• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada petani dapat meningkatkan penggunaan atau curahan tenaga kerja karena ternyata hal ini berpengaruh terhadap produksi cengkeh di daerah penelitian.

2. Diharapkan kepada pemerintah dapat membantu memperlancar penyediaan input produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida dan juga sarana produksi atau alsintan baik dari segi harga maupun ketersediaan produk di daerah penelitian

3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengkaji faktor – faktor produksi cengkeh lainnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Cengkeh (Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum). Merupakan salah satu sumber daya yang terdapat di daerah topis. Cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia yang tergolong ke dalam keluarga tanaman Myrtaceae pada ordo Myrtales. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya bewarna hijau, dan bewarna merah jika bunga sudah mekar. (Hapsoh dan Hasanah, 2011)

Tanaman cengkeh yang tersebar di Indonesia diduga berasal dari kepulauan Maluku. Sampai saat ini, sebagian kebutuhan cengkeh dunia (80%) masih dipasok oleh Indonesia, disusul oleh Madagaskar dan Tanzania. Tanaman cengkeh ini dapat tumbuh dan berkembang pada dataran tinggi kurang lebih 700 sampai dengan 1000 meter diatas permukaan laut. Khasiat dan manfaat tanaman cengkeh dalam bidang kesehatan, dan perindustrian menyebabkan tanaman ini sebagai tanaman yang paling di gemari oleh masyarakat, sehingga banyak masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di dataran tinggi membudidayakan tanaman cengkeh tersebut. ( AAK, 1997)

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai20m-30m dan cabang-cabangnya cukup lebat.

Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2cm-3cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7.5cm-12.5cm. Bungadan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun (Muljana, W. 1997)

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Teori Produksi

Adapun menurut teori produksi Cobb-Douglas sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada semua sistem, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem itu dan sumber daya (input) apa saja yang akan digunakan dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output. Salah satu model pengukuran produktivitas yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X). Cobb-

Douglas itu sendiri merupakan bentuk fungsional dari fungsi produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Hal ini diusulkan oleh Knut Wicksell (1851-1926), dan diuji terhadap bukti statistik oleh Charles Cobb dan Paul Douglas di 1900-1928.

Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas adalah Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya. Fungsi produksi Cobb- Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil (return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun. Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu. Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji .

Kekurangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas adalah spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data yang dipakai sudah benar, terlalu ekstrim ke atas atau sebaliknya. Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Dalam praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang terlalu sulit diukur dan dipakai dalam variabel independent dalam pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas

Rumus fungsi produksi Y = AL α K β

Keterangan :

1. Y = total produksi

2. L = tenaga kerja input

3. K = modal input

4. A = produktivitas faktor total

α dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal, masing-masing. Nilai-nilai konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.

Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglas adalah: Q = .I α

Keterangan :

Q = Output

I = Jenis input yang digunakan dalam proses produksi dan dipertimbangkan untuk dikaji

= indeks efisiensi penggunaan input dalam menghasilkanoutput α = elastisitas produksi dari input yang digunakan

Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala .

1. Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output ( p = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale).

2. Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input ( p > 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale).

3. Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input ( p < 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale).

2.3 Faktor yang mempengaruhi produksi pertanian

Faktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena factor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi atau input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu, untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan pengetahuan antara factor produksi (input) dan produksi (output). (Soekartawi, 1995)

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsure hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk yang digolongkan menjadi 2 yaitu pupuk alam dan pupuk buatan. Pada dasarnya merupakan bagian dari sejarah pertanian itu sendiri. Penggunaan diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitive dari pemupukan untuk memperbaiki kesuburan tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitaran aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia sebenarnya pupuk itu sudah dikenal lama oleh para petani. Mereka mengenal 42 pupuk sebelum revolusi Hijau turut melanda pertanian di Indonesia.(Heru Prihamtoro dalam Tribowo, 2010)

Adapun macam – macam pupuk yaitu sebagai berikut :

Pupuk Alam

Pupuk alam merupakan pupuk yang langsung didapat dari alam, misalnya phosfat alam dan pupuk organik. Pupuk phosfat alam umumnya diperoleh dari tanah yang banyak mengandung unsur phosfat. Unsur ini ada yang terbentuk dari gejala alam. Selain itu ada tanah phosfat yang terbentuk dari tumpukan kotoran binatang selama berpuluh-puluh tahun sehingga menjadi lapisan tanah yang tebal luas

(BAPPENAS dalam Tribowo, 2010). Pupuk organik berasal dari pelapukan sisa-sisa makhluk hidup seperti tanaman, hewan dan manusia, serta kotoran hewan. Pupuk tersebut pada umumnya merupakan pupuk lengkap karena mengandung semua unsur meskipun dalam jumlah sedikit. Walaupun demikian pupuk organik lebih unggul karena beberapa hal sebagai berikut :

- Memperbaiki struktur tanah. Bahan organik dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar dan remah sehingga tanah menjadi gembur.

- Menaikkan daya serap tanah terhadap air. Bahan organik dapat mengikat air lebih banyak dan lebih lama.

- Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah. Jasad renik dalam tanah sangat berperan dalam perubahan bahan organik. Dengan adanya pupuk organik, jasad renik tersebut aktif menguraikannya sehingga pupuk organik mudah diserap tanaman.

Pupuk Buatan (Anorganik)

Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat di dalam pabrik. Pupuk ini tidak diperoleh di alam tetapi hasil ramuan pabrik. Pupuk ini merupakan sumber makanan bagi tanaman. Walaupun dalam jumlah sedikit, pupuk anorganik mengandung unsur yang lengkap. Pupuk buatan mempunyai keunggulan sebagai berikut :

- Kandungan zat hara dalam pupuk buatan dibuat secara tepat karena disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

- Pupuk buatan mudah dijumpai karena tersedia dalam jumlah banyak.

Beberapa jenis pupuk buatan dapat langsung digunakan sehingga menghemat waktu. Disamping keuntungan tersebut ada juga kelemahannya, antara lain:

- Tidak semua pupuk buatan mengandung unsur yang lengkap. Penggunaan pupuk buatan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

- Apabila melebihi dapat menyebabkan kematian tanaman. Pemberian pupuk buatan secara terus-menerus dapat berakibat buruk pada kondisi tanah. Tanah menjadi cepat mengeras, kurang mampu menyimpan air dan cepat menjadi asam.

2.3.2 Pestisida dan Herbisida Sebagai Faktor Produksi

Pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh berbagai hama. Bagi petani, hama adalah sangat luas diantaranya tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi atau jamur, bakteria dan virus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Subyakto Sudarmo,1991). Pemakaian pestisida bagi pertanian dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil produksi. Pestisida terbuat dari bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengontrol, menolak atau menarik, membunuh pess. Contoh pess adalah serangga, rumput liar, mikroba yang dianggap mengganggu. Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peran pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang ditakutkan dengan

menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk. Varietas unggul perbaikan pengairan, pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangaan jasad penganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru yang berarti melakukan perombakan ekosistem, seringkali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur adalah pestisida. Tersedia cara lainnya, namun tidak mudah dilakukan. Kekurangannya memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar dan hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak efektif. Pestisida saat ini masih sangat berperan besar menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.

2.3.3. Tenaga Kerja Sebagai Faktor Produksi

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memegang peran penting di dalam kegiatan usaha tani. Tenaga kerja dapat juga berupa sebagai pemilik (pertanian tradisional) maupun sebagai buruh biasa (pertanian komersial). Tenaga kerja dapat berarti sebagai hasil jerih payah yang dilakukan oleh seseorang, pengerah tenaga untuk mencapai suatu tujuan kebutuhan tenaga kerja dalam pertanian sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Di Indonesia, kebutuhan akan tenaga kerja dalam pertanian dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan akan tenaga kerja dalam usaha tani pertanian rakyat dan kebutuhan akan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar seperti perkebunan, kehutanan, perternakan dan sebagainya (Soeratno, 1986).

Usaha tani pertanian rakyat sebagian besar tanaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya. Mereka biasanya membantu menebar bibit, mengangkut pupuk ke sawah, mengatur pengairan dan sebagainya. Kadang kala usaha tani pertanian rakyat membayar tenaga kerja tambahan, misalnya dalam hal tahap pengolaan tanah, baik dalam bentuk ternak maupun tenaga kerja langsung. Pada pertanian besar (perkebunan dan lain-lain) kebutuhan akan tenaga kerja pada dasarnya mempunyai sifat sama, dengan usaha tani pertanian rakyat. Perbedaannya disebabkan oleh jenis tanaman. Pertanian besar umumnya mengusahakan tanaman keras dan berumur panjang. Hal tersebut mempengaruhi kebutuhan akan tenaga kerja. Petani di dalam usaha taninya tidak hanya sebagai tenaga kerja tetapi sekaligus merangkap sebagai pengelola (manager) yang mengatur organisasi produksinya secara keseluruhan.

Menurut (Soekartawi, 2002) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam factor produksi tenaga kerja yaitu :

1. Tersedianya tenaga kerja

2. Kualitas tenaga kerja

3. Jenis kelamin

4. Tenaga kerja musiman

Menurut (Soeratno, 1986) ada beberapa persoalan yang berkaitan dengan tenaga kerja di dalam sektor pertanian dalam peningkatan produksi:

1. Produktivitas tenaga kerja, ada beberapa cara untuk produktivitas tenaga kerja. Yaitu dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan gizi mereka, memberikan pendidikan dan latihan praktis yang biasa diterapkan langsung.

2. Mobilitas tenaga kerja, perkembangan perekonomian yang cepat di daerah perkotaan menarik tenaga kerja di pedesan untuk ke kota. Jika ditinjau dari sudut petani, mobilitas tenaga kerja tersebut efisiensi pertanian karena mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebihan menggarap tanah pertanian.

2.3.4 Jumlah Pohon Sebagai Faktor Produksi

Adapun jumlah pohon sangat menentukan besar atau tidak nya hasil yang di dapat dari produksi cengkeh pada setiap petani dikarenakan masih banyak petani kecil yang tidak terlalu mendapatkan hasil yang besar dalam bercocok tanam cengkeh dikarenakan jumlah pohon yang mereka miliki tidak banyak. Semakin banyak pohon maka layak lah perekonomian petani yang membudidayakan tanaman cengkeh ini.

2.4 Skema Kerangka Pemikiran

Produksi cengkeh merupakan hasil dari bekerjanya input produksi secara bersama- sama. Sehingga untuk meningkat produksi melalui pengaturan kombinasi penggunaan input produksi yang paling efisien. Peluang yang dapat dilaksanakan

dalam rangka peningkatan produksi adalah dengan mengoptimalkan input produksi, antara lain ketersediaan tenaga kerja, penggunaan pupuk, penggunaan petisida, dan jumlah pohon serta luas lahan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu , untuk memperoleh produksi cengkeh yang optimal di perlukan pengaturan secara tepat penggunaan factor produksi. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan Pengaruh/Mempengaruhi

Gambar 1 . Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang

Usaha Tani Cengkeh

Produksi Cengkeh

Tenaga Kerja Pestisida dan

Herbisida Pupuk

kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis yang dimaksud adalah pernyataan yang di terima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. (Moch. Nazir, 1999)

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja, pupuk, pestisida dan herbisida mempunyai pengaruh terhadap produksi cengkeh.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cengkeh sudah dikenal sebagai tanaman rempah-rempah dan obat tradisional yang sangat berkhasiat. Khasiat dan manfaat tanaman cengkeh dalam bidang kesehatan, dan perindustrian menyebabkan tanaman ini sebagai tanaman yang paling digemari oleh masyarakat, sehingga banyak masyarkat Indonesia yang bertempat tinggal di dataran tinggi membudidayakan tanaman cengkeh tersebut. ( AAK.1973 ) Cengkeh juga digunakan sebagai bahan campuran rokok kretek, dan juga penyedap masakan. Aroma cengkeh yang khas dihasilkan oleh senyawa eugenol, yang merupakan senyawa utama (72-90%) penyusun minyak atsiri cengkeh. Eugenol memiliki sifat antiseptic dan anestetik (bius). Selain itu, secara ilmiah telah dibuktikan bahwa cengkeh juga dapat di gunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit diantaranya: cengkeh mampu menyembuhkan sakit gigi, mengurangi rasa nyeri akibat demam, penolak nyamuk, dan pencegah ejakulasi dini. Cengkeh dapat menurunkan kadar gula darah, dan lain-lain. Selain berbagai manfaat yang disebutkan diatas, bila konsumsi berlebihan, cengkeh juga memiliki efek samping. Pada saluran pencernaan, cengkeh dapat mengiritasi, cengkeh akan menyebabkan mual, muntah, rasa pusing, diare, dan pendarahan gastrointestinal dan lain-lain. (Anonimus, 2015)

Di Indonesia, kebutuhan cengkeh setiap tahun terus meningkat. Sebagai gambaran tahun 2012 kebutuhan cengkeh mencapai 120 ribu ton. Di sisi lain,

Produksi dalam negri hanya sekitar 80 ribu ton. Tahun 2015 diperkirakan naik mencapai 130 ribu ton. Akibatnya impor cengkeh akan semakin besar. Perkembangan cengkeh di Indonesia mengalami pasang surut dari waktu ke waktu. Areal cengkeh pernah mencapai luasan tertinggi pada tahun 1987, yakni 742 ribu hektar (ha), kemudian mengalami penurunan sampai titik terendah pada tahun 2000 dengan luas 415 ribu hektar. Diakhir tahun 2013, luas areal cengkeh mencapai 470 ribu ha dengan produksi 84,8 ribu ton. Kebutuhan cengkeh diperkirakan 110.000 sampai 120.000 ton pertahun. Ini peluan untuk meningkatkan produktivitas cengkeh. Produktivitas cengkeh hanya mencapai 260-360 kg / ha swlama tiga tahun terakhir dari potensinya mencapai 600 kg / ha. Untuk itu, dibutuhkan perlakuan revitalisasi lahan, pembenihan, infrastruktur dan prasarana, sumber daya manusia, pembiyaan petani, kelembagaan petani dan teknologi untuk industry hilir. ( BPP,2014 ).

Di Indonesia perkembangan perkebunan cengkeh hingga saat ini masih belum mengalami pemulihan seperti kondisi masa kejayaan. Hal ini terlihat dari areal yang baru mencapai sekitar 500.000 ha dari terbesar 700.000 ha pada awal 1990an, dengan produksi masih berfluktuasi sekitar 60.000 hingga 100.000 ton tiap tahun. Harga juga bergerak antara Rp 38.000 hingga Rp 120.000 per kg. Kondisi ini mencerminkan ketidakstabilan pasar yang sangat tinggi, sehingga risiko produksi cengkeh sangat tinggi.

Perkembangan perkebunan cengkeh tersebut terkait erat dengan perkembangan industri rokok kretek, yang mana sebagian besar produksi cengkeh diserap industri ini. Jika dilihat perkembangan produksi rokok kretek yang terus

meningkat secara stabil, maka peningkatan konsumsi cengkeh juga mengalami hal yang sama, pada gilirannya dapat diperkirakan bahwa harga cengkeh berkecenderungan meningkat dalam jangka panjang, walaupun terjadi fluktuasi dalam jangka pendek karena fluktuasi pasokan. Pada kenyataannya kondisi pasar sangat tidak stabil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Di Kabupaten Simeulue, mulai era tahun 70-an warga Simeulue berbondong- bondong untuk membuka lahan baru, sehingga untuk aktifitas bercocok tanaman padi di kesampingkan, hampir setengah dari mereka lebih memilih untuk membuka lahan perkebunan cengkeh. Menurut banyak pengakuan prosesi pembukaan lahan baru belum menggunakan tenaga mesin, melainkan tenaga kampak. Sehingga untuk sebuah pohon kayu yang rindang membutuhkan 2-3 hari. Hutan lindung Kabupaten Simeulue yang memiliki ekosistem alami ini, dibumihanguskan oleh petani cengkeh pada zamannya, sehingga terlihat pohon tanaman pusaka ini berdiri rindang, menghiasi setiap sendi pegunungan kepulauan ini

Tabel 1. Luas Areal Tanam dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Cengkeh di Kabupaten Simeulue.

NO Kecamatan Jumlah Luas Tanam

( Ha ) Produksi ( Ton ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Teupah Selatan Simeulue Timur Teupah Tengah Teupah Barat Simeulue Tengah Teluk Dalam Simeulue Cut Salang Simeulue Barat Alafan 2507 1555 4805 1542 902 517 902 787 748 586 134,55 67,20 979,20 85 86 125,55 87,86 282,66 250 244,26 Total 14,851 2.342,23

Sumber : Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Simeulue, 2015

Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa luas area tanam cengkeh di Kabupaten Simeulue adalah 14.851 ha dengan produksi total 2.342,23 ton pada tahun 2013. Hal ini menandakan bahwa di Kabupaten Simeulue merupakan daerah potensial dalam pengembangan tanaman cengkeh.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dibuatlah identifikasi masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pemakaian pupuk terhadap produksi cengkeh di kabupaten simeulue?

2. Bagaimana pengaruh pemakaian peptisida dan herbisida terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue?

3. Bagaimana pengaruh curahan Tenaga kerja terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan pada penelitian ini, maka dibuatlah tujuan dari penelitian yakni sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue.

2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida dan hebisida terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue.

3. Untuk menganalisis pengaruh curahan tenaga kerja terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue.

1.3Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi petani cengkeh dalam melakukan usaha perkembangan usaha taninya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan usahatani cengkeh.

3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang tertarik terhadap penelitian.

ABSTRAK

NOFRA DARMA HIDAYAT (090304022/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI CENGKEH DI KABUPATEN SIMEULUE. Penelitian ini dibimbing oleh Dr.Ir. TAVI SUPRIANA. MS dan EMALISA SP,M.Si.

Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue. Untuk menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida dan hebisida terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue, Untuk menganalisis pengaruh curahan tenaga kerja terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi pertumbuhan tanaman cengkeh. Metode analisis yang digunakan dalam mengolah data adalah cobb douglas, uji asumsi klasik, uji normalitas, uji kesesuaian model.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue adalah tenaga kerja, pupuk, pestisida dan herbisida .Pengaruh curahan tenaga kerja terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue yaitu berpengaruh nyata karena semakin banyak tenaga kerja maka hasil produksi cengkeh yang dihasilkan semakin baik karena tidak ada biji cengkeh yang terbuang dan lebih terkontrol.Pengaruh pupuk terhadap produksi cengkeh di Kabupaten Simeulue yaitu tidak berpengaruh nyata karena di daerah penelitian pohon

Dokumen terkait