• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42

JL. ST. HASANUDIN NO. 1, KEBAYORAN BARU

JAKARTA SELATAN

PERIODE 03 MARET – 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DINNY CHAIRUNISA 1306343504

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42

JL. ST. HASANUDIN NO. 1, KEBAYORAN BARU

JAKARTA SELATAN

PERIODE 3 MARET – 11 APRIL 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

DINNY CHAIRUNISA 1306343504

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2014

(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kernudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya 'dan rnenerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.

Depolq 281uni2014

M-Dinny Chairunisa

(4)

Laporan Praktek Kerja Frofesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan sernua sumber baik yang dikutb maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Narna

NPM

TandaTangan

Tanggal

Dinny Chairunisa, S.Farm 1306343504

t -.'

28luri20l4

(5)

Nama

NPM

Prograrn Studi Judul Lapararr

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:

Telah berhasil

sebagai hagian

Apoteker pada

Indonesia.

:Dinny Chairunisa" S. Farm. :1306343504

:Apoteker

-

Fakultas Farmasi UI

:Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia

Farma No. 42 Jl. St. Hasanudin No. I Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan Periode 03 Maret

-

11 April 2014

dipertahankan

di

hadapan Dewan Penguji

dan diterima

perryaratan

yang

diperlukan

untuk

mempenoleh gelar

Program

Sfudi

Apoteker Fakultas Farmasi Universitas

DEWAN PENGUJI Pembimbing

I :

Drs" I WayanBudhi Artawan, Apt.

#msspaa

Pembimbing II : Dr. Silvia Surini, M. Pharm. Sc., Apt.

penguj i

r'

.. &... 3.hC.v.1.... fl yri. iy.,..* r!.

Eu'ri-rt'o

Penguii II : Ditetapkan di Tanggal : Depok Iil

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 42, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, Apt., MS, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt sebagai Ketua Program Profesi Apoteker. 3. Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. selaku Pembimbing dari Program

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI, atas bimbingan, arahan, dan nasehat yang diberikan selama masa PKPA dan penyusunan laporan. 4. Bapak Drs. I Wayan Budhi Artawan., Apt.., selaku Apoteker Pengelola

Apotek dan pembimbing PKPA di Apotek Kimia Farma No. 42, Jakarta Selatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.

5. Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker Fakultas Universitas Indonesia atas segala ilmu pengetahuan, didikannya, sertabantuan dan masukan selama ini.

6. Seluruh staf Apotek Kimia Farma No. 42, Jakarta Selatan yang telah

menerima dan memberikan bimbingan kepada penulis selama

melaksanakan kegiatan PKPA.

7. Orang tua dan adik-adik yang selalu memberikan doa, serta dukunganmoral dan finansial kepada penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas Indonesia.

(7)

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

(8)

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi: Fakultas Jenis karya

Dinny Chairunisa, S.Farm

BA$$504

Apoteker

Farmasi

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia IIak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exdusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

LAPORAN

PRAKTEK

KERJA

PROFESI

APOTEKER

DI

APOTEK

KIMIA

FARMA

NO.

42

JL.

ST.

HASA}IUDIN

NO.

1,

I(EBAYORAN

BARU

JAI(ARTA

SBLATAN PERIODE 3 MARET

-

11

APRIL}0L4.

beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok Pada Tanggal: 28 Juni 2014

Yang menyatakan

W

(Dinny Chairunisa, S. Farm)

(9)

ABSTRAK

Nama : Dinny Chairunisa, S. Farm

NPM : 1306343504

Program Studi : Profesi Apoteker

Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia

Farma No. 42 Periode 3 Maret – 11 April 2014

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Studi Kelayakan Pendirian Apotek Kimia Farma Ampera Raya. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis kelayakan pendirian Apotek Kimia Farma Ampera Raya.

Kata kunci : Apotek Kimia Farma, Apotek, studi kelayakan. Tugas umum : xiii + 61 halaman; 1 tabel; 19 lampiran

Tugas khusus : v + 29 halaman; 2 gambar; 16 tabel; 8 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 19 (1978-2012)

(10)

Name : Dinny Charunisa, S.Farm

NPM : 1306343504

Program Study : Apothecary profession

Title : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 42 on March 3th – April 11th 2014 Pharmacists Professional Practice at Apotek Kimia Farma No. 42 aims to understand the duties and functions of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and non-technical pharmacy activity. Given a special assignment titled Feasibility Study of Establishment Apotek Kimia Farma Ampera Raya. The purpose of this special task is to analyze the feasibility of establishment Apotek Kimia Farma Ampera Raya.

Keywords : Apotek Kimia Farma, Pharmacy, Feasibility Study. General Assignment : xiii + 61 pages; 1 table; 19 appendices

Specific Assignment : v + 29 pages; 2 pictures; 16 table; 8 appendices Bibliography of General Assignment: 19 (1978-2012)

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Definisi Apotek ... 3

2.2 Landasan Hukum Apotek ... 3

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ... 4

2.4 Tata Cara Perizinan Apotek... 4

2.5 Persyaratan Apotek ... 6

2.6 Kompetensi Apoteker... 8

2.7 Apoteker Pengelola Apotek (APA) ... 9

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek ... 11

2.9 Pengelolaan Apotek ... 13

2.10 Pelayanan Kefarmasian di Apotek ... 14

2.11 Pengelolaan Narkotika ... 16

2.12 Pengelolaan Psikotropika ... 20

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA ... 23

3.1 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. ... 23

3.2 PT. Kimia Farma Apotek ... 24

3.3 Business Manager ... 26

3.4 Apotek Kimia Farma No. 42 ... 30

3.5 Cara Pelayanan Farmasi yang Baik ... 47

BAB 4 PEMBAHASAN ... 49

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Implementasi dari Nine Stars Pharmacy di Apotek Kimia

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek ... 64

Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Bisnis Manajer Jaya I ... 65

Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42 ... 66

Lampiran 4. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 ... 67

Lampiran 5. Lay out Apotek Kimia Farma No. 42 ... 68

Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) ... 71

Lampiran 7. Dokumen Dropping Barang dari BM ... 72

Lampiran 8. Dokumen Dropping Barang antar Apotek Kimia Farma ... 73

Lampiran 9. Alur Pelayanan Penerimaan Resep ... 74

Lampiran 10. Alur Pengadaan Barang ... 75

Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika ... 76

Lampiran 12. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika ... 77

Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Narkotika ... 78

Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika ... 79

Lampiran 15. Salinan Resep / Copy Resep ... 80

Lampiran 16. Etiket dan Label ... 81

Lampiran 17. Form Skrining Resep ... 82

Lampiran 18. Form PMR (Patient Medication Record) ... 83

(14)

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dimana seseorang berada pada keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Departemen Kesehatan RI, 2009). Kesehatan sendiri merupakan bagian dari hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah dengan masyarakat bersama-sama dalam melaksanakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan (Pemerintah RI, 2009).

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Apotek sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian ialah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk mningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah RI, 2009).

Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungan hidupnya, akan tetapi bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya didalam mendistribusikan perbekalan farmasi kepada masyarakat (Umar, 2011). Untuk menjalankan kedua fungsi apotek tersebut, Apoteker sebagai penanggung jawab apotek dituntut memiliki peranan untuk dapat menjalankan keduanya secara seimbang.

(15)

Perubahan paradigma di apotek dari product oriented menjadi patient

oriented menyebabkan kebutuhan akan tenaga apoteker yang kompeten dalam

melakukan konsultasi, edukasi, dan informasi. Oleh karena itu untuk mempersiapkan para apoteker yang profesional, maka perlu dilakukan praktek kerja di apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dimasa kuliah serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek. Atas dasar hal tersebut maka dilakukanlah kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret hingga 11 April 2014. Program tersebut diharapkan dapat bermanfaat besar bagi calon apoteker untuk siap terjun di lingkungan masyarakat.

1.2. Tujuan

Tujuan dari diadakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma Apotek adalah untuk:

a. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek. b. Memahami dan menambah pengetahuan secara langsung mengenai tugas,

(16)

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat umum, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang diatur dalam :

a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

(17)

e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek.

f. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

g. Peraturan Menkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

h. Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

i. Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan apoteker

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

2.4 Tata Cara Perizinan Apotek

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atay apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes). Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabuan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan

Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

(18)

Pemberian Izin Apotek, maka ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut :

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1.

b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-4.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6.

g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua

(19)

belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.

Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus mmenuhi ketentuan sebagai berikut :

a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana.

b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak perna terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

2.5 Persyaratan Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/SK/X/1993, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah :

2.5.1. Tempat/Lokasi

Saran apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing.Lokasi apotek pun dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor lainnya.

2.5.2. Bangunan

Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang

(20)

peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.

2.5.3. Perlengkapan Apotek

Suatu apotek baru yang ini beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai untuk mendukung pelayanan kefarmasiannya.Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain :

a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortar, alu dan lain-lain.

b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus.

d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok dan kwitansi.

e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek.

2.5.4. Tenaga Kerja / Personalia Apotek

Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari :

a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA).

b. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau/menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari :

(21)

b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang.

c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.

2.6 Kompetensi Apoteker

Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di apotek menurut WHO (World Health Organization) dikenal dengan Nine Stars Pharmacist, yaitu:

1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien,

memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.

2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien

3. Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan

pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan lainnya).

4. Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek.

Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.

5. Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal

pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.

6. Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu

pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.

(22)

7. Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi

stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.

8. Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna

mengembangkan ilmu kefarmasiannya.

9. Entrepreneur, artinya seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi

wirausaha dalam mengembangkan kemandirian serta membantu

mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya

2.7 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 menjelaskan bahwa Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA).

Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35, 37, 52, 54) :

a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi.

c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional. d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek.

(23)

g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga apotek.

Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No 51. Tahun 2009 Pasal 40) :

a. Memiliki ijazah Apoteker.

b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.

c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktek.

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hokum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) :

a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).

b. Tempat atau ada tempat untuk melakkan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin.

c. Rekomendasi dari organisasi profesi

Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek.

(24)

Adapun tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.

c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan penjualan, mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya seefisien mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek.

Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan dibidang pelayanan/teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan usahanya dengan sukses seorang APA harus melakukan kegiatan-kegiatan antara lain memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia, menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap, menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing, mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya, mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan, serta mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab APA di antaranya adalah menentukan arah terhadap seluruh kegiatan, menentukan system (peraturan) terhadap seluruh kegiatan, mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, serta bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila :

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.

b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus.

(25)

c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang tentang Narkotika, Undang-Undang Obat Keras, dan Undang-Undang-Undang-Undang tentang Kesehatan.

d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut.

e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyartan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13.

Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14.Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan/Kota setempat.

Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut :

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci.

c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementrian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).

(26)

2.9 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek.Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi.

2.9.1 Pengelolaan Teknis Kefarmasian

a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan infomasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.

2.9.2 Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian

Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah :

a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang

berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan.

c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(27)

d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diingkan dapat tercapai.

2.10 Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care).

2.10.1 Pelayanan Resep A. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

B. Penyiapan obat

Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus

(28)

jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien.

2.10.2 Pemberian Informasi Obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

2.10.3 Konseling

Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.10.4 Pemantauan Penggunaan Obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit jantung, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi.

2.10.5 Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu memberikan

(29)

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain.

2.10.6 Pelayanan Residensial (Home Care)

Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2.11 Pengelolaan Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika ditandai dengan lambang swastika, contoh : Morfin

Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu :

a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah Papaver somniferu L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya (kecuali bijinya), kokain, tanaman koka, ganja, heroin, amfetamin dan sebagainya.

b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadona, morfina, petidina, tebaina, tebakon dan sebagainya.

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan

(30)

ketergantungan. Contohnya adalah kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina, polkodina, propiram, dan sebagainya.

Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika.Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

2.11.1 Pengadaan/Pemesanan Narkotika

Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakuakn dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.

2.11.2 Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978)

Berdasarkan Permenkes Nomro 28/Menkes/Per/V/1978 tentang

penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus dibuat seluruhnya dair kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat

c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

(31)

f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika.

g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan.

h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.

2.11.3 Pelayanan / penyerahan Narkotika

Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien dengan resep asli dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung narkotika.

2.11.4 Pemusnahan Narkotika

Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandard (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standard an persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan tindak pidana.

(32)

Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat :

a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.

b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika.

c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut.

d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan.

f. Tanda tangan penanggung jawab apotek / pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi.

Berita acara pemusnahan tersebut dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek.

2.11.5 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan ke Balai Besar POM, dan arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika serta laporan penggunaan sediaan jadi narkotika.

Saat ini telah keluar peraturan baru yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem

(33)

Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah system yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet.

2.12 Pengelolaan Psikotropika

Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat

yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku.Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.

Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi.

b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contohnya adalah amfetamin.

c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah fenobarbital.

d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

(34)

Contohnya adalah diazepam, nitrazepam.

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi kegiatan :

2.12.1 Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkat tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.

2.12.2 Penyimpanan Psikotropika

Walaupun belum ada peraturan yang mengatur penyimpanan psikotropika, namun untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan maka psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci.Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika.

2.12.3 Penyerahan Psikotropika

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien.Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakna berdasarkan resep dokter.

2.12.4 Pemusnahan Psikotropika

Pada Undang-Undang No.5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau

(35)

untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara.

2.12.5 Pelaporan Psikotropika

Pelaporan psikotropika dilakuakn sebulan sekali dengan ditandatangani oleh APA.Pelaporan ini dilakukan secara berkala dan dilaporkan kepada Suku Dinas Pelayanan DATI II dengan tembusan ke kepala Balai POM. Namun sekarang Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan sama dengan pelaporan narkotika.

(36)

APOTEK KIMIA FARMA

3.1. PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

3.1.1. Sejarah perkembangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama diIndonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas bekas perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan terbatas sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia.

Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.Nilai-nilai budayaperusahaan "I CARE" (Innovative, Costumer First, Accountability,

Responsibility, dan Eco Friendly), secara konsisten tetap dijalankan, sebagai dasar

perusahaan dalamberkarya membangun kesehatan bangsa.

Sekarang, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memiliki beberapa anak perusahaan, antara lain PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek. Usaha ritelfarmasi dijalankan oleh PT Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek, sedangkan kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution, anak perusahaan yang berperan penting

(37)

dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk Perseroan (PT Kimia Farma Tbk., 2012).

3.1.2. Visi dan misi PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

Visi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. memiliki misi menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang:

a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembanganproduk yang inovatif.

b. Perdagangan dan jaringan distribusi.

c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringanpelayanan kesehatan lainnya.

d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan (PT Kimia Farma Tbk., 2012).

3.2. PT Kimia Farma Apotek

3.2.1 Sejarah perkembangan PT Kimia Farma Apotek

PT Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.: AHU-45594.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (PT Kimia Farma Tbk., 2012).

Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek. Secara keseluruhan saat ini berjumlah lebih dari 400 apotek. Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai program transformasi dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi menjadi jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Sebagai tahap awal program franchise, pada tahun 2011, KFA

(38)

berhasil membuka 5 apotek franchise.Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan.

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan obat bebas atau Over the Counter (OTC) atau swalayan, serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma memfasilitasi jasa pelayanan kesehatan lainnya berupa klinik kesehatan dan laboratorium klinik.

Klinik kesehatan yang semula berada di PT Kimia Farma (Persero) Tbk

holding, sejak Maret 2009, dikelola oleh PT Kimia Farma Apotek, yang

merupakan salah satu produk layanan yang terintegrasi dengan apotek, menyediakan jasa layanan konsultasi dan pemeliharaan kesehatan. Jenis klinik yang dikembangkan meliputi klinik pratama, utama, dan khusus yang berlokasi di Jawa dan Bali. Laboratorium klinik menyediakan jasa layanan pemeriksaan kesehatan (medical check up). Laboratorium Klinik memiliki lebih dari 30 cabang yang terdiri dari laboratorium klinik kelas utama, madya, dan pratama yang berada di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Bussiness Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya (PT Kimia Farma Apotek, 2012).

3.2.2 Visi dan misi PT Kimia Farma Apotek

Visi PT Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam upayanya untuk menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan, maka PT Kimia Farma Apotek melaksanakan kegiatan dengan misi:

a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik, dan layanan kesehatan lainnya

(39)

c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya atau Fee-

Based Income (PT Kimia Farma Apotek, 2012).

3.3 Business Manager

Dalam melaksanakan grouping ini maka Apotek Kimia Farma secara umum dibagi menjadi 2 jenis kegiatan apotek yaitu apotek Bisnis Manager dan apotek pelayanan. Pada apotek Bisnis Manager dilakukan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam suatu group daerah, disamping melaksanakan fungsi pelayanan apotek secara umum, sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Pada apotek Bisnis Manager dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya apotek Bisnis Manager ini maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Pada apotek pelayanan tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari apotek Bisnis Manager sehingga kegiatannya terfokus pada pelayanan.

Bisnis Manajer untuk wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi lima, yaitu: a. BM Jaya I

BM Jaya 1 membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru.

b. BM Jaya II

BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman.

c. BM Bogor

BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok Cianjur, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. H. Ir. Juanda No.30, Bogor.

d. BM Tangerang

BM Tangerang membawahi wilayah Tangerang, Cilegon, Banten, Serang, dan sekitarnya dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang.

e. BM Rumah Sakit

BM Rumah Sakit membawahi Apotek pelayanan RSCM dan RSPAL dengan BM di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

(40)

3.3.1 Bisnis Manajer Jaya 1

Bisnis Manajer (BM) bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan serta supervisor administrasi dan keuangan.

Bisnis Manajer Jaya I membawahi 15 Apotek Pelayanan diwilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, meliputi:

1. Apotek Kimia Farma No. 42 (sebagai kantor Manager Bisnis dan juga Apotek Pelayanan) di Jl. Sultan Hasanuddin No. 1, Jakarta Selatan.

2. Apotek Kimia Farma No. 47, Radio Dalam No. 1-S, Jakarta Selatan. 3. Apotek Kimia Farma No. 6, Jl. Danau Tondano No. 1 Pejompongan,

Jakarta Pusat.

4. Apotek Kimia Farma No. 55, Jl. Kebayoran Lama No. 50, Jakarta Selatan. 5. Apotek Kimia Farma No. 96, Jl. Jend. S. Parman Blok G 12, Slipi, Jakarta

Selatan.

6. Apotek Kimia Farma No. 152, Jl. Pasar Minggu Raya KM. 18, Jakarta Selatan.

7. Apotek Kimia Farma No. 219, Jl. Ir. H. Juanda No. 109 Situgintung, Ciputat.

8. Apotek Kimia Farma No. 254, Jl.Raya Pos pengumben No. 11, Jakarta Barat.

9. Apotek Kimia Farma No. 267, Jl. Raya Bintaro Sektor V, Jakarta Selatan. 10. Apotek Kimia Farma No. 282, Jl. KS. Tubun No. 34 BC, Jakarta Barat. 11. Apotek Kimia Farma No. 364, Jl. Wolter Monginsidi No. 76, Jakarta

Selatan.

12. Apotek Kimia Farma No. 342, Taman Semanan Indah, Jakarta Barat. 13. Apotek Kimia Farma Cilandak, Jl. Wijaya Kusuma No.2 Cilandak Barat,

Jakarta Selatan.

14. Apotek Kimia Farma Cirendeu, Jl. Cirendeu Raya No. 27 C Ciputat, Tangerang Selatan.

15. Apotek Kimia Farma Srengseng Sawah, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.

(41)

Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Bisnis manager adalah sebagai berikut.

3.3.1.1 Manajer Bisnis

Manajer Bisnis dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Operasional. Tugas dan fungsi dari Manajer Bisnis adalah sebagai berikut.

a. Memimpin bisnis apotek di daerahnya yang menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisien, sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan Direksi PT Kimia Farma Apotek.

b. Mengkoordinir, merencanakan, membina, serta mengendalikan pengelolaan apotek pelayanan dalam grupnya, untuk mencapai kinerja masing-masing apotek, secara efektif dan efisien.

c. Melaksanakan pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha.

3.3.1.2 Bagian Pengadaan / Pembelian

Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggungjawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya.

Tugas dan fungsi dari bagian pembelian adalah:

a. Mendata kebutuhan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek

(BPBA) yang dibuat oleh masing-masing apotek pelayanan dan

mengelompokkan berdasarkan distributornya.

b. Merencanakan dan membuat Surat Pesanan barang ke distributor yang bersangkutan sesuai dengan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan. c. Memilih distributor yang telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan, serta

memperhatikan mutu barang, pelayanan tepat waktu, harga bersaing dan pembayaran lunak.

d. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan distributor.

(42)

f. Mengkonfirmasikan kembali ke distributor apabila barang yang dipesan belum datang.

Adapun tanggung jawab dari bagian pembelian, yaitu:

a. Menentukan keputusan pembelian terhadap permintaan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan, dengan memperhatikan anggaran, harga barang dan jenis barang yang diminta (fast moving/slow moving) .

b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli. c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang. 3.3.1.3 Bagian Akuntansi dan Keuangan

Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manager.

Tugas kasir besar adalah sebagai berikut.

a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek

pelayanan.

c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan.

d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain.

e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank.

Adapun tanggung jawab dari kasir besar, yaitu:

a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA.

b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga).

c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan. 3.3.1.4 Bagian Administrasi

Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan

(43)

data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek.

Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum.

3.4 Apotek Kimia Farma No. 42

3.4.1 Lokasi Apotek

Apotek Kimia Farma No. 42 terletak di Jalan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang berbatasan dengan Jalan Panglima Polim dan Jalan Melawai Raya, yang memiliki arus lalu lintas dua arah. Arus lalu lintas yang melewati jalan raya ini cukup ramai di lewati oleh pengguna jalan, terutama yang berasal dari Panglima Polim menuju pusat perbelanjaan Blok M. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 terdapat pada suatu daerah pemukiman kelas menengah ke atas dan berjarak kurang lebih 50 meter dari Blok M Plaza dan 500 meter ke terminal Blok M. Selain itu, lokasinya mudah diakses dan dikenali oleh masyarakat dan banyak dilalui oleh kendaraan umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

3.4.2 Desain dan Tata Ruang Apotek

Secara fisik bangunan Apotek Kimia Farma No. 42 terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 digunakan untuk fasilitas utama operasional apotek yang terdiri atas area penerimaan resep, peracikan, penyimpanan obat, kasir, penyerahan obat, penjualan obat bebas (swalayan farmasi) dan ruang tunggu bagi pasien. Fasilitas pendukung bagi perkembangan usaha apotek banyak tersedia di Apotek Kimia Farma No. 42, antara lain ruang praktek dokter, toilet (dekat gudang BM Jaya I) dan area parkir yang dapat digunakan untuk kurang lebih 8 mobil dan 20 motor. Sedangkan lantai 2 digunakan sebagai kantor Manager Apotek Pelayanan (MAP).

(44)

Ruang operasional apotek terdiri dari: 3.4.2.1 Ruang tunggu

Ruang tunggu terletak di sebelah kiri saat memasuki apotek dari arah masuk pintu depan dan di sebelah kanan dari arah masuk pintu samping. Terdapat pendingin ruangan untuk memberikankenyamanan pada pelanggan yang sedang menunggu penyiapan obat. Di area ruang tunggu dilengkapi dengan beberapa bangku, brosur, dan timbangan badan. Selain bahan bacaan, terdapat juga televisi dan dua lemari pendingin berisi minuman ringan yang dapat dibeli oleh pelanggan. Hal ini memberikan kenyamanan bagi pasien karena waktu yang dibutuhkan untuk menunggu menjadi terasa lebih singkat.

3.4.2.2 Tempat penyerahan resep/kasir

Merupakan tempat dimana pasien menyerahkan resep yang diberikan dokter dan menjadi tempat dilakukannya transaksi pembelian obat, baik resep maupun non resep serta melayani pemberian barang dari swalayan farmasi. Petugas yang menerima resep, akan memberi harga dan melakukan transaksi dengan pasien. Resep yang diterima kemudian diserahkan ke petugas untuk mengecek kelengkapan resep dan dilakukan penyiapan obat.

3.4.2.3 Swalayan farmasi

Area ini berada di depan pintu masuk baik dari arah pintu masuk depan maupun pintu masuk samping. Swalayan farmasi untuk Apotek Kimia Farma No. 42 tergolong besar karena terdiri dari enam gondola. Pengelompokkan produk disusun berdasarkan fungsi/ kategoriyang saling berhubungan. Penyusunan barang di rak memperhatikan kemasan, ukuran, serta bentuk sediaan. Kemasan botol ditata dari kemasan besar ke kecil dari kiri kekanan. Sediaan sirup dan tablet/kapsul serta sediaan salep/cream ditempatkan pada rak yang terpisah. Adapun pemajangan produk di swalayan farmasi Apotek Kimia Farma No. 42 adalah sebagai berikut:

a. Gondola 1. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategori soap,

personal care, hair care dan oral care.

b. Gondola 2. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategori personal

Gambar

Tabel 4.1  Implementasi dari Nine Stars Pharmacy di Apotek Kimia
Gambar 2.1 Titik BEP ....................................................................................
Tabel 4.1   Total Transaksi Penjualan 15 Apotek di wilayah BM Jaya I
Gambar 2.1 Titik BEP
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sedikitnya jumlah resep yang masuk ke Apotek Kimia Farma 106 ini. disebabkan antara lain karena seringnya penolakan resep atau

Dengan konsep baru bahwa setiap Apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health

JAWA BARAT BEKASI 8890115 KIMIA FARMA 486 JATIMULYA Jl. Delta Timur Raya Blok A No. Imam Bonjol Telaga Asih, Cikarang Barat, Kab.Bekasi T. 10 Perumnas III, Kota Bekasi T. Raya

Dalam tugas khusus ini akan membahas mengenai analisis rasio jumlah tenaga apoteker di apotek, apotek rakyat, dan puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di

Berdasarkan hasil wawancara, jumlah sumber daya manusia yang terdapat di Gudang Farmasi Apotek Kimia Farma Makassar.masih kurang memadai, yang sebenarnya memelukan

Apotek Kimia Farma di Kota Kotamobagu melakukan pelayanan informasi obat baik secara aktif maupun pasif, dengan memberikan informasi obat tanpa menunggu pertanyaan dari pasien, dan

22 DAFTAR JUDUL PRAKTIK KERJA LAPANGAN PKL APOTEK FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS SARI MULIA 2019 5 Apotek Kimia Farma No.. Pinus No.38 Sungai Miai,

Ghina Zhahera 1.11948E+13 4.Nur syifa 1.11948E+13 5.Rahimah 1.11948E+13 33 Laporan Praktik Kerja Lapangan PKL Apotek di Apotek Kimia Farma No.431 30 Laporan Praktik Kerja Lapangan