• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2. Saran

1. Karena masih banyak potensi tenaga air yang belum dibangkitkan di Kabupaten Humbahas, maka diharapkan adanya kajian kembali mengenai pemanfaatan potensi tersebut untuk pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih besar.

2. Resapan air di daerah hulu perlu di jaga supaya aliran air tetap stabil, yaitu dengan melakukan gerakan penghijaun serta memastikan tidak terjadi penebangan hutan dan pembukaan lahan untuk perkebunan. Oleh karena itu, guna mendukung gerakan ini perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat, supaya tidak sembarangan menebang pohon, bahkan ditekankan supaya hutan dijaga dan dilestarikan.

3. Kondisi tanah timbunan pada saluran pembawa perlu diperhatikan karena bahaya akan longsor.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro ( PLTM )

Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro ( PLTM ) adalah pembangkit listrik berskala kecil dengan out put antara 1MW – 10 MW yang memanfaatkan aliran air sebagai sumber tenaga. Semakin tinggi debit (Q) dan jatuh air (head) maka semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis yang memungkinkan, tinggi jatuh air (head) dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga permukaan air menjadi tinggi.

PLTM termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut dengan clean energi karena ramah lingkungan. Dari segi teknologi, PLTM memiliki konstruksi yang masih sederhana dan mudah dioperasikan serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku cadang. Dari segi ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relatih murah sedangkan investasinya cukup bersaing dengan pembangki listrik lainnya. Secara sosial, PLTM lebih mudah diterima masyarakat luas dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya seperti PLTN.

Prinsip kerja PLTM adalah memanfaatkan beda tinggi dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran atau sungai. Air yang mengalir melalui intake dan diteruskan oleh saluran pembawa hingga penstock, akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Turbin air akan memutar generator dan menghasilkan listrik. Daya yang dibangkitkan generator yang diputar oleh turbin air adalah :

P = η.g.H.Q (2.1) Dimana: P = daya ( kW) g = percepatan gravitasi η = efisiensi Q = debit air ( m3/s ) H = Head ( Tinggi Jatuh ) 2.1.1 Komponen – komponen PLTM

PLTM mempunyai komponen-komponen penting yang mendukung kemampuan kerjanya, dapat dilihat pada layout PLTM berikut.

Gambar 2.1.Layout PLTM

1. Bendungan ( weir ) dan Bangunan Sadap • Bendungan ( weir )

Bendungan berfungsi untuk menaikkan / mengontrol tinggi air sungai sehingga air dapat dialihkan kedalam intake.

• Sayap Bendung ( wings wall )

Sayap bendung terbuat dari pasangan batu kali, gunanya untuk mencegah erosi tepi sungai dan banjir yang dapat menghancurkan pekerjaan sipil. • Penahan Gerusan

Penahan gerusan terbuat dari pasangan batu/beronjong gunanya untuk mencegah erosi dasar sungai di hilir bendung.

• Pintu Gerusan dan Saluran Penguras ( flushing gate and flushing canal ) Pintu penguras dipasang diantara bendung dan intake yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya endapan didaerah intake. Air yang digunakan

untuk mengguras dialirkan melalui saluran penguras yang kemudian dialirkan kembali ke sungai pada sisi setelah bendung.

• Bangunan Pengalih ( intake )

Bangunan pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi sungai ke dalam sebuah bak pengendap. Pada saat banjir digunakan untuk mengurangi volume air yang masuk ke saluran • Saluran Pengalih (intake channel )

Saluran pengalih berfungsi untuk mengalirkan air dari intake ke saluran pembawa. Saluran intake terbuat dari pasngan bau kali dan diengakapi dengan pelimpah samping dan pintu intake.

• Pintu intake

Pintu intake berguna untuk menutup dan membuka saluran intake, menutup saluran biasanya dilakukan pada saat pemeliharaan atau terjadinya renovasi pada saluran.

2. Bak pengendap ( settling basin )

Bak pengendap ini biasanya seperti kolam yang dibuat dengan memperdalam dan memperlebar sebagian saluran pembawa dan menambahnya saluran penguras. Fungsimya untuk mengendapkan pasir dan kotoran yang hanyut sehingga air yang masuk keturbin relatif bersih.

3. Saluran Pembawa ( headrace )

Merupakan saluran yang mengalirkan air dari saluran intake menuju pipa pesat dengan menjaga ketinggian muka airnya. Tipe Saluran Pembawa biasanya sangat tergantung pada kondisi topografi geologi daerah yang dilewati, dan dapat berupa saluran terbuka, pipa ataupun terowongan. Konstruksi saluran pembawa dapat berupa pasangan batu kali atau hanya berupa tanah yang digali. Jika saluran pembawa panjang perlu dilengkapi dengan saluran pelimpah untuk setiap jarak tertentu karena jika terjadi banjir pada saluran tersebut, maka kelebihan air akan terbuang melalui saluran pelimpah.

4. Bak Penenang ( forebay)

Bak Penenang (Forebay) terletak diujung saluran pembawa. Fungsi bak penenang secara kasar ada dua jenis yaitu :

a. Mengontrol perbedaan debit dalam penstock dan sebuah saluran pembawa karena fluktuasi beban

b. Pemindahan sampah terakhir (tanah dan pasir, kayu yang mengapung, dll.) dalam air yang mengalir.

Bak penenang dilengkapi dengan :

a. Saluran pelimah untuk air yang berlebih ( over flow ) b. Lubang untuk menguras bak dan sedimen,

c. Saringan untuk mencegah masuknya sampah yang mengapung.

5. Pipa Penstock

Pipa pesat dapat terbuat dari logam atau plastik dengan diameter yang berbeda-beda yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bak penenang ( fore bay ) ke turbin.

6. Turbin dan generator ( turbine and generator )

Turbin mengubah atau mengkonversikan energi potensial air menjadi energi mekanik berupa putaran poros turbin. Putaran poros turbin ini yang akan diteruskan untuk memutar poros generator.Turbin berfungsi untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi putaran mekanis.

7. Rumah pembangkit (power house)

Rumah pembangkit dibangun untuk menampung dan melindungi peralatan turbin dan generator (dinamo) dari orang yang tidak berkepentingan dan dari kerusakan yang mungkin timbul akibat cuaca. Di dalam rumah turbin biasanya juga terdapat tempat untuk swith board, transformer ( jika diperlukan) dan area untuk pekerjaan pemeliharaan termasuk lemari/rak untuk peralatan dan suku cadang. Tata letak

peralatan-peralatan ini menentukan ukuran dari rumah turbin. Perlu pula disediakan ruang yang cukup untuk pembongkaran unit turbin-generator di dalam rumah pembangkit. Area yang di perlukan untuk pekerjaan tersebut sekurang-kurangnya satu setengah (1.5) kali dari area unit turbin ketika beroperasi. Pintu rumah pembangkit harus cukup besar agar komponen terbesar peralatan mekanikal elektrikal dapat masuk ke dalamnya.

8. Saluran pembuang (tail race).

Saluran pembuang mengalirkan air dari turbin kembali ke sungai. Saluran pembuang perlu didesain cukup luas agar air buangan turbin dapat mengalir dengan aman. Dinding pengaman pada sungai dan posisi ketinggian lantai rumah turbin dibuat cukup tinggi, yaitu di atas tinggi muka air maksimum pada saat banjir. Perlu diperhatikan erosi dan endapan dalam saluran pembuang karena erosi dapat berbahaya untuk stabilitas bangunan.

2.1.2 Kelebihan Dan Kekurangan Pembangkit Istrik Tenaga Mini Hidro ( PLTM )

Adapun kelebihan PLTM adalah sebagai berikut:

1) Ramah Lingkungan; Pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air merupakan pembangkit listrik yang paling ramah lingkungan juga tidak mencemari dan merusak alam, karena menggunakan air sebagai sumber tenaganya. Jika dibandingkan dengan PLTU, saat ini sedang menghadapi masalah pembuangan limbahnya yang berupa batu bara.

2) PLTM juga tidak mengganggu aliran sungai secara signifikan karena air yang dimanfaatkan tidak akan berubah menjadi sesuatu yang lain dan tentu masih dapat dipergunakan.

3) Hemat bahan bakar karena PLTM menggunakan sumber tenaga yang abadi yaitu tenaga air dan tidak seperti bahan bakar untuk PLTU atau PLTN yang menggunakan bahan bakar fosil, batubara atau nuklir.

4) Biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTM sangat rendah dibandingkan dengan pembangkit lainnya seperti PLTU dan PLTN. Pada PLTU, disamping pengeluaran biaya untuk batubara, perlu dipertimbangkan pula biaya transportasi bahan bakar tersebut.

5) Pembangkit listrik dengan tenaga air cukup sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk dioperasikan. Ketangguhan sistemnya dapat lebih diandalkan dibandingkan dengan sumber-sumber daya yang lain.

6) Perkembangan mutakhir yang telah dicapai pada pengembangan turbin air, telah dimungkinkan untuk memanfaatkan jenis turbin yang sesuai dengan keadaan setempat.

7) Peralatan pembangkit listrik dengan tenaga air umumnya memiliki peluang yang besar untuk bisa dioperasikan selam lebih dari 50 thn.

Adapun kelemahan dari pembangunan PLTM di antaranya:

a) Sumber pembangkit listrik tenaga air yang menggunakan air terjun tidak selalu berada dilokasi yang dikehendaki, kebanyakan posisinya jauh dari kota sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar.

b) Jika konsumen pengguna listrik dalam jumlah besar terlalu jauh dari pusat pembangkit akan membutuhkan sarana jaringan tower transmisi tegangang tinggi yang panjang, juga memerlukan sarana traffo peningkat tegangan yang banyak.

c) Bila kita mengalami musim kemarau panjang, akibatnya cadanagan air akan sangat berkurang dan berdampak pada penurunan kuantitas produksi daya listrik yang kita ingin produksi.

d) Daya yang bisa diproduksi tergantung pada ketersediaan air sepanjang hari.

2.2. Kapasitas Aliran

Debit merupakan salah satu parameter penting dalam perencanaan pembangkit listrik dengan menggunakan tenaga air. Kapasitas debit air akan

menentukan besarnya energi yang dapat dihasilkan. Debit juga akan menentukan ukuran dan jenis turbin yang akan digunakan. Pengukuran debit aliran sungai biasanya dilakukan dengan menggunakan alat Current Meter Counter, pengukuran dilakukan di sepanjang penampang melintang sungai. Current meter adalah sebuah batang dengan propeller atau baling-baling yang dapat bergerak bebas berputar dan dihubungkan dengan layar monitor menggunakan kabel untuk membaca kecepatan aliran air. Setelah kecepatan arus air diketahui selanjutnya dilakukan pengukuran luas penampang melintang sungai. Dari dua parameter tersebut, debit air dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Q = V . A ( 2.2 ) Dimana: Q = debit aliran (m3/s) V = kecepatan aliran (m/s) A = luas penampang (m2) 2.2.1 Dasar Konversi Energi Air

Dalam pembangkitan listrik tenaga air, energi yang banyak digunakan adalah energi potensial.

Ep = m . g . H (2.3)

Dimana : `Ep = Energi Potensial m = Massa

g = Percepatan Gravitasi

H = Tinggi relatif terhadap permukaan bumi Atau bisa ditulis dengan

dE = dm . g . H (2.4)

Dimana : dE merupakan energi yang dibangkitkan oleh elemen masa (dm) yang melalui jarak (h).

Q = dm/dt, (2.5)

Dimana: dm : elemen masa air dt : elemen waktu

Dari turunan rumus diatas, daya yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit adalah :

P = g . Q . H

(2.6)

Harga efisiensi dari skema PLTM biasanya adalah:

Ekonstruksi sipil = 1,0 – (panjang saluran x 0,002 – 0,005) / Hgross Epenstock = 0,90 – 0,95 (tergantung pada panjangnya) Eturbin = 0,70 – 0,85 (tergantung pada tipe turbin)

Egenerator = 0,80 – 0,95 (tergantung pada kapasitas generator) Esistem control = 0,97

Ejaringan = 0,90 – 0,98 (tergantung pada panjang jaringan) Etrafo = 0,98

Ekonstruksi sipil dan Epenstock adalah yang biasa diperhitungkan sebagai “Head Loss (Hloass) / kehilangan ketinggian. Dalam kasus ini, persamaan di atas dirubah ke persamaan berikut.

Pnet = g x (Hgross – Hloss) x Q x (E0 – Ekonstruksi – Epenstock) (kW) ( 2.7 )

Jika dihubungkan dengan efisiensi, maka daya yang dibangkitkan adalah:

P = η . g . Q . H (2.8) Dimana : P = daya η = efisiensi g = Percapatan Grapitasi Q = Debit air

Gambar 2.2 Efisiensi pada skema PLTM

2.3. Perencanaan Umum PLTM

Sebelum membangun PLTM di suatu tempat, ada hal-hal yang perlu dilakukan dan diketahui terlebih dahulu :

1. Survey Kemampuan dan Survey Kebutuhan.

Dalam rencana pembangunan PLTM, sangat penting terlebih dahulu untuk menetapkan secara akurat berapa banyak energi yang diinginkan, untuk tujuan apa, kapan itu diinginkan dan dimana lokasi yang diinginkan. Apakah calon konsumen energi dapat membeli sumber energi tersebut, dan berapa harga yang bersedia mereka bayar? Kedua jawaban dari pertanyaan tersebut sangat dibutuhkan terutama unutuk perhitungan biaya finansial pembangunan proyek tersebut. Juga penting untuk mempertimbangkan jumlah dan kemampuan tenaga-tenaga yang akan dipekerjakan dalam pengoperasian PLTM ini, karena PLTM ini tentu menggunakan mesin-mesin yang agak rumit yang tidak semua orang tau sehingga perlu adanya tenaga-tenaga ahli dibidangnya.

2. Study Hidrology Dan Survey Lokasi

Study ini bertujuan untuk mengetahui potensi air yang dimiliki dimana PLTM akan dibangun. Study ini nantinya akan menunjukkan bagaimana variasi aliran air sepanjang tahun. Debit air yang kita ambil sebagai acuan dalam membangun PLTM adalah debit air yang paling minim. Jumlah air itu menunjukkan berapa banyak daya yang dapat dibangkitkan, dan kapan bisa dibangkitkan. Studi ini diawali dengan survey lapangan untuk memperoleh data primer mengenai debit aliran, head, tofografi, curah hujan. Debit aliran dapat diukur dengan metode konduktivitas atau metode weir. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung perkiraan potensi daya awal. Data lapangan sebaiknya diambil beberapa kali pada musim yang berbeda untuk mengetahui gambaran yang tepat mengenai potensi daya dari aliran tersebut. Pada tahap ini juga kita harus meninjau beberapa lokasi sepanjang sungai untuk mendapat gambaran tentang posisi efisien dimana PLTM akan dibangun. Selain itu perlu dicari data pendukung perencanaan lainya seperti:

• Kondisi air (misalnya keasaman, kekeruhan, kandungan pasir atau lumpur).

• Keadaan dan kestabilan tanah yang akan mempermudah dalam penetapan posisi letak infrasrukturnya atau bangunan sipilnya. • Ketersediaan bahan, transportasi, tenaga terampil ( operator ) yang

dibutuhkan dalam pembangunan.

3. Pra Study Kelayakan

Sebelum melakukan suatu kegiatan studi kelayakan, perlu dilakukan studi potensi atau pra-studi kelayakan. Kegiatan studi potensi ini adalah kegiatan awal sebagai kajian umum atau penjajakan awal untuk pengumpulan atau mendapatkan data dan informasi tentang mungkin tidaknya suatu daerah aliran sungai (sumber air) yang ada dan dapat dikembangkan atau dimanfaatkan menjadi suatu potensi pembangkit energi listrik dengan skala minihidro atau yang dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Kegiatan studi potensi ini

dapat diperkenalkan sebagai kegiatan Pra Studi Kelayakan (Pra-FS). Dari hasil kegiatan Pra-FS ini menjadi masukan untuk pengambilan keputusan apakah studi perlu dilanjutkan atau tidak, dan bila ternyata memiliki banyak potensi yang layak, dapat membantu memilih suatu prioritas. Data yang dikumpulkan pada kegiatan Studi Potensi atau Pra-FS ini meliputi :

a. Data dan Informasi teknis tentang potensi sumber daya air (aliran, debit, dan head) atau daerah aliran sungai untuk PLTM dimana besaran kuantitatif dan kualitatif data dan informasinya dapat dipetakan pada standar potensi kelayakan pembangunan dan pengembangan PLTM. b. Data dan informasi tentang tingkat elektrifikasi dan potensi

pertumbuhannya, profil sumber energi lokal dan pola penggunaan dan pemanfaatannya yang ada saat ini, profil kebutuhan dan ketersediaan (supply-demand) energi listrik, dan potensi serta daya dukung pembangunan PLTM.

c. Data dan informasi non-teknis tentang profil dan kondisi infrastruktur sosial ekonomi masyarakat, kapasitas lokal, tingkat partisipasi, dukungan dan kontribusi masyrakat lokal dan pemerintah setempat untuk pengembangan PLTM sebagai energi baru terbarukan.

Jika pada kesimpulan akhir study pra FS untuk melanjukan study yang lebih rinci, maka akan dilanjutkan pada tahap study kelayakan. Studi potensi suatu lokasi dapat dilanjutkan kepada kegiatan studi kelayakan (SK) bila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

• Total panjang jaringan transmisi/distribusi dan jarak pembangkit terhadap penerima daya (titik beban) terjauh untuk sistem off grid atau jarak pembangkit terhadap titik interkoneksi (gardu penerima daya) untuk sistem on grid masih memungkinkan.

• Jumlah calon konsumen (orang, rumah, kepala keluarga, instansi, PLN ) tersedia.

• Potensi daya listrik terbangkit mencukupi. • Kontinuitas ketersediaan air.

• Tidak menurunkan fungsi sistem keairan yang ada.

• Lokasi pembangkit tidak berada di kawasan cagar alam atau budaya yang melarang pembangunan fisik permanen di lokasi tersebut (Lihat Regulasi/peraturan perundang-undangan yang berlaku).

• Kejelasan status penguasaan/kepemilikan dan peruntukan lahan.

4. Study kelayakan

Study kelayakan pembangunan PLTM dapat dibagi menjadi dua yaitu study kelayakan teknis, dan study kelayakan non teknis atau sosial-ekonomi. Study kelayakan teknis dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter potensi alam yang sangat menentukan untuk pengambilan keputusan pembangunan PLTM di suatu lokasi. Study ini juga memberikan data/ informasi yang diperlukan oleh perancang sistem PLTM dan pelaksanaan pembangunannya. Studi ini juga diperlukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan sehingga perancang mengetahui bagaimana teknis pelaksanan pembangunan PLTM di lapangan yang di sesuaiakan dengan kondisi sekitar dimana lokasi PLTM tersebut akan dibangun. Study kelayakan teknis meliputi beberapa aspek yang esensial, yaitu studi kelayakan aspek :

a. Hidrologi b. Sipil

c. Elektrikal-mekanikal

Study kelayakan non teknis sosial-ekonomi dilakukan untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pembangunan PLTM terhadap sosial dan ekonomi. Karena dalam pembangunan PLTM perlu dipertimbangkan efek pembangunan tersebut terhadap masyarakat, apakah kehadirannya akan mengganggu masyarakat? Begitu juga terhadap bidang ekonominya, juga perlu dipertimbangkan. Apakah pembangunan PLTM tersebut menguntungkan secara finansial sehingga layak untuk dibangun? Maka hasil atau kesimpulan dari study ini nantinya adalah analisa

kelayakan ekonomi. Studi kelayakan non-teknis meliputi studi kelayakan aspek yang mencakup:

a. Ekonomi/Finansial b. Sosial Budaya c. Lingkungan d. Keberlanjutan

Secara umum hal-hal yang dilakukan pada study ini adalah: • Analisis potensi daerah,

Aspek ekonomi pedesaan yang harus diperhatikan sebagai sebuah potensi antaralain:

1. Keberadaan SDA potensial yang bernilai ekonomis,

Seperti misalnya sungai yang bisa mensuplai material bangunan seperti pasir merupakan SDA yang berpotensi yang dapat membantu pengurangan biaya dalam pembangunan PLTM.

2. Material bangunan ( mis batu, kayu, pasir, dll ) yang tersedia secara lokal didesa tersebut.

3. Jarak dari kota terdekat yang dapat dijadikan tempat suplai ke desa tersebut.

Berapa jauh kota terdekat dari desa yang menjual bahan bangunan seperti semen, pasir, batu, dll dan berapa ongkos angkutan barang dan manusia yang dikeluarkan untuk mencapai desa tersebut.

Kajian sosial demografi,

Kita hanya memerlukan gambaran secara umum mengenai kondisi sosial demografi masyarakat setempat. Olehkarena itu kita perlu melakukan observasi yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Kehidupan sosial masyarakat penduduk di desa

2. Lembaga-lembaga desa atau organisasi yang eksis dan establish di desa tersebut dan bagaimana pengaruhnya.

3. Figur yang dihormati di desa tersebut, dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat desa.

4. Prasarana jalan ke desa tersebut.

Analisa biaya investasi,

Pada tahap ini hal-hal yang paling penting dilakukan adalah prakiraan analisa biaya investasi yaitu Rencana Anggaran Biaya (RAB) pembangunan PLTM. Anggaran biaya pada pembangunan PLTM secara garis besar dapat dibagi ke dalam:

1. Biaya Modal

Biaya modal ( investasi ) atau disebut juga biaya finansial suatu proyek dapat ditafsirkan sebagai sejumlah pengeluaran yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek. Pengeluaran ( componen cost ) dari biaya modal terdiri dari:

• Biaya konstruksi • Biaya administrasi • Biaya jasa konsultan • Biaya dasar proyek • Biaya tak terduga • Biaya pajak 2. Biaya ekonomi proyek

Biayaa ekonomi diperoleh dengan mengkonversikan nilai finansial ke nilai ekonomi. Biaya ekonomi tersebut dipergunakan untuk perhitungan analisa ekonomi.

3. Biaya O/P Tahunan ( Annual Cost )

Biaya operasi dan pemeliharaan tahunan suatu proyek dapat ditafsirkan sebagai pengeluaran yang dibutuhkan dalam setahun untuk pengoperasian dan pemeliharaan banguna sipil maupun peralatan hidromekanikal dan elektromekanikal agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

2.4. Analisis Hidrologi

Pengukuran hidrologi dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi daya yang dapat dibangkitkan, dan mengetahui kuantitas dan kualitas air. Analisis hidrologi meliputi pengukuran debit minimum atau debit andalan yang mengalir pada saluran air/sungai, pengukuran debit air pada saat banjir dengan melakukan pengamatan visual batas banjir, pengukuran debit air secara time series, dan pengukuran/klarifikasi tinggi terjun (beda tinggi/head) yang tersedia. Untuk mengetahui besar jumlah debit air ( Q ) pada lokasi pembangunan PLTM, dilakukan hal-hal yang meliputi pengukuran curah hujan, pengukuran debit andalan, pembuatan FDC ( Flow Duration Curve ).

2.4.1 Curah Hujan

Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Pengukuran curah hujan dapat bdilakukan dengan dua cara yaitu dengan alat penakar hujan dan pengamatan menggunakan radar. Yang paling umum digunakan dari dua alat ukur tersebut adalah alat penakar hujan. Pada pembangunan PLTM, curah hujan digunakan untuk mengetahui debit sungai sepanjang tahun di suatu area dimana PLTM akan dibangun. Untuk dapat mewakili besarnya curah hujan di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar curah hujan dalam jumlah yang cukup. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata curah hujan yang menunjukkan besarnya curah hujan yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi curah hujan di suatu titik pengamatan.

Menurut (Hutchinson, 1970 ; Browning, 1987 dalam Asdak C. 1995) Ketelitian hasil pengukuran curah hujan tegantung pada variabilitas spasial curah hujan, maksudnya diperlukan semakin banyak lagi penakar curah hujan bila kita mengukur curah hujan di suatu daerah yang variasi curah hujannya besar. Ketelitian akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya penakar yang dipasang, tetapi memerlukan biaya mahal dan juga memerlukan banyak waktu dan tenaga dalam pencatatannya di lapangan.

Data curah hujan disuatu lokasi tertentu dimana alat penakar hujan dipasang, dicatat dan hasil pencatatannya untuk jangka waktu sepanjang mungkin digunakan untuk keperluan analisis selanjutnya. Untuk mengetahui curah hujan rata-rata wilayah untuk stasiun yang berbeda digunakan metode-metode berikut ini:

• Metode rata-rata aritmatik • Metode poligon Theissen • Metode Ishoyet

• Metode Dr. F.J. Mock

2.4.1.1 Cara Rata-Rata Aritmatik

Cara rata-rata aritamatik adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon dan isohet). Digunakan khususnya untuk daerah seragam dengan variasi curah hujan kecil. Cara ini dilakukan dengan mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Secara matimatik ditulis persamaan sbb:

Rata-rata CH = (( ∑Ri ) / n) (2.9)

dimana :

Ri = besarnya CH pada stasiun i

Dokumen terkait