan lokasi apotek, desain interior dan eksterior gedung, penampilan karyawan, dan kualitas pelayanan.
2.2.3 Penilaian Aspek Keuangan
1. Pertimbangan untuk menilai aspek keuangan : a. Modal minimal
Modal minimal merupakan modal minimum yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek. Modal minimal digunakan untuk tujuan pengadaan aktiva tetap, aktiva lancar, biaya awal yang dibutuhkan untuk pendirian dan kas yang berupa uang kontan baik di tangan maupun di bank dalam bentuk rekening yang sewaktu-waktu dapat digunakan.
b. Jenis modal
1) Berdasarkan asal diperolehnya:
Modal sendiri, yaitu modal yang tidak mempunyai jangka waktu pengembalian, contoh: modal milik Apoteker sendiri atau keluarga.
Modal kredit, yaitu modal yang diperoleh dari pembeli kredit (kreditur)