• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Pembangunan di Kampung Susuk memang memacu gerak ekonomi masyarakatnya. Namun, ternyata dibalik itu semua pembangunan yang cepat ternyata tidak dibarengi dengan suatu strategi jangka panjang untuk mengelola pemukiman. Pada akhirnya timbul masalah-masalah baru seperti kemacetan yang terjadi setiap hari dan juga banjir yang kerap terjadi ketika intensitas hujan cukup tinggi.

Peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak diantaranya pihak Kelurahan Tanjung Sari dan juga masyarakat Kampung Susuk untuk lebih memelihara kualitas lingkungan hidup pengoprasian becak mesin yang lewat di tembok Kampung Susuk menuju Kampus USU harus dilarang lewat untuk menghindari kemacetan. Pemukiman yang sangat sempit dan padat juga menjadi masalah yang harus diperhatikan dalam mengatasi banjir, semestinya alih fungsi lahan pertanian jangan lagi dilakukan karena dapat mengurangi daerah resapan air

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Kondisi Umum Kota Medan

Perkembangan Kota Medan sebagai kota metropolitan sekaligus kota paling maju di Pulau Sumatera berbanding lurus dengan gerak laju pertumbuhan penduduknya. Bertambahnya jumlah penduduk Kota Medan bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang memancing masyarakat luar untuk datang ke Kota Medan tetapi juga karena kualitas pendidikan Kota Medan yang lebih baik daripada yang ada di daerah sekitarnya.

Pertambahan jumlah penduduk yang selalu terjadi tiap tahunnya tentu merubah kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Lokasi yang semakin sempit sudah pasti merubah cara hidup masyarakatnya. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus ibukota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki masyarakat

potensi kerja yang cukup banyak. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2015 diperkirakan telah mencapai 2.583.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan, keuangan dan pendidikan baik regional maupun nasional.

Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya, secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang

dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir

kota Medan adalah 1 Juli 15904, sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424

4 Perbedaan pendapat mengenai hari lahir Kota Medan tidak dibahas dalam konteks ini, penulis mengutip pernyataan mengenai hari lahir Kota Medan berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh pihak berwenang, dalam hal ini Pemerintahan Kota Medan sebagaimana yang tercantum dalam buku

Tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut, Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan.

Dalam bahasa Karo kata Guru berarti “Tabib“ atau “Orang Pintar“, kemudian kata “Pa“ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan., bungkus atau balut. Maka dengan demikian, nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/September2015)

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Batubara, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan

“Medan Dalam Angka” maupun situs elektronik Pemerintahan Kota Medan.

tembakau dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu.

Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu.

Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara. Gambaran Kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan Kota Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat pemerintahan kota Medan yang memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/September/2015). Dari 21 kecamatan tersebut, hanya satu kecamatan saja yang dipilih menjadi fokus lokasi penelitian yakni Kecamatan Medan Selayang. Pemilihan tersebut dikarenakan lokasi Kampung Susuk yang menjadi lokasi penelitian berada di Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kecamatan Medan Selayang.

2.2. Letak Geografis Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Kelurahan Padang Bulan Selayang I termasuk wilayah Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I sekitar 8930 Ha. Jarak antara Kelurahan Padang Bulan Selayang I dengan Kecamatan sekitar 3 km. Untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I sangat mudah, karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I terletak di pinggiran jalan Lintas. Biasanya untuk mencapai lokasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I dapat menggunakan kendaraan roda empat, sebagian juga menggunakan roda dua.

Sesuai dengan data yang diperoleh dari Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I bahwa kelurahan tersebut tergolong Desa Swasembada, yaitu Lingkungan yang berkemampuan untuk berkembang sendiri. Sesuai dengan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas Pemerintahan dan tujuan Pembangunan Kelurahan. Secara geografis letak Kelurahan Padang Bulan Selayang I mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Bulan II dan Tanjung Sari

2.2.1. Tata Guna Tanah

Sebahagian besar luas tanah di Kelurahan Padang Bulan Selayang I ini dipergunakan untuk dan sebagian Lahan Perumahan.

Tabel 1 : Tata Guna Lahan Tahun 2010

No. Tata Guna Tanah Luas Ha

1. 2. 3. 4. 5. Areal Permukiman Areal Perumahan Areal Perkantoran Areal Pertanian & Perladangan

Areal Lain-lain 2.235 2.840 900 500 - Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2010

Tabel 2 : Tata Guna Lahan Tahun 2015

No. Tata Guna Tanah Luas Ha

1. 2. 3. 4. 5. Areal Permukiman Areal Perumahan Areal Perkantoran Areal Pertanian & Perladangan

Areal Lain-lain 2.500 3.000 1.000 350 - Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I 2015

Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa keadan daerah Kelurahaan Padang Bulan Selayang I sebahagian besar dipergunakan untuk areal Perumahan sekitar 2.840 Ha, kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.000 Ha, atau kira-kira 50% dari luas wilayah Kelurahan Padang Bulan Selayang I dipergunakan untuk Perumahan. Luas lahan yang dipergunakan untuk perumahan tersebut biasanya diambil dari lahan pertanian. Sehingga seperti pada Table 2 terlihat bahwa lahan pertanian menyusut luasnya.

2.2.2. Struktur Organisasi Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Setiap organisasi memerlukan struktur organisasi yang baik dan teratur dalam mencapai tujuannya. Struktur organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal yang dikelola dalam kesatuan kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek manajerial, sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi didalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen yang mempunyai hubungan-hubungan antara komponen bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.

Suatu struktur organisasi merinci struktur wewenang, pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui pembagian aktivitas kerja sehingga setiap personil mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing serta menunjukkan bagaimana tingkatan aktivitas berkaitan stu sama lainnya. Struktur organisasi menunjukkan garis perintah maupun jalur komunikasi formal yang pada tingkat tertentu memiliki spesialisasi dari aktivitas kerja sehingga tercipta suatu team kerja yang kompak dan dapat mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian. Struktur organisasi yang tepat dan teratur memberikan stabilitas dan kontuinitas yang memungkinkan organisasi berhasil mencapai tujuannya.

Struktur organisasi pemerintah Kelurahan terdiri dari 2 (dua) pola pemerintah yaitu pemerintahan pola minimal dan pola maksimal. Susunan organisasi pemerintah Kelurahan pola minimal terdiri atas:

1. Sekretaris Kelurahan terdiri dari : a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan Pembangunan c. Urusa Umum

2. Lingkungan

Sedangkan susunan organisasi pemerintahan Kelurahan pola maksimal terdiri atas:

1. Sekretariat Kelurahan terdiri dari: a. Urusan Pemerintahan

b. Urusan ketentraman dan Ketertiban c. Urusan Pembangunan

d. Urusan Kesejahteraan Rakyat e. Urusan Umum

2.3. Gambaran Keadaan Penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I

Jumlah penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015 sebanyak 10.864 jiwa yang terdiri dari :

- Jumlah Pria : 5.233 Jiwa - Jumlah Wanita : 5.631 Jiwa

- Kewarganegaraan : - Warga Negara Indonesia 10.800 jiwa - Warga Negara Asing : 64 jiwa

Adapun perincian keadaan–keadaan Kelurahan Padang Bulan I menurut kelompok mulai dari umur pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun 2010

No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa

1. 04 – 06 600 2. 07 – 12 1.050 3. 13 – 18 3.500 4. 16 – 18 1.600 5. 19 Ke atas 3.000 Jumlah 9.750

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Tahun 2010

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Pendidikan Tahun 2015

No. Tingkat Umur Jumlah Jiwa

1. 04 – 06 735 2. 07 – 12 1.117 3. 13 – 18 3.801 4. 16 – 18 1.896 5. 19 Ke atas 3.315 Jumlah 10.375

Dari Tabel 3. jumlah penduduk tertinggi pada usia pendidikan adalah tingkat umur 13 – 18 tahun yaitu 3.500 jiwa, kemudian meningkat pada Tahun 2015 mengacu pada Tabel 4 menjadi 3.801 jiwa.

Jumlah penduduk menurut usia tenaga kerja sebagai berikut:

• 20 – 26 tahun : 798 jiwa

• 27 – 40 tahun : 1.372 jiwa

Ditinjau dari segi pendidikan, penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I ada yang tergolong pendidikan cukup sedang rata-rata masyarakatnya sudah mencapai tamatan SLTP, SLTA, juga Sarjana. Yang mana jumlah penduduk menurut jenis pendidikan adalah sebagai berikut:

• Landasan Pendidikan Umum : 3.374 jiwa • Landasan Pendidikan Khusus : 240 jiwa

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun 2010

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Taman Kanak-kanak 30 2. Tamatan SD 200 3. Tamatan SMP 350 4. Tamatan SMA 700 5. Tamatan Akademi/Diploma 750 6. Tamatan Sarjana 900 Jumlah 2.930

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum Tahun 2015

No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Taman Kanak-kanak 25 2. Tamatan SD 250 3. Tamatan SMP 400 4. Tamatan SMA 800 5. Tamatan Akademi/Diploma 950 6. Tamatan Sarjana 974 Jumlah 3.374

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Untuk jenis pendidikan khusus dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2010 No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Pondok Pesantren 40

2. Madrasah 60

3. Sekolah Luar Biasa 25

4. Kursus 50

Jumlah 175

Table 8. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Khusus Tahun 2015 No. Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Pondok Pesantren 60

2. Madrasah 50

3. Sekolah Luar Biasa 45

4. Kursus 80

Jumlah 240

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

2.3.1. Jenis dan Mata Pencaharian Penduduk

Penduduk Kelurahan Tanjung Sari sebahagian besar adalah sebagai karyawan karena Kelurahan Padang Bulan Selayang I memiliki luas wilayah areal perumahan yang luas, dan yang lainnya sebagai wiraswasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya jenis dan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian tahun 2010

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

1. Karyawan/PNS 900 2. Wiraswasta 600 3. Petani 150 4. Pensiunan 15 5. Jasa 10 Jumlah 1.675

Table 10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015

Sumber : Kantor Kepala Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kelurahan Padang Bulan Selayang I sebahagian besar mata pencahariannya dari hasil Perkantoran atau sekitar 900 jiwa, kemudian meningkat pada tahun 2015 seperti pada Tabel 10 sebesar 982. Sedangkan masyarakat yang bekerja sebagai Petani pada tahun 2010 sebesar 150 jiwa, pada tahun 2015 berkurang menjadi 95 jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan pertanian yang sudah berubah menjadi perumahan. Masyarakat yang dulunya bertani saat ini sebagian sudah memiliki pekerjaan lain, ada yang membuka usaha laundry ada juga yang menjadi pengusaha kos-kosan karena menjual lahannya, namun ada pula yang menjadi tukang becak karena lahan pertanian yang dikelolanya dulu memang adalah milik swasta.

No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa

1. Karyawan/PNS 982 2. Wiraswasta 700 3. Petani 95 4. Pensiunan 35 5. Jasa 10 Jumlah 1.792

2.4. Sejarah Singkat Kampung Susuk

Nama Kampung Susuk berasal dari nama desa yang ada di Kecamatan Tiganderket yang berada di Tanah Karo yang bernama Desa Susuk. Pada awal zaman penjajahan Belanda, suku bangsa Karo yang berasal dari Desa Susuk di Tanah Karo ingin tinggal di wilayah kekuasaan Belanda dan salah satunya adalah daerah yang sekarang bernama Kampung Susuk. Daerah tersebut dahulu merupakan perkebunan. Setelah suku bangsa Karo menetap di wilayah jajahan Belanda, mereka membuat suatu pemukiman yang dahulunya berlokasi di pusat Susuk V (lima). Perolehan wilayah tersebut akibat pihak Belanda meninggalkan wilayah tersebut dan mencari daerah yang lebih strategis lagi di tempat lain.

Seiring perjalanan waktu penduduk suku bangsa Karo menjadi lebih banyak dan meluas hingga membentuk suatu kampung dan dengan kesepakatan bersama

diberi nama ’Kampung Susuk’. Penduduk Kampung Susuk pada awalnya ditempati

oleh masyarakat asli dari Desa Susuk yang ada di Tanah Karo. Seiring perjalanan waktu, akhirnya Kampung Susuk dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa. Walaupun demikian, suku bangsa Karo masih dominan bila dibandingkan dengan suku bangsa yang lainnya.

Jumlah luas areal di daerah Kampung Susuk sekitar 45 hektar. Bila memasuki wilayah Kampung Susuk pasti akan terlihat banyak rumah-rumah yang dikontrakkan atau dikoskan. Alasanya karena daerah Kampung Susuk merupakan daerah yang sangat strategis menurut mahasiswa USU. Jarak yang sangat dekat terhadap Universitas Sumatera Utara (USU) membuat berbagai mahasiswa memilih tempat

tinggal sementaranya di lokasi Kampung Susuk. Akibat banyaknya rumah yang disewakan maka tidak heran di sepanjang jalan banyak terdapat rumah makan, rental, warnet dan warung yang menjual kebutuhan sehari-hari.

Daerah Kampung Susuk juga dipenuhi sawah-sawah yang cukup lumayan luas. Bila memasuki wilayah susuk VIII (delapan) dan seterusnya maka dapat terlihat daerah persawahan yang sangat indah dan seakan-akan berada di suatu daerah pedesaan. Di daerah Kampung Susuk memang masih terdapat daerah pertanian, walaupun dapat dikatakan sebagai pertanian di tengah kota. Dengan adanya daerah persawahan maka Kampung Susuk sangat asri bila di lihat. Dengan banyaknya penduduk yang ada di daerah Kampung Susuk dengan berbagai suku bangsa ditambah dengan berbagai macam mahasiswa dari berbagai suku bangsa dan dengan latar belakang yang berbeda, membuat daerah Kampung Susuk menjadi ramai dan multietnis.

Suku bangsa yang ada di daerah tersebut terdiri dari suku bangsa Karo, Minangkabau, Jawa, Toba, Simalungun, Aceh, Tapanuli Selatan, dan Nias. Suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk cukup lumayan banyak sekitar 30 KK (Kepala Keluarga). Masing-masing suku bangsa Nias di daerah Kampung Susuk saling membentuk komunitasnya sendiri. Di Kampung Susuk mereka juga menyebar, antara lain di Susuk II, III, VI, VII, dan VIII. Di antara daerah tersebut suku bangsa Nias paling banyak di daerah susuk VII dan VIII.

Lingkungan area hunian terbentuk karena adanya proses pembentukan tempat tinggal merupakan wadah fungsional yang didasarkan pada pola aktivitas manusia

dan pengaruh setting (tata letak). Pola tersebut boleh bersifat fisik dan non fisik (sosial budaya) yang secara langsung mempengaruhi pola aktivitas dan proses perletakan. Suatu kawasan di perkotaan ada yang memiliki kumpulan orang dari desa yang berasal dari suku bangsa yang sama. Kumpulan orang tersebut membentuk suatu desa di kota yang proses pembentukannya memiliki kaitan dengan keadaan sosial dan budaya dari desa asal mereka. Desa yang terbentuk di perkotaan ini dinamakan kampung kota. Ruang tempat kehidupan suatu kumpulan masyarakat di kampung kota ini merupakan ruang yang terjadi sebagai wujud peralihan dari desa dan kota. Tata cara dalam ruang tersebut masih terbawa ke kota. Padahal pada saat bersamaan mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan cara hidup orang kota.

Kampung kota merupakan kenyataan sosial-budaya yang terjadi di kota-kota di Indonesia yang sudah menggenal sejak kerajaan Hindia Belanda. Definisi yang tepat pada awal abad ke-20 adalah pemukiman pribumi yang masih meneruskan tradisi desa asalnya sekalipun tinggal di kota. Saat ini kampung kota lebih dekat pengertiannya sebagai suatu sistem pemukiman yang struktur sosial, budaya dan ekonominya tidak terorganisir dalam suatu sistem kelembagaan formal. Pemukiman tersebut tumbuh di kawasan kota tanpa pencerahan infrastruktur dan jaringan ekonomi kota (Marpaung, 2009).

Dari segi ekonomi suku bangsa Nias bermata pencaharian sebagai tukang becak dan pemungut barang bekas (tukang butut). Di daerah Kampung Susuk sendiri, tukang becak yang bersuku bangsa Nias lebih banyak dibandingkan dengan suku

bangsa Karo sebagai tukang becak yang sudah menetap dan sekaligus sebagai masyarakat asli penduduk setempat.

2.4.1. Kependudukan dan Komposisi Berdasarkan Suku Bangsa, Agama, dan Pendidikan

Penduduk daerah Kampung Susuk dihuni oleh beberapa suku bangsa, yakni: suku bangsa Karo, Toba, Tapsel, Jawa, Nias, Simalungun, Aceh, dan Minangkabau. Suku bangsa Karo merupakan penduduk asli Kampung Susuk sementara suku bangsa lainnya merupakan kelompok masyarakat pendatang. Saat ini penduduk daerah Kampung Susuk mayoritas bersuku bangsa Karo. Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak disebabkan oleh suku bangsa yang menempati daerah Kampung Susuk pertama kali adalah suku bangsa Karo.

Komposisi penduduk di Kampung Susuk berdasarkan suku bangsa dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 11 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2010 No. Suku Bangsa Jumlah Jiwa

1. 2. 3. 4. 5. 6. Batak Toba Karo Jawa Tapanuli Selatan Melayu DLL 2.343 Jiwa 2.426 Jiwa 3.136 Jiwa 424 Jiwa 337 Jiwa 609 Jiwa

Table 12 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Tahun 2015 No. Suku Bangsa Jumlah Jiwa

1. 2. 3. 4. 5. 6. Batak Toba Karo Jawa Tapanuli Selatan Melayu DLL 2.543 Jiwa 2.526 Jiwa 3.536 Jiwa 504 Jiwa 307 Jiwa 769 Jiwa

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2015

Berdasarkan pada Tabel 12 di atas komposisi penduduk berdasarkan suku bangsa di Kelurahan Padang Bulan Selayang I yang terbanyak adalah suku bangsa Batak, namun lain halnya dengan suku bangsa yang terbanyak di lingkungan IX (Kampung Susuk) adalah suku bangsa Karo dibandingkan dengan suku bangsa lainnya. Disusul dengan suku bangsa lainnya yang dianggap sebagai suku bangsa pendatang seperti suku bangsa Batak, Tapsel, Aceh, Simalungun, Minangkabau, dan Nias.

Suku bangsa Karo memiliki jumlah yang banyak diakibatkan suku bangsa Karo merupakan masyarakat asli yang pertama kali menempati daerah Kampung Susuk sejak Belanda meninggalkan wilayahnya. Suku bangsa Batak memang cukup banyak setelah suku bangsa Karo di Kampung Susuk. Selain suku bangsa Batak banyak akibat dari masyarakat setempat yang ada ditambah dengan anak kos yang

berada di Kampung Susuk yang mayoritas bersuku bangsa Batak. Sama halnya dari segi agama, penduduk di Kampung Susuk juga berbeda dengan jumlah agama terbanyak di Kelurahan. Jumlah agama tersebut dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tahun 2010

No. Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 2.160 2. Kristen Protestan 3.200 3. Kristen Katolik 1.160 4. Budha 200 5. Hindu 5 Jumlah 6.725

Sumber : Kantor Kelurahan Padang Bulan Selayang I Tahun 2010

Table 14 : Komposisi Penduduk Berdasarkan AgamaTahun 2015

No. Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 2.464 2. Kristen Protestan 3.297 3. Kristen Katolik 1.199 4. Budha 217 5. Hindu 8 Jumlah 7.185

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Padang Bulan

Dokumen terkait