• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

5.2.1 saran terhadap media

Media massa sebagai Media massa adalah salah satu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran umum terhadap satu peristiwa. Media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Media semestinya mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan etika jurnalisme dalam menyampaikan pemberitaanya. Sebelum media meyampaikan informasi hal yang utama dilakukan ialah melakukan cek dan ricek dari data yang diperoleh, sehingga tidak menyesatkan masyarakat.

5.2.2 Saran Terhadap Pembaca

Sebagai seorang pembaca, hendaknya juga harus sadar bahwa diantara begitu banyaknya informasi yang disajikan kepadanya untuk dikonsumsi, semuanya tidaklah menyajikan kenyataan sesungguhnya, karena realitas adalah hasil konstruksi seorang jurnalis maupun pengelola media massa. Sehingga berita adalah apa yang ada dipikiran si penulisnya. Masyarakat hendaknya kritis dan melek media (media literasi) dalam menerima informasi.

22 Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian ialah teori (Singarimbun, 1995: 40). Teori berguna untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah-masalah penelitian yang akan disoroti (Nanawi, 2002: 40).

Fungsi teori dalam suatu riset penelitian adalah membantu peneliti dalam menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kiryanto, 2007: 45). Teori yang relevan dengan penelitian ini adalah: komunikasi dan komunikasi massa, televisi dan jurnalistik, media massa dan televisi, media dan terorisme, analisis wacana kritis dan wacana Teun A. Van Djik. Secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian-uraian berikut ini.

2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Kata komunikasi atau communication dalam bahas Inggris berasal dari

bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communio, communication dan

communicare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005: 41).

Menurut Carl Hovland (Effendy, 2007: 10), komunikasi adalah sebuah proses mengubah perilaku orang lain. Sedangkan menurut Lasswel komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Dari begitu banyaknya pendapat tentang pengertian komunikasi, tujuan komunikasi secara spesifik sebagai berikut (Effendy, 2007: 54):

1. Mengubah sikap (to change atitude).

23 Universitas Sumatera Utara

3. Mengubah perilaku (to change behaviour).

4. Mengubah masyarakat (to change society).

Sedangkan fungsi komunikasi itu menurut Effendy (2007: 55) adalah

menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain),

mempengaruhi (to influence). Fungsi komunikasi tersebut sangat dibutuhkan

dalam kehidupan itu sendiri.

Secara sederhana komunikasi massa adalah menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. Komunikasi massa biasanya menghendaki organisasi resmi dan rumit melakukan operasinya.

Menurut Everst M. Rogers, media massa terbagi dalam dua bentuk, yakni media massa modern dan media massa tradisional. Media massa modern antara lain televisi, surat kabar, radio, film dan lain-lain. Media massa tradisional meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan lain-lain (Effendy, 2007: 79).

Komunikasi massa (mass comminication) yang dimaksudkan disini ialah komunikasi massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan pada masyarakat umum dan film-film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop.

Karakteristik media massa menurut Onong Uchjana Effendy (2007: 81) yaitu sebagai berikut:

a. Komunikasi massa bersifat umum

b. Komunikasi massa bersifat heterogen

c. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non-probadi.

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak saat itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publisisitik atau awal era komunikasi massa. Sebaliknya zaman sebelumnya dikenal dengan zaman pra-pulisistik (Umar, 2001: 1).

24 Universitas Sumatera Utara

Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya publisistik Pers mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi massa.

2.2 Pers dan Jurnalistik

Istilah pers berasal dari istilah latin pressus yang artinya tekanan, atau

tertekan, terhimpit, padat. Pers dalam kosakata Indonesia berasal dari bahasa

Belanda yang mempunyai arti sama dengan bahasa Inggris press, sebagai sebutan

untuk alat cetak (Wahidin, 2007: 35). Pers mempunyai dua macam pengertian, yakni dalam arti sempit dan arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain, sedangkan pers dalam arti luas ialah meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio, televisi sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik.

Fungsi pers adalah sebagai berikut ini (Effendy, 2007: 93-95):

1. Menyiarkan informasi ( to inform)

Hal ini merupakan fungsi pertama dan utama karena khalayak pembaca memerlukan informasi tentang berbagai hal di bumi.

2. Mendidik (to educated)

Mendidik artinya sebagai sarana pendidikan massa (mass edication). Adapun isi dari media atau hal yang dimuat dalam media mengandung unsur pengetahuan khalayak pembaca.

3. Menghibur (to entertain)

Khalayak pembaca selain membutuhkan informasi juga

membutuhkan hiburan. Ini juga menyangkut minat insani.

4. Mempengaruhi (control social)

Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan ini ada kejanggalan-kejanggalan, baik langsung ataupun tidak langsung. Hal ini tentu berdampak pada kehidupan sosial. Pada fungsi inilah media dimungkinkan menjadi kontrol sosial, karena isi media bersifat mempengaruhi.

25 Universitas Sumatera Utara

Jurnalistik ataupun jurnalisme berasal dari perkataan jurnal, artinya catatan harian, ataupun catatan mengenai kejadian sehari-hari. Dari perkataan itu lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan kegiatan ataupun pekerjaan jurnalistik. Secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada khalayak (Effendy, 2007: 95).

Hubungan pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan. Artinya adalah bahwa pers mempunyai hubungan erat. Televisi sebagia media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jurnalistik. Sebaliknya sebuah karya jurnalistik tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya. Pers adalah media khusus yang digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak.

Pers selalu berhubungan dengan jurnalistik. Jurnalistik diibaratkan sebagai bentuk komunikasinya, bentuk kegiatannya, isinya, sedangkan pers itu ialah media dimana jurnalistik itu disalurkan. Pers dan jurnalistik merupakan dwi tunggal. Pers tidak mungkin berorganisasi tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tidak mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa pers.

Fungsi pers berarti fungsi jurnalistik. Saat ini jurnalistik tidak sebatas mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi tayangan televisi. Karena itu, fungsi pers tidak lagi hanya memberikan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi khalayak melakukan kegiatan atau hal tertentu. Jurnalisme sangat penting kapan dan dimanapun. Jurnalisme sangat dibutuhkan khususnya untuk negara demokratis. Tidak peduli apapun perubahan yang terjadi di masa depan baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lainnya. Tidak dapat dibayangkan akan ada saatnya ketika tidak seorangpun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut. Dan orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik disebut jurnalis (Kusumaningrat, 2007: 15).

Commite of Concered Journalist menyimpulkan sekurang-kurangnya ada Sembilan elemen jurnalis yang harus dikembangkan (buku 9 elemen jurnalis Bill Kovach dan Tom Rosenstiel) yakni:

26 Universitas Sumatera Utara

Jurnalisme hadir untuk membangun kewawargaan (citizenship).

Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Tujuan jurnalisme tidaklah ditentukan oleh tehnologi atau oleh wartawan atupun tekhnik yang dipakai. “Tujuan utama jurnalisme ialah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup merdeka dan mengatur diri sendiri.” Inilah elemen jurnalisme yang pertama.

Elemen jurnalisme yang kedua ialah “Loyalitas pertama jurnalisme kepada warga.” Komitmen kepada warga lebih besar daripada egoisme profesional. Wartawan punya kewajiban sosial yang sesekali bisa benar-benar berseberangan dengan kepentingan utama majikan mereka, sekali pun disisi lain, kewajiban ini justru merupakan tambang emas si majikan. Kesetiaan kepada warga ini adalah makna yang disebut independensi jurnalistik.

Elemen jurnalisme yang ketiga ialah “Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.” Praktik-praktik seperti mencari sekian saksi untuk sebuah peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita dan meminta komentar dari banyak pihak, semuanya ialah disiplin verifikasi. Disiplin verifikasi adalah ihwal yang memisahkan jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi atau seni. Hanya jurnalisme yang sejak awal berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi setepat-tepatnya.

Elemen jurnalisme yang keempat ialah “Wartawan harus tetap independen dari pihak yang mereka liput.” Hal ini digambarkan dengan ‘semakin seorang wartawan melihat dirinya sebagai peserta dalam peristiwa dan memiliki loyalitas pada sumber, ia makin tidak bisa untuk betul-betul menganggap dirinya seorang wartawan. Independensi ini terdiri dari: independensi pikiran, evolusi independensi, independensi dalam praktik, independensi dikaji ulang, independensi dari kelas atau status ekonomi, independensi dari ras, etnis, agama dan gender.

Elemen jurnalisme yang kelima ialah “Wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan.” Prinsip ini terbentuk dari akar-akar yang begitu kuat, yakni akar reportasi investigatif. Pada saat ini fungsi sebagai

27 Universitas Sumatera Utara

anjing penjaga tengah terancam dalam jurnalisme oleh penggunaannya yang berlebihan. Digantikan dengan anjing penjaga palsu yang lebih ditujukan untuk menyajikan sensasi dibanding pealyanan publik. Peran anjing penjaga terancam oleh jenis baru konglomerasi perusahaan.

Elemen jurnalisme yang keenam ialah “Jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik.” Semua bentuk medium yang dipakai oleh wartawan sehari-hari bisa berfungsi menciptakan forum dimana publik diingatkan akan masalah-masalah penting mereka sedemikian rupa sehingga mendorong warga membuat penilaian dan mengambil sikap. Fungsi forum pers ini bisa menghasilkan demokrasi.

Elemen jurnalisme yang ketujuh ialah “Wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.” Tugas wartawan adalah menemukan cara membuat hal-hal yang penting menjadi menarik untuk setiap cerita dan menemukan campuran yang tepat dari yang serius dan kurang serius yang ada dalam laporan berita setiap hari. Jurnalisme adalah mendongeng sebuah tujuan. Tujuannya ialah menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia.

Elemen jurnalisme yang kedelapan ialah “Wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif.” Jurnalisme ialah kartografi modern. Ia menghasilkan sebuah peta bagi warga untuk mengambil keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Konsep kartografi ini membantu menjelaskan apa yang menjadi tanggungjawab liputan jurnalistik.

Elemen jurnalistik yang kesembilan atau yang terakhir ialah “Wartawan punya kewajiban terhadap hati nurani.” Jurnalisme ialah masalah karakter. Setiap wartawan dari redaksi hingga direksi harus punya rasa etika dan tanggungjawab personal sebuah panduan moral. Mereka punya tanggungjawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal serupa. Prinsip terakhir yang harus benar-benar dipahami wartawan tentang pekerjaan mereka. Ini adalah prinsip yang paling sulit, tapi inilah yang menyatukan semuanya.

28 Universitas Sumatera Utara

2.3 Media massa dan televisi

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi (cangara,2000: 8). Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu:

a. Penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak

b. Pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder)

verbal vokal.

c. Pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vokal.

Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan tinggal di tempat jauh. Media massa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi, dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan (Effendy, 2007: 54).

Keuntungan menggunakan media massa adalah media massa

menimbulkan keserempakan, artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku komunikasi.

Komunikasi massa merujuk ke keseluruhan institusinya yang merupakan pembawa pesan, koran, majalah, stasiun pemancar yang mampu menyampaikan pesan ke jutaan orang nyaris serentak. Sebagai pranata sosial keberadaannya tidak hanya membuahkan manfaat namun juga masalah: kontrol, pembatasan pemerintah, sarana penunjang ekonomi dan lain-lain.

Harsono Suwardi mengatakan bahwa ada beberapa aspek dari media

massa yang membuat dirinya penting (Hamad, 2004: xv-xvi). Pertama, daya

jangkau yang luas dalam menyebarluaskan informasi, melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan perbedaan paham dan orientasi (psikografis). Dengan demikian, masalah politik yang dimediasikan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan kalangan.

29 Universitas Sumatera Utara

Kedua, kemampuan media untuk melipatgandakan pesan yang luar biasa. Satu peristiwa politik dapat dilipatgandakan pemberitaannya sesuai jumlah eksamplar koran, tabloid dan majalah yang dicetak, serta pengulangannya (di radio dan televisi) sesuai kebutuhan. Pelipatgandaan ini menyebabkan dampak yang sangat besar ditengah masyarakat.

Ketiga, setiap media dapat mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai

pandangannya masing-masing. Kebijakan redaksional setiap media menentukan bentuk tampilan dan isi beritanya. Karena kemapuan inilah media banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya.

Keempat, dengan fungsi penetapan agenda (agenda setting) yang dimilikinya, media massa memiliki kesempatan yang luas untuk memberitakan sebuah peristiwa politik. Sesuai dengan kebijakan masing-masing media, setiap peristiwa dapat disiarkan atau tidak disiarkan yang jelas, belum tentu berita politik yang menjadi agenda media adalah juga agenda publik.

Kelima, pemberitaan peristiwa politik oleh suatu media biasanya berkaitan dengan media lannya, sehingga membentuk rantai informasi (media as link in other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi publik dan dampaknya terhadap publik. Maka, semakin kuatlah peranan media dalam membentuk opini publik.

Televisi merupakan salah satu bagian dari komunikasi massa. Televisi menjadi media yang berpengaruh besar dalam perkembangan informasi dalam masyarakat. Penyampaian informasi lewat televisi memang tidak secepat media online, namun informasi yang diberikan lebih lengkap dengan adanya visual gambar dan suara. Gambar atau visual yang ditayangkan akan memudahkan masyarakat membayangkan atau melihat gambaran informasi yang yang diberikan.

30 Universitas Sumatera Utara

2.4 Media dan Terorisme

Setelah sebuah peristiwa tragis terjadi liputan media biasanya dibanjiri berita yang berkaitan dengan peristiwa tragis tersebut. Media massa memberi perhatian yang begitu besar terhadap peristiwa-peristiwa seperti itu. Seperti yang disinggung oleh Wilbur Scramm, liputan luar biasa yang dilakukan media massa merupakan salah satu bagian penting yang menyertai sebuah krisis. Scram memberikan contoh pembunuhan presiden Jhon F.Kennedy pada tahun 1963. Media massa begitu besar perhatiannya terhadap pembunuhan bahkan televisi (TV Amerika) mengubah program siaran mereka, terutama program hiburan dengan berita tentang pembunuhan Kennedy.

Menurut sebuah teori pada saat suatu tragedi terjadi, orang-orang akan sangat tergantung kepada laporan media untuk mengetahui lingkungan yang tidak stabil. Orang ingin mengetahui apa yang terjadi, mengapa, siapa yang terlibat, dan bagaimana prosesnya (Lukas, 2002: 262). Seperti halnya setiap krisis, media selalu memberikan perhatian yang lebih besar kepada setiap tragedi yang terjadi dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa lain.

Liputan media tentang krisis digambarkan oleh Scanlon, Luuko & Morten (1978) sebagai cenderung tidak akurat, mengandung rumor atau desas-desus. Pendapat mereka didasarkan pada sejumlah penelitian yang telah dilakukan di masa lalu tentang topik ini. Jauh sebelum itu Wilbur Scramm dalam artikelnya ‘communication in crisis’ (1971) telah menyatakan bahwa laporan media tentang sebuah krisis cenderung kurang akurat dan lebih mengutamakan kecepatan. Dalam sebuah krisis, media cenderung lebih mengutamakan penyajian berita secara cepat dari berita yang akurat, demikian pendapat Dynes (Lukas, 2002: 263).

Dynes menambahkan bahwa laporan media tentang sebuah krisis akan cenderung membesar-besarkan kejadian. Barton setuju dengan pendapat Dynes dengan terfragmentasi tanpa pengecekan yang memadai untuk menjamin keakuratan isi. Berbagai kasus di Indonesia, ketidakakuratan laporan media bahkan dapat ditemui dalam situasi yang normal. Ketidakakuratan muncul manakala ada perbedaan antara isi berita dan peristiwa yang sesungguhnya atau

31 Universitas Sumatera Utara

ketika berita tidak sesuai dengan kenyataan. Ia bisa sebagian isi berita, tetapi bisa juga seluruh isi berita tidak akurat.

Ketidakakuratan liputan tentang krisis biasanya sebagian disebabkan oleh adanya keterbatasan waktu yang dimiliki pekerja media untuk memperoleh informasi yang akurat juga data data serta fakta yang memadai tentang sebuah peristiwa besar walaupun prinsip dasar jurnalistik mengajarkan kepada jurnalis tingkat dasar untuk selalu melakukan cek, cek kembali dan verifikasi seluruh data yang diperolehnya.

Liputan pada saat krisis, orang-orang yang bertugas menangani kejadian lebih berkonsentrasi menolong orang yang jadi korban krisis daripada memberi keterangan kepada pers, walau mungkin dengan itu mereka bisa membantu korban dengan lebih cepat dan aman. Daripada memberi media laporan tentang jumlah korban meninggal atau luka berat dalam suatu peristiwa, para petugas lebih berkonsentrasi pada pertolongan terhadap korban. Sebaliknya bagi media (reporter), memperoleh data dan fakta yang cepat menjadi keharusan, apalagi dalam persaingan antar media. Kecepatan dalam penyajian menjadi salah satu yang menentukan kemenangan dalam bersaing.

Wartawan berusaha untuk menemukan sumber data dan fakta secara cepat tanpa lagi menghiraukan prinsip dasar jurnalistik: cek dan cek kembali. Informasi yang kurang jelas atau saling bertentangan tidak sempat dicek kembali dan diverifikasi, sehingga itulah kemudian yang menjadi laporannya. Sebagian dari informasi yang tidak akurat mungkin juga disebabkan oleh sumber informasi yang dipakai wartawan. Masalah kakuratan laporan media, apalagi dalam krisis disebabkan oleh kebodohan dan kemalasan para reporter.

Teroris, pemerintah dan media melihat fungsi, peranan dan tanggung jawab media ketika menangani masalah teroris dari perspektif yang berbeda. Media dikenal sebagai kekuatan kontroversi antara teroris dan pemerintah. Media mempengaruhi pendapat umum yang berdampak pada tindakan pemerintah dan kelompok teroris. Dari perspektif teroris, liputan media adalah suatu ukuran suksesnya tindakan atau kampanye teroris. Pemerintah dapat menggunakan media dalam usaha membangun pendapat dunia melawan negara atau kelompok yang menggunakan taktik teroris.

32 Universitas Sumatera Utara

Margaret Thatcher menjelaskan bahwa publikasi seperti oksigen terorisme dengan point bahwa persepsi publik adalah suatu target utama teroris dan media adalah pusat pembentukan dan pergerakannya.

Apa yang Diinginkan Teroris Dari Media

a. Teroris membutuhkan publikasi, umumnya publikasi dibayar namun jika

ada aksi teroris publikasi “lari mendekat” tanpa dibayar.

Beberapa publikasi yang meliputi aksi teroris harus bersiaga pada dunia jika ada suatu masalah tidak dapat dijauhkan bahkan harus didekati. Dari perspektif teroris, wawancara yang tidak diedit pada tokoh utama seperti ‘hadiah yang berharga’. Contohnya pada bulan Mei tahun 1997, CNN mewawancarai tokoh Arab Saudi, perekrut teroris dan pemberi modal Usama bin Laden. Untuk jaringan berita, akses kepada teroris menjadi hangat dibicarakan.

b. Teroris mencari suatu pemahaman yang baik tentang kasus teroris yang

bukan mereka lakukan.

Seseorang mungkin tidak setuju dengan tindakan mereka tetapi hal itu tidak menghalangi rasa simpati pada keadaan dan kasusnya sendiri. Teroris percaya publik ’memerlukan bantuan’ dalam memahami tindakan teroris secara adil dan kejahatan teroris melawan kekuatan negara super. Hubungan yang baik dengan pers sangat penting dan harus ditanam dan dipelihara selamanya.

c. Organisasi teroris mencari atau menempatkan simpati seseorang dalam

posisi pers, khususnya dalam pengiriman berita dan di beberapa instansi mencari dan membiayai organisasi berita yang lebih kecil.

d. Hak kekuasaan/keabsahan. Kasus teroris menyebabkan pers memberi

keabsahan untuk melihat apa yang tergambar sebagai ideologi atau permusuhan pribadi/divisi antara kelompok bersenjata dengan sayap

33 Universitas Sumatera Utara

politik. Dalam taktik militer peperangan adalah merupakan lanjutan politik. Dalam taktik teroris politik adalah lanjutan terror.

e. Teroris juga ingin pers meliput dan memberi keabsahan untuk menemukan

sudut pandang yang dimiliki NGO (Non Govermen Organitation) dan

pusat belajar yang tersedia sebagai pelindung keuangan, perekrutan dan perjalanan teroris pada negara targetannya.

f. Dalam situasi penyanderaan, teroris butuh identitas yang lebih lengkap,

nomor dan nilai sandera dan pengetahuan masyarakat tentang operasi mereka. Terutama pada negara sponsor dilibatkan mereka ingin tahu tentang rencana pembalasan militer yang lebih lengkap.

g. Organisasi teroris mencari media yang mengekspos kerugian pada musuh

mereka. Khususnya pada pelaku dan motifnya yang belum jelas. Mereka ingin media itu memperkuat kepanikan, menyebar ketakutan dan menunjukkan kerugian ekonomi agar investor asing pergi. Membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada pemerintah sebagai pelindung masyarakat dan untuk melawan pemerintah karena ancaman teroris.

h. Pemerintah ingin agar media berhati-hati agar tidak kehilangan informasi

Dokumen terkait